Dunia itu luas. Meski begitu, apa yang terjadi di belahan dunia lain tak jauh berbeda dengan apa yang kita alami. Bahkan cenderung serupa. Dan menurut saya tak ada medium yang lebih tepat untuk menampilkan gambaran-gambaran itu selain film. Film memberikan ruang yang lega; para pembuatnya bisa menambahkan imaji, khayalan, atau bahkan berpaku sepenuhnya pada realita.
Sekarang datang pertanyaan: kenapa bukan film hollywood?
Kenapa tidak?
Pertama: sudah banyak rekomendasi-rekomendasi film yang berisi produk hollywood.
Kedua: banyak orang menahbiskan hollywood sebagai poros utama perfilman. Barometer bagus atau tidaknya sebuah film. Padahal kenyataannya tidak selalu seperti itu. Contoh: jika saya disuruh memilih antara menonton salah satu film yang tercantum di bawah ini atau Transformers, saya akan memilih pilihan pertama. Tanpa tedeng aling-aling.
Ketiga: film non-hollywood menawarkan perspektif lain dari film hollywood. Setiap negara memiliki iklim sosial, politik, dan ekonomi yang berbeda-beda. Otomatis film non-hollywood--walau alur ceritanya bisa serupa atau mirip--kandungannya tak akan seratus persen persis dengan produk hollywood yang mematokkan satu negara adikuasa: Amerika Serikat.
Singkatnya: penyegaran.
Tanpa perlu berbasa-basi lagi, inilah lima film non-hollywood yang menurut saya menarik untuk disaksikan.
***
Spoorloos (1988) Belanda/Perancis
Thriller
107 menit
Bagaimana cara kemalangan atau keuntungan menghampiri kita: takdir atau usaha? Sebuah film yang efektif. Struktur ceritanya unik. Keputusan sutradara George Sluizer dan penulis naskah Tim Krabbé untuk membeberkan begitu saja latar belakang karakter antagonisnya akan membuat kita memikirkan alur kehidupan serta orang-orang yang pernah atau sedang singgah dalam hidup. Juga diri sendiri. Lalu terperangkap dalam hutan belantara yang tercipta setelahnya. Seperti juga yang dilakukan film-film yang terpengaruh olehnya: dari Prisoners (2013) hingga Gone Girl (2014).
Tambahan:
Nueve Reinas (2000) Argentina
Thriller/Crime/Drama
110 menit
Jangan pernah percaya betul dengan apa yang "kelihatan". Belum tentu benar, belum tentu salah. Dilengkapi interaksi antar karakter yang membetot perhatian dan pergerakan kamera yang tidak heboh tetapi juga tidak membosankan, film ini terasa menyenangkan dan mengasyikkan. Seperti naik wahana seluncuran tertutup. Tak tahu akan dibelokkan ke mana.
Kenapa tidak ada trailer untuk film ini? Karena film ini lebih afdol bila dinikmati dalam keadaan "buta". Apakah ini tipuan juga? Silahkan tonton filmmya. Buktikan.
Tambahan:
Museo (2018) Meksiko
Crime/Drama
127 menit
Film ini adalah hasil inspirasi dari kisah nyata yang sudah diubah di sana-sini oleh Alonso Ruizpalacios dan Manuel Alcalá, selaku penulis skenario. Walau begitu, semua orang yang terlibat di dalam proyek film ini--saya yakin--peduli dengan hasil akhir filmnya. Segala aspek dieksekusi dengan telaten dan sahih. Paling mencolok ialah segi teknikalnya--mulai dari penyuntingan suara, komposisi gambar, hingga letak berdiri para pemeran; akting para pemain--Gael Garcia Bernal, terutama; dan penulisan skripnya--dialog yang menggugah dan tokoh yang dieksplorasi dengan takaran pas. Selesai menonton film ini, saya mengawang, memikirkan masa di mana mayoritas film-film dalam negeri kualitasnya seperti ini.
Yang sepertinya tak mungkin terwujud dalam waktu dekat.
Tambahan:
Drama
142 menit
Tuhan bekerja dengan cara yang misterius. Saking misteriusnya, beberapa orang melebihkan juga mengurangi arti tindakanNYA. Permasalahannya: tidak ada yang menawarkan jawaban pasti. Dalam film ini, Lee Chang Dong tidak berusaha menghakimi orang yang beragama, melainkan mengajak kita untuk introspeksi dan melihat ke dalam diri kita masing-masing: sudahkah hidup kita seimbang? Sudahkah "cahaya matahari tersembunyi" itu kita temukan?
Oh, iya. Jeon Do-Yeon (Shin-Ae, tokoh utama) di film ini aktingnya keterlaluan.
Tambahan:
Revanche (2008) Austria
Crime/Drama/Romance
122 menit
Nyaris sempurna. Akting para pemerannya menggigit, teknik pengambilan gambarnya "meledak" di saat yang tepat, dan isi filmnya mampu membuat kita merenung. Tetapi yang paling menarik dari film ini adalah tokoh-tokohnya. Lebih spesifik: pengembangan kedalaman karakter serta keputusan-keputusan yang diambil mereka. Dari tujuh film yang saya rekomendasikan, ini favorit saya. Sama seperti Nueve Reinas, film ini lebih afdol jika ditonton dalam keadaan "buta". Tertarik menonton? Langsung tonton. Jangan buka informasi apa-apa lagi tentang film ini.
Tambahan:
Demikian. Kalau mau diskusi tentang lima film di atas atau menambahkan rekomendasi film non-hollywood yang lain, silahkan. Semakin banyak dialog, semakin terbuka cakrawala pemikiran dan pengetahuan kita. Kalau tak ada aral melintang, saya akan menambahkan lima rekomendasi film lain di waktu yang akan datang.
Dadah.
Sekarang datang pertanyaan: kenapa bukan film hollywood?
Kenapa tidak?
Pertama: sudah banyak rekomendasi-rekomendasi film yang berisi produk hollywood.
Kedua: banyak orang menahbiskan hollywood sebagai poros utama perfilman. Barometer bagus atau tidaknya sebuah film. Padahal kenyataannya tidak selalu seperti itu. Contoh: jika saya disuruh memilih antara menonton salah satu film yang tercantum di bawah ini atau Transformers, saya akan memilih pilihan pertama. Tanpa tedeng aling-aling.
Ketiga: film non-hollywood menawarkan perspektif lain dari film hollywood. Setiap negara memiliki iklim sosial, politik, dan ekonomi yang berbeda-beda. Otomatis film non-hollywood--walau alur ceritanya bisa serupa atau mirip--kandungannya tak akan seratus persen persis dengan produk hollywood yang mematokkan satu negara adikuasa: Amerika Serikat.
Singkatnya: penyegaran.
Tanpa perlu berbasa-basi lagi, inilah lima film non-hollywood yang menurut saya menarik untuk disaksikan.
***
Spoorloos (1988) Belanda/Perancis
Thriller
107 menit
Tambahan:
- Lima tahun setelah rilis, film ini dibuat ulang oleh sang sutradara untuk pangsa Amerika Serikat. Yang berperan dalam film itu diantaranya Jeff Bridges, Kiefer Sutherland, dan Sandra Bullock. Kualitasnya kalah jauh dibandingkan film originalnya.
- Salah satu film favorit Stanley Kubrick. Menurut dia, film ini lebih mengerikan daripada The Shining.
- Diangkat dari novella Het Gouden Ei/The Golden Egg (1984) karya Tim Krabbé.
Nueve Reinas (2000) Argentina
Thriller/Crime/Drama
110 menit
Kenapa tidak ada trailer untuk film ini? Karena film ini lebih afdol bila dinikmati dalam keadaan "buta". Apakah ini tipuan juga? Silahkan tonton filmmya. Buktikan.
Tambahan:
- Film ini--seperti yang mungkin sudah kalian duga--dibuat ulang untuk Amerika Serikat. Beberapa aktor dan aktris yang main: John C. Reilly, Diego Luna, Maggie Gyllenhaal. Tak sebaik film originalnya.
- Di antara film-film yang saya rekomendasikan, film ini adalah salah satu yang mudah dikunyah (selain Museo). Jadi sila nonton kalau bosan atau suntuk. Niscaya bosan dan suntuknya hilang.
Museo (2018) Meksiko
Crime/Drama
127 menit
Yang sepertinya tak mungkin terwujud dalam waktu dekat.
Tambahan:
- Di antara film-film yang saya rekomendasikan, film ini adalah salah satu yang mudah dikunyah (juga Nueve Reinas). Jadi sila nonton kalau bosan atau suntuk. Niscaya bosan dan suntuknya hilang.
Drama
142 menit
Oh, iya. Jeon Do-Yeon (Shin-Ae, tokoh utama) di film ini aktingnya keterlaluan.
Tambahan:
- Tonton dengan pikiran terbuka.
- Sutradaranya yang buat Burning (2018).
Revanche (2008) Austria
Crime/Drama/Romance
122 menit
Tambahan:
- Kalau bingung kenapa terjemahan dialognya (terutama Tamara--perempuan dalam klip di atas) agak aneh dan kadang hilang, itu memang disengaja. Supaya penonton di segala penjuru dunia bisa merasakan hal yang sama, lebih-kurang. Film ini latarnya Austria. Tamara dari Ukraina. Karena tidak fasih berbahasa Jerman, terjemahan dialog Tamara jadi bahasa tidak baku. Ada beberapa momen dalam film (seperti di awal) di mana Tamara berbicara pakai bahasa Rusia. Karena bahasa filmnya Jerman dan dia tidak berbahasa Jerman, bagian itu tidak diterjemahkan. Dari aspek ini pun terlihat kalau filmnya dibangun dengan rapih dan presisi.
- Revanche berarti revenge. Bahasa: balas dendam.
Demikian. Kalau mau diskusi tentang lima film di atas atau menambahkan rekomendasi film non-hollywood yang lain, silahkan. Semakin banyak dialog, semakin terbuka cakrawala pemikiran dan pengetahuan kita. Kalau tak ada aral melintang, saya akan menambahkan lima rekomendasi film lain di waktu yang akan datang.
Dadah.