Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[copas] Keluarga Maemunah

Sambil duduk, Beni merasa tidak terkejut melihat nenek menerjang dengan pisau di tangan. Dengan tenang, Beni berdiri, tangan kanannya mendorong lengan kanan nenek ke arah kiri Beni membuat nenek kehilangan keseimbangan. Setelah tangan kanan Beni mendorong ke arah kirinya, dengan telapak luar tangan kanan, Beni menampar nenek hingga nenek tersungkur kemudian jatuh terduduk ke lantai.

Beni lantas bergerak mengambil pisau yang terlepas dari tangan nenek. Nenek ketakutan melihat cucunya menimang – nimang pisau.

“Beni gak suka pakai pisau. Rasanya kurang greget.”

Pisau di tangan lantas ditaruh di meja. Beni beranjak mendekati nenek hingga berdiri di belakangnya. Tangan kanan Beni memegang rambut nenek, sedang tangan kiri Beni memegang dagu nenek.

Nenek gemetaran menyadari posisinya serta posisi tangan cucu yang bisa berakibat fatal.

“Seindah – indah cerita menggiurkan dan menjanjikan tentang nirwana, apa nenek yakin sudah mau ke sana? Ataukah nenek masih ingin mengembara di bumi yang berdebu dan berlumpur, yang betapa pun lebih nenek akrabi daripada cahaya surgawi yang belum menyentuh nenek?”
“Ampun nak, jangan bunuh nenek!”
“Kenapa?”
“Nenek... nenek akan lakuin apa aja asal nenek dibiarkan hidup.”
“Apa aja?”
“Iya, kamu mau uang, atau mau perlakuin nenek kayak apa aja asal...”

Kata – kata nenek terputus, diganti oleh isakannya yang makin terdengar.

“Sudah Beni katakan, uang bukanlah tujuan Beni. Kalau benar kata – kata nenek, sekarang bersihin ini, lanjutin buat sarapan!”

***

Puas sarapan, Beni memegang rambut nenek lantas menariknya. Otomatis nenek melangkah mengikuti hingga ke kamarnya.

“Nungging di tengah kasur, ayo cepat naik!”

Setelah nenek tersedia di kasur, Beni kembali bersuara.

“Sekarang tinggal pilih, mau berontak hingga anus robek, atau mencoba santai biar bisa mudah masuk!”
“Jangan nak, ampun!”
“Diam, jangan melawan! Baru aja nenek bilang mau diperlakuin kayak apa aja. Sekarang malah bilang jangan.”

Beni meludahi anus nenek beberapa kali, lantas menekan kontolnya. Masih susah, terus Beni ludahi hingga akhirnya sedikit – sedikit kontol Beni mulai masuk ke anus nenek. Mulut nenek kembang kempis seolah meniup dan menyedot angin dingin yang meniup mencekam, terasa oh nyeri. Perlahan tapi pasti, kontol Beni sepenuhnya hilang ditelan anus nenek. Beni diamkan agar terbiasa.

Setelah dirasa cukup, Beni mulai menggerakan kontol di anus nenek. Beni sungguh menikmati perasaan yang timbul akibat mendominasi perempuan tua ini.

“Mainin itil nenek pake tangan, terus bilang kalau udah mau keluar.”

Beni mulai merasakan pergerakan tangan dan pinggul nenek hingga mulut nenek mulai mengeluarkan erangan – erangan.

“Oh, nenek mau keluar. Nenek mau keluar.”

Beni mendiamkan kontol, lantas menampar pantat nenek hingga nenek berteriak.

“Oh, gak adil kamu.”
“Nenek keluar bareng sama Beni. Bukan sebelum atau sesudahnya. Udah, lanjutin tangannya. Ntar Beni kasih tahu kalau mau keluar.”

Nenek kembali memainkan tangan. Tusukan kontol Beni mulai cepat. Hingga saat Beni mulai merasakan orgasmenya mendekat. Tak ingin menahannya, Beni semprotkan peju di anus nenek. Mengetahui cucunya keluar, nenek pun langsung tak menahan lagi orgasmenya hingga ikut orgasme berbarengan. Setelah pejunya muncrat, Beni diamkan kontol di anus nenek sejenak hingga akhirnya keluar sendiri. Beni lantas berbaring di samping nenek. Nenek lantas menyandar ke tangannya dan melihat cucunya.

“Tuan, rasa – rasanya nenek udah capek. Hari ini udah cukup atau masih ada lagi?”
“Ya udah istirahat aja dulu. Lagian Beni juga mau keluar dulu. Tapi, biar nenek gak bosen, Beni siapin sesuatu.”

Nenek kembali diikat tangan dan kaki ke ranjang, hingga menyerupai huruf X. Beni lantas bangkit dan membawa sesuatu dari tasnya. Sesuatu itu lantas ditunjukan ke nenek.

“Nenek tahu gak ini apa?”
“Itu, itu vibrator.”
“Bagus. Sambil nunggu, nenek senang – senang aja dulu.”

Beni lantas memasukan vibrator ke memek nenek. Bagian kecil yang menempel diposisikan hingga menyentuh itil nenek. Vibrator itu lantas dinyalakan. Nenek mengerang menahan geli.

“Biar makin greget, Beni pasang ini juga.”

Beni lantas menutup telinga nenek dengan sumbat telinga. Mata nenek juga ditutupi dengan penutup mata. Karena indra pendengaran dan penglihatannya ditutup, maka indra nenek yang lainnya makin peka membuat efek vibrator lebih greget lagi.

Melihat hasil karyanya, Beni merasa puas. Lantas Beni pergi.
 
klo bisa anggota keluarga yg lain ga usah di pake suhu...
orang lain aja klo mw di tambahin karakter...
sorry cuma saran, di pake ato ga itu kan terserah suhu...
soalnya terus terang aja ane ga tega baca nya, klo anggota keluarga di siksa juga..

makasih SUHU udah di lanjutkan cerita nya... :semangat::semangat:
 
Mantep nih ceritanya, baru baca lngsng ane ludes abizz

Lanjutkan suhu, ane tunggu lanjutannya :semangat:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd