Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Diandra.

Bimabet
CHAPTER 1


TTRREETTT!!!

Mamah Desi melangkah masuk ke dalam kamar. "Misya."

Misya yang sedang memasukan buku-buku pelajaran ke dalam tas sekolah langsung menoleh. "Ehh iya Mah?"

"Kamu hari ini sekolah sayang?" tanya Mamah Desi berjalan menghampiri Misya.

"Iya sekolah Mah," jawab Misya.

"Lohh Mamah kira kamu tidak sekolah dulu hari ini?"

"Sekolah lah Mah, lagian ngapain enggak sekolah?"

Mamah Desi membelai lembut rambut Misya. "Emangnya keadaan sekolah kamu sudah aman, trus bukannya kamu masih Shok?"

"Aman Mahh, emangnya sekolah Misya diserang teroris gitu?. sudah, Mamah jangan khawatir Misya hanya sedikit Shok aja kemarin, tapi sekarang sudah enggak apa-apa," ujar Misya sambil mengengam tangan Mamahnya dengan lembut.

"Untung saja kemarin kamu tidak kenapa-kenapa sayang, Mamah akan sedih sekali kalau terjadi sesuatu sama kamu," ujar Mamah Desi memeluk tubuh Misya.

"Allah masih melindungi Misya
Mah," Misya melirik ke arah jam dinding
yang menempel di sudut ruangan kamar.

"Mah Misya berangkat dulu yah takut telat nih."

"Ya sudah, Mamah antar yah sampai depan sekolah?"

"Engga deh Mah, Misya naik angkot aja."

"Yaudah terserah kamu aja, tapi
ingat yah kalo ada kejadian seperti kemarin lagi mending kamu langsung masuk ke dalam sekolah, cari tempat berlindung," ucap Mamah Desi.

"Iya Mah," Miya berdiri lalu ia mengambil tas sekolah.

Misya mencium tangan Mamahnya. "Misya pamit yah."

"Iya hati-hati."

Misya melangkahkan kakinya menuju pintu keluar rumah, Mamah Desi tersenyum melihat Misya yang sudah pergi menjauh dari rumah.

--0--​

Jarak rumah dengan SMA Mandala tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu lima belas menit naik angkot Misya sudah sampai di depan gerbang luar sekolah.

"Bang kanan bang!" ucap Misya kepada supir angkot.

Angkot yang Misya naiki langsung menepi dan berhenti di sisi kiri jalan. Misya langsung turun dan membayar ongkos angkot yang ia naiki.

"Kalo mau berhenti biasanya orang-orang mah bilangnya kiri Neng?" tanya supir angkot.

Misya menyerahkan uang kepada supir angkot. "Biar beda aja Bang hihi."

"Bisa aja si neng mah," ucap supir angkot. Misya langsung membalikkan badan lalu ia berjalan menuju pintu gerbang sekolah.

Misya menghentikan langkah, ia melihat ke sekeliling area luar pagar sekolah. Beberapa serpihan batu, kayu dan besi
berukuran panjang tampak berserakan
di area luar sekolah. Misya terbayang kembali kejadian pada saat pulang sekolah kemarin.

"Aku benci kekerasan," gumam Misya.

Misya melangkahkan kakinya kembali menuju ke dalam sekolah. Saat Misya sudah sampai di depan pagar, terdengar Caca memanggil dari arah belakang.

"Misyaaa!!" teriak Caca sambil berlari.

Mendengar suara Caca memanggil,
Misya langsung membalikkan badan. "Misyaa ... ya Allah lu engga apa-apakan? tubuh lu ada yang luka enggak," ujar Caca sambil memeriksa tubuh Misya.

"Tenang aku engga apa-apa kok."

"Syaa sorry yah kemarin gue enggak bisa tolongin lu, keadaannya keos banget."

"Iya engga apa-apa, yang penting kamu selamat Ca."

"Ihhh tapi gue khawatir banget
Syaa sama lu."

"Santai aja sih, nih buktinya aku enggak kenapa-kenapa kan."

"Tapi lu kok bisa selamat sih Syaa kemarin?" tanya Caca.

"Dah Caa nanti aku jelasin deh sekarang kita masuk dulu, lima menit lagi sudah jam tujuh pas nih," jawab Misya sambil melirik jam tangan berwarna pink yang ia kenakan.

"Iyaa deh."

Misya dan Caca melangkahkan kaki mereka menuju ke dalam sekolah.
.
.
.
"Caa kok anak-anak pada ngumpul di lapangan yah?" tanya Misya sambil memandang ke arah Siswa dan Siswi yang sedang berkumpul di lapangan sekolah.

"Ehh tau deh ada apa yah?" jawab Caca sambil mengaruk pelan kepalanya.

"Tess ... tess, satu ... dua ... tiga, tes," ucap seorang guru yang sedang mengecek suara sound system.

"Untuk semua Siswa dan Siswi SMA Mandala yang masih ada di dalam kelas harap segera turun!, dan bagi Siswa dan Siswi yang baru sampai agar segera bergabung dengan teman-teman yang sudah ada di lapangan, kepala sekolah akan memberi himbauan atas insiden pada siang hari kemarin," ucap salah seorang guru SMA Mandala.


Misya pelan menarik tangan
Caca. "Yukk Caaa ngumpul sama
yang lain."

"Yaudah santai aja kali, buru-buru
amat." Misya dan Caca langsung berjalan menuju lapangan sekolah kemudian mereka berdiri di barisan Siswi yang sudah berbaris rapih.

"Assalamualaikum wrb. Selamat pagi salam sejahtera untuk kita semua. Saya sebagai kepala sekolah sungguh prihatin
atas insiden yang terjadi pada siang hari kemarin. Sekolah kita di serang, beberapa fasilitas lingkungan sekolah menjadi rusak. Tapi saya bersyukur, tidak ada diantara Siswa dan Sisiwi di sekolah kita ini mejadi korban. Saya himbau kepada para Siswa SMA Mandala jangan ada yang melakukan aksi balasan serupa kepada sekolah yang menyerang kita.
Jika ada saya akan menindak tegas Siswa yang melakukan hal itu!. Apa bisa di mengerti." ujar Pak Amsar kepala sekolah SMA Mandala.


"Mengerti pak!" ucap serentak Siswa dan Siswi.

"Jika sudah mengerti, silahkan kalian kembali menuju kelas masing-masing dengan tertib."

Pak Amsar turun dari podium,
ia berjalan mengarah ke beberapa
orang guru yang sedang berdiri di dekat tiang bendera, Siswa dan Siswi serempak membubarkan diri dengan tertib dan bergerak menuju kelas masing-masing.

"Lah cuman mau ngomong gitu doang ngapain pakai acara ngumpulin anak-anak di lapangan, dia aja yang datang ngasih himbauan ke setiap kelas," bisik Caca.

"Kepala sekolah mah bebas," ucap Misya sambil berjalan menuju ruang kelas.

--0--​

TTTRRRRIINGG!! TTRRIINGGG!!

Bell tanda istirahat mengema, Siswa
dan Siswi berhamburan keluar dari
dari kelas. Ada yang pergi ke kantin,
ada yang langsung pergi ke lapangan untuk bermain futsal dan ada juga
yang hanya sekedar duduk di teras
depan kelas.

Di kelas XII IPA1 yang berposisi di
pinggir gedung sekolah, Misya terlihat duduk sendiri di dalam kelas. Ia tampak serius membaca buku novel. Pancarona sebuah novel karya Erisca Febriani adalah buku novel yang Misya baca saat ini. Saat Misya membaca novel, terlihat Caca sedang berjalan menuju ke dalam
kelas, tampak Caca membawa sebuah bungkusan plastik berisi siomay.

BRRUUKK!!!

"Woyy. diem-diem aja," ucap Caca sambil menggebrak meja dengan kencang.

Misya sangat terkejut karena ulah jahil sahabat nya ini. "Ihhh. Caa! bikin kaget aku aja deh."

"Haha.. abis serius banget bacanya."

Caca melirik ke arah Misya. "Baca apan sih?" tanya Caca.

"Nih," Misya menujukkan buku Novel yang sedang ia baca.

"Ohh novel," jawab Caca sambil duduk di sebelah Misya.

"Nih gue bawain syomai buat luh," Caca memberikan syomai kepada Misya.

"Thanks," ucap Misya.

"Syaa lu tuh yah, sekali-sekali gaul gitu sama manusia, bukannya sama buku pelajaran atau buku novel melulu," ujar Caca.

"Emangnya kamu bukan manusia Ca?" Tanya Misya sambil tersenyum jahil.

"Ihh!, luhh tuhh yahh," ucap Caca kesal sambil mencubit pinggang Misya.

"Aw ... aww sakit, iya ... iya ampun."

"Nyebelin!, maksud gue tuh lu sekali-sekali berbaur sama yang lain," ucap Caca.

"Yaa aku mah orangnya seperti ini Ca."

"Huhh lu mah, padahal banyak loh cowo-cowo di sekolah kita yang naksir sama kamu."

"Bodo!" acuh Misya sambil membaca novel kembali.

"Huuhh pantas anak-anak julukin lu buku berjalan."

"Biarin."

"Ihh nyebelin banget sih."

Misya terasa ingin tertawa melihat ekspresi wajah Caca yang sedang cemberut saat ini.

"Hihihi kamu lucu Ca kalau lagi ngabek gitu."

"Bodo!"

"Hehe sorry deh." Misya merentangkan jari kelilingnya kepada Caca.

"Huftt, iya deh takut nanti enggak ada
yang bantu gue ngerjain PR." Caca menempelkan jari kelilingnya dengan
jari tangan Misya.

"Haha," Misya terkekeh.

"Ehh Ca, kelas kamu lagi bahas gosip apa hari ini?" tanya Misya.

"Hemm biasa kasus kemarin siang," jawab Caca.

"Ohh sama di kelas aku pada rame bahas itu."

"Pastinya lah satu sekolah bakal bahas kejadian kemarin."

"Tapi kenapa yah anak SMA Harapan nyerang sekolah kita?" tanya Misya.

"Hemm gini sih, kata temen sekelas gue Siswa SMA Harapan nyerang sekolah kita, karna mereka enggak terima kalau salah satu rekan mereka digubukin sama salah satu Siswa di sekolah kita." ujar Caca.

"Hah siapa Siswa nya?" tanya Misya.

"Gue belum tau siapa Siswanya, yaa paling besok juga ketawan siapa yang gebukin Siswa SMA Harpan, tunggu aja ada cepu yang ngadu keguru BP," jawab Caca.

"Ohh, ya paling kamu Ca cepunya."

"Bukan gue lah, cari mati itu mah."

"Hihi yaa kali aja."

"Ehh Syaa gue kepo nih lu kemarin kok bisa selamat sih?, padahal posisi lu tuh lagi di tengah-tengah keributan loh."

"Gini Ca pas aku lagi ada di tengah-
tengah keributan, tiba-tiba tangan aku ada seorang Siswa yang narik dari arah depan, terus dia bawa aku ke gang deket sekolah."

"Hahh ada yang narik?"

"Iya."

"Lu tau engga siapa orangnya?" tanya Caca.

"Aku engga terlalu melihat jelas wajahnya Ca, saat itu aku panik banget jadi aku ngikutin dia aja, pas aku sampai di gang eh dia tiba-tiba menghilang," ujar Misya.

"Hemm, siapa yah orangnya?" terka Caca.

"Entah Lah." ucap Misya.

TTTRRRRIIINGGGGG!!.

"Yahh udah bell aja, belom sempet
nih Syomai aku makan," ucap Misya.

"Yaudah gue ambil lagi," Caca mengambil sebungkus syomai yang tadi ia berikan, lalu Caca berlari menuju pintu kelas.

"Ihhhh Cacaaa!!" geram Misya.

"Byee Misyaa, weeee," ledek Caca sambil menjulurkan lidahnya.

"Awas kamu yah!" ancam Misya.

--0--​

"Baik anak-anak untuk pelajaran
hari ini kita sudahi sampai disini dulu, untuk anak-anak tolong PR Trigonometri dikerjakan," ujar Buk Diah.

"Baik Buk!" ucap Siswa dan Siswi bersamaan.

"Dan untuk Misya, tolong jangan bantu teman-teman kamu mengisi jawaban PR mereka. bisa dimengerti!" seru Bu Diah.

"Mengerti Buk!" ucap Misya.

"Bagus, oke silahkan kalian langsung pulang ke rumah masing-masing,
jangan ada yang keluyuran dan nongkrong-ngomong," ucap Buk Diah.

Setelah Buk Diah keluar, beberapa teman sekelas Misya langsung mendekat kearah tempat duduk yang Misya duduki.

"Syaaa, tolong kerjain lagi yah hihi, sumpah anak-anak enggak ada yang mengerti sama sekali," ucap Rara teman sekelas Misya.

"Iya Syaa jawabannya share di grup Whatsapp yah," timpal Damar teman sekelas Misya.

"Aku kerjain beberapa aja yah sisa nya kalian mikir sendiri, biar enggak ketawan sama Buk Diah," ucap Misya.

"Oke deh," ucap Damar.

"Thanks yah Syaa lu Aset berharga di kelas kita hihi." Kekeh Rara.

"Iya ... iya," ujar Misya.

Misya langsung merapihkan buku-buku pelajarannya ke dalam tas, setelah itu ia berjalan menuju keluar kelas.
.
.
.
"Ihh si Caca kebiasaan lama keluarnya," gumam Misya sambil berdiri di depan gerbang sekolah.

Setelah tujuh menit Misya menunggu akhirnya Caca muncul dari dalam sekolah, namun kali ini ia tak sendiri, Caca sedang dibonceng oleh seorang Siswa bernama Rido.

Misya menoleh dan menatap Caca dengan kesal. "Lama amat sih kamu?"

"Hihi, Ca sorry nih gue engga jadi bareng lu yah hari ini, soal nya gue bareng cowo gue," ucap Caca.

"Hahh parah kamu Ca aku udah lama nunggu juga."

"Hehe sorry."

"Caca nya gua bawa dulu yah," ucap Rido.

"Huftt, yaudah deh aku naik angkot sendiri aja," ucap Misya.

"Sorry banget yah Syaa," ucap Caca.

Tampak Misya hanya tersenyum kecut ke arah Caca. "Byee, Syaa." ucap Rido sambil menekan pedal Gas motor.

BRUMMM!!

"Huufftt," Misya berdengus pelan.

Misya melangkahkan kakinya menuju ke seberang jalan untuk menunggu angkot yang lewat.
.
.
.
Udara sangat terasa panas membuat kening Misya sedikit berkeringat. Misya ingin segera cepat pulang ke rumah karna ia sangat merasa letih sekali.

"Huhh lama amat nih angkot!" gerutu Misya sambil menoleh ke arah kiri dan kanan jalan.

Saat Misya sedang menunggu angkot, sebuah motor Vespa matic berhenti
persis di depannya. Misya tampak bingung, ia berusaha melihat wajah pengemudi Motor Vespa matic yang berada di hadapannya ini.

"Di tinggal lagi?" tanya pengemudi motor Vespa matic.

Misya tak menjawab, ia memperhatikan orang yang ada di hadapannya ini dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Kamu siapa?" tanya Misya.

"Hehe lu engga kenal gua." ucap
pengemudi Vespa matic.

Misya menggelengkan kepalanya. "Hemn wajar sih, si buku berjalan engga kenal siapa gua," ucap pengemudi Vespa matic.

"Mau bareng?" ajak pengemudi Vespa matic.

"No sorry," tolak Misya.

"Yakin?, panas loh udaranya."

"Sudah bisa panas-panasan," ucap Misya.

Pengemudi Vespa matic tersenyum. "Yaudah deh gua engga maksa, oh iya saran gua kalo ada kejadian seperti kemarin langsung lari jangan diam bahaya masih untung ada gua," ucap pengemudi Vespa matic.

"Ehh kamu?"

BBRUMMMM.....

Belum selesai Misya berbicara pengemudi Vespa itu langsung menekan pedal Gas motor nya. Misya menatap motor Vespa
yang bergerak menjauh darinya.

"Jangan-jangan tadi??" gumam Misya sambil mengusap keningnya.


--0--


A/N: Hello Guys, thanks sudah baca Chapter 1 cerita ini, jangan lupa comment and Likenya yah.



"Happy Reading." :)
 
Terakhir diubah:
Thanks for update hu

Waduh ane yang harusnya terimakasih sama suhu udah baca dan mampir ke cerita ane:ampun:

Waah update juga. Di tunggu lnjutannya suhu:semangat:

Hehe siap suhu diusahakan cepet tapi tergantung sikon juga sih hehe:ampun:.. Thanks yak udah mampir ..

Makasih updatenya om :beer:

Daripada kagak komen:D
Keknya ni typo om

Waduh Thanks udah ngasih tau jeli aja matanya hihi:D.. Thanks juga udah baca

Aw dilan ya?

Wakwak sejenis hihi sama tapi tak serupa..

Suhu maaf kayaknya lebih pas si taruh di CERBUNG deh, btw ceritanya mantap

Wadaww hihi Thanks suhu.. sedikit cerita awalnya ane post di sub cerbung berhubung ada beberapa yang protes karna ini bukan cerita sex ss dan ada aturan gak boleh post cerita bersinggung tentang anak SMA jadi ane post di mari :ampun::ampun:

Lanjutttttttttt

Hehe pasti hu. Pantengin aja:D
 
CHAPTER 2


Pagi ini langit tampak cerah, sinar mentari menyorot dengan lembut. Beberapa ekor burung gereja tampak terbang bebas di langit. Pagi ini adalah awal hari yang baru bagi setiap mahluk hidup untuk menjalani rutinitas kehidupan sehari-hari.

Di kantin sekolah yang berada di depan gedung SMA Mandala, Misya dan Caca sedang duduk berhadapan sambil menikmati semangkuk bubur. Misya menuruti ajakanCaca untuk sarapan pagi bersama terlebih dahulu sebelum masuk
ke dalam kelas, selain itu Misya juga ingin membicarakan suatu hal kepada Caca.

"Hahh! srius Syaa lu ketemu cowo yang menyelamatkan lu?" ujar Caca.

"Iya aku serius. Awalnya sih aku enggak sadar kalau dia ternyata siswa yang menolong aku, pas dia berkata 'oh iya saran gua kalo ada kejadian seperti kemarin langsunglari jangan diam bahaya' aku baru sadar ternyata dia cowo yang menolong aku," ucap Misya.

"Cowo itu naik motor apa Sya?" tanya Caca.

"Hemm, kalau enggak salah sih dia naik motor vespa matic," jawab Misya.

"Hahh ... jangan-jangan Diandra lagi," terka Caca.

"Diandra?" Misya tampak bingung.

"Lu engga kenal Diandra?" tanya Caca.

Misya menggelengkan kepalanya. "Astaga segitu kupernya lu sampai Diandra enggak kenal?" ujar Caca terheran-heran.

"Serius aku enggak terlalu kenal."

"Makanya Syaa gaul tuh bukan hanya sama gua atau sama buku-buku novel dan buku pelajaran aja. Asal lu tau yah, tukang syomai, tukang bubur ini, penjaga sekolah sampai tukang becak yang mangkal di depan sekolah kita, kenal siapa Diandra."

"Hemm tapi kamu bisa tau dari mana kalau cowo yang aku temui kemarin itu Diandra yang kamu maksud?"

"Dari sekian milyar siswa dan siswi yang ada di sekolah ini cuman dia yang pergi atau pulang sekolah naik motor vespa matic."

"Lebay kamu Ca!"

"Haha lu mah engga pernah sedikit melebih-lebihkan sekolah kita."

"Apa adanya Ca," ucap Misya.

TTRRRIINGGGG!!! TTRRTIIINGGG!!!

Caca menoleh kearah gedung
sekolah. "What sudah bell masuk
aja? gue baru tujuh suap makan ini bubur."

"Lagian bell masuk sepuluh menit
lagi berdering kamu malah ngajak makan."

"Yaa gue fikir sempet."

Caca terdiam sejenak, ia tampak sedang memikirkan sesuatu, sebuah senyuman jahil terlukis di wajahnya. dengan gerakan Cepat ia berdiri, lalu ia berlari sambil membawa tas.

"Misya gue duluan, bayarin bubur gue yah hahaha!" teriak Caca sambil berlari.

Misya Sedikit terkejut dan sekaligus
kesal oleh ulah Caca yang meninggalkan dirinya, di tambah ia harus membayar bubur yang sudah sedikit Caca makan.

"Ihhhh Cacaaaa!" Misya berteriak kesal.

Saat Misya akan melangkah, dari arah belakang Misya merasa ada seseorang memegang bahunya dengan erat.

"Bayar dulu atuh buburnya," ucap Mamih Ratna Pedagang bubur di kantin.

Misya perlahan membalikkan badan
nya. "Ehh, ee iya saya yang bayar," Misya tersenyum kuda sambil merogoh kantung baju seragam.

"Nih bu," Misya menyerahkan uang sepuluh ribu kepada Mamih Ratna.

"Bilang ke si Caca, dia jadi DPO Mamih," ucap Mamih Ratna.

"Hehe, saya masuk dulu Buk." sambil cengengesan, Misya melangkahkan kakinya menuju kelas XII IPA1 yang berbeda di pojok gedung sekolah.


--0--


TTTRRRIIINGGG!!!...TTRRRIINGGG!!!!.

"Oke anak-anak pelajaran kita
tunda terlebih dahulu, berhubung
bell istirahat sudah berdering. Ingat! manfaatkan waktu istirahat untuk
belajar karna sehabis istirahat nanti
ibu akan mengadakan Quiz," ucap Buk Rita Guru Kimia di SMA Mandala.

"Yahh Quiz Buk," Celetuk salah seorang murid yang duduk di bangku paling belakang.

"Iya," ujar Buk Rita.

"Yahh, dadakan banget Buk." Eluh murid yang lain.

"Hemm berhubung banyak yang protes, jadi Sifat soal Quiz yang akan Ibu berikan berubah menjadi Closebook!"

"Yahhhhhh!!" seluruh murid mengeluh sertak.

"Suttttt, tenang santai aja kalem,
oleng amat! kan ada Misya," bisik
Deri salah satu teman sekelas Misya.

"Ssttt, Syaa .... syyaa," bisik Dara sambil meyolek punggung Misya dari arah belakang.

Misya langsung menoleh ke arah belakang saat merasa punggungnya ada yang menyolek. "Apaan?" tanya Misya mengecilkan nada suaranya.

"Syaa Plise yah bagi-bagi jawaban ke bocah," ucap Dara sambil tersenyum manis ke arah Misya.

"Kalian emangnya engga belajar apa?" tanya Misya.

"Sekalipun belajar bakal ribet ngerjain nya, tau sediri kelas kita itu IPA tapi kelakuan anak-anaknya seperti IPS," jawab Dara.

"Hemmm .... ." Misya sejenak berfikir.

"Plise Syaa, demi kesejahteraan masyarakat ehh ... demi kesejahteraan anak kelas kita," Dara memohon.

"Yudah, iya." ucap Misya.

"Ehemmm, Misya Ananda Putri maju ke depan!" perintah Buk Rita.

Misya sedikit bingung karna ia tiba-tiba di panggil maju ke depan kelas.

"Saya Bu?" tanya Misya sambil menujuk dirinya sendiri.

"Iya, yang punya nama Misya siapa lagi di kelas ini," ucap Bu Rita.

Misya langsung berdiri, dan berjalan menuju ke meja guru.

"Sekarang kamu ikut ibu ke ruang BP. Untuk sementara kamu diam saja di sana sampai jam mata pelajaran Ibu selesai," ucap Buk Rita.

"Loh kok saya di ruang BP Bu? bukannya nanti ada Quiz," ujar Misya keheranan.

"Kamu ngerjain Quiznya di ruang BP saja," ucap Buk Rita.

"Yaahh, kok Misya ngerjainnya di ruang BP?" Protes salah satu siswi.

"Saya mencium aroma mesin fotocopy nantinya," ucap buk Rita sambil tersenyum sinis.

"Yaahhhh ... ."

"Dah, pokoknya manfaatkan waktu istirahat kalian untuk belajar. Misya
ikut Ibu ke kantor!" seru Buk Rita.

"Baik Buk," Misya tidak bisa membantah instruksi Buk Rita.

Setelah mengambil tempat pensil, selembar kertas HVS, buku novel
dan sebuah kotak bekal makanan berukuran sedang dari dalam tas,
Misya berjalan mengikuti Buk Rita.

"Sorry Guys," ucap Misya sambil berjalan. teman-teman Misya hanya bisa tertunduk lesu melihat Misya yang berjalan menuju pintu keluar kelas.
.
.
.
Setelah sampai diruang BP, Buk Rita langsung mempersilahkan Misya duduk.

"Misya kamu duduk di bangku
ruang BP yah," ucap Buk Rita sambil mempersilahkan Misya duduk.

"Baik Buk," ucap Misya langsung duduk
di kursi.

"Misya, nih ada beberapa kueh dan teh manis kamu kan engga ke kantin karna Ibu," ucap Buk Rita.

"Makasih Buk tapi saya bawa bekal makanan sendiri, dan lagi pula saya jarang pergi ke kantin," ucap Misya.

"Way Misya?" tanya Buk Rita.

"Yaa engga apa-apa, saya lebih
suka diam di dalam kelas, baca buku pelajaran atau buku novel," jawab Misya.

"Pantas kamu pintar Misya." ucap
Buk Rita.

Misya tersenyum lalu berkata.
"Bisa karna terbiasa, pintar karna membaca."

"Bisa aja kamu, yaudah Ibu tinggal yah nanti saat jam pelajaran selesai Ibu balik lagi," ucap Bu Rita.

"Iya Buk," jawab Misya.

Ibu Rita berdiri, lalu ia berjalan menuju pintu keluar ruangan. Misya merapihkan barang bawaannya di atas meja, lalu ia duduk dengan tenang sambil mebaca buku novel.

Saat Misya sedang serius membaca
buku novel, dari arah pintu masuk ruangan muncul seorang siswa berpenampilan sedikit urakan dengan baju tidak di masukan ke dalam celana, tidak mengunakan dasi, bajunya sedikit kotor seperti habis bergulat di tanah dan rambut nya sedikit gondrong, namun wajah siswa itu cukup tampan walaupun dengan penampilannya yang seperti itu. Siswa itu berjalan masuk dan duduk
di bangku guru yang berada di belakang bangku Misya, tak berselang lama seorang guru dengan penampilan
cukup rapih dan berperawakan tua masuk kedalam ruangan.

"Diandra ... Diandra, saya sudah bosan dengan segala kelakuan kamu. kalau tidak berkelahi, bolos, kalau engga bolos, coret-coret tembok sekolah. Hadeh ... hadeh, kalau ada beasiswa bagi anak yang tukang bikin onar di sekolah hemm, saya rasa kamu yang dapat beasiswa itu," ucap Pak Surata guru BP di SMA Mandala.

"Silahturahmi itu memanjangkan umur dan menambah Rizky, semakin sering saya dan Bapak bersilahturahmi semakin panjang umur dan banyak Rizky saya dan Bapak," ujar Diandra.

"Silahturahmi apanya? Mending saya silahturahmi sama Buk Miftah, ada faedah nya! wong sama kamu hehh pingin tak pites rasa ee," ucap Pak Surata.

"Hemm itu modus namanya," celetuk Diandra.

"Dah ... dahh ... sekarang Bapak mau nanya sama kamu? tadi kenapa kamu mukulin anak SMA Harapan? kasus
kamu kemarin belum selesai nah ini nambah kasus lagi," tanya Pak Surata.

"Sudah saya jelaskan beribu-ribu
kali dengan Guru dan kepada Kepala Sekolah, Saya melakukan hal itu di didasari karna saya membela siswa
di sekolah ini yang sedang dipalak!,
apa kah saya harus diam saja melihat
hal itu? dan malah oknum siswa SMA Harapan mengarang cerita seolah saya yang mecari perkara terlebih dahulu
dan memprovokasi temannya yang
lain untuk menyerang sekolah kita!
dia Pantas Pak saya hajar tadi, dan menurut saya tadi itu masih kurang," ucap Diandra.

Misya yang sedang fokus membaca novel, terusik dengan kegaduhan yang terjadi di belakangnya.

karna penasaran Misya Sedikit menoleh ke arah belakang. "Ehh itu kan cowo yang kemarin siang," ucap Misya di dalam hati. "ohh, jadi itu yang namanya Diandra."

"Aduh, Diandra saya mengerti
dan paham apa penjelasan yang
kamu sampaikan, tapi caranya
itu loh Draa, kan bisa saja kamu
foto atau bawa oknum Siswanya
menghadap saya, tampa harus mengunakan kekerasan," ucap
Pak Surata.

"Memecahkan batu itu mengunakan
palu Pak, bukan mengunakan busah
yang lembut!" ucap Diandra dengan
nada suara tegas.

"Hadehh ngomong sama kamu
selain bikin kepala saya pusing!
bikin perut saya jadi mulas!, dah
kamu diam dulu di sini urusan kita
belum selesai," Pak Surata bangkit
dari kursi yang ia duduki lalu berjalan menuju pintu ruangan.

"Jangan lupa cebok Pak!" ucap Diandra sambil tersenyum jahil.

"Awas kamu!."

Setelah Pak Surata pergi, Diandra mengambil tisue yang berada di
atas meja, lalu ia mengusapkan ke
wajahnya yang sedikit kotor dengan
debu dan keringat.

"Sekeras-kerasnya batu akan hancur oleh tetesan air yang beratnya cukup ringan," celetuk Misya sambil membaca novel.

Menyadari seseorang berbicara di belakangnya, Diandra berdiri lalu berjalan menuju Misya.

"Ehh lu?" Diandra sedikit terkejut saat melihat Misya sedang duduk sambil membaca novel.

"Way? kaget amat," ucap Misya sambil tersenyum.

Diandra duduk menghadap kearah Misya. "Mau berbicara berfilosofi juga?"

"Engga boleh? semua orang bebas berekspresi dan mengungkapkan pendapat, sudah dijamin dalam
Undang-Undang loh," ucap Misya.

"Sok tau! pasal berapa sebutkan?" tanya Diandra.

"Undang-undang dasar tahun 1945 pasal 28E ayat 3," ucap Misya dengan nada suara lantang.

"Gua rasa kamus Undang-undang
lu bakar, terus abunya lu campur sama air lalu lu minum, bisa sampai hafal gitu," ucap Diandra.

"Kamus? buku kali hihi," Misya tertawa kecil.

"Iya itu," ucap Diandra.

"Iqro, itu perintah Malaikat Jibril
saat akan menyampaikan wahyu pertama dari Allah kepada Nabi Muhammad.SAW, dan berlaku juga untuk setiap Umat. Dengan membaca kita akan mengetahui segala hal yang ada di dunia ini," ucap Misya.

Diandra sedikit melamun saat Misya berbicara kepadanya.

"Hallo," Misya melambaikan tangan di depan wajah Diandra.

"Ehh iya," Diandra sedikit terkejut.

"Kenapa bengong?" tanya Misya.

"Ehh engga, hemm jadi sperti ini berbicara dengan buku berjalan."
ucap Diandra.

"Kenapa emang?" tanya Misya.

"Engga apa-apa, dah jangan di perpanjang." ucap Diandra.

"Hemm engga jelas kamu."

"Eh iya, nama kamu Diandra?" tanya Misya.

"Sudah satu tahun lu sekolah di sini, baru nanya nama sekarang," ucap Diandra.

"Hemm emangnya salah gitu?"

"Bukan salah tapi kuper! haha," tawa Diandra.

Misya memalingkan wajahnya.

"Terserah deh."

"Haha, iya nama gua Diandra,
nama yang harum seantero sekolah ini," ucap Diandra dengan sangat percaya diri.

"Saking harum, Pak Surata jadi mules tuh hihi," Kekeh Misya.

"Eh Draa, thanks yah sudah nyelamatkan aku waktu itu," ucap Misya.

"Oh ... iya sama-sama," ucap Diandra.

"Hemm tapi upahnya ini buat gua," Diandra sambil mengambil kotak bekal makanan Misya.

"Ehh punya aku itu,"Misya berusaha merebut kotak bekal makanannya.

"Sudah ini buat gua, wanita jangan banyak makan nanti gemuk," ucap Diandra sambil berjalan menuju
pintu ruangan.

"Ihhhhh!!" Misya sangat kesal karena kotak bekal makanannya di bawa oleh Diandra.

"Hehe oh iya, kalau Pak Surata nanyain bilang gua lagi makan di depan sekolah ... Byee."

Misya hanya bisa diam sambil menatap Diandra yang sudah pergi menjauh dari nya. Dengan perasan hati sedikit kesal, Misya kembali duduk lalu membaca novel kembali.

--0--

Jam dinding yang menempel di
sudut ruangan kelas menujukkan
pukul setengah satu siang. Di dalam
kelas XII IPA1, tampak Misya sedang merapihkan buku-bukunya ke dalam
tas. Misya sedirian saat ini, setelah beberapa saat yang lalu ia menjalankan rutinitas mingguan piket kelas bersama Dara yang sudah pulang terlebih dahulu.

Misya merentangkan kedua tangannya keatas. "Huftt cape banget."

Misya mengambil lalu mengenakan
tas di punggungnya. "Duh, kotak bekal dibawa lagi sama Diandra." Misya berjalan dengan santai menuju keluar kelas.

"Ada gitu spesies manusia superti
dia, engga salah deh kalau dia dijuluki tukang onar," ucap Misya sambil berjalan.

Saat Misya sudah sampai di depan gerbang dan akan berjalan keluar, langkah kakinya terhenti. Misya melihat Diandra sedang berdiri sambil bersandar di gerbang sekolah. Saat melihat Diandra ingin rasanya ia meminta kotak bekal yang Diandra ambil, akan tetapi perasaan bimbang menyelimuti hatinya saat ini.

"Misyaa itu orang nya, dah tinggal minta terus pulang," ucap Misya didalam hati.

Saat Misya akan mendekat, tiba-tiba ia mengurungkan niat nya, karna melihat Diandra sedang berdiri terpejam sambil menikmati Musik dari headphone wireless yang menempel di telinganya.

Saat Misya akan membalikkan
badan, tiba-tiba Diandra memanggil. "Buku berjalan tunggu," ucap Diandra sambil melepaskan handphone dari telinganya.

Misya berdiri sejenak, lalu ia kembali menghadap ke arah Diandra.

"Nama ku Misya, biasakan memanggil mama asli jangan julukan," ucap Misya.

"Ohh oke gua ulang. Misyaaa!" ucap Diandra.

"Mana tempaaa," pembicaraan Misya terpotong karna Diandra menyelak omongannya.

Diandra menyerahkan kotak bekal kepada Misya. "Nih gua balikkin."

"Sudah gua cuci kok, tapi tadi gua nyucinya numpang di ember cuci
tukang bakso."

Misya langsung mengambil kotak
bekal makanannya tampa berbicara
dan menatap wajah Diandra.

"Marah? sorry deh hehe," ucap Diandra sambil tersenyum di depan wajah Misya.

"Apakah penyesalan itu diungkapkan dengan bercanda," ucap Misya dengan nada suara serius.

"Hemm iya deh sorry, jujur padahal gua sering jahilin orang atau pun bikin orang kesal, tapi entah kenapa kali ini gua merasa engga enak hati."

Misya membalikkan badan lalu berkata. "Semoga itu sinyal hidayah."

Melihat Misya berpaling, Diandra langsung berjalan cepat menghadang langkah Misya. "Di maafin engga?" tanya Diandra.

"Awas aku mau pulang," ucap Misya sambil berusaha menghindar.

Terlihat Diandra mengeluarkan
sesuatu dari dalam jaket Levis biru
yang ia kenakan. "Nih buat lu Sorry yah," Diandra menyerahkan sebuah kertas origami berbentuk kupu-kupu kepada Misya.

"Sebaik-baiknya orang adalah yang mau memaafkan kesalahan orang lain," ujar Diandra.

Misya menatap origami berbentuk kupu-kupu yang berada di tangam Diandra. "Hemm oke aku maafin, berhubung kamu waktu itu pernah menyelamatkan aku," ucap Misya.

Diandra memberikan keras origami kepada Misya "Nih ambil."



Misya mengabil origami dari tangan Diandra, lalu ia memperhatikan.

"Buatan sendiri?" tanya Diandra.

"Bagus juga," Misya memuji.

"Gua anter pulang yah," ajak Diandra.

Misya menolak. "Ehh engga usah, aku naik angkot."

"Sudah enggak apa-apa," ucap Diandra.

"Next time," ucap Misya.

"Hufftt, oke," ucap Diandra.

Misya membalikkan badan lalu ia berjalan menuju ke sisi jalan raya,
untuk menunggu angkot yang mengarah ke rumahnya. Saat melihat Misya menaiki angkot, Diandra membalikkan badan kemudian berjalan menuju ke dalam sekolah.

--0--

A/N : Thanks banget udah baca
Chapter 2 cerita ini, jangan lupa
Like dan commentnya Guys.



"Happy Reading." :)


 
Terakhir diubah:
Makasih updatenya om:beer:

Jangan lama lama dong om:)
 
CHAPTER 3

Sebuah motor matic berwarna putih yang sedang Caca kendarai, tampak sedang bergerak pelan menyusuri area perumahan tempat Misya tinggal. Setelah melewati beberapa blok, akhirnya Caca sampai di depan rumah Misya.

Caca memarkirkan motornya dengan rapih dan melepaskan helm yang ia kenakan, setelah itu Caca melangkah dengan santai menuju pintu rumah Misya.

TOKK!! TOKK!! TOKK!! TOKK!!


"Assalamualaikum Misya." ucap salam Caca sambil mengetuk pintu rumah.

TOKK!! TOKK!! TOKK!! TOKK!!

"Misyaa Hello!" Caca mengerutkan dahinya karna tidak mendapat jawaban dari dalam rumah.


Caca mengintip dari celah jendela rumah. "Syaa ini gue Caca bukan tukang kredit baju."


"Hemm ... sepi banget, apa Misya
lagi enggak di -rumah yah?" Caca membalikkan badan lalu ia berjalan menuju ke samping rumah Misya.

"Syaa ... Misyaa." ucap Caca.

"Rumahnya sepi, tapi jendela kamarnya ke buka, hemm ... "


Caca mengedarkan pandangannya sekeliling arah, ia tersenyum jahil sambil mengambil dua buah batu berukuran kecil dari tanah.


Dengan gerkan cepat dan terarah Caca melemparkan batu tersebut ke arah kamar Misya.


TRENG!

TRENG!

"Aww!!"

"Hihi tuhkan pasti nih anak ada didalam." ucap Caca.

Misya muncul dari jendela kamar sambil mengusap-ngusap kepalanya.

"Hey Siapa sih yang ise ... " Misya menahan ucapannya saat melihat Caca yang sedang tersenyum jahil sambil melambaikan tangan.

"Haii."

"Kamu yang melempar batu ini yah?" tanya Misya dengan tatapan mata menyelidik.

"Haha habisnya aku ketuk pintu nggak ada yang bukain, aku panggil-panggil kamu nggak keluar." jawab Caca.

"Ihh tapi jangan nimpuk batu juga kali."

"Haha, dah buruan bukain pintu!" printah Caca.

"Iya sabar." Misya membalikkan badan lalu berjalan menuju lantai dasar, sedangkan Caca kembali ke depan pintu.

TREEKK!!

TREETT!!

Saat sudah masuk ke dalam rumah, Caca berdiri menatap wajah Misya sambil tersenyum jahil. "Benjol engga?"

"Tau ahh." Misya memalingkan wajah dengan ekspresi wajah kesal.

"Sorry deh jangan ngambek gitu." ucap Caca yang masih berdiri di depan pintu.

"Masuk Ca aku tutup lagi nih pintunya!" ucap Misya.

"Iya ... iya." ucap Caca melangkah masuk ke dalam rumah.

"Yaudah yuk naik." Dengan langkah gontai Misya berjalan menuju kamar yang berada di lantai dua rumah.

Setelah melepaskan sepatu yang ia kenakan, Caca langusng berjalan menyusul Misya. Sesampainya di kamar, Misya langsung membereskan beberapa tumpukan buku pelajaran dan Novel yang berserakan di atas kasur. "Masih ngambek?" tanya Caca.

"Iya!" jawab Misya ketus.

Caca tersenyum, tampak ia mengambil sesuatu dari dalam tas jinjing. "Kalo gue kasih ini masih ngambek engga?"

Ekspresi wajah Misya seketika berubah saat Caca menyodorkan permen Lolipop di hadapannya.

"Sudah ambil, enggak usah sok jaim gitu." ucap Caca.

"Huhh siapa yang sok jaim, mau nyogok nih ceritanya?" tanya Misya sambil berpura-pura bersikap acuh.

"Mau engga?, atau gue masukin ke tas lagi nih."

Caca menggoyang-goyangkan permen lolipop di depan wajah Misya. Karna tak mampu menahan hasrat di hati, Misya mengambil permen lolipop yang diberikan Caca.

"Makasih." ucap Misya mengambil permen dari tangan Caca.

"Hihi gue udah tau lu engga bakal tahan kalo ngeliat permen ini. Eh ngomong-ngomong Mamah lu kemana Syaa?" tanya Caca.

"Biasa lagi jaga toko, jadinya aku
disuruh jaga rumah, dan disaat aku sedang merapihkan buku ... Twingg! kepala aku terkena batu yang kamu lempar." jawab Caca.

"Hihi sorry-sorry deh."

"Tumben kamu Ca main ke rumah enggak ngabarin dulu?" tanya Misya.

"Sengaja biar Surprise." ujar Caca sambil tersenyum.

Misya mengusap pelan
kepalanya. "Iya ini Surprise nya."

"Hihi." Caca tertawa pelan sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan sebelah kanan. "eh iya Sya, gue minjem buku biologi lu dong." ucap Caca.

"Minjam buku biologi? kan kamu anak IPS Ca."

"Bukan buat gue, tapi buat cowo gue Syaa, soalnya buku biologi dia hilang jadi terpaksa harus fotocopy, mau mijem sama temen sekelasnya pada koret." ucap Caca.

"Oh buat Rido, kenapa dia engga minta sendiri sama aku?" tanya Misya.

"Sengaja biar gue aja yang mintain ke lu Syaa." ucap Caca.

"Loh kok?" Misya tampak bingung.

"Yaa takutnya Rido jadi naksir lagi sama lu Syaa hihihi."

"Ihh cemburuan banget sih." Misya menerkam tubuh Caca, lalu ia menggelitik pinggangnya.

Caca meronta dan berusaha menghentikan gelitikan yang
Misya lakukan. "Haha, sudah
Syaa."

"Haha yaudah aku ambilkan bukunya dulu." Misya berdiri dan berjalan menuju rak buku.

Saat Misya sedang mencari buku Bilogi yang akan ia pinjamkan, Caca tampak duduk santai di tepi tempat tidur sambil memandang sekeliling.

Caca menaikan ke dua alis matanya saat melihat sebuah kertas origami berbentuk kupu-kupu berada di atas meja lampu di sebelah tempat tidur Misya. "Lu bisa bikin origami Syaa?" tanya Caca.

Misya menoleh kearah Caca. "Hahh apaan?"

"Iihh!, lu bisa bikin origami?" tanya Caca kembali sambil menunjukkan kertas origami kepada Misya.

Misya menggelengkan
kepalanya. "Hemm enggak."

"Lah terus ini siapa yang buat?"

Setelah menemukan buku Biologi yang ia Cari, Misya membalikkan badan dan berjalan menghampiri Caca. "Dari si tukang onar."

"Tukang onar?, Diandra maksud lu."

Misya Duduk di sebelah Caca. "Iya."

"Syaa kayanya gue harus cepet-
cepet taubat deh." ucap Caca
sambil memegang bahu Misya.

"Emang kenapa?" tanya Misya.

"Tanda-tanda kiamat sudah dekat." ujar Caca sambil mengguncang-guncangkan tubuh Misya.

"Engga ada korelasinya kali antara Diandra ngasih aku Origami sama tanda-tanda kiamat." ucap Misya.

"Syaa, Mahluk sejenis Diandra
ngasih kertas Origami aneh banget, biasanya dia itu cuman bikin rese ke semua Siswi di sekolah kita." ucap Caca.

"Terus kalo ke Siswa di sekolah kita?" tanya Misya.

"Yaa sama iseng dan jahilnya. Hemm tapi." Caca menghentikan ucapannya sejenak.

"Tapi kenapa?" tanya Misya.

"Yaa walaupun kelakuannya seperti itu, tapi kalau ada siswa SMA lain yang malak atau ada kasus sama anak Sma kita, pasti Diandra bakal paling depan bela anak sekolah kita." ucap Caca.

"Oh begitu."

"Dan gue bingung kenapa Diandra ngasih lu origami?, henm apa jangan-jangan Diandra naksir juga lagi sama lu seperti beberapa siswa yang lain." ucap Caca.

"Apaan sih ngaco aja kamu." ucap Misya.

"Yaa siapa tau aja yah kan hihi." ucap Caca.

"Eh Ca gini aku kelasin jadii ... "

Misya menceritakan kejadian kemarin disaat ia bertemu dengan Diandra di ruangan BP, lalu kotak bekal miliknya diambil oleh Diandra hingga saat Misya akan pulang, ia bertamu kembali dengan Diandra di depan gerbang sekolah. Diandra mengembalikan kotak bekal dan meminta maaf dengan memberikan sebuah origami kepada Misya.

"Tapi gue yakin, Diandra suka nih sama lu Sya soalnya Diandra tuh enggak pernah loh ada itikad minta maaf atas perbuatan jahilnya. Nih yah asal lu tau, botol minum gue aja yang diambil sama Diandra setahun yang lalu engga pernah balik sampai sekarang." ucap Caca.

"Huss ngaco aja kamu Ca, soal kotak bekal yang Diandra balikin, itu mah namanya masih Rizky aku. Dan soal botol minum kamu yang engga balik, yaa itu tandanya Allah menyuruh kamu untuk sedekahin ke dia." ujar Misya.

"Hemm, terserah deh susah ngomong sama lu Syaa."

TTRRIINNGG!! TTRRIINGG!! TTRRINGG!!

Saat Misya dan Caca sedang berbincang, tiba-tiba Smartphone milik Caca berdering menandakan sembuah panggilan telepon masuk.

"Angkat dari Pangeran kamu tuh pasti." ucap Misya.

"Eh iya." ucap Caca sambil menekan layar smartphone.

"Iya Doo, aku masih di rumah Misya nih."

"Iya iya bukunya sudah sama aku, yaudah aku ke rumah kamu sekarang ... Oke bye."


TTUUTT!! TUUTT!! TTUUTT!!

"Mau langsung balik sekarang?"
tanya Misya sambil menyerahkan buku Biologi kepada Caca.

"Iya deh Sya soalnya Rido mau langsung fotocopy nih buku." jawab Caca.

"Oh yaudah, sorry Ca aku engga nyuguhin apa-apa nih buat kamu." ucap Misya.

"Ya elah santai aja kali, gue cuman sebentar ini kok." ucap Caca.

Setelah mendapatkan buku yang ia butuhkan, Caca langusng berdiri dan berjalan menuju lantai satu rumah
disusul Misya dibelakangnya.

"Ehh iya, kalo besok gue engga sempet balikin palingan Rido yang langsung balikin ke lu Syaa." ucap Caca sambil memakai sepatunya kembali.

"Oke."

"Thanks yah Syaa udah mau minjemin nih buku."

"Iya sama-sama."

Setelah membalikkan badan, Caca melangkahkan kakinya menuju ke arah motor yang berada di luar rumah Misya.

TTRRTT!! BRUMM!! BBRUMM!!

"Syaa gue balik." ujar Caca sambil memutar balikkan arah motor.

"Yaa hati-hati." ujar Misya.

Motor yang Caca naikki perlahan mulai bergerak menjauh dari area rumah. Setelah Caca pergi Misya kembali masuk ke dalam rumah dan tak lupa ia mengunci kembali pintu rumahnya.

--0--


Warung Hasad, adalah sebuah warung kecil yang berjarak sepuluh meter dari belakang gedung sekolah SMA Mandala. Tempat ini biasanya ramai oleh Siswa SMA Mandala, yang hanya sekedar nongkrong-nongkrong sambil menikmati sebatang rokok. Biasanya yang datang ketempat ini hanya Siswa terkenal nakal dan suka membuat gaduh.

Di warung Hasad saat ini terlihat Diandra sedang duduk bersandar di atas motor miliknya, sambil menatap langit sore yang cerah. Sesekali Diandra tersenyum sendiri saat teringat wajah Misya yang sedang marah karna Diandra mengambil kotak bekalnya.

"Hemm spesies betina yang unik." gumam Diandra sambil tersenyum.

BBRUMM!! TTRETTTT!!

Sebuah motor kawasaki ninja 250R
milik Danu sahabat dekat Diandra berhenti tepat di depan warung. Danu tidak datang sendiri, ia ditemani Karin sahabat Diandra sejak bangku SMP. Setelah melepaskan helm yang mereka kenakan, Danu dan Karin langsung menghampiri Diandra.


"Woy! diem-diem aja ngopi sanah ngopi." Danu mengguncang-guncangkan motor Diandra.

Diandra turun dari motor dan menatap tajam ke arah Danu.

"Heh pea! ngagetin gue aja luh!"

"Haha lagian bengong aja,
mikirin apa sih?"

"Kepo lo." Ucap Diandra.

"Draa lu udah makan?" celetuk Karin sambil tersenyum ke arah Diandra.

"Belum sih, eh gua kira lu engga
bakal balik kesini lagi Rin."

"Yaa balik lah, ngapain banget jam segini di rumah Draa."

"Yaa kali gitu sahabat gua ini mendadak jadi anak rumahan."

Karin tersenyum kecut. "Iya sahabat."

"Draa mau pesen kopi enggak?"
tanya Danu sambil berjalan menuju warung.

"Kalo lu yang bayarin, pesenin gua satu." ujar Diandra.

"Woo, yowes deh." Danu langsung memesan kopi untuk Diandra dan juga untuk dirinya.

"Budeh pesan kopi dua." ucap Danu.

"Kopi hitam seperti biasa?" tanya Budeh Hasad.

"Iya seperti biasa, cuman buat Diandra kopi susu, tapi kata dia sih susunya cap kutang." ucap Danu sambil tersenyum jahil.

"Bohong Dehh, bocah pea jangan
di denger!" triak Diandra.

"Haha ada-ada aja kamu Nuu." ucap Budeh Hasad.

Karin mengambil sesuatu dari dalam tas selempang yang ia bawa sambil berkata. "Tuh kelakuan teman lu Dra."

"Lah temen lu juga sih."

"Hemm oh iya lupa, nih gua bawain makanan buat lu." ucap Karin sambil memberikan sebuah kotak makanan ke pada Diandra.

Diandra mengambil kotak makanan yang Karin berikan sambil tersenyum.

"Wedehh tau aja gua lagi laper." ucap Diandra.

"Tau lah Dra, maka itu gua bawain makanan buat luh."

"Thanks yah."

"Iyaa sama-sama, ehh gua mau ke kamar mandi dulu."

"Huuu beser mulu luh, yaudah sana."

Karin langsung membalikkan badan dan berjalan menuju rumah budeh Hasad yang berada di samping warung. "Deh, numpang ke kamar mandi yah." ucap Karin.

"Oh iya Rin." ucap Budeh Hasad.

"Mau dianterin engga." tawar Danu.

"Garing lu!" ucap Karin ketus sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Sambil tersenyum jahil, Danu melangkah menuju Diandra
sambil membawa dua cangkir
kopi.

"Nih kopi lu." Danu menyerahkan secangkir kopi kepada Diandra.

Diandra menghirup uwap kopi. "Huuu, mantap."

"Tuh anak perhatian banget sama lu, jiahh kaya pacar aja." ucap Danu.

"Karin mah gitu orangnya dari dulu baik sama gua, yaa namanya juga sahabat." ucap Diandra.

"Iya sahabat, tapi gua merasa tuh anak beda banget sikapnya."

"Eh Nu, gua tuh udah kenal Karin sejak SMP dia emang seperti itu, dan gua merasa Karin bersikap sama ke stiap temen cowo yang lain, dan menurut gua dia itu Sopel."

Tampak Danu mengerutkan
Dahinya. "Sopel?"

"Sono sini nempel, intinya gitu!"

"Hemm, terserah lu dah."

Setelah tujuh menit berlalu, muncul lah Karin dari arah rumah Budeh Hasad. "Dra dimakan atuh Dra." ujar Karin.

"Eh iya tar gua makan, nih ngabisin kopi dulu." ucap Diandra.

"Dahh Sinih buat gue kalo lu engga mau." Danu merebut kotak makanan yang sedang Diandra pengang.

"Balikin engga!!" karin mengepalkan tangannya ke arah Danu.

Sambil tersenyum kuda, Danu mengembalikan kotak makanan
kepada Diandra. "Hehe iya ... iya."

"Eh iya Rin, thanks juga yah untuk origaminya." ucap Diandra.

"Hehe iya, kalu suka nanti gua buatin lagi."

"Oh origami yang kemaren luu.. Awwww!." ucapan Danu terputus karna kakinya diinjak oleh Diandra.

"Ehh kenapa-kenapa?" tanya Karin menyelidik.

"Ehh engga Rin, ee Danu suka juga sama origami yang lu buat." ucap Diandra.

Karin merasa heran dengan sikap Diandra dan Danu. "Hemm, aneh kalian?"

"Ee Rin cabut yuk BT nih disini mulu." ucap Diandra.

"Cabut kemana?" tanya Karin.

"Taman potret yuk." ajak Diandra.

"Wehh boleh juga tuh. sore-sore
gini nongkrong ditaman, bakar
udut sambil ngeliat cewe cakep
lagi mejeng." ucap Danu.

Setelah Danu berbicara ekspresi wajah Karin langsung berubah cemberut.

"Kalau usul lu cuman untuk ngeliat cewe mending engga usah Dra!"

"Lah gua mah cuman mau nongkrong, tuh bocah aja yang otaknya cewe mulu." ucap Diandra.

"Haha cemburuan banget sih lu Rin wakwak." ucap Danu.

"Ihh siapa yang cemburu." ucap Karin sambil memalingkan wajahnya.

"Dah yuk Rin kita cabut!" seru Diandra sambil naik keatas motor.

"Haha dah yuk Rin gua boncengin lagi." tawar Danu.

"Dih ogah mending gua naik sama Diandra." Karin bergegas naik keatas motor Diandra.

"Huuu pilih kasih lu!" ucap Danu.

"Eh Dan, kopi udah dibayar?" tanya Diandra.

"Iya udah."

"Ee Dra nanti dimakan yah jangan lupa." ucap Karin sambil mengenakan helm yang Diandra berikan.

"Iya." ucap Diandra sambil tersenyum.

"Last Go Guys kita cabut!" ujar Danu sambil menekan pedal gas motornya.

BRUMM!!! BRUMM!!

Diandra dan Danu mengarahkan motor mereka menuju jalan Raya yang sedang dipadati oleh beberapa kendaraan pribadi maupun umum yang melitas.

--0--


Rembulan tampak bersinar terang,
hembusan angin malam terasa dingin. Di rumah kediaman Misya tepatnya
di lantai dua kamar, tampak Misya sedang duduk di kursi belajar sambil
menulis buku Diary. Sesekali Misya tersenyum, lalu ia memandang kearah langit.


Harapan.


My Diary, ungkapan isi hati yang ku tulis dengan pena hitam. Dari dalam kamar, ku pandang langit yang dihiasi gemerlapnya bintang. Aku berharap salah satu bintang-bintang itu jatuh, memancarkan sinar dan membawa harapan.


Mungkin terdengar konyol melakukan pengharapan di saat melihat bintang jatuh. Tapi banyak juga orang yang tidak memandang itu sebagai sutu kekonyolan semata. Salah satu dari sekian banyak orang itu adalah, aku.


Disela aku menulis diary ini, sesekali aku melirik sebuah brosur University of Melbourne, yang mendiang ayah berikan padaku dulu. Masih terngiang di kepalaku saat ayah berkata: "Harapan Ayah cuman satu, melihat mu memakai topi sarjana di depan gedung universitas ini." . Harapan ayah itu lah yang membuat ku saat ini semangat untuk belajar, agar meraih harapan Ayah yang tak sempat ia lihat.


Semoga harapan Ayah yang kini menajdi harapanku kelak bisa terhujud. Aku hanya bisa berdoa dan berharap, semoga agan tercapai pada saatnya tiba.


TTRRREETTTT!!!

Saat Misya sedang menulis Diary, tampak pintu kamar Misya di buka pelan oleh Mamah Desi yang baru sampai di rumah setelah hampir seharian mengurus usaha toko roti miliknya.

"Syaa." ucap Mamah Desi sambil masuk ke dalam kamar.

Menyadari Mamahnya sudah pulang, Misya langsung bangkit dari kursi yang ia duduki, lalu ia berdiri menghadap ke arah Mamahnya.

"Eh Mamah udah pulang." ucap Misya.

"Lagi apa kamu Syaa?" tanya Mamah Desi.

"Lagi iseng aja Mah nulis Diary." jawab Misya.

Mamah Desi tersenyum saat melihat brosur University of Melbourne yang berada di atas meja belajar Misya.

"Kamu masih bermimpi kuliah di sana Syaa?" tanya Mamah Desi kembali sambil tersenyum.

"Iya Mah, Misya masih berharap bisa mewujudkan harapan Papah."

"Maaf yah sayang karna keterbatasan yang ada, Mamah tidak bisa mempermudah kamu untuk mewujudkan harapan Papah." ucap Mamah Desi.

Misya mengelus pipi Mamahnya sambil tersenyum. "Tidak apa-apa Mah dan buat apa Mamah meminta maaf ?, banyak hal yang sudah Mamah perjuangan untuk Misya." ujar Misya.

"Mamah hanya bisa mendoakan kamu Syaa, dan biarkan Tuhan yang menentukan jalannya."

"Semustajabnya Doa adalah Doa
dari seorang ibu, dan sebaik-baiknya usaha adalah yang dilakukan dengan kesungguhan dan kesebaran.
"

"Mamah yakin kamu akan mendapat- kan apa yang mauharapkan."

"Amin, Misya akan lebih giat lagi berjuang."

Mamah Desi memeluk tubuh Misya dengan penuh kasih sayang, tampak Misya tersenyum sambil membalas pelukan Mamahnya.

"Syaa kamu udah makan belum?" tanya Mamah Desi.

"Hemm udah, tapi tadi siang hehe." jawab Misya sambil tersenyum.

"Yaudah sekarang kita makan malam dulu, mamah sudah beli ayam rica-rica kesukaan kamu." ajak Mamah Desi.

"Tapi suapin yah hihi." pinta Misya.

"Woo, kayak anak kecil aja
kamu." Mamah berdiri lalu
berjalan menuju pintu kamar.

"Hihi Biarin." ucap Misya sambil berjalan mengikuti Mamahnya.


--0--


Sebuah motor Vespa Matic
milik Diandra terlihat sedang bergerak pelan menyusuri jalan kompleks yang mengarah ke rumahnya.


Diandra baru pulang setelah ia nongkrong bersama Karin dan Danu di taman Potret. Wajah Diandra tampak lelah karna dari sepulang sekolah tadi ia belum kembali ke rumah.

Setelah Diandra sampai di depan rumah, ia langsung mematikan mesin Motor lalu turun dan berjalan menuju pintu bagian depan rumah.


TTTTRREETTTTTT!!!

TTTTTRRREEKKK!!!

Setelah menutup pintu, Diandra melangkah masuk kedalam rumah. Ekspresi wajah Diandra berubah menjadi murung dan seolah ia sedang menahan rasa amarah, tak seperti ia berada di sekolah atau pun saat ia sedang berkumpul dengan Karin dan Danu. Saat Diandra melwati ruang TV, ia mempercepat gerak langkah kaki nya.

"Diandra." ucap Mamah Hana
sambil bangkit dari sofa, lalu
berjalan menghampiri Diandra.

Diandra tidak menoleh atau pun menjawab perkataan Mamah Hana,
ia hanya fokus melangkah menuju kamarnya. "Dianra!" Mamah Hana menarik tangan Diandra.

"Sudah saya cape mau istirahat!" ucap Diandra acuh.

"Draa kamu abis dari mana sih?, kamu jangan pulang malam trus, kamu itu anak sekolah, pulang lah sewajarnya anak sekolah lain pulang!" ujar Mamah Hana.

"Suka-suka saya!!" ucap Diandra sambil memalingkan wajah.

"Hufftttttt." Mamah Hana menghembuskan nafas pelan, ia berusaha mengendalikan diri dan berusaha sabar atas sikap Diandra.

"Sudah sekarang kamu makan dulu yah, Mamah sudah Masakin sup buat kamu dan Papah." ajak Mamah Hana.


"Sudah lah, Stop bersikap sok baik dan perhatian kepada saya!, anda tidak bisa mengantikan posisi Bunda Vio dari hati saya dan di rumah ini!!" ucap Diandra dengan nada suara membentak.


Sontak Mamah Hana terdiam, lalu perlahan memejamkan kedua matanya sambil menunduk. Saat Mamah Hana memalingkan wajahnya kembali, ia melihat Diandra sudah masuk ke dalam kamarnya. Dengan perasaan hati sangat sedih, Mamah Hana duduk kembali di sofa ruang TV.

Di dalam kamar Diandra berukuran lima kali lima meter dengan barang-barang tersusun rapih dan beberapa poster Band Pee Wee Gaskins terlihat menempel di dinding kamar.

Tampak Diandra sedang berdiri termenung memandang ke sebuah kepingan DVD yang sedang yang
ia pegang. Dengan langkah pelan Diandra duduk di sebuah kursi belajar.

Diandra memasukan kepingan DVD ke dalam Laptop yang sudah menyala. Terputarlah sebuah rekaman video seorang yang sedang memainkan piano.


Seiring Diandra mendengar suara alunan nada piano, ia mengambil sebuah bingkai foto berukuran kecil yang terdapat sebuah foto seorang wanita. Sesekali Diandra tersenyum saat melihat foto tersebut. Di dekap lah bingkai foto, lalu perlahan Diandra memejamkan matanya.

~ ° ~


A/N : Thanks sudah Baca Chapter 3 ini, maaf baru update sekalian lama enggak dilanjut hehe, maklum kuli kalo enggak nguli enggak makan Haha. Tinggalkan comment yah and Like nya juga Guys.

"Happy Reading." :)
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd