--------------
Part 18
"Nostalgia Gila!"
POV Ricko
"Oke! Dah yok berangkat mas!" Ucap gue sesaat setelah gue duduk di samping Natalie di kursi belakang taksi online yang gue pesan tadi.
"Baik mas. Ke
Citraland yaa?" sahut driver yang akan mengantar gue dan Natalie ke mall tujuan kami.
"Ya mas!" jawabku singkat.
"Oke!" sahut driver tersebut seraya menjalankan mobil yang kami tumpangi ini.
Sesaat gue perhatikan driver taksi online yang saat ini membawa gue dan Natalie tidak ada yang istimewa darinya, kemeja flanel kotak-kotak berlengan panjang yang digulung sebatas sikunya cukup sopan dan terlihat pas di tubuhnya yang tidak terlalu besar, namun cukup jelas terlihat juga sedikit otot di lengan kirinya menurutku cukup bagus untuk menambah kesan maskulin bagi seorang pria. Gue juga ngeliat salah satu daun telinganya ternyata berlubang, yang menandakan jika dia pernah menindik telingannya tersebut. Oh iya, ternyata di leher bagian kirinya gue bisa ngeliat sedikit motif tattoo yang menurut perkiraan gue itu adalah sebagian kecil dari tattoo yang pasti terukir di badannya. Entah kenapa gue menjadi semakin tertarik mengetahui tentang hidup yang dijalani pria ini diluar kegiatannya menjadi driver taksi online ini.
"Dah lama narik
Grab mas?" gue membuka obrolan dengan driver ini.
"Oh, ya lumayan mas. Dari awal ada
Grab di Semarang saya udah ikutan mas..." jawab pria itu lugas.
"Lumayan katanya yaa hasil taksi online gini?" tanya gue sekedar menyambung percakapan kami.
"Yaa bisa dibilang gitu lah mas, tapi sekarang dah banyak saingan mas. Makin banyak yang jadi driver, yaa tapi tetep usaha aja terus lah mas. Rejeki udah ada yang ngatur kok." jawabannya cukup membuat aku tertarik bertanya lebih jauh padanya.
"Mas nya asli Semarang bukan?"
"Siapa dah tadi namanya?" tanya gue lebih lanjut.
"Saya? Saya Anggoro mas, panggil aja Anggo."
"Iya saya asli Semarang juga mas." jawabnya kemudian.
"Oh. Kalo saya bukan orang Semarang mas. Saya dari Jakarta, lagi main aja di Semarang, nginep di tempat temen saya ini." gak tau kenapa malah gue cerita hal yang seharusnya gue gak perlu cerita ke orang lain, apalagi ini malah baru ketemu. Tapi entah lah, gue kalo udah kesan pertama cocok sama orang, gue bisa dengan santainya membagi sedikit cerita juga. Karna pada dasarnya gue juga seneng memperhatikan karakter-karakter orang yang gue temuin secara random seperti ini. Dan entah kenapa, sama driver bernama Anggo ini gue kayak cocok aja sama ini orang.
"Oh, mas nya nginep di rumah mbaknya berarti yaa?"
"Masnya pacaran ya sama mbak Netty?" selorohnya yang membuat gue cukup kaget. Bukan apa, gue baru nyadar kalo daritadi posisi duduk gue sama Natalie itu nempel banget, bahkan posisi gue saat ini itu bisa dibilang yaa bener kayak orang pacaran. Gue nyenderin kepala gue di bahu Natalie sambil megang tangannya. Dan yang lebih bikin gue kaget, dia kayak dah kenal sama Natalie sebelumnya dengan dia manggil Natalie dengan panggilan Netty tadi. Walapun gue dengernya bukan namanya Natalie, tapi mirip-mirip lah.
"Eh! Hahahaha... Bukan mas, mas Anggo salah sangka nih." ucap gue sambil menarik tubuh gue sedikit menjauh dari Natalie. Sekilas gue ngeliat ekspresi Natalie justru sedikit kayak orang bingung. Gue belom bisa membaca apa yang ada di pikiran wanita ini.
"Kita temenan aja kok? Emangnya kita kayak orang pacaran apa mas? Orang mbaknya ini istrinya temen saya kok. Hahaha" kata gue sambil tertawa untuk menghilangkan suasana
awkward ini, shitt kenapa gue jadi salah tingkah gini dibikin sama nih orang. Padahal kan seharusnya gue gak perlu canggung juga sama nih orang yang baru gue temuin.
"Loh mas Anggo kenal sama Natalie?" tanya gue panik.
"Eh, nggak kok Rick! Tadi aja baru kenalan juga pas lagi nungguin kamu tadi." sergah Natalie tiba-tiba. Gue yang masih bingung dengan kondisi ini cuma bisa manggut-manggut tanpa berkata lagi. Gue masih berusaha mencerna situasi saat ini.
"Oh iya, masnya namanya siapa deh tadi? Mas Ricky ya?" gak berapa lama tiba-tiba Anggo bertanya nama gue, rupanya dia sedang berusahan menghilangkan suasana canggung tadi dengan mengalihkan pembicaraan barusan.
"Oh, saya Ricko mas. Bukan Ricky!" jawab gue.
"Oh, iya mas Ricko. hehehe maap mas salah nyebut nama." sahut Anggo.
"Oh iya mas. Ntar mampir ke laundry sebentar bisa ya? Aku mau masukin baju kotor dulu sekalian." ucap Natalie.
"Oh iya, bisa dong. Dimana tempat laundry nya deh?" tanya Anggo ke Natalie.
"Depan situ, sebelum
Toko Roti Perawan mas." jawab Natalie.
"Oke deh!" sahut Anggo.
Tidak lama, kami pun tiba di tempat laundry yang dimaksud. Dan Natalie langsung bergerak turun sambil membawa pakaian kotor kami.
"Sebentar ya. Aku masukin laundry dulu." ucap Natalie.
"Perlu dibantu nggak?" ucap gue menawarkan bantuan.
"Nggak usah biar aku aja Rick." jawabnya dan langsung turun menenteng dua buah kantong berisi pakaian kotor kami.
"Mas, mas Anggo kenal sama istrinya temen saya ini ya mas?" tanya gue ke Anggo ketika hanya ada kita berdua di mobil setelah perginya Natalie tadi.
"Eh, dulu mas. Udah lama kok, kita pernah kenal deket, itu aja. Abis itu dah lamaa banget gak ketemu, barusan aja tadi ketemu lagi setelah nggak tau deh berapa lama kita pisahan." jawabnya semakin membuat gue penasaran.
"Maksudnya kenal deket?? Kalian.......pacaran?" ucap gue bertanya sedikit terjeda dan gue agak sedikit menekankan di kata-kata pacaran tadi. Karna dibalik keraguan gue, sedikit tersirat keyakinan bahwa mereka dulu cukup dekat.
"Hehehe... Ya bisa dibilang gitu mas Ricko." ucapnya.
"Loh tapi tadi kata Natalie kalian barusan aja kenal pas nunggu saya naik tadi." lanjut gue lebih menyelidik.
"Mungkin dia malu mas, punya mantan supir kayak saya ini."
"Dan lagi saya liat mas Ricko sama Netty cukup deket juga, kalo sekedar temen kayaknya lebih deh. Ya gak mas?" ucapnya balik menyerangkm gue.
"Kok mas Anggo bisa mikir gitu?" tanya gue mencoba bertahan.
"Sekedar temen nggak mungkin masnya berani duduk sedekat tadi." jawabnya tegas dan tepat, menurut gue ini orang cukup cerdas, dan sifat to the point nya harus gue akui, dia lebih dari sekedar driver taksi online aja. Gue semakin penasaran mengorek tentang pria ini.
"Hmm... Kalo saya minta bukti bahwa mas pernah pacaran sama Natalie supaya saya bisa yakin. Bisa kasih bukti apa mas Anggo ke saya?" Tanya gue padanya mengalihkan pertanyaannya.
"Mau bukti apa mas Ricko nya?" dia berbalik tanya ke gue.
"Ya apa aja, yang bisa bikin saya yakin sama jawaban mas Anggo tadi." lanjut gue mengejarnya memberikan bukti. Lalu setelah gue memintanya memberikan bukti yang gue cecar dia tadi, gue liat Anggo malah membuka kancing bagian atas kemeja yang dikenakannya, dan menarik kaus dalamnya serta memiringkan badannya ke arah gue. Gue langsung bisa ngeliat apa yang sedang ingin ditunjukkannya.
"Mungkin ini bisa bikin mas Ricko percaya yang saya omongin tadi." ucapnya dengan tatapan tajam, dan jelas hal itu jadi bukti kuat tentang jawaban yang memang gue kejar darinya. Gue hanya bisa melongo tanpa mampu berkata-kata lagi.
"Saya memang ndak tau Netty menikah dengan siapa sekarang. Tapi yang jelas, saya juga bisa ngeliat kalo hubungan mas Ricko sama Netty lebih dari sekedar hanya hubungan antara teman suaminya dan dia sebagai seorang istri dari temen mas Ricko." kali ini ucapannya terdengar seperti sebuah pukulan telak yang langsung mengarah ke muka gue. Dan entah mengapa gue gak bisa menghindar atas ucapannya itu. Anak ini emang beda, pikir gue.
"Dan mas Ricko nanti bisa liat, Netty sendiri yang bakal nguatin bukti dari yang saya udah tunjukkin tadi." lanjutnya sambil gue liat dia merapihkan pakaiannya. Dari jendela mobil ini gue liat Natalie sedang berjalan kearah mobil ini, kelihatannya dia sudah selesai dengan urusannya di tempat laundry itu.
"Besok udah selesai bajunya Rick. Udah bisa diambil. Aku ambil yang
express jadi gak perlu nunggu sampe tiga hari baru selesai." ucap Natalie sesaat ketika dia masuk dan menutup pintu mobil ini.
"Oh, oke deh. Bagus malah, kayaknya mending aku gak usah jadi beli baju lagi apa ya? Kan besok juga udah selesai ini Natt?" jawab gue.
"Loh ya terserah kamu, emang masih ada stok baju kamu?" tanya Natalie.
"Masih kok, masih ada yang bisa aku pake." jawab gue kemudian.
"Oh maaf, kita tetep jadi ke tujuan awal ndak nih mas?" tiba-tiba Anggo memotong obrolan gue dengan Natalie.
"Hmmm...Enaknya gimana ya? Kalo misal cancel aja bisa nggak mas Anggo? Nanti saya bayar tarif non aplikasi deh. Malah kalo bisa, saya sewa mas Anggo buat nemenin kita keliling-keliling aja apa ya?" tanya gue ke Anggo.
"Oh, ya gapapa mas Rick. Tapi nanti ini kita tetep ambil jalur sesuai rute awal dulu aja gapapa ya? Biar gak kena suspend dari
Grab nya. hehehe."
"Ntar abis itu, baru deh nanti saya anter Mas Ricko sama Netty mau kemana aja terserah. Ntar saya anterin." kata Anggo kemudian.
"Gapapa kan Nett aku temenin kamu sama Mas Ricko jalan-jalan? Ndak usah mikirin biayanya deh, itung-itung nganterin temen aja aku sih." lanjutnya lagi. Gue sekilas liat ke Natalie dan yang gue liat bener-bener gak gue duga. Natalie justru terlihat
excited dengan tawaran Anggo.
"Wah yaa mau banget lah dianterin jalan-jalan."
"Lumayan nih Rick, malah dianterin masnya."
"Gratis kan mas? hahaha" ucap Natalie dengam ekspresi kesenangan.
"Lah kayak sama siapa aja kamu Nett. Udah tenang aja, kalo mau main ke rumah aku juga boleh kok. Itung-itung nostalgia." ucap Anggo tetap dengan posisinya mengemudi sambil sesekali menengokkan wajahnya kearah kami.
"Dihhh apaan sih mas Anggo nih." ucap Natalie terlihat seperti tersipu malu. Sepertinya apa yang dikatakan Anggi ke gue tadi benar adanya, Natalie bahkan terlihat senang ketika mendengar tawaran Anggo untuk mampir ke rumahnya tadi.
"Apa gue bebasin aja yaa ini mereka berdua, walaupun gue nggak tau mereka dulu putusnya gimana. Tapi kesempatan bertemu setelah lama nggak jumpa mungkin sedikit bisa memberikan warna baru buat mereka." pikirku dalam hati.
"Wah boleh tuh mas kalo diajak main ke rumah mas Anggo. Lagian bingung juga kan Natt mau kemana kita. Kan gak jadi ke mall juga, mending main aja ke tempat mas Anggo. Sekalian kata yang mas Anggo bilang, bisa sekalian nostagia kalian kan? hehehe." ucap gue memberikan keputusan.
"Ih apaan sih kamu Rick!" ucap Natalie masih terlihat malu-malu.
"Loh gapapa kan ya mas Anggo saya sama Natalie main ke tempat mas Anggo? Lagian kayaknya mas Anggo orangnya asik juga kok menurutku." kata gue lagi.
"Loh ya gapapa tho mas. Santai aja, saya juga sekalian mau nyantai-nyantai dulu nanti." jawab Anggo.
"Tuh denger kan? Kamu kenapa sih pake malu-malu segala gitu Natt, kayak abis ketemu gebetan aja! hahaha" ucap gue sengaja sedikit menggoda Natalie sambil mencubit pipinya yang menggemaskan gue.
"Ih Rickooo aaaah ngapain sih pake cubit-cubit pipi aku segala.." protesnya namun justru makin terlihat menggemaskan. Gue dan Anggo pun tertawa melihat tingkah Natalie barusan.
"Ya udah yok mas. Lanjut kelarin rute, abis itu langsung ke tempat mas Anggo aja deh." ucap gue yang langsung diiyakan oleh Anggo.
Setelah itu segeralah mobil ini diarahkan menuju rute awal sesuai order taksi online, dan setelahnya Anggo bilang jika kami akan langsung dibawanya ke kediaman Anggo yang seperti kami sepakati tadi. Di tengah perlajanan, kami sesekali terlibat pembicaraan dengan suasana yang cukup cair dan nyaman. Anggo gue liat merupakan sosok yang juga menyenangkan, sehingga tidak sulit buat kami semakin akrab di perkenalan kami yang pertama. Gue juga liat Natalie ternyata cukup menikmati suasana yang terbangun diantara kami bertiga, itu jelas terpancar dari aura wajahnya yang terlihat
happy. Terlebih Anggo pernah menjadi orang yang cukup dekat dengan Natalie dulunya.
Sekitar setengah jam perjalanan akhirnya kami tiba di rumah Anggo. Rumahnya terlihat cukup asri dengan halaman yang cukup luas, oh anak ini bukan dari kelas bawah juga pikir gue. Mobil yang kami tumpangi akhirnya berhenti parkir di carport, dan segera saja kami turun.
Setelah kami bertiga turun, Anggo mengajak kami untuk duduk-duduk di teras depan rumahnya. Gue liat Natalie mengambil waktu untuk menyebar pandangannya ke sekeliling rumah, dia benar-benar sedang bernostalgia di dalam pikirannya sendiri gue rasa. Sesekali juga terlihat senyuman tersungging dari bibir manisnya.
"Eh, ayok sini duduk-duduk sambil ngadem" ajak Anggo.
"Oh. Ya bro!"
"Ya mas!" sahut gue dan Natalie secara bersamaan, dan kami segera langsung berjalan kearahnya.
"Enak ya rumahnya bro!" ucap gue. Gue mulai memanggilnya dengan panggilan yang lebih akrab supaya lebih nyaman.
"Ya gitu deh mas. Dulu bapakku seneng yang rimbun-rimbun gini." jawabnya.
"Iya, masih enak kayak dulu suasananya mas." ucap Natalie.
Lalu kami mengobrol banyak setelahnya. Dan dari sini gue jadi tau kebenaran yang dikatakan Anggo tadi. Jika dia dan Natalie pernah menjalin hubungan pacaran dulunya, bahkan mungkin hubungan mereka lebih dekat dari yang gue duga.
Bahkan saat waktu semakin beranjak semakin lewat tengah hari, obrolan kami bertiga semakin larut. Memang lebih banyak membahas kisah masa lalu mereka, teman-teman lama mereka dan cerita-cerita lainnya. Sesekali saja gue menimpali obrolan kami ini. Bahkan saking nyamannya suasana siang ini, posisi Natalie yang duduk di sebelah gue malah bersandar ke badan gue dengan santainya. Natalie terlihat begitu lepas ketika bertukar cerita dengan Anggo maupun gue.
Anggo juga tidak lupa mengajak kami berdua makan siang dengan makanan sekedarnya, Anggo membuatkan kami mie instan yang dimasaknya sendiri. Ternyata anak ini tinggal sendiri di rumah yang cukup besar ini karena ternyata orang tuanya sudah lama meninggal dunia. Sesekali hanya mendapat kunjungan dari saudara-saudara dekatnya dan juga teman-temannya.
"Makanya kamu tuh nikah kenapa mas. Biar ada yang masakin. Nggak bosen apa sendirian mulu. Belom
move on dari aku yaa? hehehhe" ucap Natalie mengejek Anggo ditengah makan siang bersama kami.
"Hahahahaha..."
"Bukan gitu juga dek. Lagian siapa juga yang mau sama mas yang kayak begini... Kamu doang dulu yang mau pacaran sama mas." jawab Anggo menanggapi gurauan Natalie. Yaa gue bisa memaklumi apa yang dikatakan Anggo sebenarnya, mungkin emang belom ada yang bisa nggantiin Natalie ini sebagai wanita spesialnya dulu. Dan ternyata tanpa gue duga, ternyata selera wanita kami berdua juga sama, ya yang seperti istrinya Nicko ini.
"
Ah iya! sampe lupa gue sama Nicko! Kayaknya gue perlu ngasih tau dia deh kalo gue sama Natalie lagi main ke tempatnya Anggo. Gue telp dia dulu aja kali ya." ucap gue dalam hati.
"Eh, aku ke depan dulu ya Natt. Mau nelpon Nicko dulu, ngabarin kalo kita lagi di sini." ucap gue pada Natalie. Gue liat Natalie dan Anggo terlihat kaget ketika gue bilaang kalo gue mau telp Nicko. Tapi gue yang bisa menangkap keterkejutan mereka, langsung menenangkan mereka berdua.
"Dah kalian tenang aja, Nicko biar aku yang atur!" ucap gue menenangkan mereka sambil bangkit beranjak ke pintu depan.
POV Natalie
[HIDE]
"Kamu kenapa itu senyum-senyum sendiri gitu dek?" pertanyaan pertama Anggo padaku setelah hanya ada kami berdua di ruang tamu rumah miliknya ini. Aku tersenyum memang bukan tanpa alasan, aku tersenyum setelah mengingat-ingat tentang segala memori yang kupunya di ruangan ini.
"Eh, mas apaan sih. Nggak lagi senyum-senyum sendiri kok!" ucapku salah tingkah berusaha menutupi rasa maluku karena terlihat sedang tertangkap olehnya sedang tersenyum karena mengingat tentang apa saja yang telah kulewati di rumah ini bersamanya.
"Kamu kenapa? Cerita sama mas dong." katanya lagi, kali ini dia menggeser posisi duduknya tepat ke sebelahku. Dan yang membuatku bergetar, tangannya saat ini sedang menggenggam lembut tanganku yang berada diatas pahaku.
"M..mas..."sahutku terbata. Aku mampu merasakan perasaan yang dulu pernah kurasakan waktu masih bersamanya.
"Iya dek... Mas juga masih inget kok.." ucapnya yang ternyata mampu membaca pikiranku.
"Mas minta maaf ya dek. Harusnya mas dulu nggak sebodoh itu tiba-tiba ninggalin kamu tanpa kabar. Tapi waktu itu mas nggak tau lagi mesti ngapain, dan mas nggak mau bikin kamu terlibat sama masalah yang mas buat. Dan mas nyesel banget sampai akhirnya mas kehilangan kamu dek." ucap Anggo padaku, yang membuatku akhirnya harus mengingat lagi kejadian pahit lebih dari empat tahun yang lalu. Saat dimana dia meninggalkan aku karena dia terlibat oleh masalah obat-obatan terlarang akibat pergaulannya. Saat itu aku tahu dia sedang dicari oleh pihak kepolisian yang mendapat laporan tentang pesta narkoba yang dilakukannya bersama teman-temannya di salah satu kos-kosan temannya itu. Namun dia berhasil lolos dan menghilang tanpa jejak maupun kabar. Termasuk menghilang dari kehidupanku, aku yang pada saat itu masih belum begitu mengerti tentang apa yang terjadi tak bisa berbuat apa-apa untuk mencari apalagi membantunya.
Ketika aku berpacaran dengannya, aku memang tahu betul tentang pergaulannya dengan teman-temannya. Musik beraliran keras, minuman beralkohol, narkoba dan kehidupan yang urakan. Jika kalian pernah melihat gerombolan anak muda dengan style berandalan dan berkesan tanpa aturan, Anggo ini termasuk di dalamnya waktu dulu. Kehidupan broken home yang membuatnya mencari tempat pelarian yang seperti itu, walaupun sebenarnya dia berasal dari keluarga yang cukup mapan tapi ternyata tidak mendapatkan kasih sayang orang tua yang seharusnya didapatkan di rumah. Sampai akhirnya dirinya bertemu denganku dan perlahan mulai meninggalkan itu semua.
Sampai akhirnya dia menjadi buruan kepolisian dan menghilang ketika proses meninggalkan kehidupannya yang seperti itu mamasih sedang berlangsung. Yang juga sangat kusesalkan adalah dia juga memutus kontak denganku sama sekali. Aku yang sudah jatuh hati padanya, bahkan sampai kuberikam seks pertamaku ketika dia memintanya padaku menjadi sangat terpukul karena hal itu. Karena cinta masa mudaku padanya waktu itu sedang bergelora-geloranya. Dia yang memberikan hidupku warna baru di masaku beranjak dewasa.
"Biarlah mas, semua itu udah terjadi. Sudah gak ada lagi yang bisa kita perbuat. Semua sudah terlambat mas." ucapku lemas.
"Iya dek, dan sekarang kamu sudah jadi isteri orang. Mas tau situasinya sudah banyak berubah. Tapi perasaan mas ke kamu masih sama dek, masih kayak dulu." ucap Anggo sambil menatapku dan mempererat genggaman tangannya.
"Mas...."sahutku tak bisa lagi berkata-kata atas pengakuannya barusan. Lalu dilepasnya tanganku dan kulihat dia membuka kancing kemeja yang dikenakannya sehingga terlihat kaus dalam berwarna abu-abu yang dikenakannya. Dan dia mengangkat kausnya itu kearah atas sebatas leher, aku bisa melihat tubuhnya yang terlihat semakin berotot dan masih dihiasi beberapa tattoo di tubuhnya itu. Tangannya menunjuk ke satu bagian tubuhnya, ke sisi dada yang bidang dan perhatianku tertuju pada nama yang tertulis disana. Iya, aku bisa melihat namaku masih terukir di tubuhnya itu. Hatiku goyah, tubuhku bergetar melihatnya. Yang diucapkannya benar adanya, dia masih menyimpan rasa yang sama sampai saat ini. Perlahan tanganku bergerak dengan sendirinya berusaha untuk menyentuh tulisan namaku yang terukir di dadanya itu.
Ketika tanganku berhasil menyentuh dadanya, secara bersamaan tubuh kami bergerak saling mendekap. Kami berpelukan begitu dalam, seakan menumpahkan kerinduan yang sudah lama sekali terpendam. Bibir kamipun sama-sama saling memburu untuk meluapkan perasaan ini, kami mulai saling melumat dengan lidah yang sudah sangat lama tidak saling menari bersama seakan juga ikut merasakan kerinduan yang sama.
"Slurrrpss.sluurrpss..slurrppss.."
"Slurrps...slurpsss....aaachh...." suara lumatan panas antara aku dan Anggo terdengar berirama. Aku bisa merasakan batang kejantanannya sudah mengeras dibalik celan yang dipakainya, batang kejantanan yang pertama kali menerobos masuk kedalam tubuhku.
Aku yang sedang ingin meluapkan kerinduan kepada mantan kekasihku ini tiba-tiba terhenti oleh tatapan Anggo yang ingin memastikan tentang keberadaan Ricko yang masih menelepon suamiku di depan teras rumah ini. Entah mengapa aku yakin jika Ricko tidak akan menjadi masalah seumpama aku melakukannya dengan Anggo saat ini. Karena perasaanku mengatakan jika Ricko tidak merasakan ketidaknyamanan ketika bersama Anggo, itu bisa kulihat ketika kami bertiga saling mengobrol dengan cairnya. Kurasa Ricko tidak akan menggangu, karena dia sudah mendapatkan jatahnya dariku tadi pagi.
"Gapapa mas, dia gak akan ngganggu kok." ucapku menjawab keraguan Anggo.
"Nanti dia bilang sama suami kamu?" tanyanya.
"Nggak akan! Kalaupun bilang, suamiku pasti juga nggak akan ngelarang kok. Dah tenang aja nanti aku jelasin ke mas, aku masih kangen sama mas..." ucapku yang kuakhiri dengan rengekan untuk bermanjaan dengannya.
Setelah dirinya merasa teryakinkan dengan ucapanku, lalu dirinya kembali meneruskan apa yang tadi terjeda. Kurasakan dia sangat meresapi setiap sentuhan-sentuhannya di tubuhku, kecupan-kecupannya mulaai melebar ke segala penjuru dan kedua tangannya mulai menjelajahi setiap inchi kulitku. Aku pun juga ikut terlarut pada hanyutan sentuhan-sentuhan yang dilakukan mantan kekasihku ini, rasanya berbeda dengan Ricko, Jeffry, bahkan Nicko suamiku. Setiap syarafku seperti ikut merasakan kebahagiaan bertemu kembali dengan sentuhan-sentuhan yang dulu pernah singgah menghampiri setiap simpulnya.
"Achh...!" desahku karena kurasakan tiba--tiba tangannya menyelusup ke balik pakaianku sehingga menyentuh kukit perutku yang berlemak ini.
"Kamu makin gendut aja dek. hehehe.. Makin enak nih dipeluknya." ucapnya sambil tersenyum.
"Ihh biarin makin ndut, yang penting adek udah laku. Emangnya mas Anggo masih jomblo!" jawabku gemas sambil bergerak memepetnya sehingga posisiku berada diatasnya. Dia hanya pasrah menerima seranganku ini.
Aku terus mencium dan melumat bibirnya, nafsuku sudah diujung kepalaku. Aku betul-betul menikmati percumbuan dengannya ini. Ada rasa yang meluap yang aku tumpahkan padanya, dia pun juga seperti tak ada puasnya melahapku dengan begitu menggebunya.
"Dek!" Anggo mendadak menghentikan kegiatan kami sambil melihat kearah depan. Aku juga mengarahkan pandanganku kearah yang sama, ternyata Ricko sedang berdiri menatap kami berdua yang sedang bercumbu diatas kursi panjang ini.
"Hehehee... Kayaknya lagi ada yang kangen-kangenan nih." ucap Ricko dengan nada seperti menggoda kami.
"Eh mas. Maaf mas, bukan seperti yang mas liat kok ini..." ucap Anggo sambil membetulkan posisinya dan menggeser tubuhku dari atas tubuhnya.
"Terus barusan saya liat apaan dong? hehehe" ucap Ricko terlihat santai.
"Saya liat mas Anggo sama Natalie kayaknya lagi mau tempur gitu kok." lanjutnya.
"Ricko, boleh yaa pliss.." kali ini aku bicara memohon pengertian Ricko.
"Hehehe...Masa aku mau ngelarang kalian lagi kangen-kangenan sih?"
"Hmmm...Kalian mau lanjut di situ apa mau pindah ke dalem?" tanyanya pada kami.
"Terus kamu gimana?" tanyaku.
"Mending kalian lanjut di dalem deh, biar aku tunggu disini. Ntar kalo kalian lama baru aku susul boleh kan.. hehehe" jawabnya.
"Mas Ricko, ini beneran??" tanya Anggo tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Mas Anggo, selama ini keinginan Natalie. Saya nggak ada hak buat ngelarang apapun keinginannya. Sekarang ini, kamu adalah yang diinginkannya." ucap Ricko memberikan jawaban atas kebingunan Anggo.
Aku benar-benar harus berterimakasih pada Ricko untuk alasan yang tidak biasa, karena dirinya rela memberikanku kesempatan untuk menikmati waktu berdua dengan Anggo mantan kekasihku, terlintas dalam pikiranku sekilas bahwa ini betul-betul situasi yang gila dan jelas tidak biasa. Aku, seorang istri yang pergi berdua dengan sahabat suamiku, walau sudah dengan ijin suamiku, saat ini berada di rumah mantan kekasihku dan sempat terpergok olehnya sedang bercumbu. Namun dengan sikap dewasa dan liberalnya, dia justru 'mengizinkanku' bercinta dengan mantan kekasihku, tanpa sepengetahuan suamiku.
Sebelumnya, dia membawa serta temannya yang bernama Jeffry untuk bersamanya menikmati malam bersamaku di villa kemarin walau akhirnya suamiku mengetahui apa yang terjadi waktu itu, dan malah suamiku sendiri memberiku kebebasan untuk bercinta dengan Ricko serta membuka peluang untuk adanya pria lain untuk tidur bersamaku. Dan hari ini, entah nantinya dia akan bergabung denganku dan Anggo atau benar-benar memberikan hak istimewa pada Anggo untuk bercinta denganku berdua saja.
"Nicko tau aku disini nggak Rick?" tanyaku memastikan.
"Nicko udah aku urus yaang, udah aku beresin pokoknya kamu bebas sama Anggo."
"Dah sana pindah dalem. Aku nunggu di ruang tamu sini aja, gak enak kalo nunggunya di luar." ucap Ricko menyuruh aku dan Anggo masuk ke salah satu kamar yang da di rumah ini.
Segera aku bangkit dan menarik tangan Anggo yang masih belum mampu mengerti situasi yang dihadpinya saat ini untuk ikut beranjak menuju ke salah satu kamar yang kutahu itu adalah kamar tidurnya Anggo. Kamar yang tak pernah aku lupakan, karena disanalah tempat Anggo menjadikanku wanita dewasa sesunguhnya.
"Enjoy your time ya kalian berdua!"
"Selamat bernostalgia!"
"Nostalgia Gila!"
"Hahahaha!" ucap Ricko sebelum kami berdua masuk kedalam kamar penuh memori itu untuk melakukan nostalgia gila seperti yang Ricko katakan tadi.
[to be continued]
[/HIDE]
dulu
