Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA KISAHKU DENGAN LELAKI LAIN

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Aku belum kembali ke kota. Suamiku menunda karena harus membantu kakak ipar melanjutkan pekerjaan yang ditinggalkan ayah mertua untuk sementara. Situasi ini membuat perselingkuhanku dengan lelaki lain masih terus berlanjut. Padahal aku ingin segera berhenti.

Suatu malam, aku diajak adik ipar perempuanku pergi ke pasar malam di lapangan desa. Aku terpaksa ikut karena anakku merajuk.

Tetapi aku berangkat tidak bersama mereka. Aku harus menunggu suamiku terlebih dahulu. Namun, saat aku sudah menunggu ternyata suamiku langsung pergi ke Pak Kasman untuk pijat.

Terpaksa aku harus berangkat sendiri ke pasar malam.

Tiba-tiba saat aku akan berangkat, Pak Tono datang dan langsung masuk ke ruanb tamu.

“Ga ada orang ya di sini?” katanya.

“Mau apa, Pak?” jawabku, ketakutan.

Dengan gegas, dia menutup pintu rumah. Aku makin ketakutan. Apalagi saat Pak Tono berjalan ke arahku seperti ingin menerkam. Dengan sekejap saja aku sudah berada di dekapannya.

“Pak, mau apa? Jangan!”

Pak Tono langsung memeluk dan menciumi leherku. Aku meronta-ronta agar bisa lepas darinya. Tapi aku tak mampu melawan kekuatannya.
Tangannya pun mulai meremas-remas payudaraku. Bahkan dia menggendongku dan menidurkanku di kursi ruang tamu. Ia pun langsung menindihku.

“Sudahlah. Ga usah melawan. Nikmati aja.” Katanya. “Atau aku laporkan sama suamimu?”

Begitu mendengar ucapannya, aku langsung terdiam. Dia mulai mengancam dan tak mungkin aku melawan. Maka kini aku hanya bisa pasrah. Dan Pak Tono pun mulai leluasa.

“Ayo masuk ke kamarmu.”

“Pak, aku takut ketahuan. Jangan.”

“Ayo!”

Pak Tono tak menghiraukan permintaanku. Dia langsung mengajakku masuk ke dalam kamar dan dia juga langsung mengunci pintunya.

“Pak, nanti suamiku datang bagaimana?”

“Biar saja. Sekalian dia tahu kelakuan istrinya.”

Hatiku terasa sakit mendengar ucapan itu. Ya, aku sudah mengkhianati suamiku.
Kulihat Pak Tono langsung menelanjangi dirinya sendiri. Penisnya sudah berdiri tegak.

“Ayo, buka bajumu.” Katanya padaku.
Dengan ragu-ragu aku pun mulai melucuti pakaianku sampai akhirnya aku juga bertelanjang.

“Wah, kamu makin seksi saja ya.”

Pak Tono langsung menghampiriku. Dia mulai menciumi leher dan bibirku. Aku tak kuasa menolak. Maka kubiarkan saja dia berbuat apapun. Tangannya juga bermain nakal di selangkanganku dan membuatku basah.

Lalu, aku dibaringkan di atas tempat tidur. Kakiku mulai dibuka lebar dan wajahnya langsung tenggelam di selangkanganku.

“Pak… Ah…” Aku mendesah menikmati jilatan Pak Tono.

Ia memainkan lidahnya di klitorisku membuatku beberapa kali menggelinjang. Enak rasanya. Aku yakin vaginaku sudah sangat basah.

Karena tak tahan, aku meminta Pak Tono segera menyetubuhiku. “Pak… ga kuat.. masukkan…”

Mendengar itu, Pak Tono langsung berdiri dan mengarahkan penisnya ke vaginaku.

“Ah…” Sekali dorong langsung masuk ke dalam vaginaku.

Pak Tono pun segera menggenjot. Ia memaju-mundurkan penisnga di vaginaku. Aku mulai menikmati permainannya. Kini aku sudah lupa semuanya dan yang aku mau hanyalah kenikmatan persenggamaan.

“Enak mana sama suamimu?” tanya Pak Tono.

“Ah… sama…”

“Bohong…”

“Enak mana?"

“Sa…ma.. pak.”

“Ah, kamu bohong…” kata Pak Tono sambil menghentikan genjotannya.

“Ayo..enak mana?”

“Lanjut…pakk…”

“Jawab dulu…”

“E…nakk…bapak…”

“Nah, gitu dong…”

Pak Tono pun menggenjot kembali sampai akhirnya kami sama-sama meraih puncak persenggamaan. Kami sama-sama orgasme. Pak Tono lagi-lagi menumpahkan spermanya di dalam vaginaku. Badan kami jadi berkeringat. Pak Tono langsung bangun dan mengelap penisnya. Dia tanpa melihat-lihat kain yang digunakan mengelap adalah kaos milik Mas Iwan.

“Seru ya ML di ranjang orang. Sama istrinya pula.” Katanya sambil mengenakan kembali pakaiannya.

“Aku balik dulu, Sayang. Terima kasih.”

Pak Tono keluar rumah meninggalkanku sendirian. Setelah agak lama aku segera mengenakan pakaianku lagi. Takut suamiku datang. Aku pun batal untuk menyusul anakku karena tertidur akibat kelelahan.

Keesokan harinya, aku dikejutkan dengan pertanyaan Mas Iwan padaku tentang Pak Kasman.

“Dek, semalam waktu mas berangkat pijat, mas ketemu sama orang di perjalanan. Mas bilang tujuan mas ke mana. Lalu, orang itu agak terkejut. Mas tanya memangnya kenapa. Dan, dia pun bercerita, dek.”

“Cerita apa, Mas?”

“Kata orang itu, jangan sekali-kali perempuan pijat sama Pak Kasman.”

“Kenapa?”

“Pasti diajak bersenggama, dek.”

Deg. Aku langsung terdiam.

“Setiap perempuan ke sana, pasti diajak berhubungan badan. Bener, dek?”

Astaga. Kenapa Mas Iwan menanyakan ini? Apa yang harus kukatakan.

“Eh…ngga kok, Mas. Bohong itu.”

“Jujur, Sayang.”

Aku makin gugup. Apa aku harus jujur pada suamiku? Aku belum siap.

“Tidak, Mas. Hanya saja…”

“Hanya apa?”

“Pak Kasman memang mengajakku bercinta. Tapi aku menolak. Hanya saja, dia menyentuh kemaluanku, Mas. Aku minta maaf.”

Suamiku sempat terdiam sejenak. “ Cuma itu? Apa dia juga menelanjangimu?”

“Tidak, Mas. Aku masih mengenakan CD-ku. Dia hanya meminta menggesek-gesekan penisnya ke vaginaku.”

“Kamu mau?”

Aku mengangguk. “Maaf, Mas. Tapi aku tidak sampai melakukan yang lebih dari itu.”

“Tidak apa. Yang penting aku tahu kebenarannya. Kita jangan pijat ke sana lagi.”

Hatiku sedikit lega mendengar jawaban Mas Iwan meskipun sebetulnya aku sudah membohonginya lagi. Aku langsung memeluk suamiku dan menangis.

***

Sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan Ahmad. Ada sedikit rasa kangen di hatiku padanya. Tapi aku tidak mungkin mencarinya. Aku pun hanya bisa menunggu agar aku beruntung bisa bertemu dengannya.

Aku memang bertemu dengannya. Tapi tidak dalam situasi yang tepat. Dia memang datang ke rumah. Tapi hanya untuk menjemput ibu. Ibu memintanya untuk mengantar ke kota. Aku tahu bahwa itu cuma alasan. Sebenarnya mereka ingin bersenggama saja.
Selama mereka pergi, aku terus kepikiran. Apa yang mereka berdua lakukan? Apakah ibu sudah meneguk kepuasan dari Ahmad. Ah, kenapa aku berpikiran seperti itu?

Suatu hari suamiku memiliki rencana untuk berlibur bersama keluarga di sini. Suamiku mengajak pergi ke kota sebelah dan menyewa vila di sana. Ibuku dan yang lainnya setuju.

Kami semua berangkat ke kota sebelah. Vila yang kami tempati lumayan besar. Bahkan ada kolam renang di dalamnya. Aku mendapat kamar dengan suamiku. Mas Baim dan istrinya, ibu dan adik iparku yang perempuan. Kamarku punya pemandangan ke kolam renang. Jadi, aku bisa langsung mengamati secara langsung.

Sesampainya di sana, anak-anak langsung berenang. Aku menemani anakku juga. Sementara para pria beristirahat di kamar masing-masing.

Malam harinya, kami membuat acara kecil2an di taman tepi kolam. Kami membakar ikan, jagung untuk disantap bersama. Setelah itu, kami kelelahan dan langsung tertidur lelap.

Sekitar pukul 01.00 dini hari, aku terbangun ingin membuang air kecil. Kamar mandi hanya ada satu. Terpaksa aku keluar kamar. Saat akan masuk ke dalam kamar, aku terkejut karena di sana berdiri Mas Baim yang separuh telanjang dan sedang membuang air kecil.

“Mas Baim….” Aku langsung menutup mataku. Sementara Mas Baim berusaha menutupi selangkangannya. Tapi aku sudah sedikit melihatnya.

“Maaf…”

Aku langsung menunggu di luar kamar mandi. Saat keluar, Mas Baim ternyata hanya mengenakan CD dan kaos singlet saja.

“Maaf ya. Aku tidak bermaksud…”

“Gapapa kok, Mas. Aku juga masuk yang ngga lihat-lihat.”

Sesekali aku melirik gundukan di selangkangannya. Mas Baim pun berlalu kembali ke kamar.

Semenjak kejadian itu, Mas Baim kulihat semakin nakal padaku. Padahal sebelumnya tidak. Ia mulai dengan tersenyum nakal padaku. Kemudian, ia ganti dengan melihatkan gerakan mengelus-elus penisnya di hadapanku. Tentu saja itu dilakukan dengan cara diam-diam. Pernah juga saat di dapur vila, saat tak ada siapa-siapa, ia berani meremas pantatku, memelukku dari belakang, bahkan sampai meremas kedua payudaraku. Entah kenapa aku tidak merasa risih dengan hal itu.

Suatu malam, ia mengirim pesan padaku, “Aku baru sadar bahwa kau sangat cantik.” Tapi tidak aku balas. Meski dalam hati aku merasa senang.

Pernah saat berada di dapur, Mas Baim langsung memelukku dan membisikkan sesuatu padaku, “Kau sudah pernah melihat milikku. Aku juga ingin melihat milikmu.”

“Jangan, Mas. Nanti ada orang yang melihat.”

“Tenang saja.”

“Mas, ini ngga boleh.”

Tapi Mas Baim tidak peduli. Ia membalikkan tubuhku dan mengangkat rokku. Kemudian menurunkan CD-ku hingga lutut.

“Indah sekali,” kata Mas Baim begitu tangannya mengentuh vaginaku. “Apa aku boleh menikmatinya?”

Aku tidak menjawab. Tapi Mas Baim malah tersenyum nakal kepadaku. Dia pun pergi berlalu sebelum memberiku satu kecupan di bibir. Aku segera merapikan pakaianku takut ada yang tiba-tiba datang.

Pernah juga satu malam, HP-ku berbunyi. Rupanya Mas Baim yang menelpon. Aku angkat.

“Halo,”

“Lihat ke arah kolam.”

Ada apa, pikirku.

Aku menoleh ke arah suamiku terlelap. Saat aku membuka jendela, kulihat Mas Baim sedang berada di sana. Yang membuatku terkejut adalah Mas Baim dalam keadaan telanjang. Dan apa yang dia lakukan….dia sedang bermasturbasi. Ia mengocok penisnya sendiri dengan tangan kirinya.

Kemudian dalam telpon Mas Baim berucap, “Aku butuh bantuan untuk menuntaskan ini. Keluarlah.”

Dadaku berdegup. Tidak menyangka.
Aku kembali ke tempat tidur. Namun tak melanjutkan tidurku. Aku seperti tersihir. Aku ingin menerima tawaran Mas Baim. Tapi, aku takut. Akhirnya aku mengirim pesan padanya, “Kutunggu di dapur.”

Aku segera ke dapur. Tak lama setelah itu Mas Baim datang. Ia masih sama: bertelanjang dengan penis menegang. Mas Baim menghampiriku dan langsung mendaratkan ciuman di mulutku. Aku, tanpa ragu, langsung mengimbanginya. Tanganku juga dengan sigap meraih penisnya.

Aku mulai mengocoknya. Mas Baim mencoba meraih bajuku untuk dibuka, tetapi aku mencegahnya.

“Jangan. Aku tidak berani untuk itu.”
Mas Baim tidak memaksa. Ia menikmati saja permainan tanganku di selangkangannya. Penis Mas Baim lumayan besar. Lebih besar dari milik suamiku. Tetapi sama dengan punya Ahmad.

“Kulum.” Kata Mas Baim. Aku menolak.
Aku terus mengocok. Mas Baim tampak menikmatinya. Sampai akhirnya, penisnya berkedut-kedut dan muncratlah spermanya. Banyak sekali. Beberapa ada yang mengenai tanganku. Mas Baim tampak puas sekali.

Bersambung….
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd