Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Bimabet
Wanita itu Ibuku

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, tahun pastinya sudah lupa. Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan elektronik. Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Seorang anak yang cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat kaum hawa yang mengenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah dipromosikan ke posisi manager. Gajinya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor.

Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman-teman kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan perempuan single. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.

Di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali.Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini terlihat seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be. Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat, seperti membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Bahkan wanita tersebut juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu-satunya A be.

Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab A be.

Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat A be menjadi uring-uringan di rumah.

Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Di dalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.

Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa dibendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. “Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”. Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja ke supermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap tidak perduli.

Biar bagaimanapun ibu kita tetaplah ibu kita….sampai ajal menjemput tak ada kata mantan ibu maupun mantan anak…
 
Menyayangi itu mudah, mengasihi itu mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi terkadang menjadi hal yg paling sulit ketika kita melakukannya terhadap mereka yg membenci kita. Thanks atas cerita2 inspirasinya mbak, kereeennnn!!
 
PERSAHABATAN ABADI



Ketika Sheng Ru-zhi kehilangan anak satu-satunya, Zhang Kai, 11 tahun yang lalu, dia sangat terpukul. Tetapi dia tidak pernah sendirian. Tujuh sahabat Zhang semasa sekolah tidak pernah meninggalkan Sheng, bahkan sampai hari ini.


Ketika Zhang didiagnosis menderita kanker darah (leukemia) pada tahun 2001, tujuh temannya terus-menerus masuk dan keluar rumah Zhang untuk mengurus dia dan ibunya.

Setelah Zhang meninggal pada tahun 2004, ibunya menganggap akan menghabiskan sisa hidupnya sendirian meratapi anaknya yang hilang. Namun tiga hari kemudian, bel pintu berbunyi.

" Saya sendirian pada waktu itu," kata Sheng, menurut laporan People.cn. " Mereka datang ke rumah saya dan mengisinya dengan kehidupan lagi."

Sheng mengatakan dia tidak pernah berpikir kunjungan ini akan terus dilakukan tujuh sahabat anaknya selama 11 tahun. Seperti tahun-tahun telah berlalu, beberapa teman Zhang ini telah lulus dari universitas dan beberapa sekarang menikah dan punya anak, tetapi mereka terus merawat Sheng.

Tidak peduli seberapa jauh tempat tinggal mereka, atau bagaimana sibuknya, mantan teman sekelas Zhang selalu meluangkan waktu untuk melihat keadaan Sheng di Hefei, Provinsi Anhui, Tiongkok Timur. " Mereka seperti anak saya sendiri" , kata Sheng.

Selama terjadi badai salju pada tahun 2008, salah satu teman Zhang bernama Li Fei membeli bahan makanan dan menyerahkannya pada Sheng, sambil mengatakan, " Sangat licin di luar jadi tinggal saja di dalam rumah. Jika bahan makanan ini tidak cukup, telepon saya dan saya akan membelinya lagi."

Li sekarang bekerja di Xinjiang, tapi ia masih mengingatkan istri dan putrinya untuk mengunjungi ibu teman tercinta itu.

Fu Xiao-zheng, yang tinggal dekat rumah Sheng, selalu berkunjung setiap minggu. Ketika ditanya mengapa masih terus merawat ibu Zhang, Fu dengan rendah hati menjawab, " Itu karena saya tinggal di dekatnya dan punya waktu."

Sheng secara khusus mengingat hari ketika terjadi gempa pada tahun 2008. Karena sebagian besar dari tetangganya mengungsi, Sheng tetap di kamarnya, merasa putus asa.

" Suaranya sangat keras di luar dan aku berada di tempat tidur," Sheng menceritakan. Fu tiba-tiba muncul di pintu dan berkata, " Ibu, aku di sini" . Sheng menghabiskan malam dengan keluarga Fu di mobil mereka.

Pada 2012, ketika pemerintah menggusur rumah Sheng dan harus pindah di tempat tinggal baru, ketujuh anak 'angkatnya' patungan uang untuk membantu merenovasi rumah tersebut. Selama renovasi yang memakan waktu tiga bulan, Sheng tinggal di rumah Fu.

Karena kisah mengharukan ini ditulis di media lokal, Fu dan teman-temannya bersikap menjauh dari wartawan. Mereka mengatakan apa yang dilakukan bukan sesuatu yang istimewa sama sekali.

" Mengurus Bu Sheng adalah tanggung jawab semua orang," kata Fu. " Bahkan setelah 10 atau 20 tahun, kami masih akan terus merawatnya."

(sumber: Shanghaiist.com)


Menjaga dan merawat jalinan persahabatan, pada akhirnya akan berbuah manis. Kesetiaan dan integritas, melakukan semua kebaikan tanpa berharap imbalan adalah upaya nyata dalam merawat persahabatan. Bahkan ketika melewati 'badai' kebersamaan akan menguatkan dan memberi motivasi lebih untuk tetap melangkah maju menuju hari esok. Sehabat sejati tidak akan pernah melupakanmu, tidak akan pernah meninggalkanmu..!
 
Wanita tangguh itu bernama Drupadi


patung dewi Drupadi

Banyak dari kita mengenal kisah Mahabharata dari cerita nenek moyang sampai dengan serial televisi. Kisah tentang kelima pandawa yang tersohor di kerajaan hastinapura, tentang pecahnya perang Bharatayudha, tentang para kurawa yang selalu menyimpan dendam, dan tentang perempuan-perempuan tangguh yang berpengaruh dalam masyarakat patriarki. Semenjak epik terpanjang dari india ini difilmkan di televisi semua kalangan usia ikut meraba-raba alur kisahnya. Mahakarya ini sungguh menyajikan sebuah pesan kehidupan. Bagaimana sebuah kemenangan dan kekalahan tidak berarti apapun ketika dendam masih terpelihara mengalahkan nila-nilai kehidupan yang apik. Sebuah kisah yang diawali dengan ratapan kesedihan sang raja, Drestarastra, serta diakhiri dengan kedamaian luar biasa yang dicapai dari pertarungan harga diri, pergulatan emosi dan pematangan berpikir para pelakunya.

Sang Arjuna pun menjadi idola kaum hawa. Dengan wajah yang rupawan dan mengambil peran seorang bijaksana, Arjuna pun menghipnotis dunia, saya sebagai seorang awam ikut terbawa menikmati alur kisah ini bersama sang Arjuna. Memanjakan mata saya mengikuti setiap episodenya dan belajar bahwa ternyata ada perempuan hebat di belakang, di samping dan di depan sang Arjuna. Seorang perempuan yang ruangnya terbatasi oleh kultur patriarki. Siapakah dia? Seperti apa rupanya? Sejauh mana pemikirannya?

Perempuan itu bernama Drupadi, anak perempuan yang dipertaruhkan ayahnya, Abiyasa, karena rupanya yang elok. Pelelangan tubuh itupun dimenangkan oleh Arjuna. Tubuh Drupadi tidak mendapat eksistensinya pada saat itu, dia tidak dapat memilih untuk tidak dipertaruhkan, karena dia merasa ayahnya adalah penanggung jawab atas dirinya. Seperti teori tentang manusia yang dikemukakan oleh Sartre seorang filsuf eksistensialis bahwa filsafat eksistensialisme mengenai “Ada” terdiri dari 3 klasifikasi, yaitu, (1) Being in it self (tidak berkesadaran, objek), (2) Being for it self (sadar, subjek), (3) Being for others (sadar, hubungan antara subjek, hubungan sosial). Dari klasifikasi tersebut maka Sartre berusaha mendefinisikan eksistensi manusia, keberadaan manusia, kehadiran manusia sebagai suatu yang disebut “Ada”. Manusia adalah sebagai subjek, berarti manusia ada dalam kategori kedua (being for it self), kemudian bagaimana manusia itu bisa dikatakan sebagai subjek? Sarte mengatakan bahwa untuk menjadi subjek manusia harus bebas, harus memilih, harus bertanggung jawab. Manusia itu harus memiliki eksistensi yang berarti dapat menentukan hidupnya, bukan esensi yang hanya ditentukan pilihannya. Manusia adalah arsitek bagi hidup mereka sendiri.

Bertolak dari teori Sarte mengenai eksistensialisme, maka jika Drupadi tidak dapat menolak untuk dipertaruhkan, ketika dia tidak dapat mengontrol kepemilikan tubuhnya, ketika dia tidak bisa mandiri dalam memilih dan bertanggung jawab, maka bisa dikatakan pada memoar itu Drupadi ditempatkan sebagai objek, sebagai benda, sebagai properti kepemilikan ayahnya, sebagai budak patriarki. Arjuna memenangkan Drupadi dalam sebuah arena pertarungan dan menjadikannya istri yang sah, kemudian membawa Drupadi ke istana Hastinapura. Arogansi relasi kuasa Arjuna untuk memenangkan Drupadi dan ketidakberdayaan gadis cantik pada saat itu membawa Drupadi menjadi seorang istri dari lima laki-laki anak raja yaitu Pandawa (Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa). Sebagai seorang perempuan yang bisa dikatakan poliandri, Drupadi harus melayani kebutuhan seksual suami-suaminya di kerajaan Hastinapura, dalam epik ini diceritakan bahwa setelah Drupadi melayani suaminya maka dia akan bersuci pada sebuah api kudus.

Kita tahu bahwa cerita mengenai Mahabharata tentunya sangat erat kaitannya dengan perselisihan antara kurawa dan pandawa. Pada salah satu memoar wiracarita ini, kurawa menantang Yudhistira untuk bermain dadu, singkat cerita dengan latar belakang Yudhistira yang tidak terlalu mahir bermain dadu, kalahlah sang pangeran bijak ini dengan kurawa. Pada babak pertama harta benda sudah dipertaruhkan, pada babak kedua permainan dadu inipun Yudhistira kalah dan harus mempertaruhkan harga dirinya dan saudara-saudaranya, namun Yudhistira tetap melanjutkan permainan dan akhirnya dengan terpaksa mempertaruhkan Drupadi, untuk kedua kalinya Drupadi dijadikan bahan taruhan. Harta kekayaan Yudhistira pun sudah diserahkan kepada kurawa sehingga dia jatuh miskin, kemudian pada hari itu juga kurawa menyeret Drupadi ke istana Kuru dan memberitahukan bahwa ia telah dimenangkan oleh para kurawa dalam permainan dadu melawan Yudhistira (suaminya).

Pada kegetiran perasaan Drupadi itu, Bisma berkata kepada kurawa bahwa, orang yang tidak memiliki kekayaan tidak bisa mempertaruhkan milik orang lain, tapi di sisi lain, Bisma menyimpulkan seorang istri harus selalu berada dibawah perintah dan kebijaksanaan suami. Namun bagaimana mungkin seorang suami mempertaruhkan istrinya kepada para penjahat, sungguh situasi ini menjelaskan betapa besar tembok patriarki. Bahkan kurawa mengatakan bahwa Drupadi adalah seorang perempuan yang bersuami lima, maka dia pantas untuk ditelanjangi di hadapan majelis kuru.

Dengan rambut yang acak-acakan dan pakaian yang hampir lepas karena diseret oleh Dursasana, Drupadi termakan amarah. Tidak gentar Drupadi menjawab dengan berani bahwa raja Yudhistira telah diundang untuk bermain dadu dalam perjamuan ini, meskipun mereka tahu bahwa Yudhistira tidak punya keterampilan bermain dadu, dan Yudhistira telah dijebak untuk melawan penjudi jahat. “Bagaimana bisa kemudian dikatakan Yudhistira telah mempertaruhkan sesuatu dengan sukarela”, dengan tegas Drupadi melontarkan pertanyaan itu didepan majelis istana Kuru. Drupadi menegaskan bahwa ia adalah menantu Kurawa, ia adalah istri yang sah raja Yudhistira dan tindakan mereka hanya membuat Kurawa itu kehilangan harga diri. Kembali Drupadi menegaskan, ia masih ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaannya: apakah Drupadi dianggap dimenangkan atau tidak? Tidak ada satupun majelis kuru yang menjawab pertanyaan Drupadi. Singkat cerita majelis Kuru melepaskan Drupadi dari perbudakannya akibat pertaruhan.

Dari sepenggal kisah diatas, dapat kita ketahui bahwa dalam sebuah epik Mahabharata ada sosok perempuan tangguh yang mempertahankan harga dirinya, yang saya sangat kagumi adalah keberaniannya untuk membela dirinya bahkan suaminya yang telah mempertaruhkan dirinya, tanpa menyulut api peperangan. Dengan demikian Drupadi telah menunjukkan eksistensinya sebagai seorang manusia, seorang perempuan yang berhak dan bertanggung jawab atas tubuh dan pilihannya. Semoga kisah ini bermanfaat :rose:

MD
 
Permisi ya om ts mohon ijin nitip secuil pemikiran saya tentang cinta dan romantisme, kebetulan bahasannya tentang sebuah epik juga yaitu Ramayana. Terima kasih.

Saya tidak membenarkan tindakan kriminal apapun serta tidak bermaksud menyinggung kepercayaan tertentu. Tulisan ini tidak sepenuhnya mengandung literal meaning, melainkan beberapa diantaranya ada figures of speech yang perlu dipahami lebih lanjut karena dibuat dalam semangat romantisme. Read at your own risk.

Dulu, usai pertama kali membaca Ramayana, saya berpendapat bahwa seorang Rama sebagai sosok yang dapat dijadikan sebagai seorang panutan, terutama bagi seorang pria. Demi mencegah perpecahan, ia rela melepas klaim akan tahta kerajaan Ayodhya kepada adik tirinya Bharata hingga mengasingkan dirinya ke hutan. Ia juga rela menyebrangi lautan demi menyelamatkan istrinya, Sita dari cengkraman Ravana yang di awal cerita telah menculik istrinya tersebut. Bukankah itu luar biasa? Segala macam sifat/perilaku yang didambakan seorang manusia ada dalam seorang Rama, pantas rasanya kalau kita menjadikannya sebagai seorang panutan.

Fast forward beberapa tahun kemudian, saya kembali membaca epik ini dalam semangat nostalgia. Seperti yang kita ketahui, masuklah cerita pada latar terakhir. Tibalah Rama dan pasukannya di kediaman Ravana, sebuah pulau bernama Lanka, yang konon katanya bertahan hingga hari ini sebagai negara Sri Lanka. Hasilnya mudah diprediksi, kebaikan menang melawan keburukan. Tumbanglah Ravana setelah terkena serangan pamungkas Rama yang ternyata seorang titisan dewa yang agung. Berakhirlah cerita tersebut dengan akhir bahagia.

Tapi ada satu hal yang mengganjal dalam pikiran setelah saya membaca Ramayana lebih lekat lagi untuk kesekian kalinya. Sebuah tindakan yang menurut saya pribadi menjadi poin menarik dalam cerita ini. Saya lupa kalimat persisnya, tapi kurang lebih isinya begini:

'Maka diperintahkanlah oleh Sri Rama kepada istrinya Sita, untuk masuk kedalam api demi membuktikan kesuciannya'

Saya tercengang, suami macam apa yang sudah jauh-jauh berperang menyeberangi lautan demi menolong istrinya malah mempertanyakan kehormatan istrinya setelahnya. Bahkan dalam cerita, Lakshmana adik sang pemeran utama yang selalu setia pada kakaknya pun marah padanya. Memang di akhir cerita Sita tak tersentuh api sedikitpun, tapi tetap saja itu tindakan yang bertolak belakang dengan karakterisasi seorang Rama.

Kemudian timbullah pemikiran untuk membedah karakter Ravana. Ternyata ia adalah seorang yang taat dalam pemujaannya terhadap dewa-dewi, hingga puncaknya ia diberikan kekuatan yaitu tak akan mati ditangan makhluk apapun kecuali seorang manusia sebagai ganjarannya. Kemudian ternyata ia juga menjaga kesucian seorang Sita yang berada dalam tawanannya, bahkan ia berencana untuk menikahinya kelak.

Mengejutkan, seorang yang digambarkan dalam cerita sebagai personifikasi keburukan itu sendiri ternyata menyimpan kebaikan walaupun sedikit. Apakah jangan-jangan ia benar-benar cinta pada Sita dibandingkan suaminya sendiri?

Setelah membandingkan kedua karakter tersebut timbullah ide bahwa tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula kebaikan maupun kejahatan. Tapi bagi saya pribadi lebih mudah untuk me-relate diri saya yang notabene seorang manusia biasa dengan virtue seorang Ravana yang gugur memperjuangkan cinta dibandingkan seorang Rama yang bermandikan segala kejayaan dan kemuliaan.

Sekian dan terima kasih.
 
pertama, saya ucapkan terima kasih atas kunjungannya di trit saya :ampun:

ide membahas 'siapa Ravana' memang cukup menarik karena secara universal akan sedikit berlawanan dengan arus pemikiran yg lebih memuja dan memposisikan Rama sebagai simbol kebaikan.

uraian yang kamu tuliskan diatas, sama persis dengan ulasan yg pernah disampaikan oleh seorang budayawan ternama, dan pernah dibuatkan trit juga oleh sist angeline di HTH ini.

dari sudut pandang saya, saya bisa memaklumi dan memahami tindakan Rama. Pertama, sebagai seorang pria yang terhormat dan penuh dengan kemuliaan dan kejayaan, tentu saja ia ingin semua yg menyangkut pribadinya haruslah sempurna (tanpa noda). Ketika Sita ditawan oleh Ravana, karena keinginannya kelak untuk memperistri Sita, akan sangat wajar dan logis jika Rama akhirnya mempertanyakan 'kesucian' Sita setelah ia mampu membebaskannya dari tawanan Ravana.

Hal yang sangat manusiawi dan rasional (dalam sudut pandang saya). Tapi disisi lain, tentu saja ada opini lain yg muncul. "Kok bisa sih Rama gk percaya sama Sita?" Nah.. disinilah titik pertentangan yg muncul.

jika saja Rama tahu bahwa Sita sangat dihormati dan dijaga oleh Ravana, dan tahu bahwa Sita masih menjaga dirinya hanya untuk Rama, tentu saja Rama gk akan melakukan hal itu kan?

kepercayaan terhadap Sita .Hal Itulah yg tidak dimiliki oleh rama saat itu sehingga ia meminta Sita untuk membuktikan kesuciannya. Dan dalam pandangan saya, sangat wajar dan rasional terjadi.

apakah hal yg dilakukan oleh Rama itu merupakan sebuah kekeliruan? Hhmmm... biarlah opini-opini yang menjawabnya. Saya sebagai perempuan pun bisa memaklumi tindakan Rama itu, walalupun saya akan merasa 'tersakiti' oleh karenanya.

kira2 itu yg bisa sampaikan sebagai opini saya @SchDresden
 
That's a good point, mungkin pemikiran saya agak berbeda sedikit dengan pemikiran sist. Saya mikirnya ngapain Rama sampai repot berperang nolongin istrinya kalau dia sendiri gak percaya dengan istrinya sedari awal. Yah lagipula ini kan memang sebuah epik juga sih.

Thank you sis, ditunggu postingan selanjutnya. :ampun:
 
That's a good point, mungkin pemikiran saya agak berbeda sedikit dengan pemikiran sist. Saya mikirnya ngapain Rama sampai repot berperang nolongin istrinya kalau dia sendiri gak percaya dengan istrinya sedari awal. Yah lagipula ini kan memang sebuah epik juga sih.

Thank you sis, ditunggu postingan selanjutnya. :ampun:
Iyaaa, makasih juga udah berbagi opini ya.. makasih banget udah memberi sudut pandang dan refleksi yg berbeda.. bisa nambah wawasan juga lhoooo dari opini kamu ini..

Ini masih nyari2 bahan buat up selanjutnya sih, moga minggu depan bisa up lagi.

Makasih ya :rose:
 
UNIVERSITAS KEHIDUPAN

Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS

Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR

Jika setiap doa kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR

Seorang yang dekat dengan Tuhan, bukan berarti tidak ada air mata

Seorang yang taat pada Tuhan, bukan berarti tidak ada kekurangan

Seorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak ada masa sulit

Biarlah Tuhan yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena Dia tahu yang tepat untuk memberikan yang terbaik.

Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN

Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN

Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN.

Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN

Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN

Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI.

Tetap semangat….

Tetap sabar….

Tetap tersenyum…..

Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN

TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”

Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan

MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA.

Disadur dari Buku “Sepatu Dahlan Iskan”


Semoga bermanfaat untuk kita semua :rose:


Salam
MD
 
Kekuatan Kata-kata​

Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya.

Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu.

Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama saru jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

“Di luar jendela, tampak sebuah teman dengan kolam yang indah, itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah.”

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemangdangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari, satu minggu pun berlalu.

Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya.

Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawar lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti semua kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan di dunia luat melalui jendela itu. betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.
“Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup” Kata perawat itu.


Saya percaya, setiap kata selalu bermakna bagi setiap orang yang mendengarnya. Setiap kata, adalah layaknya pemicu yang mampu menelisik sisi terdalam hati manusia, dan membuat kita melakukan sesuatu. Kata-kata, akan selalu memacu dan memicu kita untuk berpikir, dan bertindak.

Saya percaya, dalam kata-kata, tersimpan kekuatan yang sangat kuat. Kekuatan kata-kata, akan selalu hadir pada kita yang percaya.

Saya percaya, kata-kata yang santun, sopan, penuh dengan motivasi, bernilai dukungan, memberikan kontribusi positif dalam seetiap langkah manusia. Ucapan-ucapan yang bersemangat, tutur kata kata yang membangun, selalu menghadirkan sisi terbaik dalam hidup kita.

Ada hal-hal yang mempesona saat kita mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Menyampaikan keburukan sebanding dengan setengah kemuraman. Namun, menyampaikan kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu sendiri. :rose:

salam

MD
 
Anugerah Dalam Setiap Langkah

Seorang profesor di undang untuk bericara di sebuah basis militer. Di sana ia bertemu seorang prajurit yang tak akan pernah di lupakannya, bernama Harry.

Harry yang di kirim untuk menjemput professor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan koper.


Ketika berjalan keluar, Harry sering menghilang. Banyak hal yang di lakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopernya jatuh.

Kemudian mengangkut anak kecil agar dapet melihat pemandangan. Ia juga menolong orang yang tersesat dan menunjukan arah jalan yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi profesor dengan senyumnya menghiasi wajahnya.

“Darimana anda belajar hal-hal seperti itu?”, tanya sang profeor.

“Oh”, kata Harry. “Selama perang, saya kira”.

Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga saat tugasnya membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ai harus menyaksikan satu persatu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.

“Saya belajar untuk hidup diantara pijakan setiap langkah”, katanya. “Saya tak pernah tahu apakah langkah selanjutnya merupakan pijakan terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini”.


Kelimpaahan hidup tidak dapat ditentukan dengan berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas.
 
Pengkhianatan Ketulusan Cinta

"Pernikahanku dengan Rudi (nama samaran) sudah memasuki sepuluh tahun. Sampai saat itu hubunganku dengan Rudi sangat harmonis. Ditambah lagi dengan hadirnya tiga buah hati kami.

Namun, sebuah musibah dalam keluargaku mulai muncul ketika aku mengenal facebook. Karena jejaring sosial inilah impianku untuk membangun rumah tangga yang utuh berantakan. Aku yang sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga tergoda dengan rayuan laki-laki lain melalui facebook.
Kisah ini bermula pada tahun 2009 ketika aku diperkenalkan oleh suamiku tentang facebook. Saat itu, aku yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga seakan mendapat hiburan baru. Suamiku pun senang karena melihatku yang tidak lagi jenuh sewaktu mengerjakan pekerjaan rumah dan menjaga anak-anak. Singkat cerita, setelah sebulan mengenal facebook, aku merasa tak ada yang istimewa pada jejaring sosial ini. Namun, setelah mengenal fitur chat (obrolan), aku mulai menikmatinya. Apalagi banyak yang ingin berkenalan denganku, baik itu laki-laki, maupun ibu-ibu. Wajahku memang ayu. Kulitku putih bersih. Saat ini usiaku sekitar 34 tahun. Aku memasang foto profil yang cukup menarik di facebook. Mungkin ini yang membuat banyak orang tertarik untuk berkenalan lebih jauh denganku.

Dari sekian banyak laki-laki yang menyapaku di facebook, ada beberapa lelaki yang mengaku tertarik kepadaku. Walaupun saat itu aku mengatakan bahwa aku sudah punya anak dan suami sehingga sebenarnya mereka tidak pantas untuk menyukaiku.

Awalnya aku bertekad untuk tidak tergoda dengan bujuk rayu sejumlah lelaki di facebook. Namun, setelah aku mengenal Salam (nama samaran), semuanya berubah. Salam adalah salah satu pejabat di perusahaan BUMN di Sulawesi Selatan. Salam benar-benar membuatku terpikat dan mampu menggoyahkan imanku. Bahasanya yang santun, dan caranya ia memberiku perhatian di facebook telah membuat hatiku luluh.

Setiap hari kami berbincang-bincang lewat facebook. Bahkan kami saling bertukar pikiran tentang rumah tangga kami masing-masing. Bisa dibilang kami saling curhat. Dari sinilah perasaan aneh itu muncul, baik dalam diri saya maupun dalam diri Salam. Akhirnya, Salam menyatakan rasa cintanya kepadaku lewat chat dan ingin berjumpa denganku.

Aku yang sejak awal sudah tertarik dengan Salam tak mampu menolaknya. Namun, aku masih malu-malu menyatakan rasa cinta ini kepadanya.

Setelah sekian bulan hanya chatting di facebook, kami pun sepakat untuk bertemu. Kami kemudian melakukan pertemuan di salah satu restoran di Makassar bagian barat. Saat itu Salam datang seorang diri, sementara aku membawa anak bungsuku.

Walaupun aku menyukainya, aku tak ingin pertemuan kami menimbulkan fitnah. Perasaanku deg-degan saat bertemu dengan Salam. Ia pun menyapaku dengan suara berat. Ada perasaan lain yag timbul di dalam hatiku. Di tempat itu, Salam pun kembali menyatakan ketertarikannya kepadaku. Aku pun menyatakan hal yang sama.

Pertemuan dengan Salam di restoran tersebut bukanlah hal yang terakhir. Sejak pertemuan itu, kami pun sering janjian untuk bertemu. Bahkan, kadang, aku bertemu dengan Salam seorang diri tanpa membawa anakku. Kebetulan di rumah aku memiliki seorang pembantu rumah tangga.

Rupanya, inilah awal dari keretakan rumah tanggaku dengan Rudi. Aku sudah mulai jarang di rumah tanpa sepengetahuan Rudi. Maklum, setiap hari Rudi bekerja mulai dari pagi hingga malam.

Sementara aku terkadang selalu bertemu dengan Salam dari siang hingga sore. Salam telah membuka mataku tentang indahnya dunia ini. Ia mengajak aku berjalan-jalan ke mall untuk shopping, wisata kuliner, dan mendatangi tempat-tempat hiburan lainnya. Ini semua kulakukan tanpa harus mengeluarkan uang. Aku seakan-akan sudah terjebak dalam kehidupan foya-foya dan gemerlap dunia.

Walaupun aku sering berfoya-foya dengan Salam, sikapku di rumah tetap seperti biasa. Aku tetap melayani suamiku ketika ia baru pulang dari kantor, termasuk mengurus pakaian dan makanannya saat ia akan ke kantor di pagi hari.

Setelah jalan bersama dengan Salam selama dua bulan, aku pun tak mampu menolak ajakan Salam untuk bertemu di hotel. Saat itu Salam sudah membooking salah satu kamar di salah satu hotel berbintang di Makassar.

Kira-kira pada pukul 11.00 malam, aku datang menemuinya di kamar itu. Setelah kami berbincang-bincang selama beberapa menit, aku tak kuasa ketika Salam memeluk tubuhku. Akhirnya, aku pun terjebak, dan rela melakukan hubungan suami istri dengan lelaki yang bukan suamiku sendiri.

Sejak peristiwa itu, kami sering melakukannya, berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel yang lain. Aku pun begitu menikmati kehidupanku ini. Namun, hatiku setiap hari berteriak. Aku tak rela mengkhianati suamiku yang sudah memberiku tiga orang anak. Apalagi ia begitu baik dan begitu mempercayaiku. Ia pun sangat disenangi oleh keluargaku.

Aku ingin lepas dari kehidupan Salam yang harus kuakui telah memberi warna baru dalam hidupku. Ia pun mengaku tulus mencintaiku. Di depanku ia juga mengaku berdosa telah mengkhianati istrinya. Tapi, sama seperti aku, ia tak bisa meninggalkanku.

Hari-hari terus berlalu dan bulan-bulan pun silih berganti, sedangkan kehidupanku tak ada yang berubah. Aku dan Salam masih tetap jalan bersama. Bahkan, aku semakin takut kehilangannya. Namun, peribahasa yang mengatakan, "sepandai- pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga" telah terbukti kepada diriku.

Sepandai-pandainya aku menyembunyikan hubunganku dengan Salam, akhirnya ketahuan juga oleh suamiku. Aku ketahuan selingkuh setelah suamiku membaca SMS Salam yang berisi kata-kata mesra dari Salam. Ia pun memaksa aku untuk mengakuinya. Saat itu aku pun pasrah dan tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi suamiku langsung menghubungi nomor ponsel Salam. Awalnya Salam membantah, dan mengatakan bahwa ia dan diriku hanya berteman.

Namun, setelah diancam oleh suamiku, Salam mengakuinya dan meminta maaf. Namun, suamiku sudah terlanjur sakit. Ia pun langsung menceraikanku. Saat ini aku dan Rudi masih dalam tahap perceraian.

Namun, dalam do'aku setiap selesai shalat, aku bertaubat kepada Allah, kepada suamiku, kepada anak-anakku dan kepada keluargaku karena aku telah menyia-nyiakan cinta mereka. Aku ikhlas menerima ini semua atas konsekuensi dari perbuatanku sendiri. Namun, aku masih tetap berharap untuk bisa kembali bersama dengan Rudi, dan akan aku buktikan untuk menjadi istri yang baik."

Godaan (cobaan) dalam perjalanan kehidupan akan selalu datang silih berganti dan dalam beragam wujud. Dan benar adanya bahwa kehidupan akan selalu memberi kita pilihan, lengkap dengan konsekuensi yg menyertainya.

semua pilihan (keputusan) tergantung pada diri kita masing-masing. Bersikaplah bijak dan dewasa dalam mengambil keputusan agar tiada penyesalan di akhir perjalanan.

semoga bermanfaat :rose:

MD
 
Bimabet
Penyesalan

Pada saat kami berpacaran aku memintanya untuk menikahiku dengan alasan karena aku malu sudah terlalu lama pacaran, sedangkan teman-temanku sudah menikah semua, dan pada akhirnya kami pun menikah. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik diantara kami, ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya .

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik-baik saja menurutku, Setelah menikah Mario suamiku tampak baik dan lebih menuruti apa mauku, kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi ke kantornya bekerja sampai subuh dan baru pulang kerumah untuk mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidur dan makannya sangat sedikit, aku pikir dia seorang workaholic.

Mario menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku berpikir memang mungkin dia tidak romantis dan tidak memerlukan hal-hal seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, pergi nontn berdua, bahkan makan berdua diluar pun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua , kami asik sendiri dengan sendok dan garpu kami, tidak ada obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering tiduran dikamar atau main dengan anak-anak kami, dia jarang sekali tertawa lepas, karena dia seorang yang sangat pendiam. Aku sangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik-baik saja selama 8 tahun, sampai suatu ketika ia tergeletak sakit di rumah sakit, karena jarang makan dan sering jajan di kantornya dibanding makan dirumah, dia terkena typoid (penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica) dan terjadi perforasi (lubang kecil) di ususnya.

Pada saat ia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya bernama Meisha dan mengaku temannya Mario saat kuliah dulu. Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi matanya begitu cantik, bersinar indah penuh kehangatan dan penuh cinta. Ketika ia berbicara, seakan-akan waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat-kalimatnya yang ringan dan penuh pesona.

Mungkin laki-laki ataupun perempuan akan jatuh cinta ketika mendengar dia bercerita. Meisha bercerita kalau Mario sangat pendiam sehingga jarang mempunyai teman yang akrab.

Pekerjaan kantor lah yang mempertemukan mereka pada 5 bulan yang lalu. Meisha bekerja di advertising dan Mario saat itu sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Seketika itupun aku flashback, 5 bulan lalu memang ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi bekerja dia tersenyum manis padaku dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru dan mulai sering tertawa lepas. Tapi di saat lain dia sering termenung di depan komputernya atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu hari Meisha datang menjenguk Mario lagi, aku sednag memegang sepiring nasi beserta lauk dengan wajah kesal karena Mario tidak mau aku suapi. Meisha pun masuk kekamar dan menyapa Mario dengan suara riangnya.

"Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini? Tidak mau makan juga? Uuuhh dasar anak nakal, sini piringnya." Lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba-tiba saja sepiring nasi itupun sudah habis ditangannya, dan aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku seperti siang itu. Tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!"

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari saat dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan aku berharap dia mencumbuku.

Lebih sakit dari pada ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin.

Lebih sakit dari rasa sakit yang aku alami pasca operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya.

Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah.

Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu, dia begitu manis, terkadang dia tiba-tiba datang membawakan donat untuk anak-anak dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan-jalan dan nonton. Dia juga pernah datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu-lucu.

Mendung menyelimuti Jakarta pada sore itu. Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, berambut keriting ikal dan cerdas sama seperti ayahnya berhasil membuka password email papanya. dia pun memanggilku, "Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha?"

Aku tertegun memandangnya dan membaca surat elektronik itu.

Dear Meisha,

Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak-anakku. Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh-sungguh mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya.

Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik-konflik terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya. Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon-pohon beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya.

Seperti pepohonan di hutan-hutan belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki-laki yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu.

Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.

Yours,

Mario

Seketika mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.

Akhirnya aku tau bahwa suamiku tidak pernah mencintaiku, dia tidak pernah bahagia bersamaku, dia mencintai perempuan lain. Sejak saat itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan di amplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya, Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa-sisa uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak-anakku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam-macam merk tas dan baju.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku? Itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.

Mario terus menerus sakit-sakitan, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus di dalam hatinya, dengan aku berpura-pura tidak tahu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

Setahun kemudian,

Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga. Meisha membuka amplop surat-surat itu dengan air mata berlinang.

“Mario, suamiku… Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja di kantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan.

Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa di atas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku.

Ternyata aku keliru, aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.

Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, “kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? Dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku?”

Aku tidak perduli, dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu


Rima

Di surat yang lain,

“Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha.”

Di surat yang kesekian,

“Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku. Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah-marah padamu, aku tidak lagi suka membanting-banting barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalu menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu.

Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur di samping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah. Meskipun belum terbit juga sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya.”


Di surat terakhir, pagi ini…

“Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.

Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran di matamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.

Tahukah engkau suamiku,


Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda-tanda cinta mulai bersemi di hatimu?

Jelita menatap Meisha, dan bercerita:

“Siang itu Mama menjemputku dengan motornya tan, dari jauh aku melihat keceriaan di wajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah-marah kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya.

Mama memarkir motornya di seberang jalan, ketika mama menyeberang jalan, tiba-tiba mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi aku tidak sanggup melihatnya terlontar. Aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak.

Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.


Dear Meisha,

Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah-marah dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba-tiba aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar. Inikah tanda-tanda aku mulai mencintainya?


Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor ke mana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak-anakku, tapi karena dia belahan jiwaku.

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Di wajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario.
 
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd