Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dreams, Hopes, and Goals

Bintang_Senja

Semprot Baru
Daftar
7 Sep 2018
Post
28
Like diterima
17
Bimabet
Mimpi!!...., apalah arti mimpi, cuma bunga tidur pengusir gelapnya malam, tapi aku begitu tertarik dengan setiap mimpi di dunia ini.

Harapan!!...., aku cuma orang bodoh yang terlalu berharap dengan mimpi-mimpi konyolku.

Tujuan!!...., tapi dibalik harapan dari mimpiku, ada tujuan yang harus aku capai, yaitu sebuah kesuksesan.

Inilah kisahku, kisah seorang pemimpi yang selalu berusaha membuat nyata mimpinya, meski kadang kecewa dan putus asa menyertainya.




Dreams, Hopes and Goals
(Berusahalah Selagi Masih Ada Nafas)




°<>°

"Dani, biarpun kamu hidup dalam serba kekurangan, jangan sekalipun kamu melakukan keburukan!!...., jalanlah di jalan kebaikan, niscaya suatu saat kamu akan sukses nak...."


°<>°

Ingatan pesan terakhir almarhum Ibuku yang selalu menjadi semangatku di pagi hari.

Sepedah tua, entahlah setua apa. Tapi sepeda ini memang tua, umurnya mungkin dua kali umurku.

Aish...., sampai lupa, kenalin gue Dani Sahputra, cukup panggil gue Dani, keren kan??...., nama keren tak menjamin kehidupanku keren juga.

Terlahir dari keluarga tidak mampu, sekolahpun selesai bisa baca tulis, aku cabut dari sekolah, maklum mahal sekolah.

Apalagi sekarang gue hidup sebatang kara, Ibu satu-satunya harta berhargaku, telah bahagia di surga.

Ahhh...., malah panjang perkenalannya, mending kerja.

Menjual kopi keliling dengan sepeda tuaku inilah kerjaku untuk menyambung hidupku.

Puluhan kilo meter setiap hari kukayuh sepedaku menelusuri jalanan Ibu Kota. Panas, hujan, angin, bahkan banjirpun sudah akrab denganku.

Tapi hari ini aku merasa ada sesuatu yang akan terjadi, entahlah apa!!...., baik atau buruknya hal yang akan menimpaku hari ini aku tak pernah tau.

"Jon...., gue nguli dulu!!...., nitip kos-kosan!!..." teriak ku pada sobatku yang kerjanya molor mulu di kosan.

"Yo'i......" jawab singkatnya dan kemudian melanjutkan tidur paginya.

"Joni, Joni, dasar satpam diskotik, malam ngalong, siang ngebo..." gumamku mengawali ayunan pertama sepedaku.

Aroma khas jalanan, segera aku rasakan saat sepedaku sudah bersatu dengan aspal jalanan.

"Masih jam 5...." tuturku sesaat melihat waktu di jam tangan jadulku.

Car free day biasa mulai ramai pukul enam pagi, hari minggu ini car free day lah sasaranku.

Ditepi jalan aku parkirkan sepedaku, "semua sudah siap, tinggal nunggu pelanggan...." ku semangati diriku sendiri.

Sambil melihat lalu lalang orang-orang di sekitarku yang dari waktu ke waktu semakin memenuhi tempat ini, aku tak hentinya menawarkan daganganku.

"Kopi mas, mbak....., kopi hangat, kopi susu hangat....."

"Mas kopi susu dua!!...." sapa seorang wanita.

"Ok mbak, sebentar....." jawabku seramah mungkin.

Dua gelas plastik, racikan kopi, gula, dan susu sudah seimbang aku taruh di masig-masing gelas, air panas secukupnya-pun sudah aku tambahkan. "Aduk-aduk, laris manis" gembiraku dalam hati.

"Semuanya enam ribu mbak...." kataku seraya menyerahkan pesanan wanita tadi.

"Ini mas uangnya, kembaliannya buat mas saja...." uang dua puluh ribu diberikannya padaku, belum sempat aku sekedar menolak atau berterimakasih, wanita itu telah pergi menjauh. "Rejeki....." gumamku lirih.

Entah hoki atau memang aku beruntung, sejak kedatangan wanita tadi, silih berganti pembeli datang membeli daganganku.

Lembaran-lembaran uang mulai mengisi dompet lusuhku. "Seandainya setiap hari seperti ini, kayalah aku".

Air panas di lima wadah yang kubawa telah habis, beberapa kopi instan juga sudah habis.

Dengan hati senang, kuarahkan sepedaku beserta perlengkapan dagangku ke sebuah warung nasi.

Perut memang gak bisa bicara, tapi rasa lapar bisa membuatku sulit bicara, hehehehehe.....

Tiga bungkus nasi kucing plus ikan asin habis kusantap. "Oikkkk....., kenyang" ungkapku setelah selesai bersantap.

"Le...., lek tak sawang-sawang awakmuki jek enom kok wes kerjo!!...., la wong tuwomu nang ngendi??...." °°Nak...., kalau saya lihat kamu itu masih muda kok sudah kerja!!...°° tanya bapak penjual nasi kucing.

"Nggeh...., wancine kulo niku taksih SMA pak, geh niku, Ibu kulo pun sedo, Bapak kulo ical dibeto rondo kuto. Akhire kulo kerjo" °°yahh...., seharusnya saya itu masih SMA pak, ya itu, Ibu saya sudah meninggal, Bapak saya hilang dibawa janda kota. Akhirnya saya kerja°° jelasku ke Bapak itu.

"Walah le, urepmu apes tenan. Yo wes seng sregep kerjane. Ge sangu sakbendinane....." °°hidup kamu apes bener nak. Ya sudah yang rajin kerjanya. Buat uang hidup setiap harinya°°.

Setelah obrolan singkat itu, aku lanjutkan mengayuh sepedaku ke pasar tempat biasa aku belanja kebutuhan dagangku.

"Pak joko, kopi susu instan satu renteng terus kopi bubuknya satu pak, sama gula tiga kilo..." pintaku ramah ke penjual langgananku.

"Totalnya 150ribu, buat kamu Bapak potong 30ribu, jadi bayar kamu cuma 120ribu Den...." memang baik penjual yang satu ini.

Sebenarnya aku merasa gak enak dengan potongan harganya. Pernah sekali aku menolak potongan harganya, aku malah di marahin. Gak taulah kenapa juga dengan nih bapak satu.

Selesai pembayaran, aku berjalan kembali ke sepeda tuaku yang aku titipkan di parkiran depan pasar.

"Makan udah, belanja udah, tinggal pulang......" perasaan senangku saat memacu sepedaku menuju kos ku.

"Citt....." suara rem sepedaku.

Lampu merah sedikir menghambat perjalananku, "5,4,3,2,1...., yes hijau....".

"BRUGHHH......." bunyi yang timbul saat aku tertabrak sebuah mobil, tubuhku terpental....., sesaat aku masih sadar dan melihat beberapa orang berlari ke arahku, tapi entah kenapa tubuhku terasa perih dan semakin panas....., kepalaku terasa tertimpa beban yang begitu berat, dan semakin berat, sedetik kemudian aku sudah tak merasakan apapun.........




Sekian dulu.....

 
Terakhir diubah:

Hadir mas Bahlul thanks sdh dimensien

Selamat dan sukses buat ceritanya moga lancar dan dpt title tamat ya oom @Bintang_Senja

Ijin numpang bikin rusuh juga ya
 
Chapter 1. Berkah Di Balik Musibah


°<>°

Panggilan surga, panggilan neraka, panggilan dunia, saling bersautan saling menggoda.

Panggilan surga dengan ajakan kebaikan yang terkadang harus di jalani dalam kesusahan dan keputus asaan, tetapi godaan kenikmatan dalam keabadian membuat banyak orang menjalaninya.

Panggilan neraka dengan segala kemudahannya, yang kadang hanya dengan sebuah jarum kita bisa melayang merasakan kenikmatan, tapi janji panasnya api neraka menghiasi setiap langkah di jalannya.

Panggilan dunia, hah dunia!!!.... tak ada yang abadi di dunia ini, dan dunia ini hanya penuh dengan duri, iri, dan dengki. Kekayaan tak ada yang abadi, kemiskinan tak ada yang peduli. Kadang keburukan di puja dan kebaikan di hina.


°<>°

Gelap!!!...., hanya gelap yang tergambar di pandangan mataku, sunyi dan sepi yang yang menghiasi pendengaranku. "Ah tidak, aku mendengar sesuatu!!!...., Dani??.... Siapa Dani??...., ehhhh aku ini siapa??...."

"Astaga, aku dimana??...., tempat apa ini??...."

"Dani, bangun nak!!...., bangun" suara lirih seorang wanita dan elusan lembut di keningku seolah ingin menyapaku.

"Ahhh...Dani... Apa aku Dani??...., ya aku ingat aku Dani, lalu aku di mana??...., ahhh mobil" ingatku akan peristiwa mobil yang menabrak ku.

"Apa aku sudah mati??...., apa aku....." kataku terhenti saat seseorang entah siapa memanggil-manggil namaku.

"Dani bangun Dan...., jangan mati dulu Dan, bangun....." wanita??...., ah bukan. Kali ini sura seorang lelaki memanggilku.

"Cahaya...." teriak ku, saat sebuah cahaya berlahan mengarah padaku, cahaya yang begitu terang lebih terang dari setiap cahaya yang pernah kulihat dengan kedua mataku.

Mataku yang tak tahan dengan keliauan cahaya itu, aku tutup dengan rapatnya.

Waktu seolah terhenti, nafas halusku sampai terdengar menggema di telingaku.

Berlahan kubuka mataku kembali, sedikit mataku masih merasa kesilauan, tapi ini bukan cahaya yang tadi.

Sebuah lampu LED menyala terang tegak lurus dengan arah pandanganku. Atap dan dinding-dinding bercat putih menjadi hal selanjutnya yang tertangkap pandanganku.

"Auhhh....." rintihku, sesaat setelah aku menggerakkan tangan kananku.

Bodohnya aku, ternyata tanganku terluka dan perban putih membalut lukaku.

Sebuah kamar, dan tv kecil di sudut ruangan ini yang seolah meyakinkanku kalau aku masih hidup.

Rasa sakit yang baru saja aku rasakan semakin mempertegas kalau aku masih hidup.

Selang infus yang menancap di lenganku, membuatku sadar jika aku ada di rumah sakit.

Kupandangi setiap sudut ruangan kamarku, sepi....., tak seorangpun terlihay disini, sesaat pandanganku mengarah ke jam dinding digital yang terletak di salam satu sudut ruanganku.

"Pantas sepi, tengah malam ternyata" kataku.

Kucoba memejamkan mataku, siapa tau bisa istirahat sampai ayam berkokok membangunkanku.

Belum sempat aku terpejam dalam tidurku, aku mendengar pintu kamarku terbuka. Segera kuarahkan pandanganku ke pintu terbuka yang belum menunjukkan siapa gerangan yang membukanya.

Seperti adegan film yang diedit menjadi gerakan yang begitu lambat, begitulah adegan yang sekarang kualami. Jari jemari lentik mulai terlihat di ambang pintu, sura percakapan pelan dua orang wanita terdengar lirih di telingaku.

"Cklek...." dan pintu kamarkupun tertutup sesaat setelah dua orang wanita masuk ke ruanganku.

Aku cuma diam memandang mereka, sepertinya mereka tak asing bagiku!!..., begitupun mereka, mereka hanya diam mematung saat tatapan mata mereka bertegur sapa dengan pandanganku.

Tak ada suara, tak ada gerak tubuh yang menghiasi ruangan ini, mungkin hanya tiga orang yang saling terdiam dalam fikiran-nya masing-masing yang mengisi ruangan ini.

"Mbaknya jangan bengong, tar kesambet aku gak bisa bantu mbak, tubuhku ja luka kayak gini...." tegurku mencoba mencairkan suasana.

Satu wanita melangkah mendekat ke arahku, pandangan matanya memandangiku dari ujung bawah ke ujung atas, "kayak mau milih dagangan saja mbak nglihatnya...." sedikit candaku.

"Masnya sudah siuman??...." kata pertama yang terucap dari bibir mungilnya.

Sebuah pertanyaan yang menurutku cukup aneh, dia sudah ngobrol denganku, tapi dia masih juga nanya aku sudah siuman. "Dasar wanita, kelihatan banget kalau lagi grogi" kataku dalam hati.

"Sudah mbak, nih buktinya bisa ngobrol dengan mbaknya...."

"Ehh...., iya ya" jawabnya yang semakin membuatku yakin kalau dia sedang grogi.

Wanita yang tadi terdiam di kejauhan, terlihat mendekati ranjangku. Senyum manisnya mengiri setiap langkah kakinya.

"Ma'afin kami Mas!!...., karena kelalaian kami, masnya jadi celaka!!...." ungkapan seorang wanita yang sesaat yang lalu berdiri di samping ranjangku seraya menundukkan kepalanya.

"Nah loh, kenapa minta ma'af??...., sepertinya kalian tak ada salah denganku" bingungku.

"Itu Mas, ehmmmm...., kami tuh yang kemaren nabrak masnya di perempatan" jelasnya.

"Ohhh....., iya aku ma'afin, lain kali hati-hati kalau di perempatan. Lihat-lihat lampunya hijau atau merah" sedikit nasehatku.

"Masnya gak marah??...." tanya wanita yang sedari tadi terlihat grogi saat bebalas kata denganku.

"Aku marah...." kataku singkat.

"Mas jangan marah, kita janji akan biayai semua perawatan Mas sampai sembuh dan semua kerugian mas juga pasti kami ganti" ucapnya mencoba memadamkan api kemarahanku.

"Kalian tuh serius amat, apa kalian lihat ekspresi marah di wajahku??...." mereka berdua kompak menggelengkan kepalanya.

"Aku pengen marah, tapi apa marah bisa membuat luka-lukaku ini cepat sembuh??..., apa dengan aku marah bisa membuat kejadian yang kualami tidak jadi terjadi??..., dari pada marah lebih baik aku ma'afin kalian, dengan itu mungkin kalian tidak ceroboh lagi" jelasku ke dua wanita yang sejak awak aku bersura masih terus menatapku.

"Mungkin mereka suka denganku!!!...., ah di mimpipun sulit itu terjadi" fikirku.

"Iya Mas terimakasih, kita janji gak akan ceroboh lagi Mas. Sekali lagi terima kasih sudah ma'afin kami.

Hanya senyuman yang kuberikan sebagai jawaban setiap ucapan mereka.

Suasana di ruangan ini semakin mencair, hari beranjak pagi, tapi aku dan dua wanita ini masih asik mengobrol.

Aku juga sudah tau siapa mereka, yang terlihat selalu grogi namanya Tasya, dan yang ceplas-ceplos namanya Laras. Dua wanita yang begitu cantik di usia mudanya. Tapi mereka ternyata lebih tua dariku, eh...., lebih dewasa dariku maksutku. "Muda gitu kok tua...." bodohku.

Langit di timur remang-remang menampakkan kemegahannya, sang mentari berlahan keluar dari peraduannya menyapa setiap insan yang menanti ke hadirannya.

Tapi sepertinya dua wanita itu tidak ingin melihat indahnya sang mentari, dan merasakan hangatnya sinar mentari di pagi ini.

Aku hanya tersenyum melihat Tasya dan Laras yang tidur di sofa panjang. "Tadi saja rebutan posisi tidur, sekarang pules banget tidurnya, dasar wanita" gumamku lirih.

Jam dinding menunjukkan pukul enam pagi. "Ahhhhh....., ternyata aku juga ngantuk, semaleman sampai pagi keasikan ngobrol sih dengan mereka, tapi merek benar-benar membuatku bahagia. Meski aku sakit karena mereka, tapi aku bahagia mengenal mereka" kataku, saat mata lelah ini melihat dua wanita teman baruku.

"Apa ini yang namanya berkah di balik musibah??..., kalaupun iya, aku patut bersyukur dengan musibah yang baru aku terima" ucapku lirih sebelum mata lelahku terlelap dalam bayangan antara mimpi dan kenyataan.



Sekian dulu......




Mohon bimbingannya, karena masih belajar.
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd