Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Oshi [TAMAT]

1001 sabi jugs kykny

Grasiyaaaaa mana grasiyaaaa
KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN!
 
Part 31: Wait For Me

Maaf yah, baru bisa update
Sebenernya mau update tanggal 12 kemaren, tapi setelah di kroscek ulang kok kayak ada yang kurang gitu, saya kayak kurang puas sama tulisan saya sendiri, jadi saya revisi ulang, dan begitu lihat TV malah tergoda karena ada Jessie joget Blackpink.
Terus berhubung kemaren ada kesibukan (gak usah menerka-nerka ya sibuknya apa). Jadi baru bisa update sekarang.
Maaf ya, malah curhat.
Ya udah deh, langsung mulai aja.

*Peringatan!
Sebelum membaca cerita ini, harap siapkan kantong muntah.
Karena akan ada adegan 'jorok'nya.
.
.
.
.
.
.
.
.

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

Gini banget ya hidup gue, batinku.

Dirumah tidak bisa tenang karena ada beberapa gadis yang tiba-tiba menjadi akur dan selalu 'menganggu' waktu luangku, aku jadi tidak bisa bermain game, nonton anime, ataupun berkegiatan yang lain dengan tenang.

Mau keluar jalan-jalan kalau jalan sendirian kesannya sedih banget, kalau mengajak salah satu dari mereka, yang lain nanti iri. Serba salah.

Menjalani hobi, ya nanti ketemu mereka-mereka lagi. Kan hobiku adalah ngidol.
Ini juga kenapa masing-masing team ada 2 perwakilannya?

Ya kali gue nonton academy, pikirku.

Dan akhirnya yang aku pilih untuk mengatasi stres ini adalah,...
Menjalani hobi, ya bodo amat lah ya.

(Emang udah dasarnya VVOTA ya VVOTA aja)

Oh iya, aku lupa memberi tahu. Ini sudah lewat satu minggu lebih dari kejadian di part sebelumnya, jadi bisa dibilang event JKT Circus sudah selesai. UAS ku juga sudah selesai dong, doakan nilaiku bagus ya.

Dan sekarang disinilah aku, baru selesai menonton theater Saka Agari.
Nah, untuk pembukaan sekaligus mengisi kekosongan aku akan sedikit membahas salah satu lagu di setlist Saka Agari ini, lagu yang bisa dibilang lagu kesukaanku di setlist ini. Ya, sebenarnya hampir semuanya suka sih. Tapi lagu yang akan aku bahas ini memiliki makna yang bagus.

Oke kita mulai saja, bedah lagu JKT48 episode pertama. (Padahal belum tentu ada episode selanjutnya)

Judul lagunya adalah, Party di Sudut Jalan (Machikado no Party), berikut lirik dan maknanya.

"Ku membuka hidran pemadam api
Semburan air yang menari-nari seperti harlem
Semua anak-anak pun asyik bercanda
Malaikat yang basah kuyup"

Lirik ini menceritakan betapa damai dan bahagianya anak-anak yang bersenang-senang sambil bermain air. Seperti tidak ada beban di hati mereka. (Ya, namanya juga anak-anak ya kan. Aku sendiri waktu anak-anak saking tidak ada bebannya, main lamar anak orang saja). Pasti mereka ingin selalu bersenang-senang, bermain bersama teman-teman mereka. Mereka bagai malaikat kecil yang secara ajaib bisa menularkan kebahagiaan mereka kepada siapapun yang ada di sekitar mereka.

"Jika ku bisa bahagiakan semua orang,
kapanpun dengan senang hati masuk lingkaran"

Kita bisa membahagiakan orang lain dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan cara masuk ke dalam 'lingkaran'. Lingkaran yang dimaksud adalah ruang lingkup atau wilayah di mana kita bisa menebarkan perdamaian.

"Dari jauh, orang dewasa terlihat muram.
Seakan ingin bilang 'BETAPA BODOHNYA KALIAN INI!' "

Lirik ini menggambarkan seseorang, agama, suku, atau oknum tertentu, yang mengganggap diri mereka adalah yang paling benar, hingga mereka bisa seenaknya sendiri menilai apa yang dilakukan oleh kaum yang berbeda itu adalah 'salah'.

Ini sering terjadi di Indonesia, di mana salah satu oknum yang merasa paling benar, membodoh-bodohkan oknum lain, mengkafir-kafirkan orang beragama lain. Itu sama saja halnya dengan dia menuhankan dirinya sendiri, karena dia merasa sudah paling sempurna. (Padahal kan, yang sempurna itu... Shani. Apa sih).

"Di sudut jalan seluruh dunia, lebih baik kita mulai saja party nya!
Tak usah pedulikan warna kulit yang berbeda, kepercayaan, dan bahasamu!
Lantun cinta dan berdansa!
Ini yang namanya damai...!!"

Masuk ke bagian chorus. Bagian ini mengajarkan kepada kita kalau kita bisa hidup berdampingan dengan orang-orang yang berbeda, tidak harus sama. Perbedaan itulah yang membuat kehidupan semakin berwarna. Dengan perbedaan, kita bisa saling mengerti perasaan satu sama lain. Bahkan, Tuhan menciptakan kita berbeda-beda, kan? Nah, Tuhan pun menciptakan perbedaan, kenapa kita harus membenci perbedaan tersebut?

"Dibanding kalian semua saling bertikai,
nyalakan hidran pemadam api, berdiri di tengah shower!"

Nah, lirik ini menjelaskan bahwa pertikaian itu tidak ada gunanya. Jadi, lebih baik kita party saja bersama-sama. Bersenang-senang bersama-sama. Happy Ae, Slow Ae, Sans Ae.

"Jika aku suarakan isi hati, bisa-bisa ku telanjang"

Ini lirik yang miris. Kita seakan diminta untuk membayangkan bagaimana hidup di zaman orde baru, di mana kita tidak boleh menyampaikan pendapat. Bukan hanya itu, di masa sekarang pun, kita seperti tidak bisa mengutarakan isi hati kita dengan bebas, tidak bisa menyampaikan pendapat yang menurut kita benar, hanya karena apa yang kita suarakan berbeda dengan apa yang sudah 'disetujui' oleh banyak pihak, yang mana itu sendiri belum tentu benar juga. Sekali kita menyuarakan pendapat yang menurut mereka salah, seketika itu pula kita akan dikucilkan. Miris.

"Suatu program berita menayangkannya.
Puisi musim panas yang menggelitik hati.
Dibandingkan latihan perang negara besar.
Ku rasa inilah pesan cinta yang mampu hentikan perang"

Lirik ini menjelaskan, bahwa untuk memperoleh perdamaian, kita tidak harus dengan cara berperang. Peperangan hanya akan memicu peperangan selanjutnya yang justru lebih besar lagi kualitasnya, sehingga dengan perang, perdamaian tidak akan bisa diperoleh.

"Di sudut jalan seluruh dunia, semestinya kegembiraan kan menyebar.
Pria-wanita, tua dan muda bukanlah sebuah masalah
Ku siram air, bahkan tersiram.
Kita sesama manusia!"

Lirik bagian Reff ini memiliki pesan yang sama dengan bagian Chorus, (ya, sebenarnya bagian chorus dan reff biasanya memang bermakna sama, jadi terkadang mereka tertukar. bahkan aku sendiri tidak tahu apa yang kujabarkan ini tertukar atau tidak).
Oke, lanjut! Lirik ini memiliki pesan kalau perbedaan bertujuan untuk menyatukan kita dalam kebahagiaan, bukan peperangan. Kita mungkin dilahirkan dengan kondisi fisik yang berbeda, dengan watak berbeda juga, tetapi kita diciptakan sebagai makhluk yang sama, yakni manusia yang memiliki akal pikiran dan perasaan. Jadi kenapa kita tidak coba berfikir sedikit sebelum bertindak.

Oke, cukup sekian bedah lirik lagu dariku. Aku memang sengaja tidak membedah keseluruhan lagu sampai akhir, karena bagian sisanya memiliki makna yang hampir sama dengan bagian-bagian sebelumnya.

Kenapa aku melakukan bedah lirik lagu ini?
Aku berharap setelah membedah lagu ini, semoga lagu ini bisa menjadi salah satu 'pembawa pesan damai' kepada orang-orang, terutama untuk negeri ini yang sedang gencar-gencarnya dengan isu SARA serta Rasisme. Ingat, negara kita memiliki semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' yang ada di lambang Garuda Pancasila, yang memiliki makna 'Berbeda-beda, tapi tetap satu jua'. Jangan jadikan perbedaan sebagai alat untuk memecah belah bangsa ini!

Dan alasan kedua kenapa aku melakukan bedah lirik lagu ini adalah, biar tulisannya kelihatan banyak aja. Hehehe.
Langsung gak keren ya kesannya tulisan diatas itu, hilang sudah semua pujian kalian. Hehehe.

Oke, karena sudah berakhir, wahai sayangku, dimanakah kau

(Lo pikir ada telfon? Lagian sekarang HP lo kalo ada telfon, bunyinya kan udah gak gitu, kan udah diganti sama,...)

Ya, maaf. Oke sekarang serius.
Bersama dengan berakhirnya bedah lirik lagu, kita akhiri juga part ini..

(Apa'an! Masa isi part nya cuma bedah lirik doang?!)

Ya udah, ya udah.
Masuk ke cerita ya,..

Ting~

Ada pesan dari Shani, mengajak pulang.
Ya, memang daritadi aku menunggu Shani, menunggunya memberikan konfirmasi kepulangannya.

Hah? Kenapa?
Soal spoiler Anin?
Bukannya aku tadi sudah menjelaskan kalau aku habis menonton theater Saka Agari, ya pasti ada Anin lah disana. Lagipula tidak ada yang mengatakan kalau akan terjadi 'sesuatu' antara aku dan Anin bukan.

Kebetulan juga kopi ku juga baru habis.
Ya sudahlah, aku mau pulang.
Pulang dengan Shani.
Dadah~
.
.
.
.
.
Kenapa firasat ku mendadak jadi tidak enak saat menunggu lift ini?

Dan ternyata benar. Saat pintu lift terbuka, langsung terlihat secuil makhluk yang tidak ingin kutemui saat ini.
Seketika aku langsung berbalik badan dan melangkah pergi menjauhinya.

"Woi, KAMPRET!!" teriaknya.

Aku tidak menghiraukannya dan tetap melanjutkan langkahku.

Huft~
Aku menghela nafas sejenak.

Kayaknya gue harus nunduk bentar deh, batinku.

"Mau kemana lo?!" tanya seseorang sambil melompat ke arahku dari arah belakangku.

Kampret! Nih orang niat banget kayaknya mau nggeplak kepala gue dari belakang, batinku.

Sambil lari dan lompat lho dia.

"Gue mau pulang!" jawabku sambil melangkah menjauhinya lagi.

"Ah, enggak!!" cegahnya. "Lo dulu pernah janji mau nemenin gue nonton tadaima"

"Gue capek" tolakku. "Gue lelah"

"Alah, alasan lo kayak lagi diwawancarai wartawan aja" balasnya.

Si kampret! Kok dia tahu ya?
Padahal timeline di ceritanya belum ada kejadian itu.

"Gue mau pulang, Raf!" kataku. "Udah ditungguin gue"

Ya, sudah tahu kan. Siapa orang yang tidak sengaja kutemui ini. Siapa lagi kalau bukan Rafli.

"Halah, ditungguin siapa? Orang pacar lo kan nanti mau tampil"

Tuh, kan. Gara-gara bertemu Samuel tempo hari, akhirnya beredar gosip berjudul 'Adrian Jalan Dengan Seorang Perempuan' ditambah ada penjelasan tentang ciri-ciri perempuannya, tinggi semampai dan memiliki tahilalat di dagunya.

Rafli pasti menduga 1000% kalau perempuan itu adalah Shania. Ya,... dugaannya itu benar sih, tapi kan Shania bukan pacarku. Aku kan tidak memiliki pacar. Belum.

"Ayolah! Temenin gue!!" paksa Rafli. "Gue bayarin deh"

"Gak" tolakku.

"Gue bayarin 2-shot roulette juga deh"

"Lo kok maksa gue banget sih?"

"Gue bayarin makan!"

"Oke, Deal!!" jawabku akhirnya.

Entah kenapa, firasat ku mengatakan kalau aku harus menemani Rafli. Kalau tidak, akan terjadi sesuatu padanya. Ya, aku harus menemani sahabatku ini.

"Nah, gitu" balas Rafli. "Yuk, kita ke theater, beliin lo tiket!"

"Bentar" jawabku. "Gue nelfon dulu"

"Nelfon siapa?" tanyanya.

"Ssstt..."

Aku menaruh jari telunjukku dan menyuruhnya diam karena aku sudah mulai menelfon.
Menelfon siapa? Ya Shani dong.

"Halo, Shan" sapaku. "Maaf ya, aku gak bisa pulang sama kamu. Aku ada urusan mendadak"

"Kenapa?" tanya Shani.

"Aku ketemu temen aku, trus diajakin theateran" balasku. "Kamu kalo mau pulang duluan gapapa. Oh iya, mungkin nanti aku pulangnya malem. Jadi kalo kamu udah ngantuk, mau tidur duluan gapapa, gak usah nungguin aku pulang"

"Hhmmm... Kamu...."

"Kenapa, Shan?"

"Kamu gak lagi bohong kan?" tanya Shani.

Mana mungkin aku berani bohongin kamu lagi, Shan. Aku udah kapok, batinku.

"Kamu mau nanya sama temen aku langsung?" tanyaku lalu menyodorkan HP-ku pada Rafli.

"Siapa sih?" tanya Rafli.

Tapi pertanyaannya itu langsung terjawab tanpa perlu aku menjawabnya karena begitu dia melihat layar HP-ku, ekspresinya seperti kaget.

"Jangan! Jangan! Jangan!" tolak Rafli. "Gesrek nanti gue!"

Akhirnya aku mendekatkan lagi HP-ku ke telingaku.

"Gimana, Shan?" tanyaku. "Udah kedengaran suaranya kan"

"Ya udah, aku percaya. Tapi kamu nanti pulangnya jangan bawa,..." kata Shani menggantung.

"Enggak lah, Shan. Gak akan aku ulangi lagi yang itu" jawabku.

"Ya habis kata-kata kamu tadi mirip kayak waktu itu"

"Enggak, Shan. Enggak! Gak akan aku ulangi lagi itu" jawabku. "Kamu bisa kan pulang sendiri. Atau kamu kalo mau jalan-jalan dulu juga gapapa"

"Bisa lah! Aku bukan anak kecil! Lagian aku gak sendiri kok, aku bareng Gracia" jawab Shani.

Kampret! Ternyata gue gak cuma batal pulang bareng Shani doang, batal nganterin Gracia juga, batinku.

"Kamu hati-hati ya pulangnya nanti" kata Shani.

"I-iya, Shan. Kamu juga hati-hati pulangnya"

"Ya udah, aku tutup ya telf- Eehhh.... Gree!"

"Kak Ads~~ Kok gak jadi pulang bareng sih?" keluh Gracia dengan nada sedih.

"Maaf ya. Gue ada janji sama temen" balasku. "Titip jagain Shani ya"

"Iya kak, kakak nanti hati-hati ya"

"Iya" balasku "Ya udah, gue tutup ya"

Aku sedikit menatap sinis kearah Rafli setelah selesai menelfon.

"Kenapa?" tanya Rafli seperti tidak punya dosa.

"Ck" aku sedikit mendecakkan lidahku. "Udah, ayok!" ajakku.

Demi sebuah persahabatan, terkadang kita memang harus mengesampingkan ego.

Lagipula aku juga sudah berjanji dan seorang laki-laki harus menepati janjinya.
.
.
.
"Gue masih bingung deh" kata Rafli tiba-tiba.

Aku hanya diam tidak menanggapinya.

"Kok tadi lo kelihatan perhatian banget sama Shani" tambah Rafli. "Padahal kan lo pacarannya sama Shania"

Si kampret! G*blok banget sih nih orang, batinku.

"Gue gak,..."

Aku melihat sekitar ku terlebih dahulu sebelum melanjutkan kata-kataku. Masalahnya, sekarang aku dan Rafli sudah memasuki wilayah theater, ya masih diluarnya sih, tapi tetap saja. Aku tidak mau kalau obrolan kami ini didengar oleh para VVOTA apalagi VVOTA garis keras, bisa-bisa terjadi salah paham.

"Gue gak pacaran sama Shania" balasku dengan berbisik. "Kenapa lo malah nuduh gue pacaran sama Shania sih?" tanyaku.

"Lah terus?" tanya Rafli balik. "Bukannya gosipnya waktu itu,... Tunggu, jangan bilang kalo lo pilih Shani, tapi waktu itu lo selingkuh sama Shania" tuduh Rafli.

"Lo jangan sembarangan ya kalo ngomong" balasku. "Apa urusan anda mempertanyakan hal itu?"

Mana mungkin lah, sudah memilih Shani tapi masih selingkuh? Bajingan banget.

Tolong diingat ya, aku tidak pernah berselingkuh dari Shani. Kami kan tidak pacaran.

"Ya makanya, jawab! Lo pilih siapa?" desak Rafli.

"Iya, gue pilih Shani" tambahku. "Puas lo sekarang?!"

"Hubungan lo sama Shani itu sebenernya apa sih?" tanya Rafli. "Bukannya kalian itu saudara?"

"Ribet kalo dijelasin" balasku.

"Ya tinggal jawab aja sih kayak tadi, langsung jawab gitu"

"Ya udah kalo itu mau lo" balasku. "Pokoknya,... intinya gue sama Shani itu tunangan"

Tidak ada balasan dari Rafli, mungkin dia masih berusaha mencerna jawabanku. Eh, ralat. Pasti. Pasti dia sedang berusaha mencerna jawabanku. Tapi yang jelas sekarang dia sedang kaget sambil memasang ekspresi bodoh.

"Udah! Jangan ngomongin itu disini" tambahku.

Aku berjalan kearah loket dan langsung menyapa salah satu staff yang sedang bertugas disana karena memang masih belum ada yang mengantri.

"Hai, mbak Zahrin~"

Ya, mungkin kebanyakan dari kalian sudah mengenalnya ya kan. Mbak Zahrin, staff ticketing theater yang sepertinya ikut kecipratan bedak JOT. Manis banget orangnya.

"Adrian?!" sapanya balik seperti tidak percaya. "Kok balik lagi? Ooh,... lagi kangen Shania ya?"

"Ah, enggak juga" jawabku. "Itu, tadi pas mau pulang ketemu sama temen, terus diajakin theateran lagi"

"Ya udah, mau bingo nomer berapa?"

"Kenapa setiap kali gue beli tiket selalu ditanyainnya gitu sih?" tanyaku.

"Perintah Kenzo-san" jawab mbak Zahrin.

Dasar, batinku.

"Terserah deh, mbak. Kalo bisa sih yang nanti dapet row depan"

Mbak Zahrin hanya tersenyum lalu memberikan satu tiket theater padaku.

"Bayar, Raf" kataku sambil menerima tiket tersebut.

Tapi tidak ada sahutan dari Rafli.

"Raf.. Raf..."

Aku melihat kiri kanan ku tapi tidak ada Rafli.

Kemana nih anak?, pikirku.

Aku menoleh kebelakang.

Yee, si kampret masih bengong aja, batinku.

"Nyari siapa sih?" tanya mbak Zahrin.

"Bentar ya, mbak" balasku.

Aku menghampiri Rafli dan langsung menendangnya dari belakang dengan cukup keras.

BOUGH!!

"Aduh!" keluh Rafli. "Kampret lo, Dri!"

"Malah bengong! Bayar, anjir!" balasku.

"Bayar apa'an?" tanyanya bingung.

"Katanya mau theateran, lo bayarin. Gimana sih?"

"Udah beli tiketnya?" tanya Rafli bingung.

"Udah, tapi belum dibayar. Bayar sono!" balasku.

"Iya! Iya!"

Aku pun kembali ke loket diikuti Rafli.

"Temen kamu?" tanya mbak Zahrin.

"I-iya, mbak" jawab Rafli. "N-namanya Adrian"

"Oh, gitu" balas mbak Zahrin. "Trus situ namanya siapa?" tanyanya balik.

PD banget nih orang, batinku.

Padahal kan mbak Zahrin tadi bertanya padaku. Kenapa dia yang menyahuti.

"Ini Rafli, mbak. Temen gue, yang tadi gue ceritain" kataku.

"Oh, temen kamu. Berarti nomer bingo-nya disamain aja ya" kata mbak Zahrin lalu menyerahkan tiket pada Rafli.

"Woi, Raf!" kataku sambil menepuk pundak Rafli karena dia kembali terbengong.

"Ah. Oh,.. iya iya"

"Bayar, bre"

"Oh iya"

"Lo kenapa sih?"

Nih anak kok makin parah ya?
Sama staff aja gesrek, gimana nanti waktu theateran. Pingsan kali.
Atau dia hanya bingung karena melihatku akrab dengan staff.
Bodo amat lah.

"Sekalian 2-shot roulette-nya juga, mbak" tambahku.

"Lho, bukannya tadi udah?" tanya mbak Zahrin.

"Mumpung dibayarin, mbak. Hehehe" balasku sambil sedikit tertawa.

"Lo tadi udah 2-shot?" tanya Rafli. "Gak usahlah"

"Lo udah janji kampret!"

"Dapet siapa tadi?" tanya Rafli.

"Ada deh" balasku.

Mau tau banget sih nih orang, batinku.

"Lo kok kenal sih sama mbak Zahrin?" bisik Rafli.

"Lo juga kenal kan"

"Maksud gue, kok mbak Zahrin kenal lo juga. Trus kayak akrab gitu"

"Kebetulan aja kali dia nya inget" balasku.

"Masa sih?"

"Udah lah, yuk"

Rafli mengikutiku sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Woi, Dri!" sapa sebuah suara.

"Oi, bang!" balasku.

"Mau kemana?" tanyanya.

"Nongkrong dulu nungguin bingo" jawabku.

"Banyak uang lo, theateran mulu"

"Aminin aja deh, ini gue lagi dibayarin" jawabku. "Udah dulu ya, bang"

"Ya udah, nanti gue kabarin kalo mau bingo"

"Makasih ya, bang Aris" balasku.

Ya, yang menyapaku itu adalah bang Aris. Oke, itu akan membuat Rafli semakin bingung.
.
.
.
.
.
"Kok banyak staff yang kenal sama lo" tanya Rafli bertubi-tubi.

Entah sudah berapa kali dia menanyakan hal seperti itu. Aku diam saja tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari Rafli.

"Lo masuk 'Golden List' ya?"

Goldenlist?
Apa lagi itu?
Kalau Blacklist adalah daftar dari para fans yang melakukan tindakan yang menganggu, membahayakan, atau bahkan mengancam keselamatan dan kenyamanan member.
Mungkin Golden List adalah daftar para fans yang dianakemaskan. Kalau memang begitu, mungkin aku memang berada di Golden List.

"Lo sebenarnya siapa sih?"

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

Aku mengulurkan tanganku kearah Rafli dan langsung disambut olehnya.

"Adrian" kataku.

"Malah kenalan" omel Rafli sambil melepaskan salaman kami.

"Lah, lo tadi nanya gue ini siapa. Ya gue jawab lah" balasku.

"Maksud gue, lo kenal orang dalem apa gimana kok bisa kenal banyak staff? Padahal theateran juga jarang lo" tanya Rafli lagi.

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

Sepertinya aku memang harus menceritakannya pada Rafli.

"Sebenernya, gue sama Shania itu..."

Tiba-tiba pintu lift di depan kami terbuka. Dan keluarlah,...

Haduh, gesrek lagi nih anak bentar lagi, batinku.

"J-J-Ju-Jul-Juleeeehhh....." Rafli tergagap-gagap.

Ya, yang baru keluar adalah Julie dan Diani. Mereka berdua langsung kelihatan bingung melihat reaksi Rafli.

BOUGH!

Sekali lagi aku menendang Rafli.

"Kampret lo!" umpat Rafli. "Gue ditendang mulu daritadi"

"Udah gak gagap lagi kan" balasku.

Julie dan Diani sedikit tersenyum melihatku yang menendang Rafli barusan kemudian mereka tersenyum sekali lagi sebelum akhirnya masuk kedalam theater.

IMG-20181213-231921.jpg


Pinter juga mereka, batinku.

Aku kira mereka akan menyapaku tadi. Aku sedikit bersyukur karena mereka tidak menyapaku, kalau sampai mereka melakukannya, itu akan menambah daftar pertanyaan Rafli nantinya.

Dia pasti akan bertanya, 'Kok Julie sama Diani nyapa lo?'. Aku bisa saja menjawab kalau aku hanya beruntung mendapat waro, tapi tetap saja itu akan merepotkan.

Atau mereka berdua sudah agak terlambat ya, jadi tidak menyapaku.

Ah sudahlah, batinku.

Aku pun masuk kedalam lift dan menekan salah satu tombol.

"Woi, Dri!! Jangan ditutup dulu lift nya" teriak Rafli.
.
.
.
.
.
"Jadi waktu SMP lo temenan sama Shania?" tanya Rafli memastikan.

Aku hanya mengangguk menanggapinya.

"Sampe sekarang?"

Aku kembali mengangguk.

"Berarti waktu itu lo jalan sama Shania sebagai temen doang"

"Iya"

"Entah kenapa gue percaya aja ya kalo lo yang ngomong"

"Lo kalo gak percaya juga gapapa, gue gak maksa"

"Bukan gitu, maksud gue,... mantan lo member, temen SMP lo member, bahkan tunangan lo juga member. Jangan-jangan lo sebenernya punya saudara yang jadi member juga"

"Emang punya kan"

"Siapa?"

"Shani"

"Iya sih, tapi,...."

"Apalagi?"

"Kenapa lo oshi gak punya?"

"Bodo lah, Raf"

Gue juga masih bingung, batinku.

"Lo mau kemana?" tanya Rafli kemudian. "Katanya makan?"

"Ngosongin isi perut dulu dong, biar maksimal" jawabku.

"Si kampret! Niat banget kalo mau morotin temen" balas Rafli.

"Hehehe"
.
.
.
.
.
"Inget, Dri! Jangan jongkok di wc duduk" kata Rafli mengingatkan saat aku akan memasuki toilet.

"Daripada kebalik" balasku. "Duduk di wc jongkok"

Ya, ini hanya saran tapi jangan dilakukan ya. Jangan duduk di wc jongkok.

Tunggu bukan itu sarannya. Sarannya adalah, kalau kalian mau ditraktir makan oleh teman, pastikan perut kalian dalam keadaan kosong. Ya, agar supaya memiliki daya tampung yang lebih. Hehehe.
.
.
.
.
.
DOK!! DOK!! DOK!!

Tiba-tiba bilik toiletku ada yang menggedor, bukan dari depan tapi dari samping, dari bilik sebelah.

Ini siapa sih, batinku.

"Dri, lo masih disana?" tanya sebuah suara dari bilik sebelah.

Ya elah, si kampret ternyata, batinku.

"Apa'an Raf?" tanyaku balik.

"Disitu ada tisu toilet gak? Disini habis" jawabnya.

"Lah, lo boker juga?" tanyaku.

"Iya, gak tau tiba-tiba kebelet juga gue" balasnya. "Ada gak tisu nya?" tanyanya lagi.

"Ada sih, tapi tinggal dikit" jawabku berbohong. "Ini kalo lo mau, bekas gue aja gimana?"

"Lah anjir!!"

Sebenarnya tisu toiletnya masih banyak, aku hanya ingin mengerjai Rafli saja.

"Ini juga, bau banget punya lo"

"Gue keluar aja belum, punya lo sendiri kali" balasku.

"Gue juga belum keluar"

"Ya berarti ada yang gak disiram tadi!"

"Anjir, jorok banget!"

"Udah lah, gak asyik banget lagi kayak gini malah ngobrol" kataku.
.
.
.
.
.
"Bel sekolah adalah love song
Melodi yang aku cinta~"

Nih anak malah nyanyi lagi, batinku.

DOK!! DOK!! DOK!!

Kali ini aku yang berbalik menggedor bilik Rafli.

"Jangan nyanyi, anjir!" bentakku. "Kondisinya gak pas buat lo nyanyi"

"Ya, habis gue bosen, Dri" balas Rafli.

"Suara lo gak enak juga"

"Biarin lah, mulut mulut gue"

"Telinga telinga gue"

"Tapi bukannya kalo kita lagi di kamar mandi, suara jadi lebih bagus ya?"

Teori macam apa itu?

Aku hanya diam tidak menanggapinya dan kembali berkonsentrasi pada,... Hehehe. Tidak perlu kujelaskan kan.

Hening sejenak.

"Oh iya, lo kurang berapa lagi biar MVP?" tanyanya kemudian.

"Gatau" balasku. "Kurang 2 atau 3 lagi kali"

"Anjir, kurang dikit lagi" jawabnya. "Gue masih lama buat MVP"

"Yah, lo kan ngejar MVP 200, gue masih mau 100" balasku.

"Iya juga sih" kata Rafli. "Mau MVP ke siapa lo? Kan gak punya oshi" tanyanya kemudian.

"Ya, berarti sebelum gue MVP nanti, gue harus udah nentuin oshi gue"
.
.
.
.
.
"Kau dan aku (Kau dan aku)
Meskipun kita berada di bawah langit yang sama
Tapi kita berada ditempat berbeda~

Percayalah
Aku akan ada untukmu ~

Tunggu aku
Aku akan datang kepadamu ~
Dimanapun kau berada, aku akan pergi
Tunggulah aku
Waktu berlalulah begitu cepat~

Tunggu aku
Aku akan datang
Aku akan meninggalkan masa lalu~
Tunggu aku
Jadi perasaanku akan tersampaikan padamu~

Waktu akan berlalu cepat tanpa kita sadari~"

DOK!! DOK!! DOK!!

"Berisik kampret!" bentak Rafli setelah menggedor. "Lo tadi bilang kondisinya gak pas, kenapa malah lo yang nyanyi"

"Kalo berisik kenapa baru lo gedor waktu lagunya udah habis?" tanyaku.

"Gue cuma menghargai suara lo aja"

Kampret nih anak, malah menikmati suara gue dipikir konser kali, batinku.

"Lo udah selesai belum sih?" tanya Rafli lagi.

"Udah. Lah lo gak denger suara air barusan?" balasku. "Siap-siap!"

"Apa'an?"

Aku lalu melemparkan satu gulungan tisu ke bilik Rafli dari atas.

"Anjir ada banyak ternyata" kata Rafli. "Kenapa gak lo kasih daritadi? Gue nungguin lama, mana udah lengket banget lagi"

"Jorok lo, anjir!" bentakku.
.
.
.
"Kampret lah" omel Rafli sat aku sedang mencuci tangan.

"Kenapa lo?" tanyaku.

"Beneran ada yang belum disiram"

"Udah lo periksa?"

"Udah"

"Udah lo siram?"

"Belum"

"Siram, anjir!"

"Kenapa harus gue? Kan bukan gue yang buang"

"Anggep aja berbuat baik lah"

"Iya juga. Temenin ya"

Anjir!! Nyiram gituan doang minta ditemenin nih anak, batinku.

"Siram sendiri! Lagian lo yang daritadi ngeluh kan"

"Ya udah deh" jawabnya pasrah.

"Inget! Kalo mau nyiram, ditutup dulu. Biar kumannya gak nyebar"

"Iya! Iya!"

"Gue tunggu diluar ya"
.
.
.
BRUK!!

Aku menabrak sesuatu.
Eh, itu bukan sesuatu. Tapi seseorang.

"Maaf! Maaf!" kataku meminta maaf.

"Aku yang harusnya minta ma- Eh, kak Adrian!" serunya.

"Anin!"

1519835693405.jpg


Waduh, nih anak kalo dilihat dari deket cantik juga ya, batinku

"Woi, Dri. Gue udah,..... A-A-An-An-"

BOUGH!!

"Aduh!"

PLAK!!

"Udah nendang nampar lagi lo" keluh Rafli

"Tuh, lancar lagi kan ngomong lo" balasku.

"Eh, ini kan kak...." Anin terlihat berusaha mengingat-ingat Rafli.

Ekspresinya dengan mulut menganga itu sungguh lucu. Jadi pengen nampol, tapi selesai nampol habis itu,....

"Kak Raffi ya!" kata Anin.

"R-Rafli" balas Rafli membenarkan sambil menjulurkan tangannya.

"Bukan event handshake!!" kataku yang langsung menepis tangan Rafli. "Lagian emang lo udah cuci tangan?"

"Ya udah, lah!!" jawab Rafli.

"Hihihi"

Anin sedikit tertawa melihat apa yang kulakukan pada Rafli.

"Kak Rafli ini oshi nya siapa ya?" tanya Anin.

"K-kamu dong, Nin!" jawab Rafli.

"Bohong, Nin! Bohong! Jangan percaya" balasku. "Oshi lo tuh, nama dia tapi hurufnya dibalik!" kataku pada Rafli sambil menunjuk Anin.

"Nin... Nina?! Kan udah grad lama" jawab Anin.

"Dengerin tuh! Skandal! Skandal!" tambahku.

"Kampret lo ya" balas Rafli.

"Sekarang oshi nya siapa kak?" tanya Anin lagi.

"Oshi nya sekarang sebenernya Angel, tapi berhubung Angel pindah team. Jadi dia mau ganti oshi lagi" jawabku.

"Eh, kok gitu kak? Aku bilangin Angel lho"

"Nah lho, rasain lo" tambahku.

"Eh, Dri. Lo kok gitu sih?"

"Makanya pindah theateran team T aja lo"

"Kak Adrian jangan gitu ya, jangan kayak temennya. Tetep setia oshiin aku ya" pinta Anin.

"Eh, kok?!" kagetku. "Gue gak,..."

"Tadi 2-shot sama aku kan"

"Ya, kan roulette, Nin"

"Hmm,...."

"Enak banget lo roulette dapet Anin?" bisik Rafli.

"Oh iya" kata Anin tiba-tiba. "Aku kan tadinya mau ke toilet! Gak jadi deh, pasti udah ditungguin Angel sama Aurel. Mau nitip salam gak?"

"Salamin buat Angel aja, Nin. Bilangin 'dari Rafli yang dulu pernah oshiin kamu' gitu"

"Wo-Woi jangan gitu dong" balas Rafli.

"Hehe. Ya udah. Dadah, kak Adrian~" Anin berlalu sambil melambaikan tangan.

IMG-20171030-101501.jpg


"Itu tadi apa?" tanya Rafli.

Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaan Rafli.

"Kok gue berasa dapet fanservice berlebih ya?" tanya Rafli lagi. "Enak ya ada di Golden List"

Aku masih diam, aku sedang memikirkan sesuatu. Seperti ada yang janggal dari kejadian tabrakanku dengan Anin tadi.
Itu sedikit berbeda dari tabrakanku dengan Julie dulu. Jika saat dengan Julie dulu, aku tidak bisa mendengar langkah kakinya karena suara berisik. Tapi tadi saat dengan Anin, aku tidak mendengar langkah kaki sama sekali. Seperti dia tiba-tiba muncul begitu saja.

Apa jangan-jangan,....

BOUGH!!

"Kampret!" umpatku. "Kenapa lo nendang gue?!"

"Ya habisnya lo bengong aja, sekalian gue bales yang tadi-tadi juga" jawab Rafli. "Lo mikirin apa sih?"

"Ah enggak. Gapapa" balasku.

Mungkin hanya perasaanku saja, batinku.
.
.
.
.
.
"Lagi liat apa sih lo?" tanyaku pada Rafli begitu selesai makan.

Rafli masih diam dengan menatap layar HP-nya.

"Woi!!" kataku lagi sambil menarik earphone dari salah satu telinganya.

"Apa'an sih?!"

"Ya elah... pantesan anteng. Theateran ternyata" balasku. "Lo gimana sih? Mau nonton tadaima malah sekarang nonton TWT, Wimbledon lagi" tambahku saat melihat layar HP Rafli yang sedang memutar video theater setlist Tewoteran.

"Gue lagi kangen TWT, makanya tadi gue nyanyiin bel sekolah. Lagian gara-gara lo juga, tadi pake nyebut-nyebut Angel...." kata Rafli. "Jadi kangen Angel juga kan" tambah Rafli dengan suara pelan.

Yee, pake malu-malu nih anak, batinku.

Aku memasang earphone Rafli dan ikut menonton video tersebut.

"Eh, lo mau nonton juga?" tanya Rafli.

"Kenapa? Gak boleh? Tunangan gue ini yang ada di video ini kok" balasku.

IMG-20181214-013508.jpg


Duh, Shan. Kamu lucu banget di video ini. Gemesin!!, batinku.

"Bukan gitu, habis lagu wimbledon kan lagu...."

"Iya. Iya. Ame no Pianist kan" lanjutku. "Bodo amat lah, gue juga lagi kangen sama......"

IMG-20181214-014706.jpg

(*Untung nemu foto yang bertiga, di HP adanya cuma si 'itu' yang pake seifuku Ame no Pianist. Versi lama lho maksudnya, tahu kan siapa)

"Sama Manda?" tanya Rafli. "Lo kangen sama Manda?! Lo udah dapet Shani masih aja,... Emang kampret lo ya"

"Gue mau bilang gue kangen Andela kok" balasku. "Tahun depan jadi center lho dia" tambahku bercanda

"Wanjer,... Bisa aja lo ngeles nya"

"Lah, Ame no Pianist nya kok kepotong sih? Kok tiba-tiba Choco no Yukue?" tanyaku. "Lo download bajakan ya"

"Lo juga bajakan aja" balas Rafli.

"Tapi punya gue full. Gak kepotong-potong"

"Ya makanya gue minta"

"Ada di laptop, gue gak bawa. Kapan-kapan aja" balasku. "Kalo gue inget" tambahku pelan.

"Lo mah gitu. Pelit lo"

"Ya elah! Pengganggu!" gerutuku.

Aku sedikit menggerutu karena saat sedang asyik-asyiknya menonton, tiba-tiba ada telfon masuk ke HP Rafli.

"Pacar gue ini kampret!" balas Rafli.

Ya, telfon itu dari Sarah. Mungkin Sarah hanya ingin menanyakan keberadaannya. Ya itu wajar karena sekarang adalah hari sabtu.

Eh, anjir!
Penulisnya kampret banget!
Gue dibuat malam mingguan sama bedebah.

"Iya sayang~" sapa Rafli saat mengangkat telfon setelah sebelumnya mencopot earphone-nya terlebih dahulu.

Jijik banget sumpah!
Aku dan Shani saja tidak seperti itu kalau telfonan.

"Sama Adrian nongkrong-nongkrong aja"

"Woi!" panggilku pada Rafli pelan.

Ya, pelan. Karena aku tidak mau mengganggu dia menelfon.

"Sarah gak tau soal hobi ngidol lo?" tanyaku pelan.

Rafli langsung menaruh telunjuk didepan bibirnya mengisyaratkanku untuk diam sambil menggeleng pelan.

Oh, itu artinya tidak. Sarah tidak mengetahui soal hobi ngidol Rafli.

Wah, seru nih kayaknya, batinku.

"Hah?! Video call? Eh, iya iya. Iya, Sar"

Rafli langsung mengubah panggilan telfonnya menjadi mode video call.

"Udah?"

"Aku mau lihat Adrian!!" pinta Sarah. "Buat bukti!"

Haduh, ini dua sejoli ngerepotin gue aja, batinku.

"Hai, Sarah~" sapaku.

"Adrian, itu kalian sebenernya mau ngapain?" tanya Sarah.

Aku melirik Rafli yang sedang memberikan kode agar aku menjawab 'nongkrong doang'.

"Itu, mau ketemu cewek-cewek, dedek-dedek emesh. Ini Rafli baru aja godain spg" kataku.

"Raaffllllliiiiii!!!!"

"Enggak! Enggak Sarah!! Adrian bercanda doang" kata Rafli setengah panik sambil kakinya menendang-nendang kakiku.

"Hahaha. Bercanda Sarah" kataku. "Pacar lo ini, pasti gue jagain kok biar gak macem-macem"

"Beneran ya"

"Iya. Kalo nanti dia macem-macem, lo gak usah sedih. Kan masih ada gue" godaku.

"Gak! Gak! Apa'an!" bantah Rafli. "Aku pasti setia sama kamu kok. Malam minggu besok, pasti akan aku habisin waktu sama kamu ya"

Ya elah, Raf. Pake janji bakal setia. Kena wink member juga bakal gesrek, batinku.

"Sampe pagi kalo perlu" tambah Rafli.

Wah, mesum nih anak ternyata, batinku.

Daripada pikiran Rafli semakin kemana-mana, lebih baik aku mengajaknya pergi saja.

"Ayo, Raf. Bentar lagi bingo, gue udah di chat bang Aris" ajakku.
.
.
.
.
.
.
.
"Nyariin siapa sih?" tanyaku saat melihat Rafli celingukan.

"Gak. Gue takut aja tiba-tiba bang Rizky muncul, males gue" jawab Rafli.

"Hah?! Siapa?" tanyaku lagi.

"Yang waktu itu ketemu pas handshake"

Oh iya, aku baru ingat. Si VVOTASUM itu.
Udah mati kali orangnya, kena azab gara-gara mesum.

"Gak ada kayaknya" balasku.

"Firasat lagi?"

"Mungkin"
.
.
.
"Emang hoki ya gue kalo bareng lo" kata Rafli.

"Apa'an?" tanyaku.

"Selalu dapet row depan"

"Hehe. Yah, beruntung aja kali" balasku. "Ini kursi nya baru ya?"

Lebih nyaman sekarang, bagus lah. Semoga harga tiket theater tidak naik karena ini.

"Lo gak tau? Udah semenjak launching RE:Boost kemaren"

"Oh. Gue kan gak dateng"

"Iya. Kenapa lo gak dateng?"

"Ada masalah waktu itu"

Rafli langsung mengangguk mengerti soal 'masalah' yang ku maksudkan.

"Akhirnya gue ngerasain row depan lagi. Jarang gue dapet row depan" komentar Rafli lagi.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku, Dwi Putri Bonita malam ini memutuskan untuk lulus dari JKT48."

Tiba-tiba di akhir show, salah satu member team J, Uty mengumumkan akan graduate.

IMG-20181214-015553.jpg

(*Maaf ya, gak punya foto Uty yang sendirian. Adanya yang ini, gapapa kan)

"Dri,..." Rafli mencengkeram pundakku. "Lo mau nemenin gue, soalnya firasat lo bilang kayak gini ya?"

Iya kali, batinku.

Tapi aku hanya diam saja.

"Hiks,..... hiks.... kenapa.. hiks... kenapa banyak yang,.... hiks... kenapa banyak yang graduate sih akhir-akhir ini?" Rafli mulai menangis.

"Udah lah, Raf. Gak usah nangis, bukan oshi lo ini kan" hiburku.

"Terima kasih banyak selama enam tahun waktunya, makasih dukungan dan doanya. Uty banyak belajar hal baru, teman kayak keluarga kedua, dan theater ini seperti rumah sendiri. Makasih juga buat staff dan sensei yang sudah kasih ilmunya buat aku semoga kalian semua sukses selalu, tetap dukung JKT48" tambah Uty.

"Udah, Raf. Malu dilihatin, anjir!"

Jadi ternyata ini yang firasat ku takutkan tadi. Jika tidak kutemani, tidak ada yang menenangkan Rafli.
.
.
.
"Mau sampe kapan kita disini?" tanya Rafli.

"Sampe lo berhenti nangis" jawabku.

"Gue udah gak nangis! Udah ayok!" ajak Rafli. "Kita yang terakhir hi-touch nih"

Wah, bener juga udah sepi. Terakhir deh, batinku.

Karena aku bisa dibilang yang terakhir hi-touch, maka aku melakukannya dengan cepat. Aku berlari kecil saat melakukannya, jadi sesi hi-touch berlangsung sangat cepat. Tapi itu malah terlihat seperti mereka yang menjadi fans ku.

Shania dan member-member lain yang melihat apa yang baru kulakukan hanya menggeleng-geleng heran.

"Ayo, Raf! Cepetan!" perintahku.

Beberapa member langsung menoleh kearah Rafli dan seperti ingin bertanya.

"Iya. Temen gue" kataku menjawab pertanyaan yang tidak pernah mereka lontarkan.

Rafli pun langsung melakukan hi-touch dengan cepat juga, bedanya dia tidak berlari.

"Ian!" panggil seseorang.

Kalian pasti tahu kan siapa yang memanggilku seperti itu, tidak perlu kujelaskan kan. Tapi seharusnya daripada aku mengetik 'panggil seseorang' lebih baik aku mengetik 'panggil Shania' itu lebih singkat sepertinya.

Aku menoleh sebentar.

"Lo 2-shot?" tanyanya.

Aku mengangguk kecil sebelum akhirnya berjalan keluar.

Seketika suasana dibelakangku berubah menjadi sedikit gaduh. Dari apa yang kudengar intinya, mereka seperti berebut untuk 2-shot denganku.

Apa-apaan sih mereka ini, batinku.
.
.
.
.
.
.
.
"Dapet siapa?" tanya Rafli saat kami sedang nongkrong disalah satu cafe di mall ini.

Kami sudah selesai theater dan 2-shot. Ya wajar lah kalau nongkrong dulu.

"Apanya?" tanyaku.

"2-shot"

"Kepo banget sih lo"

"Tinggal jawab aja"

"Julie"

"Enak bener lo anjir! Baru ulang tahun kan dia"

Nih anak maunya apa sih?
Gak dijawab, protes.
Dijawab, gue dimaki. Lagian kan bukan gue yang nentuin, batinku.

"Gue dapet pacar lo"

Aku tahu ini arahnya kemana.

"Gue gak nanya. Dan gue punya pacar"

"Halah, punya panggilan kesayangan aja, 'Ian-Nia' ya kan"

Tuh, kan, batinku.

"Apa'an sih"

"Tadi waktu 2-shot dia cerita. Gue gesrek sih, tapi masih dengerin ceritanya kok"

Ngapain pake cerita sih tuh anak, batinku.

Kalau begini Rafli jadi punya banyak materi tambahan untuk meledekku.

"Dia titip salam, 'Salamin buat Ian, dari Nia' gitu katanya" tambah Rafli.

Ngapain titip salam coba, hampir tiap hari juga ketemu, batinku.

"Cie Ian"

"Bisa diem gak sih lo?"

"Gak usah salting lah"

"Kan gue udah bilang, gue sama Nia gak,..."

Rafli sedikit tersenyum mendengar perkataanku.

"Ciee... manggilnya Nia" ledek Rafli lagi.

"Gue hajar lo ya"

"Sorry sorry" kata Rafli. "Oh iya, ngomong-ngomong kok lo sekarang sering pake kupluk sih?"

"Buat nutupin rambut gue, biar gak terlalu menarik perhatian"

"Tapi kupluk lo warna merah, mencolok juga" balas Rafli. "Boleh gue liat?"

"Buat apa?"

"Liat doang"

Aku melepaskan kupluk ku dan memberikannya pada Rafli.

"Bahannya alus. Gue jadi pengen beli juga. Lo beli dimana?"

"Itu gue gak beli, gue dikasih sama...."

Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tidak mungkin kan aku menjawab Stefi. Bisa-bisa Rafli menginterogasiku lagi.

"Nia ya?"

Bodo lah, Raf, batinku.
.
.
.
.
.
.
"Ini Sarah kenapa sih?" tanya Rafli pada dirinya sendiri.

Bodo amat, batinku.

"Dari tadi bales chat typo mulu"

Pffft~
Aku sedikit menahan tawa.

"Kenapa lo?" tanya Rafli.

"Itu lo lagi dikodein, Raf" balasku.

"Maksudnya?" tanyanya tidak mengerti.

"Sarah bentar lagi ulang tahun kan"

"Iya. Trus apa hubungannya?" tanyanya lagi.

"Coba lo bales chat nya, 'kamu ngetik apa sih?' gitu"

Rafli langsung menuruti saranku. Dia membalas chat Sarah, dan......

"Kampret lah" kata Rafli sambil meletakkan HP-nya di meja dengan sedikit emosi.

Aku langsung mengambil HP-nya dan melihat isi chat nya, dan ternyata seperti dugaanku. Alasan kenapa Rafli bereaksi seperti itu adalah karena balasan chat dari Sarah yang berisi,....

"Iya nih, keypad aku gak enak, rusak mungkin. Aku butuh HP baru deh kayaknya"

Ajaibnya, tidak ada typo sama sekali di balasan Sarah yang terakhir.

"Makanya, kalo mau nembak cewek, pastiin ulang tahun udah lewat dulu. Biar gak kayak gini" nasehatku.

Ingat ya, pembaca. Itu nasehat sekaligus saran. Gunanya ya agar kalau kalian baru jadian tidak perlu bingung memikirkan kado.
.
.
.
.
.
"Hhmmm,... Okta!" kata Rafli tiba-tiba. "Gapapa sih, boleh juga"

"Kenapa lo?" tanyaku.

"Ini ngisi survei, nanti hasilnya bisa ngasih tau kira-kira siapa member yang mungkin jadi istri kita nantinya"

Wota lo, anjir!, batinku.

"Lo udah mau mutusin Sarah gara-gara itu?"

"Ya gak lah, gue sayang banget sama Sarah. Ini iseng-iseng aja"

Syukurlah. Sahabatku ini tipe yang setia,.... sepertinya.

"Tapi Okta boleh juga sih" tambah Rafli. "Bisa bantuan gue gak? Lo kan Golden List"

Oh, emang dasarnya kampret nih anak, batinku.

Eh, tapi jika Rafli dengan Okta, itu akan mengurangi 'pengganggu' dirumah. Mungkin aku akan sedikit membantunya. Ah, tapi tidak. Kasihan Sarah.

"Gue dapet Okta" tambah Rafli sambil menunjukkan layar HP-nya.

Screenshot-2018-09-26-18-36-26.jpg


"Itu artinya lo emang disuruh theateran team T"

"Apa hubungannya?

"Lagian emang lo percaya ginian?" tanyaku.

"Yah, gimana ya...."

Aku membaca kata-kata di layar HP Rafli.

"Bad Boy? Lo Bad Boy? Kacau nih survei. Gak pantes, anjir"

"Sialan lo!"

"Tapi lo akhir-akhir ini emang cukup Bad Boy sih"

"Si kampret! Malah ngatain lagi" balas Rafli. "Coba lo yang ngisi survei sekarang!"

"Ngapain?!"

Gak penting banget, batinku.

"Emang lo gak mau tau, siapa istri ideal buat lo? Siapa tau kalo nanti hasilnya,...."
.
.
.
.
.
.
.
Ada sebatang pohon yang tua. Bila hujan turun beberapa helai daunnya tumbuh. Bila musim gugur datang, angin menerbangkan semua daunnya. Jika diberi pilihan, kamu mau jadi apa?

Hujan
Angin
Musim gugur
Daun
Pohon

Oh, ini seperti analogi, perumpamaan maksudnya?

Hmm,... apa ya?

"Ini aja deh kayaknya" gumamku pelan.

Setelah aku menjawab pertanyaan terakhir, aku menunggu hasilnya, dan ternyata....

Ah, sial!
Hasilnya tidak bisa membuatku untuk tidak bahagia.

Memang sudah takdirnya ya ternyata.

Ya, pada akhirnya aku mengisi survei tersebut.
Bukan! Bukan begitu, aku hanya ingin memastikan kalau pilihanku benar.

"Gimana hasilnya?" tanya Rafli.

Aku tidak menjawab pertanyaan Rafli, aku hanya mengembalikan HP-nya dengan sedikit tersenyum.

"Si kampret!!" maki Rafli saat melihat layar HP-nya. "Lo dapetnya..."

"Ah, gue gak terlalu percaya gituan" kataku.

"Muke lo kelihatan seneng banget, bangsat!" balas Rafli.

"Hehehe" aku hanya menanggapinya dengan cengengesan.

"Lo tadi ngatain gue Bad Boy, lo gak baca nih? Bad Boy parah" tambah Rafli.

Wah, kampret nih survei, batinku.

"Eh, Dri lo ngerasain kayak diawasin gak daritadi" kata Rafli tiba-tiba.

"Iya. 3 orang kan dibelakang gue" balasku.

"Wah, 'firasat' lo udah berubah jadi 'haki kenbun' apa gimana?"

"Gue cuma ngerasain kayak daritadi ada yang ngomongin kita, dan dari suaranya kayak ada 3 orang"

"Keren, anjir. Ajarin gimana caranya dong"

"Ya rajin bersihin telinga aja" jawabku.

Kenapa kami malah membahas ini?

"Eh, mereka kesini" kata Rafli.

"Iya kan" kata sebuah suara.

"Dasar!" kata suara yang lain.

"Hey! Bocah-bocah kurang ajar" kata orang yang terakhir.

Sialan! Ternyata mereka.

Biar ku jelaskan, 3 orang ini siapa. Jadi mereka adalah bang Putra, bang Aldo dan bang Vino. Mereka adalah senior dalam hobi yang aku dan Rafli jalani, senior dalam hobi ngidol. Bahasa kerennya, mereka adalah VVOTA Sepuh, gak keren sih sebenarnya.

Nah, mereka ini lah yang membimbing aku dan Rafli bagaimana cara untuk ngidol yang baik dan benar. Tapi mereka sekarang sudah agak jarang menjalani hobi ini, istilahnya mau pensi katanya.

Ya pokoknya begitulah. Paham kan.

"Oi, bang kemana aja?" sapa Rafli sambil menyalami mereka satu persatu.

Aku juga menyalami mereka setelah Rafli.

"Gue kira bukan kalian tadi, habisnya sekilas gue liat yang satunya kayak Rafli, tapi yang satunya siapa. Rambut lo pake di semir sih" kata bang Aldo padaku.

"Bukan di semir, bang. Rambut dia emang gitu. Justru rambutnya yang sebelumnya itu yang dia semir" jawab Rafli.

"Udah dijawab sama juru bicara gue kan, bang" balasku. "Lagian rambut gue yang sekarang ini, tandanya gue udah meninggalkan dunia hitam, bang. Hehehe"

"Kampret!"

"Tapi kalian emang banyak berubah ya. Rafli yang dulu suka malu-malu sering nunduk, sekarang udah kelihatan lebih PD, Adrian yang dulu kurang ajar, gak ada attitude-nya, sekarang lebih sopan gitu kelihatannya" kata bang Putra.

"Emang gue gitu ya bang dulu nya?" tanyaku.

"Yah lo mana ada sopan-sopannya sama kita bertiga?" jawab bang Vino. "Terutama sama gue"

"Ya kan biar cepet akrab aja" balasku melakukan pembelaan.

"Ngeliat kalian sekarang udah tumbuh kayak gini gue jadi bangga, kayak berasa udah besarin anak gue sendiri" kata bang Aldo.

"Apa'an sih, bang!" kata Rafli.

"Kalo gue punya bokap kayak lo bang" kataku. "Begitu lahiran, kan kepala duluan tuh, gue masuk lagi, bang"

"Masih kurang ajar ternyata nih bocah" celetuk bang Vino. "Tapi emang udah berubah kayaknya kalian, dulu kalian kan pendek. Sekarang jadi tinggi, bahkan lebih tinggi dari gue"

"Ya kan tumbuh, bang" jawabku.

"Lagian lo aja yang dari dulu emang pendek bang" tambah Rafli.

"Ikutan kurang ajar nih bocah" kata bang Vino. "Kesukaran Adrian ya lo?"

"Eh, ngomong-ngomong kalian tadi ngapain sih?" tanya bang Putra pada Rafli.

"Ini, bang. Ngisi survei buat seru-seruan aja" jawab Rafli. "Liat nih, hasil survei nya Adrian"

"Wah" kata bang Putra. "Eh, Do! Coba lo lihat nih"

"Waduh, saingan sama Adrian dong gue" balas bang Aldo. "Ya pasti mundur lah gue, coba aja lo bandingin"

"Iya sih wajar sih kalo mundur, apalagi rambutnya yang kayak gitu. Makin keren nih, bocah" puji bang Putra.

Eh, dia memuji atau bukan ya?

"Ya udah, gue tutupin lagi deh rambut gue" kataku sambil memakai kembali kupluk ku.

"Malah kayak ada bendera Indonesia nya" celetuk bang Aldo.

"Merah putih ya? Makasih lho" balasku.

"Eh, kita kan jarang ngumpul gini" kata bang Vino. "Ngelakuin kebiasaan lama yuk" ajaknya kemudian.

"Oh iya iya" kata Rafli menanggapi. "Boleh, yuk!"

"Lo bawa gitar kan, Do?" tanya bang Putra.

"Bawa. Ada di mobil, gue ambil dulu" jawab bang Aldo.

"Lo ikut kan, Dri?" tanya Rafli.

"Ayok deh!"
.
.
.
.
.
.
.
"Jangan lupakan diriku
Jangan pernah lupakanku~
Tentang aku
Tentang kita
Semua hal tentang kita~

Jika, kau tak bisa mengingat semuanya
Cukup ingatlah satu hal saja~
Ku berjanji, satu hari nanti
Ku akan kembali kepada dirimu~

Jangan lupakan diriku
Jangan pernah lupakanku~
Tentang aku
Tentang kita
Semua hal tentang kita"

"Lo daritadi nyanyi lagu kayak orang mau pergi jauh gitu sih?" komentar Rafli setelah aku selesai bernyanyi. "Kayak mau perpisahan gitu"

"Emang iya?" tanyaku balik.

Tapi firasat ku memang seperti mengatakan kalau tidak lama lagi aku akan pergi jauh.
Kenapa ini?

"Udah lah, kita nyanyi lagu lain aja" kata bang Aldo. "Demachi masa lagu sedih, yang semangat dong"

Ya, kita memang sedang melakukan Demachi (menunggu para member keluar dari theater setelah Show selesai) itulah kebiasaan lama yang disebutkan bang Vino tadi.
Meskipun kami hanya menongkrong di depan lobby sambil bernyanyi-nyanyi tanpa mengharapkan kalau ada member yang lewat sebenarnya.

"Lagu apa, bang?" tanya Rafli.

"Lagu yang cocok buat suasana kayak gini nih. Lagu yang sesuai sama keadaan sekarang" jawab bang Putra.

"Ooohh......"

Aku dan Rafli yang baru mengerti langsung ber'oh' ria bersamaan.
.
.
.
.
.
"Don't you worry, mending hepi.
Yuk nongkrong di lobby~

fx sangat berarti, tempat kita demachi.
Alasan nunggu taksi~
Jika tua nanti, kita udah sama si oshi.
Ingatlah gedung ini~"

"Sekali lagi!" teriak Rafli memberi instruksi.

Firasat ku seketika menjadi tidak enak lagi.

"Shani sangat berarti, istimewa di hati.
Adrian jatuh hati~
Jika benar nanti, Adrian jadi jodohnya Shani.
Jangan lupakan kami~"

"Hahaha" tawa mereka pecah begitu selesai bernyanyi.

Kampret! Kampret!, batinku.

"Tapi kalo gue kok ngerasa ikhlas aja ya, kalo misalnya emang Shani sama Adrian" kata bang putra tiba-tiba. "Maksud gue, cocok aja gitu. Gue pikir Shani mungkin bisa bahagia kalo sama Adrian, kalo Adrian gak usah ditanya lah ya. Udah pasti bahagia lah dia" tambahnya.

"Kampret lo, bang" balasku sambil sedikit tertawa.

"Tapi bener lho, gue setuju" tambah bang Aldo. "Gue sebagai Shani oshi aja kayak,... gak marah gitu. Justru gue pengen ngedukung. Gatau kenapa"

"Iya. Adrian itu kayak punya sesuatu di dalem dirinya yang ngebuat orang-orang disekitarnya kayak mau aja gitu ngedukung dia" kali ini Rafli yang berbicara. "Yang enggak kayak gitu, mungkin cuma iri aja sama dia" tambahnya.

"Kalo gue sih bodo amat, asalkan bukan sama Beby aja" kata bang Vino.

"Ya kali, bang" jawabku. "Gue masih normal, masa sama cowok" kataku bercanda.

"Anjir lo" balas bang Vino.

"Lho, kan bener bang" balasku. "Udah lihat MV UZA kan,... Kelihatan jakunnya gitu. Hehehe"

"Anjir emang, dasar bocah kurang ajar!" balas bang Vino sambil tertawa.

"Cuma Adrian lho yang berani gitu sama Vino" kata bang Aldo.

"Iya. Kita berdua yang temenan lebih lama aja masih agak ragu kalo bercanda sama Vino pake bawa-bawa Beby" tambah bang Putra. "Kan si Vino baperan"

"Gatau ya. Kalo bercanda sama Adrian, gue gak gampang baper" jawab bang Vino.

"Ya jangan, bang. Masa lo baper sama gue" balasku.

"Wadauw"

"Hahaha"

"Eh, sekarang udah jam berapa sih?" tanya Rafli.

"Jam.... Bunyi HP-nya siapa tuh?" tanya bang Vino saat akan menjawab pertanyaan Rafli tapi dia mendengar sesuatu.

"HP gue, bang" jawabku. "Sorry belum kebiasaan sama bunyinya"

"Anjir! Bunyinya wota banget!" ejek Rafli. "Mendingan yang sebelumnya"

"Wah, fix sih ini. Shani oshi" komentar bang Putra.

"Gue punya 'saingan' nih" tambah bang Aldo.

"Tapi kalo menurut gue, oshi nya Adrian nanti bukan Shani deh, tapi...." kata-kata Rafli sedikit menggantung.

Aku tidak menanggapi komentar mereka karena fokusku tertuju pada layar HP-ku.

"Waduh, kayaknya gue harus pulang nih, bang" kataku.

"Ditelfon siapa sih? Mama? Disuruh pulang, udah malem, waktunya bobo" ejek bang Vino.

"Iya. Mamah Shani" jawabku jujur tapi dengan nada bercanda. "Lo gak pulang, Raf?"

"Ya udah. Udah jam segini juga" balas Rafli.
.
.
.
.
.
.
.
"Beneran Shani yang nelfon tadi?" tanya Rafli.

Aku hanya mengangguk sambil berusaha untuk menghubungi Shani kembali karena tadi telponnya tidak sempat kuangkat. Tidak mungkin kan kalau tadi aku mengangkat telfon dari Shani saat ada bang Putra dan yang lain.

"Halo, Shan" sapaku setelah telfonku tersambung. "Maaf ya, tadi aku gak bisa langsung angkat"

"Kamu cepet pulang ya" jawab Shani. "Ada yang harus aku omongin sama kamu"

"Ada apa?" tanyaku. "Kamu kenapa?"

"Pokoknya kamu cepet pulang ya. Aku tunggu! Dah~" Shani langsung memutus sambungan telfon.

"Kenapa?" tanya Rafli.

"Gak tau. Tapi firasat gue gak enak, gue langsung balik ya" jawabku. "Dah, Raf. Makasih ya" kataku sambil berjalan mendahului Rafli.
.
.
.
.
.
.
.
"Assalamualaikum. Shan! Shani! Shan, aku pulang Shan" sapaku saat sudah masuk kedalam rumah.

Dari ruang tengah, tiba-tiba Shani muncul dan berlari ke arahku kemudian dia memelukku seperti sedang ketakutan.

"Kamu kenapa?" tanyaku. "Kok jam segini belum tidur?"

"Itu, kak,.... tadi....."

Ada Gracia juga disini. Apa mungkin dia akan menginap lagi?

"Ini Shani kenapa?" tanyaku pada Gracia.

"Besok kamu harus ketemu sama kak Yona" jawab Shani.

Kak Yona?
Tunggu, apa lagi ini?
Masalah baru?

45863623-273865693272242-1752387748335686403-n-1.jpg

























-Ya,...... Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Di catatan penulis kali ini, cuma mau kasih tahu aja, hasil 'survei' yang diisi Adrian.

Screenshot-2018-09-26-16-28-29.jpg



Makasih.
• TTD H4N53N


"Untuk Yang Minta 'Eksekusi Naomi' Sebelum Dia Resmi Grad"

Maaf, tapi sepertinya hal itu tidak bisa dilakukan

Ada yang namanya 'proses', gak bisa tiba-tiba langsung kesana.
Saya gak bisa tiba-tiba gitu aja nulis tentang 'eksekusi nya Naomi' dan di post sekarang. Karena itu bisa merusak jalan cerita nantinya.

"Mungkin bisa dicoba pake cara alur 'lompat-lompat' kayak biasanya?"

Gak bisa. Karena akan terlalu jauh lompatnya.
Lagipula apa bedanya sekarang atau nanti?
Toh, di cerita yang akan saya tulis nanti, Naomi masih jadi member.

Ada juga cerita lain yang cast nya eks member, yang baca juga banyak dan masih dinanti.

Jujur, saya (mungkin tidak hanya saya) sebagai penulis, tidak bisa untuk terus 'menuruti' permintaan dari kalian. Penulis juga punya pemikirannya sendiri.

Maaf, kalau misalnya ini mengecewakan anda.
Tapi saya harap, setelah membaca ini, anda tetap mengikuti cerita ini sampai tamat nanti.
Kalaupun tidak, perkenankan saya untuk mengucapkan terimakasih. Terimakasih karena sudah mau membaca cerita ini, terimakasih juga karena sudah mau membaca tulisan ini.

Sekali lagi,.... Maaf..
 
Ini nih, kepikiran sama juga saya. Kampret emang adrian :marah:
Apa'an?!
Salah apa lagi?
Dosa apa lagi Adrian?

Ye situ dateng, kalau gitu gua cari. Pengen liat salah satu anggota kampret.
Kan saya udah bilang sebelumnya kalo dateng.
Situ nyariin mau apa?
Minta tandatangan?
Minta foto?
Nanti aja ya di theater

thread ini salah satu thread panjang dan banyak episode nya yang pernah gue baca (di platform ini), dan gue nikmatin tiap paragrafnya, sehat terus suhu, kejar episode 100!!
Waahhh...... Suhu besar!!!
Makasih pujiannya, makasih juga dukungannya.
Tapi kalo sampe 100, kayaknya enggak deh, maaf yah saya tidak memenuhi harapan anda

Alias

Update piny dong suhu!
Hidup mas Rio!!
Mas Rio The One & Only Master Kampret!

Baca ulang karena bosen gatau mau ngapain jam 3 pagi dan gw baru sadar, ini cerita paralel universenya As Elegant As Aurora ya? Dimas masih sama Cinhap tapi bedanya disini Cinhap member Jkt48.

Plus, Anin ini macem Thanos yes. Mulai di tease kapan, munculnya kapan wkwkwk
Oh, kalau soal itu sebenernya saya iseng-iseng aja
Biar seru aja :pandaketawa:
Soalnya, waktu ngetik bagian yang ada Cindy nya, tiba-tiba saya keinget jiko nya yang juga jadi judul salah satu cerita disini.
Dan kebetulan jiko nya kan mirip-mirip sama jiko nya Shani. Ya udah lah, sekalian aja dijadiin bahan tulisan. Saya udah ijin kok sama Dimasnya.
Eh, sama penulis nya maksudnya.

Gak cuma Anin sih sebenernya, ada banyak kok (perasaan).

A... itu... aduh...
kan ada put.....eh.. emm..
gimana ya....


manda dimanda~~ anak kambing saya~~
Ya udah, sama pucchi aja sana. Biar Anin sama....

Kok Manda disamain sama anak kambing sih?
Manda cantik gitu kok,...
Kenapa? Bener kan.
Manda emang cantik kan. Tapi Shani sempurna.

Tenang, tetap #ShanDay kok, gak balik ke #ManDay

Setelah baca part terakhir, jadi pengen nyanyin lagu kachuusa untuk nia
Kenapa balasan anda yang sebelumnya, anda ubah?
Takut dikira tubir ya? :pandaketawa:

Kalo gak salah, balasan anda sebelumnya tentang 'Nia potong rambut biar kelihatan lucu' kan, maksudnya nyidir si pebulutangkis itu kan, yang 'katanya' tipe ceweknya rambut pendek.
:pandaketawa:

Jadi udah jelas kan kalo bukan gara-gara Adrian

Sa ae lo, bang.
Latihan sono, biar juara lagi! Jangan syuting iklan melulu!"

Iklannya buka-bukaan lagi. Aurat itu bang! Aurat!
Nanti kena petisi lho :pandaketawa:

Jadi, team mana nih? #JoNju atau #IanNia atau malah #BeNju
Lho, apa itu yang terakhir :pandaketawa:

We want more...we want mooreeee:hore:
Ankoru!! Ankoru!!

tanggal 29 serius?
ok noted, barangkali nanti ada nostalgia.
Nostalgia = Kenangan
Lubang Kenangan?
Wah, tanda-tanda apa ini?
Mau di lanjut kah?
Kan disitu ada Naomi :pandaketawa:

Punten.., shani sama gracia udah pulang dari jogja tuh dri wkwkwk *anin juga ykk hehehe

Punten.., shani sama gracia udah pulang dari jogja tuh dri wkwkwk *anin juga tuh hehehe
Iya iya. Udah tau

Lanjutkan suhu...
Tetap semangat...
Makasih

Di tunggu apdetan nya hu
Sudah di lanjut ya

Permisi, vankanya ada?
Vanka nya ada kok, tapi gak mau ketemu Yovie.
Gak mau jadi yang kelima :pandaketawa:

reserve komen ke-1000 hehe

1001 sabi jugs kykny

Grasiyaaaaa mana grasiyaaaa
KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN! KANGEN!

Komen ke 1002
Hehe..

Update bisa kali hu buat ngerayain:pandajahat:

Mantap 1003 comment
Wah iya nih, 1000 reply
Makasih ya semuanya, terhura saya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Tanks om updatenya,:mantap: enak banget diem2 dapet update.

Ane tetep dukung tulisan ente kok wong ane kagak ngerti sama sekali masalah per wota an :pandaketawa: yang penting ane suka aja sama tulisan ente selalu menghibur dan gak mau ganggu alur yang udah ente tentuin.

Keep Semprot om
Aku selalu mendukungmu :semangat:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd