Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA - INEFFABLE -

Status
Please reply by conversation.
Part 9 : Rosemary

Anin diberi libur oleh manajemennya selama 2 minggu, menunggu suasana kondusif dan isu skandal kami kemarin terkikis oleh waktu. Dua minggu itu juga aku harus menahan rindu dengannya karena ia memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, Palembang. Hari ini hari terakhir ia di Jakarta sebelum hengkang ke Palembang untuk dua minggu kedepan, aku memanfaatkannya dengan quality time dengannya di salah satu Mall di Bandung. Kapok aku main di Jakarta banyak intel wt.

Kami bermain di T*mezone as usual, lalu menonton bioskop, sempat kami berdebat karena aku ingin nonton film horror dan ia ingin menonton film romantis, yang pada akhirnya aku harus mengalah.

“Cupu whuuu” ejekku saat ia gagal mengambil boneka dalam mesin mainan untuk ke sekian kalinya.

“Berisik ih!” balasnya,


Lalu dia main pump it up! , aku hanya tersenyum menontonnya berlenggak-lenggok kesana kemari tak kenal lelah, dia nampak mahir menari mengikuti instruksi di layar.


“Udah?”

“Udah..... hahh..... hah... capekk....” nafasnya terengah-engah setelah bermain pump it up marathon lima lagu.

Lalu kami memutuskan untuk mengisi perut kami yang sudah keroncongan sedari tadi, pilihan jatuh di salah satu restoran pizza asal Amerika. Kami makan dengan lahapnya, karena malam nanti aku harus mengantarnya ke bandara.




***​

Memang benar kata orang, waktu terasa sangat cepat berlalu jika diarungi dengan hal-hal menyenangkan, seperti tadi contohnya. Tak terasa senja sudah mulai menyapa, matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, tergantikan oleh cantiknya rembulan yang mulai bangkit dari tempat persembunyiannya. Aku, masih di mobil mencari jalan alternatif dengan aplikasi Waze agar cepat sampai di bandara Soetta. Di sebelahku ada pujaan hatiku, Anin, yang malah tertidur pulas tanpa dosa, bukannya bantuin atau apa. Aku mencuri pandang ke arahnya, ia begitu rapuh untuk seumuran anak seusianya. Walau begitu ia tetap berusaha memberi senyum dan semangat untuk para fansnya.



Saat itu aku menyadari jika suaramu adalah pelipur hati yang selama ini kucari,

Sesuatu yang tak akan bosan aku dengarkan tiap hari.

Saat itu aku memahami jika bersamamu selalu terasa indah dalam segala suasana.

Jika pendampinganmu adalah yang paling cocok dalam semua situasi.



Aku bersenandung sendiri, untaian diksi berdistraksi dalam otakku, merangkai kalimat-kalimat indah dengan sendirinya, menggambarkan suasana hatiku selama enam bulan bersamanya. Seorang wanita yang sama sekali aku tak menyangka bisa jadi sedekat ini, memang tuhan selalu punya rencana untuk membahagiakan umatnya. Jika bahagiamu belum sampai, mungkin tuhan sedang merencanakan hal indah untukmu pada waktu yang tepat dan dengan orang yang tepat pula.

***​

“Nin, bangunn!!!” kesalku karena ia tak bangun-bangun sedari tadi. Anyway, kami sudah sampai.

“Eh..... udah sampai.....” ia terbangun, mengucek-ngucek matanya.

“Daritadi kali...”

“Lagian gak dibangunin..” gerutunya,

“.........”


Aku membawa kopernya, berisi baju, celana, makeup, buah tangan, jenglot, entahlah pokoknya kopernya terasa berat, udah kayak orang mau pindahan. Sedangkan dia? hanya membawa tas kecil yang diselempangkan di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang tiket. Memang terkadang kita perlu menjadi Bucin untuk orang yang kita sayang.


"Baik banget abang ojolnya, hihihi," Anin terkekeh,

"Bagus... hina terus gue gapapa,"

"Cieee... ngambekkk..." Anin mencubit pipiku.

***​

Good afternoon passengers. This is the pre-boarding announcement for flight (pesawat singa) to Palembang. We are now inviting those passengers with small children, and any passengers requiring special assistance, to begin boarding at this time. Please have your boarding pass and identification ready. Regular boarding will begin in approximately ten minutes time. Thank you.

***​


“Makasih udah nganterin,”

“Sama-sama, tugas pacar merangkap sopir,” candaku, Anin tertawa.

“Salam buat ayah, bunda, dan adik-adikmu yaa, sorry cuman bisa nganterin sampai sini,”

“Yaa emang mau sampai mana lagi?” tanyanya polos,

“Maunya sih sampai depan rumahmu, sekalian lamaran,” Aku tertawa, Anin tersipu malu, rona merah terpancar dari pipi gembilnya.

Ada hening beberapa saat, kami saling bertukar pandang dalam diam, membiarkan mata kami yang saling berbicara, aku selalu suka saat menatap matanya yang teduh itu, membuat hatiku tentram seketika.

***​

Kau mungkin tak tahu,

Cara bicaramu saat menatapku

Selalu berhasil mengoyak debarku

Selalu mampu membuat mataku terpenjara

Oleh setiap nada bicaramu yang sangat tak asing bagi telinga dan kepala.

***​



Take care yaa....” aku mengelus lembut poninya.

“Iyaa.... kak Dion juga ya.... jangan nakal selama ditinggal Anin,” mata sayunya menatapku lekat, terasa perkataannya tadi tulus dari dalam hati kecilnya.

“Iya deh iya, kalo udah sampai sana langsung kabarin aku ya,”

Aku melihat sekitar, tidak ada pandangan curiga ke arah kami, lantas aku mendekati wajahnya dan mencium keningnya singkat. Anin diam, malah melongo.

“Ih nyium-nyium,”

“Telat amat neng responnya,”

“Tadi bingung mau respon apa...”

“Lemot emang otak lo”

“Ihh!”

Lalu kami berpelukan, empuk, nyaman, hangat kurasakan saat di pelukannya.

Wajahnya berubah sedih, seakan ini perpisahan terakhirnya denganku, inisiatif kudekap tubuhnya dan kupeluk Anin cukup lama.

"Ih kok ga dilepasin?" keluhnya, saat kudekap hangat tubuhnya cukup lama.

"Kalo kata orang.... Pelukan harus 20 detik lho.."

Anin diam pasrah, kulirik matanya seakan menikmati detik demi detik hangat tubuh kami berasosiasi. Anin berkata lirih di telingaku saat masih kupeluk erat tubuhnya,

"Anin sayang kakak....."

"Gue juga sayang lo kok, Nin." Aku tersenyum, lalu melepas pelukan kami yang terasa lebih dari 20 detik.

"Yaudah... Aku berangkat ya?" izinnya polos, bagai anak kecil yang meminta izin orang tuanya untuk pergi keluar.

"Iya... Hati-hati ya, sayang.." Anin mencium tanganku secara tiba-tiba, aku mencubit pipinya lagi.

Lalu ia berlalu meninggalkanku, membawa raganya untuk terbang ke daerah lain. Namun jiwanya tetap tak beranjak sedikitpun dari hatiku.

***​

Singkat cerita Anin sudah di pesawat, aku teringat pesan untuk menjemput anaknya teman ibuku di bandara ini juga. Pesawatnya landing satu jam lagi, ada waktu untuk sekedar merokok dan minum kopi di kedai kopi empat puluh ribuan berlogo ratu. Aku singgah disana, sambil membuka gawaiku dan mengingat orangnya tersebut, namanya Park Cleo Leoni Osami. Dia blasteran Korea-Indonesia, kakeknya orang Belanda yang menikah dengan wanita Indonesia sundanese, menghasilkan keturunan yaitu mamanya, dan mamanya ini menikah dengan orang Korea yang juga blasteran Amerika Serikat. Mampus bingung gak tuh.

Iseng kubuka Instagramnya, buset followersnya 11 12 sama Anin. Dia lebih tua dua tahun dariku, dia sekarang sedang menuntut ilmu melanjutkan S2-nya di Tokyo, Jepang. Sembari meneruskan kuliahnya, ia juga bekerja paruh waktu sebagai dance mentor, kabarnya dia ke Indonesia juga karena ada panggilan job melatih dance di Jakarta. Wajahnya cantik, bibirnya menggoda, hidungnya mancung, matanya sayu, tatanan rambut pirang digerai panjang. Waduh, rezeki nomplok nih, gumamku.


Aku sudah berdiri, memanggil-manggil namanya karena aku tidak membawa papan tulisan atau semacamnya, untung saja tidak sulit menemukannya saat ia keluar dari pesawat. Aku segera menghampirinya, Cleo mengenakan dress warna hitam dengan high heels 10 cm.

“Cleo?”

“Iya, siapa ya?”

Syukurlah dia bisa berbahasa Indonesia.

“Dion, anaknya ibu Tina,”

“Ohh... iya-iya sorry nggak ngenalin wajah lo, belum sempet liat foto lo tadi soalnya pas mau flight buru-buru,” ia terkekeh,

No problem, yaudah yuk?”

Aku membawakan kopernya lagi, sudah dua kali aku membawakan koper yang berbeda satu hari ini. Kami sudah di mobil, aku mengajak Cleo berkeliling kota Jakarta, menikmati gemerlap langit malam dan kelap-kelip bangunan pencakar langit. Ia tampak begitu terkesima dan menikmatinya, gue kira bule bakal bete kalo jalan-jalan keliling Jakarta. Kami singgah di monas, berfoto ria sejenak lalu kembali melanjutkan perjalanan ke kota tua, setelah dirasa lelah aku memutuskan untuk pulang dan mencari hotel yang dekat rumahku untuk Cleo.

“Ke club dulu yukkk!” ajaknya tiba-tiba memecah kesunyian,

“Hah? Dugem?” tanyaku,

“Iya... yuk-yuk!” ia tampak begitu antusias, raut wajahnya senang kembali setelah tadi merengek minta untuk segera pulang.

“Gak capek apa?”

“Enggak,” Cleo menggeleng,

“Yaudah, jangan mabok tapi lo”

Calm, nggak ada kata jackpot dalam kamus gue, hahaha” Cleo tertawa.



***​



Gemerlap lampu disko dan riuh alunan musik EDM mewarnai malam kami. Aku memesan table agak pojok agar tak banyak orang yang menghampiri kami. “Mau minum?” tanyaku pada Cleo, yang nampak sedang asik memperhatikan goyangan orang di sekitarnya. “Vodka, please?” jawabnya singkat. Aku segera menuju bar dan memesan pesanan Cleo dan pesananku, tak lama kemudian aku kembali ke table kami membawa sebotol Vodka dan star beer. Cleo nampak asik menenggak Vodka yang entah ia dapat darimana.


“Dapet darimana?” tanyaku, lalu duduk dan memberikan Vodka pesanannya.

“Tuh,” Cleo menunjuk pria paruh baya 40 tahunan berkepala botak yang sedang melambaikan tangan ke arahku dan Cleo.

“Tau gitu gak usah gue beliin deh,” ketusku, sambil membuka star beer dan menuangkannya ke gelas.

“Yaahh gitu aja ngambek, anggep aja rezeki. Hehehe” Cleo tertawa kecil, lalu kembali minum bir pemberian pria tadi.

So how was your trip then?”

Not bad, cuman ada kendala delay 4 jam,”

“Itu udah bad banget sih buat gue,” jawabku, lalu mulai meminum bir-ku.

Zero Alcohol? Really?” sindirnya, saat melihat label Zero Alcohol di bir-ku. Tatapannya seolah mengejekku.

I thought you are a cool guy,” Cleo kembali menatapku dengan tatapan mengejek, sambil sesekali tertawa sinis dan mulai meminum Vodka langsung dari botolnya.

Whatsoever” balasku jutek.

***​

Kutinggalkan Cleo dengan dunianya sejenak, aku mengecek gawaiku untuk mengetahui kabar Anin. Tak lama berselang ada pesan dari Anin: “Aku udah sampeeeeeeee.” Aku lega pesawatnya tidak jatuh di laut atau terbakar di udara. Sudah setengah botol Vodka habis ditenggak oleh Cleo, gila ini cewek pemabok kelas berat juga ternyata. Pupil mata Cleo sudah tak fokus, pandangannya seliweran kemana-mana, “Mau?” godanya manja, mengarahkan botol bir ke arahku. Aku yang tak ingin mengambil resiko bopong bule mabok, langsung mengambil botol birnya dan menenggak semampuku. “Wleekk!” rasaku yang mau muntah karena pertama kali minum bir ber-alkohol, aneh rasanya, rasanya tidak semahal harganya. Cleo tertawa melihat tingkahku, dan mengambil alih botol birnya lagi, lalu menenggaknya sampai habis. “Jackpot! Yeaayyy!!” ucapnya sambil tertawa, lalu mengangkat botol birnya tinggi-tinggi dan menggoyang-goyangkannya seperti anak kecil yang mendapat piala.

Aku melihat sekitar parno akan tatapan pria di sekeliling table-ku, yang sudah seperti macan siap menerkam mangsanya melihat Cleo dalam kondisi mabok ****** seperti ini. Tubuh Cleo gontai, ia lesakkan tubuhnya ke kursi dan bersender disana. Saat Cleo hendak menenggak satu botol lagi, aku segera bangkit meraih birnya dan menjauhkannya, aku perlahan mendekatinya berusaha menyadarkannya karena repot juga kalo dia sampai kobam dan aku harus membopongnya sampai ke mobil. Tubuhku kini di sampingnya, sambil perlahan kudekap pundaknya tapi dia malah membanting tubuhnya terlentang menjauhiku. “Cmon.. Taste me boy....” godanya sensual, lidahnya bergeliat di luar bibir mungilnya, memberi tandaku untuk segera menjamahnya. Kedua tangannya diletakkan di belakang tubuhnya menjadi tumpuan kepalanya, matanya menatap mataku lekat seakan menunggu respon apa yang akan kuberikan.

“Bangsat ni cewek, baru kenal beberapa jam udah ngerepotin!” gerutuku saat menggendongnya menuju parkiran mobil.

Bruk! Aku merebahkan tubuhnya di kursi sampingku, dan memasang seatbelt dan otw mencari hotel untuk Cleo. Kunyalakan radioku, terputar lagu Just take my heart by Mr. Big.


Where is our yesterday

You and I could use it right now

But if this is goodbye


Just take my heart when you go

I don't have the need for it anymore

I'll always love you, but you're too hard to hold

Just take my heart when you go

Tanpa sadar aku sing along with Cleo, tak kusangka selera musiknya bagus juga. Kami bersautan bait per bait, menikmati alunan melodi petikan gitar listrik yang terasa sedap di telinga kami, kami bertukar pandang cukup lama saat lagunya selesai. Aku jadi tidak fokus menyetir, sial.

“Suka Mr. Big juga?” tanyaku memecah keheningan.

“Lumayan, dulu mantan gue suka nyanyiin lagu ini kalo lagi manggung,”

“Anak band?”

“Heem,” Cleo mengangguk.

Beberapa saat hening kembali,

“Lo lagi ada masalah ya?” selidik Cleo sok tahu,

“Hah, apaan? Enggak kok biasa aja,”

“Gak mungkin, dari raut wajah lo aja udah keliatan lagi nanggung beban. Ada apa sih? coba cerita siapa tau gue bisa bantu,”

“Lagi LDR gue,”

“Berapa lama?”

“Dua minggu,”

“GILA WOI DUA MINGGU DOANG SEGITUNYA, gue dulu LDR dua tahun lho!”

“Terus?”

“Ya walau ujungnya putus karena dia selingkuh sama temen satu bandnya....”

“Yang lo ceritain tadi?”

“Yup, betul sekali,”


***​


“Gue nginep di tempat lo aja gapapa?”

“Hah?” aku terkejut hampir saja menginjak pedal rem.

“Iya... semalem aja deh, besok baru pindah ke apart temen gue.. Boleh kan? Semalem aja kok serius gue nggak bakal ngerepotin...” matanya berbinar, tangannya digenggam jadi satu bagai anak kecil yang sedang merengek minta dibelikan balon oleh ibunya. Wajahnya disedih-sedihkan membuatku tak tega untuk menolaknya.

“Yaudah iya.. awas lo ngerepotin, gue suruh tidur di garasi !” ancamku bercanda.

“Kirain suruh tidur di samping lo,” tatapannya menggoda, sambil mengelus-elus pundak kiriku.

Glek, aku menelan ludahku sendiri.

***

Sesampainya di rumahku, aku mengantarnya ke kamar tamu dan membawakan kopernya, aku duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton serial TV Netflix dan merokok. Mumpung tak ada orang di rumah sehingga aku bisa bebas merokok dimanapun yang kumau di rumah ini, tak berapa lama Cleo menghampiriku. Ia berganti pakaian mengenakan kemeja putih lengan panjang longgar dan short jeans diatas lutut, yang membuatku tertegun seketika melihat mulusnya paha putih Cleo. Entah kenapa dia mau tidur tapi malah ganti celana jeans bukannya pakai piyama atau apa, atau dia sengaja menggodaku? Entahlah.

“Mau rokok?” tanyaku memecah keheningan,

“Enggak,” Cleo menggeleng.

“Mau nonton juga?” aku menggeser dudukku memberikan tempat duduk untuknya.

“Enggak juga,”

“Lah terus?”

“Mau bobo...” nadanya manja,

“Yaudah gih sana,” jawabku cuek, sambil tetap menghisap puntung rokok yang sudah sangat kecil.

“Temenin..... Cleo takut......” matanya berubah sayu, wajahnya setengah menunduk.

“Nggak ah, nanti gue khilaf lagi ngapa-ngapain lo,” jawabku jutek.

“Ya kalo mau..... nggapapa kok......” ia berkata malu-malu, sambil menggerak-gerakkan tubuhnya. Aku jadi teringat Yuvia.

“Eh gimana-gimana?” aku memintanya mengulang kalimatnya, takut salah dengar.



Cleo tersipu malu, ia kini beranjak ke tepat di depanku, menghalangi pandanganku ke TV. Mau tak mau aku memandangi lekuk tubuh indahnya dari balik kemejanya, aku bisa melihat jelas ia hanya memakai bra hitam dibalik kemeja lengan panjangnya itu. Aku menelan ludah sejenak, bingung ingin merespon apa.

Pandanganku kualihkan ke wajahnya, ia menatapku tajam, aku mencari-cari keberadaan remote TV barangkali bisa kupakai untuk mempertahankan diri jikalau Cleo berubah menjadi siluman harimau atau jelmaan cyclops dan menyerangku secara tiba-tiba. “Lo sehat kan?” aku memegang tangannya, suhu tubuhnya normal, tidak terlalu panas juga tidak terlalu dingin.

***

Secara tiba-tiba Cleo membuka kancing kemejanya satu per satu, ia membukanya dengan seksama dan memberi tatapan sensual padaku.Dan kini kemejanya sudah terbuka, disibakkannya kemejanya ke samping, aku mlongo melihat tubuh putih mulus Cleo, tersisa bra hitam menutupi gunung indahnya. Cleo membuka ikat pinggangnya dan mengalungkannya di lehernya, ia membuka kancing celana jeans pendeknya, melonggarkannya dan membuangnya entah kemana. Cleo tertawa kecil melihat ekspresi bodohku, antara sange, kaget, dan tidak percaya bercampur menghasilkan mimik wajah aneh dari diriku. Cleo lalu berjongkok dan merangkak pelan ke arahku yang masih diam tak bergeming dari sofa, tubuhnya kian dekat denganku, sekarang kepalanya ada di sela-sela kedua kakiku yang mengangkang. Cleo mengencangkan kaitan ikat pinggangnya di lehernya, lalu meletakkan ujung ikat pinggangnya di tanganku, ada sekian detik otakku berhenti bekerja lalu berkata “Gue harus ngapain?” dalam hati. Kami berpandangan cukup lama. Degup jantungku mengencang, dan bisa kurasakan juga degup jantungnya di tubuhku. Cleo merentangkan kakiku, lalu mengusel-nguselkan kepalanya di sela-sela pahaku, refleks aku mengelus rambutnya bagai majikan yang sedang menenangkan hewan peliharaannya. “Pet me, onii-chan..” lantunan suara indah keluar dari bibir tipis Cleo, nada bahasanya begitu seduktif di telingaku, membangkitkan seluruh hormon keperjakaan dalam diriku, aku bergidik ngeri melihat ekspresi cemberut lucu sekaligus sensual dari wajahnya.

Cleo menarik boxer bagian bawahku tanda ingin membukanya, aku mengangkat pantatku sedikit mempermudah pekerjaannya, ditariknya boxerku sampai lepas dan tinggal CD menutupi pusakaku. Cleo mengelus pelan penisku yang masih tertutup CD, sangat lembut kulitnya sampai penisku betul-betul nyaman di genggamannya, ia tersenyum kepadaku sambil mengucap “Kamu tenang aja ya... lupain masalah kamu untuk sejenak, meski untuk satu malam,” senyumannya sangat menghangatkan. Cleo mengecup singkat penisku, lembut permukaan bibirnya menyentuh kepala penisku yang langsung menggugah gairahku, lalu ia membuka CD-ku dan menurunkannya sampai ke lututku, langsung digenggamnya penisku, hangat dan nyaman kurasakan saat tangannya mengelus lembut penisku, Cleo mengocok penisku pelan, perlahan namun makin cepat gerakan tangannya, temponya sungguh pas, kocokannya kian cepat namun saat dirasa spermaku ingin keluar ia memelankan kocokannya membuatku tidak ejakulasi dini. This girl know how to makes man happy.

Perlahan ia memasukkan penisku ke mulutnya, bibir mungilnya menelan sebagian penisku, dikulumnya penisku sedemikian rupa, "Mmmh..." aku melenguh kaget. Cleo mengulum dengan pelan kepala penisku, sambil mengocok pelan batangnya. Gerakan yang sangat terlatih, penisku langsung menegang dibuatnya, Dia menghentikan kulumannya, lalu mulai menjilati batang penisku dengan nakal, dengan perlahan ia jilati dari ujung kepala penisku sampai ke bijinya. Ia kembali mengulum sambil mengocok penisku, sambil begitu ia tetap melihat ke arahku, tatapannya tajam ke mataku tatkala tetap tersenyum, wajah cantik blasteran Korea-Indo sanggup mengalihkan pikiranku tentang Anin untuk sesaat. Nikmat dan hangat kurasakan di dalam sana walau penisku tak masuk seluruhnya, ia mengulum dengan tempo yang harmonis dan sangat telaten, penisku tidak mengenai giginya sama sekali membuatku hampir saja kecolongan. “Cleoo.... stopphh...” pintaku sebelum spermaku keluar, Cleo menghentikan aktifitasnya di bawah sana dan beralih duduk di pangkuanku, kemaluannya yang masiih tertutup CD beradu dengan pusakaku yang juga masih tertutup CD. Lembut kulit pahanya bergesekan langsung dengan tubuhku, Cleo mengaitkan kedua kakinya ke pinggangku, lalu tersenyum nakal ke arahku. “Shall we continue?” godanya dengan ekspresi bitchy.

Aku mengangguk-angguk ala Yuvia, wangi tubuhnya membuat aliran darahku mengalir kencang. Senyum tipisnya membangkitkan gairahku, aku menyibakkan rambut panjangnya lalu mencium tengkuknya, tangannya bergerak lembut memegang pipiku. Badannya makin menempel, dan pantatnya menekan penisku dengan keras. Aku mencium pipinya, Cleo tidak menghindar malahan tersenyum manis kepadaku.

Cleo lantas menuntun tanganku ke buah dadanya yang sekal, memintaku menggenggamnya lembut. Aku menurutinya, meremas pelan. Bisa kulihat reaksi wajahnya yang tersenyum tipis keenakan. Cleo mendesah tanpa suara, membiarkan diriku meraba dan menjelajahi buah dadanya. Tanganku masuk dalam BH nya, menyentuh kulitnya yang halus dan putingnya yang mengeras. Tanpa sadar aku meremasnya dan mempermainkan putingnya dengan perlahan. Matanya tertutup, mulutnya terbuka lebar dengan nikmatnya.

Cleo mendekatkan kepalanya ke arahku dan kami berciuman, kupagut bibir indahnya dengan seksama, Cleo membalas lumatanku dengan cukup apik. Perlahan kumainkan lidahku di dalam sana tapi ia malah melepas ciuman kami, “Jangan pake lidah, ih!” keluhnya, “Loh, kenapa?” aku menjawab dengan polos, “Aku nggak suka,”. Kami berciuman kembali namun lidahku tak ikut bermain di dalam sana, hanya bibirku berpagut mesra dengan bibirnya sambil sesekali kami mendesah nikmat. Tangannya memelukku erat, begitupun aku mengencangkan pegangan tanganku yang melingkar di pinggang rampingnya, entah sudah berapa menit kami berciuman penuh nafsu. Ciumannya sungguh nikmat, lebih dari yang biasa Yuvia berikan kepadaku. Kami mulai mengikuti irama persetubuhan, sesekali kami melepas ciuman hanya untuk saling berpandang mesra, mengucap kalimat romantis untuk menyenangkan satu sama lain, lalu kembali berciuman merasakan nikmat pergulatan bibir kami. Aku lupa akan Anin untuk sejenak, yang ada di otakku hanya memuaskan birahi dan membuat lawan mainku senang.

Ciumanku perlahan turun ke lehernya, Cleo menghalangi ciumanku di lehernya dan dialihkan kembali ke bibirnya. Aku paham maksudnya, ia tak mau ada bekas cupang di lehernya, terlebih lagi besok hari kerja pertamanya, mau dikata apa oleh rekan-rekan kerjanya nanti jika ada bekas cupang di lehernya. Cleo merasa tekanan di vaginanya, penisku mulai menegang lagi, ia mundurkan sedikit pantatnya sehingga tidak menduduki penisku, “Nakal kamuhh...” godanya manja sambil mencubit hidungku, lalu kembali menciumku mesra. Tanganku masuk ke kemejanya, meraba punggung mulusnya dan melepas kaitan BHnya, Cleo mengerti maksudku, ia membuka kemejanya dan melepas Bhnya lalu melemparnya menjauhi kami. “Jangan diliatin.. malu..” Cleo menutup payudaranya dengan menyilangkan tangannya, bibirnya cemberut dan mata sayunya benar-benar membuat birahiku naik total. Aku merentangkan tangannya agar bisa melihat payudara indah miliknya, sekal, padat, tidak terlalu besar ataupun kecil namun pas di genggaman, sama sekali tidak ngondoy dan betul-betul indah dan ideal payudara miliknya, tidak heran karena aktifitasnya sebagai dance mentor menghasikan tubuh yang sangat proporsional, yang sanggup membuat horny lelaki manapun yang berani menantangnya diatas ranjang.

Aku menggengam payudaranya, meremasnya lembut penuh perasaan, aku ingin membuatnya enak, tidak hanya fokus memuaskan hasratku seperti saat aku bermain dengan Yuvia atau Natalia atau wanita lainnya. Badan Cleo menegang, memudahkanku menyusu pada payudaranya, aku remas sambil tetap menyusu pada payudaranya, tempo remasan dan hisapanku kusesuaikan agar rasa nikmat juga ia rasakan, aku mempelajarinya dari tetanggaku, tante Ratna, seorang janda berumur 28 tahun beranak satu yang kutemani malam valentine-nya setahun yang lalu. Iya aku tau aku bajingan, memang, dan entah kenapa wanita sepolos dan se-istimewa Aninditha Rahma Cahyadi bisa jatuh ke pelukanku.

“Mmmhh..” Cleo mendesah nikmat, digigitnya bibir bawahnya sendiri, matanya terpejam laksana menikmati setiap hisapan yang kuberikan pada payudaranya. Aku melumasi putingnya dengan liurku, sembari menjilat-jilat nikmat areolanya lalu kembali menyusu padanya, berharap ada susu yang keluar dan menjadi sumber protein tambahanku. “Ahh.... Udahh...” pinta Cleo mengakhiri persusuanku, nampaknya ia sudah tidak sabar dan ingin segera merasakan kehadiran kejantananku di liang kewanitaannya. “Enak banget nyusunya.. sampe belepotan gituh..” Cleo tertawa kecil, lalu membersihkan sisa liur di sekitar mulutku dengan jarinya, lalu dihisapnya jarinya tersebut membuatku tertegun seketika. “Susumu menggoda sih” balasku, “Enakan mana sama punya pacarmu?” bisiknya seduktif di telingaku, “Kepo,” aku kembali mencumbunya mesra, kulumat nikmat bibirnya sambil tanganku mengelus-elus punggungnya, tanganku tak tinggal diam, mengelus bagian tubuh Cleo dari pantat, pinggang, punggung sampai leher, setiap inci tubuhnya yang bisa kusinggahi. Cleo melingkarkan tangannya ke leherku erat dan membalas ciumanku dengan tak kalah mesra. Ini ciuman paling mesra dan nikmat selama 20 tahun aku hidup.

Tanganku meraba ke saku belakangku, membukanya dan mengambil kondom yang slalu sedia di dompetku barangkali ada rezeki nomplok seperti sekarang ini, aku menyudahi percumbuan mesra kami, aku memasang kondom ke penisku sedangkan Cleo membantu melepas kaos ‘tiga detik’ yang kukenakan. Setelah berhasil melindungi alat kelaminku dengan benda karet itu, aku menggendong Cleo menuju kamarku untuk melanjutkan pertempuran kami, aku rebahkan tubuhnya di ranjang dan segera kutindih tubuh indahnya, dengan lembut aku memeluknya lagi. Kami berciuman dengan lembut kembali, lantas pelan-pelan aku meraba bibir vaginanya yang halus. Mengelus-elus permukaannya, menjelajah setiap lekukannya. Bisa kurasakan Cleo mendesah tertahan, menikmati setiap sentuhanku. Pelan pelan kucoba membasahi vaginanya dengan natural dengan liurku, memainkan jariku di vaginanya, dua jariku kini sudah masuk di dalam vaginanya, kumainkan jariku di dalam sana dengan tempo yang makin lama makin cepat, Cleo tampak begitu menikmati stiap lenggokan jariku di vaginanya, ekspresi nikmat terpancar dari wajahnya. “Ahh..ahhh...ahh...” Cleo mendesah nikmat, desahannya sudah tak terkontrol lagi, untung saja hanya ada kami berdua di rumah ini. Aku mengelus wajahnya, ia menggapai kepalaku dan mendekatkannya ke wajahnya kami berciuman lagi beberapa saat, sambil jariku tetap mengerjai liang senggamanya. “Jilaattiinn...” pinta Cleo saat pagutan ciuman kami terlepas.

Aku turun ke bagian bawah tubuhnya, Cleo malah menyilangkan kakinya dan menutupi wajahnya dengan tangannya, aku menggeleng lalu menerkam buah dadanya yang terekspose bebas, “Hmmphh..” kejut Cleo saat payudaranya kukenyot secara mendadak, “Salah sendiri ditutupin,” ujarku, Cleo tertawa lepas, “Puasin aku ya malam ini? Maaf kalo aku kurang enak.. Ini pertama kalinya setelah putus dengan pacarku setahun lalu....” Cleo tersenyum tipis, mata sayu khas sundanese dan hidung mancung ala korea membuatku diatas angin, bagai di surga dan sedang bercinta dengan bidadari.

“Iya sayang...” aku menciumnya singkat, lalu turun ke bagian bawah tubuhnya. Aku merentangkan pahanya membuatnya mengangkang, lalu kepalaku kudekatkan ke vaginanya, bau amis sedikit tercium saat hidungku menyentuh bibir vaginanya. Badan Cleo bergetar saat hidungku memasuki vaginanya, aku mulai menjilati vaginanya, lidahku masuk ke dalam liang senggamanya bermain-main disana, berkelak-kelok lidahku di vaginanya sambil sesekali kuhisap membuatnya keenakan,

“Ahh... ahh.. terus...” Cleo mengaitkan kakinya ke leherku, membuat wajahku kian dekat ke vaginanya.

“Uhhh...uhh... lagiihh... ahh...”

Entah berapa menit aku mengoral vaginanya, kutekan bagian atas klitorisnya dengan gusiku sambil kuhisap langsung membuat orgasmenya cepat keluar, tak berapa lama tubuhnya mulai menggelinjang, kurasakan pahanya juga mulai menegang, dan tercium aroma amis dari dalam vaginanya.

“Aahhhh.... I’m cumming.... Aahhh...” aku segera menarik kepalaku menjauhi vaginanya agar tidak terkena ciptaran cairan orgasmenya, Cleo mengatur nafasnya yang terengah-engah, sambil sesekali memberikan senyuman puas kepadaku. Senyumannya seolah berkata ‘you did a good job, darling’

“Gila jago banget sih lo.... hahhh......haahhhh.... How many girls had you sleep with?” tanya Cleo di sela-sela deru nafas beratnya.

“Dua..”

“Boong banget, jir”

“Serius, dah dibilang gak percayaan”

Iya, dua.....belas lebih tepatnya.

“Lanjutin gak nih?” tanyaku dengan nada menyindir.

“Hahh....hah... bentar... gue ngatur nafas dulu,”



***


Setelah nafas Cleo stabil, aku mulai menggesek-gesekkan penisku di bibir vaginanya, perlahan kunikmati detik demi detik kelamin kami bergesekan, sambil sesekali menikmati tubuh telanjang Cleo yang sangat indah untuk dipandang, “Masukin sekarang.....” pintanya manja, aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya, aku memberi penetrasi berupa genjotan ringan sebelum memasukkan penisku seutuhnya, setelah beberapa lama dengan satu hentakan penisku masuk seluruhnya ke dalam vaginanya, “Hmpphhh.....” respon Cleo saat pantatku menghentak maju. Pelan-pelan kumaju mundurkan penisku dengan lembut ke vaginanya. "Aahhh.... Ugghh...." Cleo mengerang, entah antara sakit atau keenakan. Bibirnya bergetar, wajahnya memerah dan nafasnya memburu. "Enaakkh....." bisiknya dengan suara yang sesak. Aku bisa merasakan nafasnya menerpa mukaku. Dia makin keras memelukku. "Aaahh.... Ahhh.... Aaahh.....” ada desahan di tiap tusukanku. Aku menidurinya dengan lembut, dengan penuh perasaan, berniat memberinya kenikmatan untuk kali pertamanya setelah sekian lama puasa seks.

“Aaaahhhh..... Uuuuhhh..... Teruss..... Dalemin lagiiihh....” Cleo meracau tanpa henti. Keringat mulai terasa di punggungnya. Yang kurasakan hanya pelukannya makin kencang, sempitnya dinding rahimnya yang menjepit penisku, dan nafsu memburu kami berderu mengisi seluruh ruangan.

“Aaahhh enakkk sayaangghhh...” deru nafas Cleo makin berat, peluh keringat kami menjadi satu menghasilkan lengket namun aku menyukainya, rambut Cleo mulai lepek dan pipinya merona merah, matanya terpejam menikmati lesakan demi lesakan penisku yang terjepit dinding rahimnya. Aku kian cepat menggenjot Cleo, naik turun pantatku kian cepat seirama dengan pantat Cleo yang ikut bergerak, gerakan vaginanya memijat penisku pelan. Pemandangan yang sangat menggairahkan.

“Aahhh... Ahhhh.... Uuugghhh....” Tubuh Cleo menegang, kurasakan penisku seperti makin terjepit oleh dinding rahimnya.

“Guee keluaaarrhhh .... ahhhhhh....”

Badan Cleo mendadak kaku, melenting ke belakang, lalu bergetar beberapa kali. Cleo menarik dan membuang nafas dengan panjangnya. Pipinya tampak merona merah, terkulai bersama dirinya di bawah badanku. Aku tersenyum puas, sangat puas saat melihatnya orgasme tadi, bisa kulihat erangan keenakan terpancar dari mimik wajahnya dan bahasa tubuhnya yang begitu menggemaskan. Aku tak mencabut penisku, membiarkannya tetap di dalam sana dan merasakan denyutan vagina Cleo pasca orgasme. Penisku sudah sangat basah tentunya, kami berciuman kembali, berpagut mesra dalam birahi dua insan anak manusia tanpa komitmen, saling bertukar kenikmatan tanpa terikat suatu hubungan.

Aku tak tinggal diam, kepalang tanggung spermaku sudah di ujung, aku menyampingkan tubuh Cleo dan mengangkat satu kakinya ke atas dengan tanganku, melebarkan sela diantara kedua pahanya agar memperluas jangkauan penetrasi penisku pada vaginanya. Sempat ada penolakan dari Cleo tapi aku tak mempedulikannya, aku ingin segera menuntaskan nafsuku. “Bentarrrrhh.....” sanggah Cleo meminta timeout , setelah dirasa cukup aku kembali memeluknya dari belakang, tanganku melingkar di pinggang rampingnya sambil tanganku iseng meremas buah dadanya. Aku menggerakkan pantatku maju mundur dan merasakan kenikmatan di dinding rahimnya yang sempit, yang memijat batang penisku dari segala arah. "Aaahhh..." Cleo mendesah, meracau dengan penuh kenikmatan. "Enak.... sayangghh......." ekspresi muka Cleo terlihat tidak bisa menahan kenikmatan yang ia rasakan. Berbeda dengan Yuvia dan Anin yang berwajah imut, Cleo sangatlah cantik dan dewasa, sangat jarang aku bisa bergumul mesra dengan wanita seperti dia.

***​

"Yon.... Gue gak tahan.... Ahhh...." mendadak Cleo menggelinjang, tangannya meremas sprei kasurku. "Aaaaaahhhhhhh....." Cleo mendesah panjang saat ia mencapai puncak kenikmatan. Tapi aku belum selesai.

"Udahan ahh... Geli...... Aku udahhhh—“ Cleo menutup matanya dan tenggelam dalam kenikmatan yang ia rasakan. Aku belum puas menggaulinya, aku terus memeganginya sambil memaju mundurkan penisku di dalam vaginanya, menggagahinya sebisa mungkin. “Dikitt lagii...ahhhh tahaannhh....” erangku.



Aku merasa ada aliran darah di penisku, berbarengan dengan hisapan dinding rahimnya yang mengendur aku melesakkan spermaku ke vaginanya, “Gue nyampeee Cleo... Aaaahhhhh....” , ada terasa lima sampai enam kedutan spermaku di dalam sana. Sangat banyak sampai kurasa kondomku telah penuh sperma dan sangat lengket. Kudiamkan penisku di dalam vaginanya beberapa saat sambil aku menciumi tengkuknya, mengelus lembut punggungnya, menjadikannya pacar satu malamku, ia menengok dan tersenyum lalu mengecupku singkat.

“Makasih ya..... Enak banget tadi......” Cleo berbalik arah menghadapku.

“Gue yang seharusnya berterima kasih, karena lo udah bantu gue ngilangin kegalauan gue,” Aku tersenyum sambil mengelus lembut pipinya, mata kami bertemu beberapa saat, pipi Cleo memerah, ia alihkan pandangannya ke arah lain menghindari tatapan tajamku. Entah kenapa banyak wanita berkata aku memiliki tatapan tajam yang sanggup mengintimidasi lawan jenisku untuk jatuh ke pelukanku, entahlah mungkin hanya halusinasi mereka yang berlebihan.

Aku beranjak ke kamar mandi dan mencuci penisku, membuang kondom yang sudah lengket sekali tentunya, lalu menyalakan shower. Ada pelukan hangat terasa dari belakang tubuhku, itu Cleo. Dia memelukku erat dari belakang sambil menciumi punggungku, pelukannya terasa mesra, dan gerak tubuhnya terasa tulus bagai pelukan seorang wanita untuk lelakinya. Kami tenggelam dalam damai beberapa saat dibawah kucuran air shower di tengah kesunyian malam. Aku berbalik lalu menciumnya lagi, tapi Cleo malah menyudahi ciumanku dan membalikkan tubuhku dan memelukku erat dari belakang.... lagi. “Don’t leave me alone...” ujarnya.

Setelah mandi bersama, kami memutuskan untuk segera tidur, karena sudah hampir tidak ada tenaga yang tersisa. Aku meminta izin ke dapur untuk membuat kopi sachet dan mengecek gawaiku, untuk mengetahui kabar kekasihku tentunya. Aku mengecek pesan Line-nya, hanya balasan singkat bahasan chatku sebelumnya, tidak ada ucapan selamat malam atau semacamnya. Aku mengecek twit**ternya dan dia update sejam yang lalu dengan emoticon sedih. Aku merasa sangat bersalah, bimbang sekaligus malu akan diriku sendiri. Disaat kekasihku menahan rindu jauh disana, aku malah enak-enakan bersetubuh dengan wanita yang baru kutemui beberapa jam lalu.

***

Tapi terkadang, perlu suatu kesenangan singkat untuk melupakan kesedihan yang berlarut-larut.

***
Setelah menghabiskan kopiku, aku kembali ke kamarku dan menyelimuti Cleo yang sudah tertidur pulas tanpa busana. Aku memilih tidur di kamar Yuvia yang kini beralih fungsi menjadi kamar tamu kedua, semenjak kejadian kemarin Yuvia mengambil seluruh barangnya yang tersisa di rumahku dan menghilang tanpa kabar, ia bahkan mem-blokir semua sosmed yang kupunya. Aku hanya bisa memantau aktifitasnya dari grup whatsapp keluarga besar kami, miris memang. Kini aku sudah berbaring di ranjang yang biasa kugunakan untuk bergumul mesra bersama Yuvia, yang kini terasa hampa, pernak-pernik khas wanita sudah tidak ada di kamar ini, boneka Rillakuma, Teddy Bear, Hello Kitty yang biasa menghiasi sudut ruangan hilang sudah, semuanya telah sirna, kecuali satu, yaitu kenangan kami.


Tanpa sadar aku membuka laci meja samping ranjang Yuvia, menemukan gantungan kunci dinosaurus mini yang kuberikan untuknya saat kami bermain di T*mezone setahun yang lalu. Aku melihat lurus ke langit-langit kamar, bingung akan perasaanku, aku tidak cinta pada Yuvia tapi ada rasa kehilangan teramat dalam dalam benakku.

“Ribet juga jadi orang ganteng ya, bangsat.” umpatku sambil tertawa, lalu melempar gantungan kunci tak berdosa itu ke arah pintu.

Setengah sadar, aku meraih gawaiku dan mengetik pesan singkat untuk Anin, “Maaf.” . Singkat, jelas , padat untuk menggambarkan perasaanku malam ini.

Lalu aku tertidur, what a weird day after all.

Waduh Dedek Somi. Kalau di forum Korea dewasa sih belum boleh masuk sih alias underage. Tapi sepertinya di sini ga masalah. Mantap suhu
 
Waduh Dedek Somi. Kalau di forum Korea dewasa sih belum boleh masuk sih alias underage. Tapi sepertinya di sini ga masalah. Mantap suhu

Yup, disini kan ga ngangkat cast si dedek, cuman jadiin mulustrasi jadi ga masalah hehe :)
 
Woh asik ada citar, anin nya ga ada jadi penjelajah gini, tapi bagus lah, aku suka
 
Wah wah dah banyak aja neh. Suka banget sih ama flow dan penyampaian ceritanya :D

Ditunggu part berikutnya :adek:
Siap gan hehe

Kayaknya banyakin sama cleo juga gpp nih huehuehue
Wah banyak jg yg req Cleo .....

wah citar...

Woh asik ada citar, anin nya ga ada jadi penjelajah gini, tapi bagus lah, aku suka
Citar ga masuk ke story, atau mungkin belum haha. Cuman kemaren lg demen sama Citar jadi ya iseng2 buat sajak untuk dia terus post kesini :klove:
 
Terakhir diubah:
Sik, nnti gue coba baca dari awal lagi...
Kaya ada yg berubah dari Dion setelah baca part ini.

Alias itu Cleo... Jun Somi kah?
Baca ini langsung keinget cerita sendiri

Ditinggal sekian lama gitu ada kemungkinan lupa karakternya gimana :|
 
Heeuh gak kebayang gua kalo ada citar ternyata
Gak usah dibayangin kalo gitu hahaha

Baca ini langsung keinget cerita sendiri

Ditinggal sekian lama gitu ada kemungkinan lupa karakternya gimana :|
Makanya lanjutin dong hu wakakaka :D

wow mantap yang jadi cleo somi i.o.i;)
ex i.o.i lebih tepatnya.

Saya suka, saya suka
logat mei - mei sinetron kembar botak itu ya? :kpenuh:

Wah toilet legend kembali digunakan
Emang toilet itu legend ya? malah baru tau saya haha
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd