Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Elegi Sunyi

porthos

Semprot Baru
Daftar
11 May 2017
Post
33
Like diterima
45
Bimabet
Kusematkan bibirku kepada lembut bibirmu
Menari-nari dalam ragu dan hantu kecewa
Memutus urat kata meninggalkan kering
Luka tak berarti dan kematian sendiri

Aku tak tahu kata yang pantas untuk
Membunuh kebencian di pagi hari
Karena rasa terlanjur bersemi pada
Malam gerah oleh tanda pergumulan

Aku tahu jiwa-jiwa abadi terperangkap
Di antara bibir-bibir bisu bermakna
Hasrat, damai, rindu, nafsu, dan satu
Satunya cara untuk mengatakannya

Adalah menitipkan bibirku kepadamu
 
Kau datang pada masa gelap
Menyalakan api harapan
Menerangi jiwa yang pupus

Kau datang pada masa gelap
Memberi hati serta mimpi

Kau datang pada masa gelap
 
Kutulis ini dalam gelap curiga
Seekor burung mengudara
Membelah kepura-puraan

Kutulis ini dalam gelap curiga
Burung mengudara dan ingat
Jendala hati telah lama tertutup

Bisakah burung hidup kembali
Selepas dusta dan teka-teki tak terjawab
Karena curiga selalu terbang
 
Rindu ini adalah nafas sengal harapan sewaktu bulan sabit merah memandang takjub
Kepada diri menundukkan sepi mengobati kesunyian murni dalam bias sinar bimbang
Meredam geram jiwa jumawa dalam orbit berliku menuju tegar dan luka kian nyeri
Hunusan sembilu menguliti sekujur hati mengeja kepergian
 
Pedang Rasa

Aku bercermin kepada daun gugur diterpa oleh rasa, rasamu
Ada bayang mesra berajut sutra biru berlukis langit malam, malammu
Kamu hilang di kegelapan berganti senandung tentang mimpi, mimpimu

Aku bermimpi kepada angin lirih mengadukan perih, perihku
Ada nyata sayatan luka dusta di pergelangan hati, hatiku
Kamu datang membawa kata-pesona memperdaya, dayaku

Aku berdiri di antara cermin mimpi menginjak lemah usaha
Ada takut bersemayam dalam jiwa melihat bayang-nyata dirimu
Di dadaku pedang menancap rasa, rasaku​
 
Kau mengenalkan diri pesona
Lincah mata membisu takjub
Menghentikan waktu malu-malu
Berjingkat raga adalah aku

Hmmm, seketika aku gembira
Menyerahkan diri bertelanjang hati
Berkibar bendera buta kepada kamu
Menjelma budak bergelar rasa

Kemarilah, waktu kembali berlalu
Lupakanlah, masa tak mungkin datang
Karena kamu niscaya putaran berakhir
Mulanya aku patah sepatah-patahnya

O, jingga bermekaran
Kepadamu kuserahkan aku
Aku rela tanpa paksa
Berciuman kaki menjilat terjal
 
Pada Suatu Masa

Kita pernah dekat
Sehangat telapak tangan
Erat sangat menggenggam saat

Kita pernah dekat
Melukis asa berdua
Menjalin cita-cita cinta

Kita pernah dekat
Bersama bercumbu bergairah
Mengental memekat menikmat

Kita pernah dekat
Membunuh kesedihan
Memparodikan asmara

Kita pernah dekat
 
Masa Berlalu

Bibir bisu nan kelu memandu jalan
Mengucap kata tanpa bermakna tiada
Iringan mata melepas jalan menjauh
Tak ada jabat tangan dan pelukan

Aku pergi kedinginan berwaktu lalu
Basah sepanjang lorong-lorong arti

Angin berdesir mengabarkan luka
Rindu membius kesadaran jiwa
Masa-masa berlalu datang kembali

Mari rayakan keterasingan
Nyalakan lilin kepedihan
Meniup cahaya harapan

Suatu masa pasti berlalu
 
Kesepian ini adalah jiwa-jiwa petualang
Lelah menapaki hari demi hati sendiri
Menghela kebimbangan akut mereka

Kesendirian ini adalah topeng bahagia
Menjelma senyum palsu dan tawa basah
Menghias muka dipenuhi tiupan tipuan

Tak ada tempat berlari
Dimana-mana makian
Disimpan rapat dalam
Sepotong hati koyak

Aku mendeklarasikan perjuangan
Melawan pengkhianatan nurani
Bahwa mereka perlu dimerdekakan
Dari kesepian dan kesendirian sejati

Jangan tutup-tutupi lagi
Sedih dan luka seperti ini
Karena tak ada ruang
Untuk kepura-puraan diri
 
Aku membisikan tentang hasrat
Terpendam oleh kemunafikan
Kepadamu wahai jiwa yang terbang
Melayang bebas menyusuri angan
Mengandai diri kepada dirimu

Bisakah kau dengar bisikanku
Yang terdengar sebagai desah
Amarah nafsu tak terkekang

Wahai raga yang bimbang
Terimalah penyatuan ini
Sebagai persahabatan
Kekal
 
Aku memangil namamu dengan luka
Membiru, membusuk, dan jangan tanya
Tentang sakitnya kehilangan ditinggalkan

Seribu kali mengaduh kamu
Hanya gaduh di hatiku

Aku memanggilmu dengan bisikan
Tak terdengar oleh harap apalagi doa
Tentang menganga tergores disayat rasa

Seribu kali teriak kamu
Hanya benak di kesepianku

Aku hanya
Ingin bertanya
cara untuk
merelakanmu
 
Kau ajak aku mendaki gunung cinta
Menyusuri lembah dingin oleh lembab
Mendendangkan bisikan dan basah
Sewaktu berhasrat rasa bergumul raga

Hutan dan semak belukar menjadi saksi
Bersemayamnya ular pertapa meniti
Terjal nan dalam goa pekat asmara

Tiba-tiba aku dan kamu menghangat
Dalam rasa sedalam-dalamnya sukma
 
Siapa?

Siapa yang lebih pengecut
Dari luka yang disimpan
Membusuk

Siapa yang lebih busuk
Dari ingatan yang melekat
Mendendam

Siapa yang lebih dendam
Dari curiga dan prasangka
Memasung rasa

Siapa
 
Lelaki Muda Yang Membawa Api Membakar Amarahnya

Mekar bunga pukul empat mengirim aroma pilu kepada lelaki muda itu
Dia mengasah dendam di antara rimbun mawar-mawar yang layu
Memanoramakan imaji tentang rembulan terbelah oleh kepalan

Berlarilah, hai, Tuan Muda, kemarilah
Kulukis wajahmu dengan belati dan panah
Biar kau tahu wajah-wajah palsu bernanah

Bakar, bakar, bakarlah api itu
Tuang amarahmu dalam dekap
Biar berkobar segala pembakar
 
Dia dan Mereka

Aku berbisik kepada dia
Bertanya tentang asal-usul cinta
Dia menjawab dengan kedipan mata

Aku berteriak kepada mereka
Mempertanyakan tentang asal-usul duka
Mereka menjawab dengan menunjuk dada

Aku benar tak mengerti dia dan mereka
Memainkan makna dengan kedipan dan telunjuknya

Aku ingin menjawab dia dan mereka tidak bertanya
Saat cinta bertanya dan duka jawabnya
Ketika duka bertanya dan cinta jawabnya
 
Bisakah Aku Kembali

Memungut hati di antara rerimbun arti
Mengais jejak makna tlah tak berarti
Ingin kembali, langkah kaki tak mungkin lagi
 
Hapuslah bekas bibirmu dengan kuluman lembut
Karena aku tak bisa bicara sejak kau lepas hangat bibirmu
Waktu itu senja tergelincir dari dalam ruang tabu
Kini tinggallah bayang-bayang yang menari di antara bibir menganga
Mohon hapuskan bekas bibirmu yang dulu
 
Pada Suatu Masa

Kita pernah dekat
Sehangat telapak tangan
Erat sangat menggenggam saat

Kita pernah dekat
Melukis asa berdua
Menjalin cita-cita cinta

Kita pernah dekat
Bersama bercumbu bergairah
Mengental memekat menikmat

Kita pernah dekat
Membunuh kesedihan
Memparodikan asmara

Kita pernah dekat

seperti mewakili rasa
dan realita yang pernah ada
---------------------------
tks tlah berbagi
tuhan memberkati !
 
Bimabet
Kemana aku harus berlari
Bila genggaman itu terhempas
Kemana aku harus mencari
Bila ikatan itu terlepas
Tolong katakan kepadaku
Biar aku tersadar dan bisa berkata:
Terima kasih atas rasa dan luka ini
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd