Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Copas] Janda Miranda 1

ratu crot

Adik Semprot
Daftar
12 Mar 2016
Post
107
Like diterima
99
Bimabet
mhn maaf saia tidak tw siapa penulis aslinya
Sejak awal 2014 Miranda menantikan berita tentang nasib Azzam bin Datuk Burhan, suaminya. Tepat pada tanggal 8 Maret 2014 sang suami yang biasa dipanggil dengan sebutan Azzam itu naik pesawat terbang Malaysia Airlines menuju Peking untuk urusan dagang. Azzam adalah pengusaha dalam bidang industri karet yang cukup besar. Ia mempunyai perkebunan karet cukup luas di Bojongkalong, di luar kota Sukabumi—dan di situ Azzam telah membangun kompleks perumahan untuk para pegawainya.
Di pinggir kompleks perumahan itu Azzam juga membangun rumah megahnya yang lebih tepat disebut villa, dengan segala macam fasilitas dan interior modern, termasuk kolam renang dilengkapi air panas.
Kedua orang tua Azzam yang telah meninggal dunia berasal dari Kelantan, Malaysia, namun telah lama bermukim di Indonesia. Sehingga anak satu-satunya : Azzam pun lahir dan dibesarkan di Indonesia, meneruskan usaha orang tuanya itu sehingga mereka meninggal. Ketika memasuki awal usia tiga puluh tahun, Azzam menikah dengan seorang gadis teman sekolahnya, yang berasal dari keluarga berada : Miranda, dengan panggilan sehari-hari Mira.
Gadis pilihan Azzam itu memang sangat cantik jelita, amat seksi menggairahkan melebihi pelbagai selebriti di pelbagai kehidupan show di Indonesia. Konon kecantikan Mira adalah hasil campuran dari darah Sunda, Menado dan juga Bangka, sehingga tidak mengherankan kalau kulitnya putih kuning langsat, wajah oriental menggairahkan setiap lelaki disitu.
Karena asal usulnya dari Malaysia, maka Azzam banyak berhubungan dengan pelbagai tokoh industri karet Malaysia, sering meninggalkan perkebunan karetnya di Jabar, menyerahkannya kepada beberapa orang kepercayaannya di situ, dalam soal administrasi dan upah buruh diserahkannya kepada sang istri.
Sayang sekali Mira mempunyai sifat yang kurang baik, yaitu tidak begitu ramah terhadap bawahan dan kuli perkebunan suaminya, mungkin merasa 'lebih tinggi', juga terasa angkuh menjauh. Apalagi jika hasil panen dan produksi karet tidak memuaskan akibat serangan hama, maka Mira sering ketus, judes, dan tak jarang pula membentak bawahan suaminya, terutama saat mereka menagih upah harian atau mingguan. Hal ini berlangsung cukup lama, dan peringatan dari pelbagai mandor kepada Azzam, dan teguran Azzam kepada istrinya mungkin terlalu lunak, sehingga tak diacuhkan oleh Mira.
Mungkin semua akan tetap berjalan seperti biasa, jika tidak ada campur tangan takdir yang tak terduga; terjadi musibah dengan menghilangnya pesawat udara maskapai Malaysia Airlines, MH 370, tanggal 8 Maret 2014. Azzam kebetulan mempunyai urusan business dan pergi ke ibukota negara jiran, setelah itu akan melanjutkan penerbangan untuk urusan sama ke negara besar lain di Asia. Pesawat udara itu lenyap tanpa dapat ditemukan sampai saat ini, apapun dan pelbagai pihak manapun telah mencari bersama. Pelbagai teori dikemukakan dengan segala macam alat canggih, namun semuanya sia-sia : sampai saat ini lenyapnya pesawat udara itu merupakan misteri penerbangn sipil yang belum terpecahkan.
Hanya ada satu harapan tipis dari Mira, yaitu ketika semua daftar penumpang di pesawat yang hilang itu di-check, ternyata nama suaminya : Azzam bin Datuk Burhan tidak ada di situ. Dari semua foto-foto kamera pengawas di bandara, terutama di bagian security dan check-in, juga tak terlihat Azzam ada di situ! Hanya ada seorang penumpang lain yang postur badan, wajah dan tubuhnya mirip-mirip Azzam, hanya lebih tinggi, lebih tambun, dan berkumis sangat tebal. Juga orang itu memakai nama sangat lain, mempunyai kewarganegaraan berbeda : dari Bangladesh.
Dengan kata lain : tetap diragukan apakah memang Azzam ada di pesawat yang hilang itu? Apakah ia mempunyai agenda lain, ingin menghilang begitu saja karena misalnya menggelapkan uang, atau dia mempunyai kekasih asing, atau ada alasan kuat lain yang wallahu allam tak satu orang pun mengetahui.
Sejak saat itu Mira hidup sendiri, semua usaha perkebunan untuk sementara terpaksa ditanganinya sendiri.
Waktu berjalan terus—semua usaha pencaharian telah berjalan sangat intensif—namun tak ada hasil, semakin lama harapan Mira semakin pudar. Tanpa dikehendakinya maka ia memiliki panggilan baru yaitu 'janda kembang', tentu saja hal ini memberikan kesempatan orang di sekitarnya untuk menjadikannya bahan gunjingan.
Sikap Mira terhadap orang bawahan sekitarnya mau tak mau lambat laun berubah; dari sikap dingin dan cuek terhadap bawahan, maka kini Mira mulai agak ramah dan terbuka.
Orang-orang di sekitarnya mulai menyenangi si janda kembang, bahkan ada yang mulai jatuh hati dan juga mulai menaruh harapan terhadap Mira si cantik seksi ini, apalagi si janda ini berharta pula.
Dari pelbagai kumbang yang ingin mendekati si janda kembang, agaknya ada beberapa yang nekad dan mulai merancang muslihat bersama... dan disinilah cerita ini bermula.
***
Nopember 2014
Mira baru kembali dari kantor administrasi perusahaan suaminya, dan kini ia berdiri di depan kaca besar di kamar tidurnya. Wajahnya cantik manis dengan mata bulat indah, hidung mancung dan bibir sensual dan terlihat selalu basah seolah mengundang lelaki manapun untuk melumatnya. Tubuhnya tinggi semampai seperti model dengan lekuk-lekuk indah, kulit putih mulus dan buah dada tampak ranum menggiurkan, sedikit lebih besar dan padat daripada ukuran rata-rata wanita Indonesia.
Mira yang masih muda dan jelita adalah wanita impian para lelaki. Sejak pindah ke kompleks ini, mereka tak pernah melewatkan mengamati janda muda yang segar itu. Wajahnya yang cantik, tubuhnya yang seksi, baunya yang harum, kakinya yang jenjang, kulit putih mulus, rambutnya dicat agak kepirangan panjang sebahu, susu montok membusung, pantat yang bulat, semuanya menjadi impian basah mereka.
Pendek kata semua pria yang normal pasti melamun dan membayangkan menggelutinya di ranjang. Janda kembang ini memiliki tubuh yang seksi bagai celebriti dan memiliki kecantikan luar dalam. Ditambah perilaku yang kini telah berubah menjadi lebih lembut dan ramah tamah, maka semakin lengkaplah kewanitaan Mira. Ya, semakin banyak pria yang mempunyai piktor pada janda muda itu.
Tanpa disadarinya sendiri, selusur naluriah mulai mengganggu, bagaimanapun membutuhkan saluran. Si janda kembang yang berbulan-bulan ditinggal oleh suami yang menghilang dengan pesawat terbang, merasakan ada sesuatu yang hilang dan kurang. Tak ada suami yang memberikan pujian, tak ada yang memberikannya rangkulan, belaian mesra, kehangatan di saat malam hari cuaca mendingin. Tanpa berdaya, terkadang Mira terbangun di tengah malam dan jari-jari lentiknya menjalar ke daerah bagian-bagian tubuhnya yang dirasakan membutuhkan, terutama puncak gunung di dada dan celah kecil di selangkangannya.
Para lelaki di kompleks itu seperti Ketua RT Yunus, Mandor Sentot, Ustadz Rhoji, dan bahkan satpam Andang mempunyai nafsu yang sama pada Mira. Mereka selalu bersikap baik dan mencari muka saat bertemu atau pun berpapasan dengan Mira. Maklum sebagai janda kembang apalagi cantik dan seksi, Mira bagaikan kembang yang menarik kumbang di sekitarnya. Para lelaki yang kebanyakan telah beristri itu berlomba-lomba mencari alasan dan menawarkan jasa pada Mira seperti membawakan belanjaan, membantu membereskan halaman, ganti ban mobil dan lain-lain, sekedar hanya untuk berlama-lama bersama wanita cantik itu. Pada kesempatan mana mereka dapat memuaskan dahaga nafsunya dengan mencuri-curi pandang ke arah semua titik lekuk keindahan tubuh Mira.
Mira bukannya tidak sadar akan hal itu. Apalagi dengan statusnya sebagai janda kembang, Mira tahu para lelaki itu hanya ingin mendapat perhatiannya atau malah hanya ingin mencuri-curi lihat bagian tersembunyi
tubuhnya yang memang padat dan sekal.
Mira sendiri bangga akan penampilannya dan amat sadar akan daya tarik tubuhnya. Sering dipakainya baju dengan belahan dada rendah memperlihatkan pangkal buah dadanya yang penuh dan rok mini yang menampakkan betis dan paha mulusnya. Mira terkadang pura-pura mengambil barang sambil membungkuk, di saat ada lelaki sedang memperhatikannya, di dalam posisi membungkuk itu maka dadanya menonjol seolah akan melesat keluar dari bajunya. Rok mini yang dipakai pun menjadi makin ketat, pantatnya menungging indah, membuat kemaluan setiap laki-laki mengeras dan memberontak ingin keluar dari dalam celana mereka.
Pak RT Yunus lebih gila lagi. Dengan bermodalkan kedudukannya ia sering ke rumah Mira dengan pelbagai alasan mengurus surat ini itu sehubungan perkebunan karet sambil cuci mata. Tak jarang ia menwarkan bantuan reparasi segalanya, entah atap bocor, kawat listrik, kapur dinding dan lain lain.
Padahal istri Yunus terkenal galak dan bila ia tahu kelakuan suaminya pasti dilabrak habis-habisan. Mira ‘senang’ saja karena ia justru menjadi lebih mudah mengurus segalanya berkat bantuan Yunus itu.
Hari ini si ketua RT lebih beruntung lagi, karena tadi pagi setelah membetulkan bak mandi yang retak serta juga kayu tempat jemuran, dan Mira telah pergi ke kantornya, makaYunus sempat mencuri celana dalam Mira yang belum dicuci. Dia sempat mencium bau harum belahan selangkangan Mira dari celana dalam bekas pakai itu. Setelah istrinya tidur, malamnya Yunus beringsut ke kamar mandi dengan sembunyi-sembunyi sambil membawa celana dalam Mira. Untuk apa lagi jika bukan coli? Yunus bermasturbasi dengan membayangkan wajah Mira dan mimpi bercinta dengan janda muda itu dalam segala macam posisi. Pak RT Yunus merem melek dan mendengus-dengus penuh nafsu.
Setelah orgasme melepaskan air mani di lantai kamar mandi, Yunus kembali ke teras sambil menghisap rokok kreteknya dan memutar otak mencari akal. Dia masih mengatur strategi untuk melaksanakan pikiran kotornya. Pak RT lantas membuka folder gambar di dalam hape. Di dalamnya terdapat tiga foto aduhai yang sangat disukainya. Semuanya seronok dan diambil tanpa sepengetahuan sang target.
Gambar Mira saat mengenakan kaos ketat memperlihatkan kemolekan buah dadanya, gambar belahan dada pujaan Yunus itu menonjol dan gambar betis paha mulus Mira sangat mengundang belaian. Sambil menikmati ketiga gambar Mira yang seksi itu, Yunus terus melamun hingga larut malam sambil menggaruk-garuk selangkangannya yang makin gatal. Bahkan di dalam mimpinya malam itu pun kembali Yunus dilanda oleh mimpi menggeluti Mira yang menggeliat meronta telanjang bulat. Tanpa disadarinya bahkan Yunus kembali ejakulasi di ranjang sehingga membasahi sprei putih di situ.
‘Wah,’ pikirnya. ‘Kalau sering basah begini, bisa ketahuan ama bini gue yang mulai uzur. Gimana yah caranya bisa ngejarah si Mira yang semlohay itu? Gue musti cari cara buat bisa masukin senjata daging ini ke memeknya, dalam keadaan sebenarnya, bukan hanya di dalam mimpi tengah malam!’
***
Tiga hari kemudian, petang hari di beranda pos ronda siskamling tak jauh dari villa Mira...
Para lelaki di desa situ sering duduk ngobrol di pos ronda sambil membicarakan berbagi hal, termasuk tentang perempuan desa yang cantik dan seksi, dan tentu saja yang tak pernah lolos adalah soal Mira.
“Si Mira makin cantik aja yah…” Yunus memulai pembicaraan tentang Mira.
“Iyo, Mira makin mantap dan mateng… sayang enggak ada yang petik!” ustadz Rhoji menambahkan.
“Lihat aja bibir yang begitu mungil, setengah terbuka basah terus, uuahahhh... makyuuuss! Kalo dipake buat nyepong, baru nempel aja gue bisa keluar!” Sentot menambahkan.
“Badan Mira memang yahud, pengen rasanya ngerasain!” kata Andang menambahkan blak-blakan,
Para lelaki yang lain kaget juga mendengar ucapan Andang yang blak-blakan dan membayangkan apa yang diucapkannya mau tak mau mereka mulai terangsang, si ‘otong’ di celana mereka mulai berdenyut.
Tepat pada saat itu Mira lewat pulang dari kerja. Karena jalan yang dilewatinya melewati pos ronda itu, mau tak mau Mira harus menyapa para lelaki itu, yang semuanya menatap Mira tanpa berkedip sedikit pun.
“Selamat malam, bapak-bapak… jangan kelamaan ngobrol ya, pasti nyonya kalian udah pada nunggu tuh!” demikian Mira menegur sambil tersenyum, menyebabkan semua lelaki di situ semakin blingsatan.
“Selamat malam, bu Mira…” demikian sahut para lelaki itu hampir bersamaan, bagaikan paduan suara.
Mira tersenyum malu mendengar betapa antusiasnya para lelaki itu membalas sapaannya. Setelah berbasa-basi sedikit, Mira lalu menyudahi pembicaraaan, dan melangkah lebih lanjut menuju villa-nya.
“Sudah ya bapak-bapak, saya pulang dulu, capek sekali rasanya… permisi,” Mira beranjak. "Oh ya pak Sentot dan pak Andang, nanti Senin saya bayar lunas biaya mengapur dan mencat baru rumah saya!” lanjutnya sebelum pergi.
“Ooh iya, bu. Enggak usah buru-buru, hari Senin juga boleh, mungkin cat dan kapurnya aja belom kering semuanya”, jawab Andang yang disetujui oleh Sentot dengan anggukan.
“Iya, nanti bapak-bapak hari Senin datang ke kantor saya, sudah disediakan dananya. Udah ya, pak,” ujar Mira.
“Silahkan, bu... selamat istirahat,” sekali lagi para lelaki itu berlomba-lomba membalas salam Mira.
Mereka semua menelan ludah merasakan tenggorokan mereka kering menyaksikan goyangan pantat Mira yang sedang berjalan menuju pintu pagar rumahnya, lalu menghilang di balik pintu villa itu.
Selain Yunus yang membantu urusan administrasi Mira di kelurahan, juga Sentot dan Andang sering membantu : mandor Sentot membersihkan kebun serta kolam renang, sedangkan Andang menjadi supir truk sewaan jika Mira membeli banyak bahan baku perkebunan, atau juga menyupiri mobil Mira kalau ia harus ke tempat jauh, misalnya ke Jakarta karena urusan pajak.
***
Setelah beristirahat beberapa saat sambil menghilangkan rasa penat akibat panasnya hari itu, Mira berniat mandi untuk menyegarkan tubuh. Ia masuk ke dalam kamar tidurnya untuk mengambil baju dalam yang bersih dari lemari, dan tanpa sengaja pandangannya mengarah ke sudut atas, dimana masih terletak tumpukan baju tidur piyama suaminya. Mira merenung dan merasakan hatinya terenyuh mengingat kemesraan yang sering dialaminya dengan Azzam, suaminya yang entah menghilang dimana dengan pesawat terbang yang lenyap itu.
Tanpa disadarinya Mira merasa sangat rindu, ia mengingat sentuhan dan permainan lembut mesra jari-jari mantan suaminya, Mira mendadak merasakan hangat dan kelembaban di tengah selangkangannya. Mau tidak mau sensasi itu tetap terbayang oleh janda muda ini : bagaimana kemaluan keras mantan suaminya membelah dan mengaduk-aduk vaginanya, tubuh mantan suaminya menindih menggumuli tubuh telanjangnya. Tubuh mereka mandi keringat, desahan dan erangan nikmat disertai nafas memburu sering memenuhi kamar itu, suara becek dari vaginanya disodok-sodok kemaluan mantan suaminya, suara tumbukan tubuh telanjang mereka... ahhhh!
Mira sadar dari khayalan, merasa tubuhnya basah berkeringat dan merasa ingin mandi air dingin, membersihkan tubuh dan pikirannya. Kamar tidur di bawah memiliki kamar mandi sendiri, dan sebagaimana biasa tanpa ragu Mira mulai melepas baju, ia merasa aman karena berada di kamarnya sendiri. Hari Jum’at ini Mira kebetulan sendirian di rumah, karena pembantu setianya pamitan pulang menghadiri khitanan cucu keponakannya.
Kemarin dulu semua urusan mengapur dan men-cat rumah telah selesai dikerjakan Yunus dan Andang dengan rapih, dan Mira sangat puas melihat hasil pekerjaan mereka sehingga berniat untuk memberikan extra bonus upah. Mira tidak menyadari bahwa kedua lelaki itu merencanakan lebih dahulu bonus yang mereka kehendaki, yang mana mereka tiga hari lalu diam-diam mengambil kunci pintu belakang dan membuat duplikatnya. Semua itu tak disadari oleh Mira : empat predator buas telah mengincar untuk menguasai mangsanya tak lama lagi...
Sambil bernyanyi-nyanyi, Mira berdiri di depan kaca lemari baju besar di kamar tidurnya, Mira memang yakin bahwa ia hanya sendirian di rumah. Mira melamun ketika suaminya dulu selalu terangsang jika dapat bebas menikmati keindahan tubuhnya yang masih berkeringat namun masih terbungkus blouse dengan leher decolette yang rendah sehingga buah dadanya menonjol indah.
Mira kemudian melepaskan semua bajunya satu per satu; blouse, mini rok yang ketat, kemudian BH-nya yang berukuran 36B, dan terakhir bagaikan ragu sebentar ia menurunkan celana dalam string mini.
Semua baju itu dibiarkannya menggunduk di depan lemari pakaian dan ranjangnya, lalu Mira mulai berjalan ke dalam kamar mandi. Dengan pintu kamar mandi yang tak dikunci, Mira masuk ke shower-cel yang berukuran cukup lebar, ya cukup lebar untuk dua orang. Tak jarang memang Azzam dan Mira mandi berduaan di ruangan shower, menikmati dan memulai foreplay mereka sebelum ML
Di bawah suara bising pancuran air sedikit hangat yang cukup deras itu, apalagi Mira pejamkan mata di bawah douche, maka tak disadari bahwa pintu rumah belakang telah lama terbuka. Empat lelaki yang telah penuh dengan harapan dapat menikmati makanan empuk telah masuk ke rumah. Mereka telah mengendap-endap masuk ke kamar tidur, kini berada di depan douche cel, yang meski terbuat dari kaca bermotif, namun cukup tranparan memperlihatkan siluet tubuh yang berada di bawah pancuran air. Kini ke-empat pejantan itu dapat menikmati adegan bidadari mandi.
Mira sama sekali tak curiga, tak sadar bahwa tak lama lagi kehidupannya akan mengalami perubahan...
***
Mandor Sentot benar-benar tidak kuat lagi menahan birahi. Dia mengambil beha warna ungu muda yang tadi dijatuhkan Mira di kamar tidur, dan mulailah dia coli dengan menggesekkan beha itu di batangnya yang sudah membesar. Ternyata Yunus juga mulai menciumi celana string Mira berwarna ungu muda pula yang terserak di depan kamar mandi. Aroma memek wanita yang sudah matang dan bercampur wangi keringat tubuh Mira menyengat hidung Yunus semakin meningkatkan gairahnya.
Para lelaki itu merasa lemas, mereka menelan ludah berkali-kali melihat keindahan tubuh Mira yang telanjang di balik penutup douche-cel, membuat mereka tidak sabar lagi ingin menjamah tubuh itu, gundukan pantat, buah dada, paha dan betis mulus yang berkilauan bermandikan keringat. Bahkan telapak kaki Mira yang bersih itu pun menimbulkan sensasi dalam diri mereka. Bau aroma keringat Mira dari beha serta celdam string tercampur parfum mahal yang kini diciumi rakus oleh Yunus dan Sentot telah menyeruak di dalam ruang tertutup itu, semakin merangsang birahi mereka.
Mira menyabuni lembah diantara kedua payudaranya dan berhuni sejenak di situ, terutama di putingnya. Kemudian ia mengangkat tangannya bergantian dan mulai menyabuni ketiaknya yang licin, hanya diliputi bulu amat halus. Gayanya saat itu benar-benar menggairahkan untuk dilihat karena buah dadanya ikut terangkat dan tampak semakin kencang, putingnya semakin mengacung seolah menantang gigitan. Setelah itu jari-jari Mira yang lentik turun ke bagian perutnya yang rata, bermain-main di sekitar pusar, memenuhi cekungan menggemaskan itu dengan busah sabun.
Detak jantung Yunus semakin cepat menatap si janda muda sedang mandi dan ia semakin bergairah menciumi celana dalam yang bekas dipakai Mira. Gerakan tangannya semakin meningkat cepat karena saat coli Yunus membayangkan tubuh Mira di ranjangnya sendiri dan betapa rasanya memeluk janda muda yang cantik itu, membayangkan tubuh molek Mira terhentak-hentak didera sodokan penisnya.
Mandor Sentot juga semakin konak dan melotot matanya ketika melihat Mira menyabuni buah dadanya yang besar dan kenyal, dan memijit-mijit serta memilin-milin putingnya yang menegang.
”Woow, benar-benar indah dan seksi tuh badan janda muda, udah berapa bulan engga dipake, pasti udah ngarepin banget dikerjain,” batin Sentot. "Seandainya saatnya datang , gue pengen ngegali sumur yang pasti udah kekeringan itu, kasihan banget tuh janda muda yang pasti kesepian.”
Yunus yang masih meneruskan coli di celdam Mira, semakin cepat menggerakkan tangannya saat si janda muda itu membungkuk untuk mulai menyabuni kakinya yang jenjang dan pahanya yang mulus. Tak lama kemudian, Mira bersandar pada dinding sementara air shower membilas tubuhnya yang mulus. Tangan kiri Mira menangkup buah dadanya yang indah. Jari jemarinya mulai mengelus dan menowel-nowel pentilnya. Mereka terpana melihat wanita seksi itu memainkan payudaranya. Tangan kanan Mira menuruni perutnya yang langsing dan perlahan-lahan menyelip ke tengah selangkangan.
“Aaahhhh, sssshhhhh...” Mira mendesah kecil, terdengar hembusan nafasnya mulai menderu, tak lama kemudian : “Oooooh, ssshhh...“ kaki Mira melengkung saat si janda jelita itu mengalami mini orgasmus.
Tangan kiri Mira yang penuh gelembung sabun kini memilin dan meremas-remas pentil payudaranya hingga mengeras, meremas buah dadanya bergantian. Tangan kanan Mira berkelana meraba-raba selangkangan. Dengan mencondongkan tubuhnya agak ke belakang, Mira membentangkan kakinya sedikit.
Para lelaki yang mengintip bisa melihat jari jemari lentik tangan wanita molek itu keluar masuk di memeknya sendiri. Mereka terpesona melihat si cantik Mira kini mulai menggunakan jempolnya untuk menyentuh dan mengusap-usap daging menonjol yang ada di ujung atas bibir vagina. Akhirnya tangan kiri Mira melemas ke samping badan, sementara jari-jari tangan kanannya berhenti bergerak, namun masih tetap berada di dalam liang vaginanya. Perlahan Mira menarik jari jemarinya lalu pelan dimasukkan ke dalam mulutnya bagai mengulum, kemudian si cantik itu melanjutkan mandinya.
Lima menit kemudian terdengar suara air mancur dimatikan dan Mira agaknya akan segera keluar dari ruangan shower. Segera para pengintip mengundurkan diri dari tempat pengintipan, keluar perlahan-lahan dan mereka berempat berdiri mengintai melalui jendela kamar tidur Mira. Jendela kamar tidur itu memang sebagian terbuat dari kaca besar, terlindung gorden tipis, dan kebetulan sinar matahari terik menyorot ke dalam, sehingga akan terlihat jelas apa yang dilakukan Mira setelah keluar dari kamar mandi.
Terlihat Mira keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk biru melilit tubuhnya yang indah. Apalagi handuk milik Mira berukuran medium, hanya bisa menutup sebagian buah dada dan juga hanya setengah paha, maka pada saat dia menunduk sedikit, selangkangannya terlihat jelas dari belakang.
Tanpa sengaja, Mira menjatuhkan handuknya ke lantai. Tanpa sepengetahuan wanita ayu itu, para pejantan dengan nafsu birahinya yang telah memuncak mengawasi tiap gerak-gerik tubuh yang molek itu dari balik tempat persembunyian mereka. Karena memunggungi jendela kamar yang lebar, mereka bisa menyaksikan pantat montok Mira yang bulat bahenol.
Perlahan-lahan Mira berbalik dan para lelaki itu hampir tak kuat menahan nafsu. Kali ini mereka menyaksikan keindahan tubuh Mira secara langsung tanpa sehelai benang pun. Rambut di atas kemaluan Mira terlihat terawat dicukur rapi dan halus lembut, sementara payudara Mira yang montok, ranum padat dengan puting merah tegak menantang ke atas.
Si molek itu mengambil handuk lalu mengeringkan rambutnya yang dikeramas. Karena bergerak cepat, buah dada Mira bergoyang-goyang lembut erotis. Ustadz Rhoji yang memiliki iman paling tebal, sampai dibikin tak tahan dan mulai mengocok-ngocok penisnya sendiri.
Saat Mira usai mengeringkan rambut, janda muda itu mengambil celana dalamnya dengan tubuh sedikit membungkuk. Tentu saja para pengintip makin puas karena kini bisa melihat lebih jelas ke arah lubang anus sang janda muda. Warnanya merah muda agak kecoklatan, sangat mengundang selera. Saat mengenakan celana dalamnya, payudara si cantik itu bergoyang-goyang.
Kemudian Mira mencoba mengenakan kaus tanktop putih yang baru dibelinya, yang begitu ketat dan bahannya jatuh pas di badan sehingga bentuk tubuhnya yang bahenol begitu tercetak jelas. Tanpa beha, payudaranya tampak begitu membusung dan putingnya tercetak jelas. Pemandangan erotis ini makin lama makin menggairahkan.
Setelah puas menikmati sendiri keseksiannya, Mira membuka kembali tanktop itu dan memakai beha, setelah itu baru ia memakai cd string dan daster tipis.
Keempat pejantan tak tahan lagi menahan godaan hawa nafsu iblis mereka, dan memutuskan untuk menggarap Mira sore ini juga. Setelah berunding sebentar maka diputuskan Yunus yang akan mengambil inisiatif, karena Yunus kenal Mira dan Azzam cukup lama, juga memang paling sering ke rumah Mira.
Yunus memutuskan akan masuk 'resmi' melalui pintu depan dengan alasan tertentu, sementara ketiga lelaki yang lain mencari jalan dari pintu belakang atau lewat jendela kamar. Setelah menyisir rambutnya sedikit, merapihkan letak kemejanya, Pak RT Yunus lalu mengetuk pintu rumah Mira.
Semenit kemudian pintu dibuka oleh Mira yang terlihat segar karena habis mandi.
“Ohh, pak Yunus ya, kirain siapa datang sore-sore begini. Ada urusan apa, pak?”
"Ooh begini, ibu Mira, saya ingin membicarakan tentang sumbangan kebersihan di daerah sini, bu.”
"Oh itu ya, ayo masuk dulu pak saya ambilkan minum dulu ya”, demikian sahut Mira tanpa curiga.
Ketika kembali dengan segelas air putih, Yunus telah duduk di ruang tengah. Saat Mira membungkuk memberikan minum, Yunus sekilas dapat melihat belahan pangkal payudara Mira yang putih mulus dari balik leher daster yang dipakai oleh janda cantik itu. Yunus tak dapat menahan gairah nafsu birahinya, pada saat Mira telah meletakkan gelas di meja, langsung tangan Mira ditarik oleh Yunus sehingga si janda cantik berhadapan langsung dengannya.
“Eeeh... apaan nih, Pak Yunus? J angan main kurang ajar ya, nanti saya teriak, bapak akan malu…!”
Tubuh Mira tertarik ke depan ke arah pelukan Yunus. Mira meronta melepaskan diri dan berusaha memutar tubuh sehingga Yunus kini berada di belakangnya dan mencoba melarikan diri ke arah pintu.
Namun pak RT Yunus masih berhasil meraih dan menarik tangan Mira, sehingga tubuh Mira jatuh ke dalam pelukannya. Saat mereka bergumul, gelas yang baru diletakkan Mira tersenggol terlempar hingga pecah berkeping-keping. Tanpa membuang waktu, tangan Yunus mulai nakal meraba-raba dada kenyal Mira dan meremasnya dengan sangat keras hingga terasa ngilu.
Mira membungkukkan badan ke depan, mencoba melepaskan diri dari pelukan erat Pak RT. Semua usaha Mira sia-sia. Untuk dapat mempertahankan keseimbangan diri, Mira harus mundur ke belakang. Tanpa dikomando, Pak RT segera beraksi. Pria tua itu menyelipkan selangkangannya yang sudah membusung besar ke lipatan pantat Mira. Tangannya semakin keras meremas memijit buah dada Mira dengan sangat kasar sehingga si janda muda ini mengernyit kesakitan.
“Nggak usah berontak deh, nyonya manis. Ibu kan udah lama kesepian, ntar saya berikan kepuasan!"
”Ya Tuhan, jangan biarkan ini terjadi...” demikian doa Mira ketika mendengar niat jahil Yunus, mukanya memerah karena merasa malu, walaupun dalam hati kecilnya Mira mengakui kesepiannya.
Belum pernah seorang laki-laki asing mengatakan dengan begitu terus terang bahwa dia ingin bermain cinta dengan dirinya. Entah ia harus merasa terhina atau tersanjung, karena ternyata bahkan setelah ia menjanda, tubuhnya masih tetap memiliki keindahan dan lekuk liku sintal yang dapat merangsang setiap pria. Mira memang rajin merawat tubuhnya dengan senam. Bahkan ia suka memakai baju ketat untuk menunjukkan tubuh indahnya dan memang laki-laki manapun pasti menoleh saat ia lewat dan memandangnya dengan penuh nafsu birahi.
Ia tahu pandangan para laki-laki normal manapun di sekitarnya yang mengagumi kemontokan dan kemolekan tubuhnya pasti ingin menelanjangi pakaiannya dan menyetubuhinya bila mereka memperoleh kesempatan—kini semuanya terjadi, namun naluri kewanitaannya masih refleks menolak, karena memang selama ini Mira masih mengharapkan bahwa suaminya tak tewas, dan akan kembali kepadanya, walaupun harapan itu semakin menipis.
“He-hentikan, pak!! A-atau saya akan teriak minta tolong!” kata Mira terbata-bata sambil meronta. Dia merasa ngeri dan ketakutan. Mira belum pernah membayangkan dirinya akan diperkosa. Ia memang senang bergaya dan anggun, namun tak pernah merasakan pelukan orang lain selain suaminya.
“Aku tahu Mbak Mira tidak akan melakukan itu. Yang dibutuhkan Mbak adalah tidur dengan laki-laki sejati. Setelah kita bersetubuh nanti, Mbak pasti akan menjadi seorang wanita gatel yang mendambakan kontol ini setiap hari,” kata Pak RT Yunus mendengus dan terengah-engah penuh nafsu birahi, sambil memaksakan satu tangan Mira untuk menjamah penisnya yang telah membesar di balik celana.
Sambil berusaha mengatasi kepanikannya, Mira mencoba melawan. Dengan satu tangan dia meraih rambut Yunus, memaksa pria tua itu menunduk dan dengan sekuat tenaga Mira menyepak ke arah kemaluan Yunus, namun meleset dan hanya mengenai lutut, beruntung itu pun cukup menyakitkan.
“Aduh! Sialan! Dibujuk enggak mau, sekarang mesti dipaksa biar loe ngarti kalo enggak ada pilihan lain!”
Pria tua mesum itu masih menunduk dan mengusap tulang keringnya yang ditendang oleh Mira. Dengan nekad Mira mencoba lagi lari ke arah pintu depan melewati Yunus yang sedang kesakitan. Salah besar! Yunus berhasil menarik rambut Mira dan membanting tubuh si janda cantik itu ke lantai. Tubuh Mira yang jauh lebih kecil langsing dan ringan terbanting agak keras ke permadani Persia cukup tebal.
Pak RT Yunus tak melepaskan rambut Mira yang panjang melebihi bahu begitu saja. Mira mencoba berdiri dengan sempoyongan, ia berusaha mempertahankan keseimbangannya. Dengan satu tarikan keras tubuh Mira terhempas lagi ke lantai. Air mata mulai menetes di pipi mulus Mira ketika Yunus berhasil mengunci tubuhnya, sehingga walaupun Mira masih berusaha melawan, semua tidak ada gunanya.
Tak perlu waktu lama sebelum akhirnya perlawanan Mira mengendur dan tubuhnya mulai lemas. Yunus merenggut daster Mira sehingga buah dadanya langsung terlihat menonjol, yang langsung dicaplok oleh Yunus. Dengan penuh rakus dan nafsu tak tertahan lagi Yunus menggigit puting Mira!
“Paaak!! Jangaaan!! Hentikan! Hentikan! Oooooh udaaaah, sakiiit!!” ratap Mira sambil menangis.
Akhirnya Yunus berhenti menggigit puting Mira yang kini terasa amat ngilu dan membesar. Mira mulai terisak-isak dan menangis sejadi-jadinya. Yunus tak perduli, nafsunya telah naik ke ubun-ubun dan tanpa memperdulikan protes, ia berusaha menarik daster mangsanya. Mira berusaha melindungi kedua gundukan dada dan juga selangkangannya yang diawasi oleh Yunus dengan mata melotot.
“Nggak apa-apa, mbak, ntar begitu ilang ngilunya tuh pentil jadi makin siiiip!” ujar Yunus menyeringai.
Tangan Yunus mulai bekerja dengan cepat melucuti pakaian yang dikenakan Mira. Pak RT cabul itu merobek sisa daster yang telah cobak-cabik. Akhirnya Mira merasakan tangan kuat pria tua itu merobek BH serta celana dalamnya. Pak RT cabul Yunus terbelalak menatap kemolekan tubuh Mira. Kaki betis belalang nan jenjang, paha putih mulus, rambut kemaluan halus tipis tercukur rapi menghiasi bukit kemaluan yang memancing mata. Keindahan yang tidak ada duanya, keindahan tubuh janda kembang Mira persis seperti apa yang selalu diidam-idamkan oleh Yunus saat masturbasi sendirian di kamar mandi. Tubuh yang indah itu kini tergolek pasrah di atas lantai, bagaikan kelinci akan disantap oleh singa.
Mira menggigil dan tersedu-sedu, tidak percaya ini semua terjadi kepadanya. “Ini pasti mimpi buruk”, tapi jari-jari kasar Yunus yang kini menggerayangi tubuh telanjangnya adalah kenyataan, bukan mimpi.
Yunus menginginkan agar mangsanya itu menyerah mutlak, bahkan merengek-rengek untuk segera digarap. Untuk itu Yunus akan merangsang dulu janda cantik ini habis-habisan, ia akan menikmati tubuh sintal montok bukan hanya malam ini, tapi juga di masa depan. Yunus telah merencanakan menggilir Mira bersama konco-konconya, tekadnya bulat ingin membuat si janda muda ini gatal ketagihan haus lelaki.
Yunus tak membuang waktu untuk mulai menjarah tubuh mangsanya. Kembali ia menundukkan kepala dan mulai bergantian menyedot, menghisap dan menggigit puting Mira yang menggemaskan mencuat ke atas. Tak diperdulikannya protes dan geliat Mira karena merasa sangat ngilu kesakitan.
Tangannya pun menjalar kemana-mana, meraba dan mengusap serta menjamah semua liku-liku badan korbannya, mulai dari ketiak sampai ke perut datar, pinggul padat, ke paha mulus halus, dan menyusup ke tengah selangkangan yang berusaha dirapatkan oleh Mira.
Tak ada gunanya janda kembang itu melawan, tenaganya bukan tandingan pria yang kemasukan setan. Ketika kedua pahanya tetap dirapatkan, maka Yunus dengan sadis mencubit lipatan paha Mira. Akibatnya Mira menjerit kesakitan dan terpaksa mau tak mau merenggangkan paha putihnya, dan jari-jari Yunus kembali mengembara di situ, menyelundup masuk diantara bibir kemaluan, menusuk ke dalam menyentuh lubang kandung kencing Mira. Digelitik dan ditusuk-tusuknya lubang itu secara ahli, menyebabkan Mira memekik karena geli tercampur rasa lain yang tak pernah dialaminta dengan sang suami selama ini. Tanpa disadari memeknya mulai lembab!
Yunus merasakan bahwa dinding memek Mira semakin basah, karena itu Yunus jadi tambah semangat. Kini tak hanya satu, namun dua jarinya masuk ke celah surgawi korbannya. Jari tengah dan telunjuknya keluar masuk lembah sempit, sementara jempolnya menyentuh dan mengusap daging kecil diantara bibir kemaluan Mira. Mulut Yunus pun bergonta-ganti menghisap dan menggigiti puting Mira. Ketika lenguhan dan jeritan kecil Mira mulai terdengar lagi, dengan rakus mulutnya yang setengah terbuka dibungkam oleh bibir Yunus, bahkan lidahnya menerobos masuk menyebabkan Mira gelagapan. Tanpa memperdulikan keadaan Mira yang tak berdaya itu, Yunus meningkatkan gerakan jari tangannya, dan tubuh Mira yang telah lama tak disentuh lelaki itu akhirnya mengakui kekalahannya.
“Ngggghhh, uummmhhh, sssshhhhhh... ngggrrgggh, aaaaah, ooooooh... iiiiyyyyyyhhh, aaaoooooh, baang!” Mira mendengus melenguh tak berdaya disertai tubuhnya mulai mengejang merasakan orgasmus yang telah lama didambakan tubuhnya yang memang masih sangat muda dan penuh hormon kewanitaan itu.
Yunus tersenyum lebar merasakan kemenangan, dan dibiarkannya tubuh molek telanjang bugil itu menggeliat di pelukannya, kini ia ingin melanjutkan rangsangan terhadap Mira yang telah tak berdaya.
Dengan sigap ia mengubah posisi tubuhnya, dan kini Yunus turun ke bawah, kedua kaki jenjang Mira diletakkannya di atas bahu, lalu ia membenamkan kepalanya diantara paha janda cantik itu. Langsung terhirup aroma wangi liang kewanitaan yang begitu dia idam-idamkan saat dia mulai menciumi bukit kemaluan Mira.
“Ooooh, paak... jangaan lakukaaan itu, paak... ooooh!” Mira menggigil tak berdaya sambil mencengkeram kepala Yunus dengan kedua tangannya dan mencoba mendorongnya menjauh. Bahkan Azzam suaminya tak pernah melakukan hal itu padanya.
Namun lidah Yunus makin lama makin meningkat intensitas iramanya dan Mira makin kehilangan kendali pada tubuhnya. Dengan rasa penuh malu Mira mulai menyadari kalau tubuhnya perlahan menikmati apa yang dilakukan oleh lelaki asing yang sedang memperkosanya itu, sementara batinnya mencoba mengingkari dan melawan mati-matian nafsu sendiri.
“Aaah, udaaaah, paaak... lepasiiiiin!!” lenguh Mira keras sambil mencoba mendorong kepala Yunus.
Lenguhan Mira makin lama makin keras dan tubuhnya merinding, menggigil penuh nafsu birahi di bawah rangsangan luar biasa dari Yunus. Mira sudah tidak ingat lagi akan semua hal yang selama ini dijunjungnya tinggi-tinggi : pekerjaan, pendidikan, latar belakang… semua hilang ditelan nafsu. Tidak ada jalan keluar. Dia akan ditiduri oleh lelaki jauh lebih tua yang ternyata memiliki stamina luar biasa.
Dengan ketrampilan tinggi, Yunus meloloskan baju dan celana yang dipakainya. Saking nafsunya, ia bahkan merobek kaos oblongnya yang dekil dan penuh keringat. Berbaring di lantai, Mira sempat sekilas melihat batang zakar Yunus sebelum dia kembali memeluk dirinya.
'Kontol Yunus sangat besar, jauh lebih besar dari milik suamiku dulu,' batin Mira dalam hati.
Kaki Mira nan jenjang diangkat ke atas oleh pria tua yang sudah nafsu itu, keduanya ditautkan di pundak Yunus dan dengan ketangkasan tak kalah anak muda dua puluhan tahun, kemaluan Yunus telah menyentuh bagian tengah selangkangan Mira.
“Ya Allah! Oooooh, paak... pelaan-pelaaaan, oooh... tolooong!” lenguh Mira ketika penis Yunus menyelinap ke dalam liang kemaluannya. Si cantik itu bahkan harus menutup mulutnya dengan tangan agar tidak berteriak kesakitan saat kontol Yunus membelah celah sempit yang telah berbulan-bulan kehausan itu.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Mira merasakan kejantanan pak RT cabul sudah berkedut-kedut di dalam lorong memeknya, dan si janda muda ini ngeri kalau nanti Yunus ejakulasi, ia tak rela dihamili olehnya.
Dugaan Mira memang benar : Yunus telah ejakulasi pertama di dalam vagina korbannya, membasahi rahim Mira dengan cairan pejuh kental. Namun penis kebanggaannya itu masih dalam keadaan setengah tegang, dan dalam beberapa menit ia kembali siap untuk menggarap si janda cantik Mira untuk kedua kalinya. Mira menatap wajah Yunus dengan perasaan campur aduk, rasa benci, ngeri akan hamil, sekaligus tak percaya bahwa pria ini baru saja membangunkan naluri kewanitaannya yang terpendam selama ini.
“Sudah kubilang kan kalau mbak akan menikmati semua ini, hehehe... Lenguhanmu terdengar sangat keras dan merangsang!” ujar Yunus sambil menyeringai cengengesan penuh kemenangan.
Mira yang merasa malu segera memalingkan wajahnya yang merona merah. Saat Mira berusaha bangun, Yunus menarik tubuh si janda molek bahenol dan memeluknya, pantat Mira kembali dicekal diremas-remas.
“Mau kemana, sayang? Kita kan baru mulai, belum selesai. Kamu nggak pengen dikerjain lagi?”
“Mau ke kamar mandi dulu, pak!” jawab Mira ketus, dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Pak RT.
“Ya udah, mau pipis dulu ngkali ya, tapi cepetan balik lagi!“ sambung Yunus terkekeh mesum sambil menampar kecil pantat Mira yang bulat dan mulus.
Sembari menahan air mata, Mira pun pergi ke kamar mandi. Saat ia kembali ke kamar tengah, dilihatnya Pak RT sedang menonton acara TV, dalam keadaan bugil dan… oooh, itu tak mungkin, pikir Mira; kejantanan Yunus telah mengacung menegang lagi.
“Duduk sini, di pangkuanku!” perintah Yunus sambil menunjuk ke arah penis kebanggaannya.
Mira sempat ragu-ragu untuk sesaat, dia sangat sadar bahwa dirinya saat ini sedang telanjang tanpa sehelai benang pun di depan seorang pria yang bukan suaminya sendiri. Orang itu kini menghendaki ia duduk di pangkuannya, dan pasti memeknya yang masih ngilu akan ditancap oleh rudal daging Yunus.
Mira hanya bisa mendesah penuh kepasrahan. Ketika ia berada di atas pangkuan si RT cabul, dengan agak kasar Yunus mencekal pinggang ramping Mira, lalu tubuh mungil itu dihempaskan ke bawah, dan dengan pekik kecil kengiluan si janda merasakan vaginanya disodok oleh penis besar dari bawah.
“Iiyyyyaaa begituuu, hehehe... sekarang bapak bantuin main enjot-enjotan naik turun, oooooh nikmaaat!” Yunus mulai menurun-naikkan tubuh Mira, yang hanya dapat pasrah dijadikan permainan bagaikan boneka.
Tak berapa lama setelah ditancap di pangkuan Pak RT, tangan jahil pria tua itu melepaskan pinggang Mira dan kini mulai meraba-raba tubuh indahnya, beralih kembali ke gundukan kembar di dada Mira, dan meremas mencubit kedua puting sambil memilin-milin dengan sadis. Lama kelamaan, api birahi Mira yang telah mereda dan hampir padam kini menyala lagi. Kali ini Yunus ingin mengeluarkan pejuh di mulut si janda muda, sebagaimana telah sering pula dibayangkannya ketika masturbasi di kamar mandi.
Selama ini Mira selalu menganggap hal itu kotor dan menjijikkan, bahkan suaminya pun tak pernah meminta apalagi memaksa. Hanya pemain film porno yang melakukan hal itu, demikian pendapat Mira.
Yunus melepaskan tubuh Mira dari tancapan pentungan dagingnya, dibaliknya sehingga berhadapan, lalu ditekannya pundak Mira ke bawah sehingga si janda terpaksa berlutut di hadapannya sambil terisak-isak.
“Aku tidak mau melakukannya, mual, itu kotor menjijikkan!” Mira masih berusaha bersikukuh. Dengan sisa kekuatannya ia menolehkan wajah ke samping sehingga penis Yunus menyentuh pipinya.
Tanpa banyak bicara Yunus meraih kepala Mira, menjambak rambut tergerai dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya memijit pundak Mira demikian keras, menyebabkan si janda cantik jelita itu menggeliat kesakitan. Berusaha menghindar, namun tenaga Yunus ternyata masih terlalu kuat, sehingga akhirnya wanita cantik itu menyerah, perlahan membuka bibirnya dan menjulurkan lidah.
Mira dengan rasa mual jijik kini mulai mengoral batang Yunus. Remasan tangan Pak RT cabul di kepalanya tetap ketat mengeras. Kemaluannya sangat besar dan keras di dalam mulut Mira sehingga dia mulai terbatuk-batuk dan kehabisan nafas, tapi Yunus tidak peduli. Mira berusaha mundur untuk menarik nafas, tapi tangan Yunus meraih rambut belakang Mira dan mendorongnya ke depan sehingga batang kemaluan sang pria tua hampir memasuki memenuhi rongga mulutnya. Yunus tak perdulikan keadaan Mira yang menggelepar-gelepar karena tercekik kehabisan nafas, lubang hidungnya kembang kempis mendengus mencari oksigen.
Pria tua itu berhenti sesaat, memberikan kesempatan bagi Mira untuk bernafas sejenak. Namun hanya sebentar saja, karena tiba-tiba saja kepala Mira kembali didorong maju dan kini dipaksa merangkuh seluruh batang penisnya. Di saat ujung kepala penis berbentuk jamur itu menyentuh tenggorokan Mira, air mani pun meledak menyembur berlimpah-limpah. Tidak ada jalan lain bagi Mira kecuali menelan seluruh pejuh yang dikeluarkan oleh Pak RT untuk mencegah agar tidak tersedak tercekik.
Tiga menit kemudian, semburan yang menjijikkan itu berakhir dan barulah kepala Mira dilepaskan. Mira rubuh ke belakang dan menarik nafas lega. Seluruh pipi dan dagunya belepotan air mani Yunus, sebagian kecil keluar meleleh dari sudut bibirnya yang merah.
Sadar apa yang baru saja diminumnya, langsung saja Mira merasa mual. Janda cantik itu segera lari ke kamar mandi dan muntah-muntah di sana. Setelah muntah, Mira merasa agak lebih baik dan berkurang rasa mualnya, meskipun hidungnya masih mencium aroma pejuh yang tak pernah dikenal sebelumnya. Sesaat setelah muntah, barulah Mira sadar kalau Pak RT Yunus sudah berdiri di sampingnya. Mira tak melakukan perlawanan apapun saat pria yang lebih pantas menjadi ayahnya itu memeluk tubuh indahnya yang telanjang dan mengelus rambutnya yang indah untuk menenangkan.
“Apa Mbak sudah mendingan sekarang?” bisik Yunus.
Mau tak mau Mira mengangguk pasrah.
Pak RT membantu Mira membersihkan wajah dan sudut bibirnya, menciumnya dengan mesra sambil berbisik, “Hehehe, mulut mbak sekarang wangi pejuh, ini obat awet muda dan bikin jadi janda gatel.”
Mira merasakan wajahnya merah padam dan sangat terhina, namun tak berdaya sama sekali saat itu.
Sebelum membawa si janda cantik kembali ke ruang keluarga, pak RT menyuruh Mira duduk di salah satu sofa sementara ia sendiri duduk tepat di hadapan Mira, menatap wajahnya yang ayu cantik.
“Santai saja, nyonya manis, semua yang terjadi janganlah dianggap masalah berat.” memulai Yunus berusaha menghibur sambil mengeluarkan sebungkus rokok dan mulai menghisapnya. “Pindah channel TV-nya, cari acara lain dengan penyiar secantik nyonya!” perintah Yunus semakin kurang ajar.
Ketika Mira meraih remote TV untuk menukar acara seperti perintah Yunus, di saat itu tiga pejantan lain muncul dengan seringai mesum dari ruangan belakang : Ustadz Rhoji, satpam Andang, dan mandor Sentot. Dengan hanya memakai kolor, mereka masing-masing menciumi celana dalam Mira yang mereka ambil dari lemari. Mereka mendekati dari kiri kanan, sedangkan Ustadz Rhoji yang tambun berbadan penuh bulu lebat langsung berdiri di depan Mira.
 
mantap ..

tapi puyeng bacanya ...

kalo bisa lanjutin sampai miranda hamil dan di perkosa lagi
 
Miranda II
Mira langsung pucat melihat mereka. Ia tak menyangka para pejantan yang sering menyapanya di pos kamling kini berada di sini semua, dan dalam keadaan setengah telanjang. Berarti mereka sejak tadi ...
Berbagai pikiran berkecamuk dalam pikiran wanita muda cantik ini. Ia tak sanggup berkata apa-apa karena shock berat. Dirinya dalam keadaan telanjang karena baru saja diperkosa oleh Pak RT dan kini tiba-tiba muncul lagi beberapa tetangga lain yang dari sinar mata mereka nan berbinar itu jelas ingin menikmati tubuhnya.
Mira mengerti keadaan yang tak dapat dielakkan lagi. Jika hanya menghadapi satu pemerkosa ia tak sanggup melawan, apalagi dikerubuti tiga orang?
“Hehehe, nyonya cantik, semua adegan telah kami saksikan tadi, sekarang giliran nyonya layani kami. Jangan coba-coba melawan, kan nyonya tahu gimana hukuman wanita berzinah di desa sini.”
“Perempuan ketahuan berzinah akan dipamerkan di tengah desa dalam keadaan telanjang, ditertawakan dijadikan permainan oleh penduduk yang lewat, hehehe.” demikian ancam ustadz Rhoji cengengesan. “Kalau nyonya nurut dan ikutin kemauan kami, maka kita berempat akan menjadi pelindung nyonya, tak akan ada yang berani mengganggu nyonya dan usaha nyonya, upahnya tapi kita bergilir minta jatah tiap minggu, gantian gitu, mungkin juga barengan kalo rame-rame seperti saat ini.”
Semua lelaki kehausan itu mengangguk-angguk menyetujui usul sang ustadz.
Bagaikan kelinci yang terhipnotis oleh ular cobra yang akan menelannya bulat-bulat, Mira hanya menatap dengan wajah sepucat mayat, dan bahkan diam saja di saat ustadz Rhoji menariknya berdiri bagaikan robot. Mira patuh ditarik mendekati para tetangganya yang kini telah melepaskan kolor mereka sehingga bugil sepenuhnya. Mira kini berdiri di tengah-tengah Andang, Sentot, Rhoji dan Yunus . Tanpa banyak komentar mereka mulai menggerayangi tubuh sintal molek Mira.
Rhoji yang berhadapan dengan si janda muda, menciumi bibir seksi Mira sambil tangannya menangkup payudara Mira yang semlohay. Andang berjongkok di depan Mira dan menciumi kemaluannya, sementara Sentot berada di belakang tubuh Mira, mengelus-elus punggung mulus dan pantat bulat si janda muda yang baru diperkosa oleh Yunus.
Mira hanya bisa menengadah saat Rhoji menciumi bibirnya, menjulurkan lidah ke dalam rongga mulutnya. Leher jenjang Mira tak luput dijamah, Rhoji menciuminya lembut, kemudian menghembuskan nafas panasnya ke liang telinga, hingga membuat Mira tergetar dan menggelinjang. Kembali air mata mulai menetes di pipi mulus Mira. Rhoji rupanya pandai dalam membangkitkan gairah wanita termasuk istrinya, walau istrinya yang lebih memegang kendali di rumah.
Dari leher jenjang, Rhoji turun ke buah dada Mira yang bulat kencang dengan puting susu menegak menantang. Dengan gemas Rhoji mengelus meremas-remas buah dada yang menjadi idaman para lelaki di kompleks itu. Kini dengan lembut Rhoji memilin puting buah dada yang sekal itu sehingga Mira tergetar, terbuai rasa geli dan nikmat. Rasa sakit di putingnya karena digigiti Yunus kini terganti oleh rasa hangat dan gatal.
”Aaauw… geliiii, paak!” Mira mengeluh saat Rhoji menarik, mencubit memilin puting buah dadanya. Jari-jari Rhoji meninggalkan bercak merah di pangkal buah dadanya bagaikan menandai kekuasaan.
“Jangaannn… uudddahh.. ngggh…, geliiiiii, nggiiiluuu!” desah Mira penuh kegelisahan.
Rhoji lalu mengecup dan menghisapi puting payudara Mira bergantian kiri dan kanan, menarik-nariknya hingga agak memanjang, menggigiti puting itu dan menggesek-gesek dengan giginya, melebihi apa yang dilakukan Yunus tadi, membuat Mira menggelinjang-gelinjang liar karena geli dan juga nikmat. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena ia dikepung tiga lelaki, Rhoji di depan, Andang di bawah dan Sentot di belakang. Ketiganya aktif menjelajahi tubuh telanjangnya. Sementara Yunus telah duduk kembali.
Andang tampak sibuk sendiri dengan kemaluan Mira. Kemaluan itu begitu mengundang dihiasi bulu-bulu halus. Mira tersentak saat jari-jari gemuk Andang menarik kedua sisi bibir vagina dan menguaknya sehingga isi vaginanya terlihat jelas. Andang mengendus-endus liang kewanitaan Mira hingga wanita cantik itu merasa geli karena hembusan nafasnya. Jari-jemari gemuknya juga beraksi dengan cepat, mencubit, menusuk dan mengelus bagian dalam memek Mira. Jempol Andang digunakan untuk mengelus-elus klitoris Mira sementara jari tengahnya masuk ke liang cinta janda muda yang cantik itu, menyebabkan dinding nan halus merah muda itu kembali mulai basah lembab.
Di lain pihak, Sentot telah memulai aksinya dengan mengendusi bagian belakang leher Mira, membuat wanita cantik itu semakin merinding kegelian. Sentot dapat menciumi bau harum rambut panjang Mira. Ia lalu mengangkat lengan Mira dan mulai menjilati ketiak Mira yang selalu dicukur licin. Mira tak berdaya apapun, diantara kaget dan geli merasakan lidah Sentot yang kasar, menjilati ketiaknya yang mulus. Kedua tangan Sentot sendiri lalu turun ke bawah dan meremasi belahan pantat Mira yang montok dan membulat indah. Pantat wanita cantik itu jelas jauh lebih menggairahkan daripada pantat istrinya yang kurus kerempeng, bahkan keseluruhan tubuh indah Mira jelas lebih montok dan lebih merangsang daripada tubuh istrinya. Diraihnya tangan halus Mira dan diletakkan di kontolnya yang sudah menegang sejak tadi, dituntunnya jari-jari Mira agar mencakup merangkuh dan mengocok-ngocok.
Mira sangat terkejut kali ini. Ia tidak berani berteriak, hanya sinar matanya memelas, seolah memohon agar Sentot menghentikan ini semua. Tentu saja Sentot hanya tersenyum nakal dan menggerakkan tangan Mira agar mengelus-elus mengocok kontolnya. Oooh, enak sekali rasanya kemaluannya dielus-elus oleh tangan halus janda kembang kompleks ini. Sentot memperkeras genggaman hingga kini tangan Mira bagaikan melakukan masturbasi di kemaluannya.
Muka Mira berubah-ubah antara pucat dan merah karena malu tak terhingga, bibir bawah digigitnya agar tidak mengeluarkan jeritan dan desahan. Mira takut kejadian ini akan ketahuan orang lain tapi tanpa dikehendaki, ia pun bergairah karena baru pertama ini memegang batang kemaluan seorang laki-laki yang begitu keras, panas, hitam dan panjang. Mira memejamkan matanya lagi. Betapa rendah dirinya saat ini, beberapa bulan lalu Miranda adalah seorang wanita anggun, bahkan cenderung sombong yang tidak sudi melayani pria asing lain. Kini, empat laki-laki tidak saja menyaksikannya bugil, tapi juga mempermainkannya seperti seorang pelacur. Mira merasa lebih rendah dari seorang pelacur, dia adalah seorang janda muda yang berzinah.
Gerakan mulut dan jari jemari Andang tiada hentinya menghujani bukit venus Mira dengan rangsangan. Sebagai perempuan normal, rangsangan lelaki mesum itu lama kelamaan berpengaruh juga pada tubuh Mira. Tanpa sadar dia membuka kakinya yang jenjang semakin melebar. Bau cairan cinta Mira yang kian membanjir memenuhi rongga hidung Andang, begitu pula bunyi becek Mira yang terus disodok-sodok jari jemari yang keluar masuk dengan cepat. Kali ini tidak perlu waktu lama sebelum Mira akhirnya menyerah pada nafsu birahinya sendiri. Janda cantik itu meraih kepala Rhoji dan ditekan ke arah buah dadanya, sementara pinggul Mira bergerak seiring sodokan jemari Andang di memeknya. Tangan Mira yang lain terus mengocok penis Sentot dengan gerakan yang makin lama semakin cepat.
“Aaaahhh, ooohhhh!” Mira menjerit lirih karena rangsangan hebat yang dilakukan para lelaki itu.
Rhoji terus menyerang payudara dan Andang menjilati memek si janda muda cantik. Bagaikan seorang pekerja seks komersial yang binal, Mira menggerakkan pinggangnya agar tusukan jemari Andang masuk lebih dalam, Mira sudah lupa pada statusnya sebagai seorang wanita yang anggun dan terhormat.
Saat membuka matanya yang terpejam sejak tadi, Mira menyadari tubuhnya sudah hampir jatuh dari pinggiran sofa. Kakinya terbentang lebar dan memeknya dapat diakses dengan mudah oleh Andang. Bibir vagina Mira terlihat lebih merah dari biasanya dan rambut-rambut di sekitar lubang cintanya itu basah oleh cairan pekat, cairan dari dinding memeknya tercampur dengan ludah sang satpam yang konak.
Rhoji tak mau kalah, dia meraih kepala Mira dan menekan ke arah selangkangannya, sangat jelas apa maunya. Sebelum Mira sempat protes terhadap kelakuan yang tak senonoh itu, penis Rhoji telah menekan di tengah bibir Mira dan berusaha menerobos masuk. Mira menyadari bahwa tak ada gunanya melawan, dengan disertai linangan air mata dibukanya mulut mungil yang tadi telah dipaksa pula menyepong oleh Yunus.
Walaupun tidak terlalu besar, tapi dibandingkan ukuran rongga mulut sekecil itu, tetap saja penis Rhoji masih membuat Mira tersedak saat pria cabul itu memaksa kepala Mira mundur maju dengan cepat.
Tangan Mira menggapai-gapai lengan Rhoji dan berusaha meronta lemah. Tapi walaupun begitu, pria tua bejat itu ternyata masih tetap perkasa dan tentu saja tidak bersedia untuk menghentikan aksinya. Tiba-tiba tangan kiri kanan Mira yang menggapai-gapai itu dicengkeram oleh Andang dan Sentot yang berdiri di kiri kanan, dan memaksanya mengocok batang kemaluan mereka.
Tak ada lagi yang dapat dilakukan Mira selain menuruti dan mematuhi keinginan ketiga pria bejat itu.
Tiap kali kepala Mira dipaksa mendekati selangkangan Rhoji, penisnya yang besar tak sedap itu masuk ke tenggorokan. Mira tersedak dan makin lama semakin merasakan melayang kekurangan oksigen karena sukar sekali untuk bernafas. Pria itu mencekik Mira dengan kontolnya sehingga janda seksi itu semakin kewalahan dalam melayani. Untunglah sebelum Mira betul-betul kehilangan kesadaran, Rhoji mengakhiri aksinya dan menarik kontolnya dari mulut si janda kembang. Wanita cantik itu segera jatuh ke lantai dengan terbatuk-batuk. Mira berusaha menarik nafas dalam-dalam dan menghirup udara bagaikan ikan yang terhempas di darat, dan kini dilemparkan kembali ke air, terengah-engah mencari oksigen.
Pada saat itu dengan tak terduga sama sekali Rhoji mengarahkan batang kemaluannya yang tegang mengangguk-angguk itu ke wajah Mira dan menyemprotkan air kejantanannya tepat ke arah hidung serta mulut sang korban. Hanya dalam waktu beberapa detik terlihat wajah ayu cantik itu berlumuran cairan pejuh putih, di atas alis, ujung hidung bangir, serta bibirnya. Bahkan karena Mira menolehkan wajahnya ke bawah, maka rambut Mira pun menjadi sasaran, di sana-sini terlihat cairan putih kental. Mira hanya mampu terisak-isak.
Namun kini pejantan lain menyambung aksiya, tanpa memperdulikan keadaan Mira yang masih lemas dilecehkan oleh Rhoji.
Selama Rhoji memaksa Mira menyepongnya, Sentot dan Andang tetap dapat mempertahankan ereksi mereka akibat kocokan lembut jari-jari tangan Mira yang langsing. Kini Rhoji telah menghentikan aksinya sementara, maka Andang maju lagi dan dalam posisi berhadapan, ia berusaha mengangkat pinggul indah Mira ke arahnya. Andang berusaha mengarahkan dan menyelipkan kemaluannya yang mengeras ke dalam lubang vagina janda muda yang cantik itu.
Andang bisa merasakan gerakan spontan Mira yang mencoba melawan dengan beringsut menjauh, tapi itu malah membuat satpam kasmaran itu mendesah keenakan karena tubuh mereka saling bersinggungan dengan lembut. Dengan pandai, Andang yang telah banyak pengalaman dengan wanita itu mengelus-elus paha Mira yang terkuak lebar. Dengan sekali hentak agak kasar masuklah penisnya ke celah senggama hangat dan lembab, disertai pekik kaget Mira, namun pekikan itu terganti dengus dan lenguhan ketika Andang mulai bergerak maju mundur, sementara lubang rahim Mira mulai menerima penis Andang dengan nyaman.
Gerakan penis lelaki itu makin lama makin dalam betapa pun erat rapatnya pertahanan vagina Mira. Walaupun mendesak ke dalam terus menerus, tapi Andang belum ingin menusukkan penisnya sampai ke ujung, dia ingin merasakan pelan-pelan katupan bibir memek Mira yang menjepit kontolnya bagaikan penghisap debu. Liang cinta janda muda yang hangat dan basah ia rasakan dengan nikmat dan perlahan. Mira akan dibuat kegatalan dan ketagihan untuk dijadikan kekasih gelapnya di masa depan.
Tiap sentakan, tiap putaran dan tiap kali kontol Andang mendesak di dalam lubang vagina membuat Mira tidak bisa menahan gairah sensual yang makin lama makin menimpa dirinya. Mira tidak mampu menahan hausnya diri sendiri akan kenikmatan bercinta, dia ingin penis Andang menusuk lebih dalam dan lebih dalam lagi. Dia ingin menurunkan vaginanya sampai mentok ke paha Andang agar batang penisnya bisa masuk semua ke dalam vaginanya. Tapi Andang menahan diri dengan menikmati tubuh Mira selama mungkin dan itu membuat janda seksi itu melenguh tak berdaya.
Saat akhirnya penis itu menusuk lebih jauh ke dalam dan membelah vaginanya yang masih cukup rapat, Mira seakan hampir mati oleh gelombang kenikmatan yang melanda dirinya. Namun sekali lagi Andang menahan diri dan tidak memasukkan seluruh kontolnya masuk ke dalam memek sang janda yang cantik. Mira menggeleng-geleng frustasi, walaupun dia malu mengakui kalau dia menginginkan penis Andang lebih dalam lagi, tapi gairah sensual yang makin dirasakan membuatnya lupa diri. Dengan penuh keputus-asaan, wanita cantik itu hanya bisa melenguh panjang dan meminta dengan dengan manja.
“Mas… maas, iyyaaa... teruuuuus, masukkan… masukkan!”
Mira merasakan jemari lelaki itu yang dengan nakal meremas, meraba dan memijat pipi bokongnya yang bulat putih mulus, mata Mira memejam dan seluruh tubuhnya bagaikan disetrum llistrik ketika tangan Andang menyibakkan pantat Mira dan jari tengahnya itu masuk ke dalam lubang anusnya.
“Hngghh, aauuuuuw, aaaah!!” Mira mengernyit menahan rasa sakit bercampur nikmat yang disebabkan oleh jari sang satpam yang nakal.
“Masukkan apaan sih, mbak Mira?” tanya Andang yang menyadari janda seksi itu sudah di ambang batas penyerahan diri yang total, kehilangan rasa malu dan bahkan memohon dijarah lebih jauh.
“I-itu… dimasukkan… ituuuunya masukkan! Teruussiiin dooong, oooooh!”
“Apanya?”
“I-itunya…”
“Itunya apa?”
“Penisnya… masukkan… masukkan lebih dalam!!”
Sentot mengerling penuh arti kepada konconya, Andang ingin Mira lebih responsif, dia ingin Mira lebih binal lagi, dia ingin janda muda yang cantik itu melupakan eksistensinya sebagai seorang wanita anggun, berubah menjadi budak seks yang haus disetubuhi diperkosa habis-habisan saat itu juga.
Dengan penuh keputusasaan, Mira merapatkan paha; bibir vaginanya mengatup rapat seolah-olah haus kemaluan lelaki dan merangkuh penis lelaki yang berukuran besar dan memenuhi seluruh liangnya dengan sempurna, dinding vagina Mira yang semula seakan tidak rela diserang dan liang rahimnya itu kini mengeluarkan cairan cinta berlimpah dan menjadi pelumas. Mira sudah pasrah, dia sudah siap dihina sampai serendah-rendahnya, dia hanyalah seorang wanita biasa yang ingin merasakan disetubuhi saat ini juga. Ia telah melupakan dan tak perduli suaminya yang hilang, tak perduli masih hidup atau mati.
Jepitan dan pijitan dinding memek Mira menyebabkan Andang tak tahan lagi. Dengan sebuah geraman keras, lelaki itu menghunjamkan seluruh kontolnya yang mengejang keras ke dalam liang senggama Mira dengan kekuatan penuh, dia tidak main-main lagi sekarang, seluruh batang kemaluannya melesak ke dalam sampai paha mereka saling tampar. Andang membiarkan kontolnya berada di dalam untuk sesaat sambil mendengarkan desahan kekalahan yang keluar dari mulut Mira. Dengan kekuatan penuh, lelaki yang perkasa itu mulai menggiling memek sang janda muda yang cantik dan menusukkan kemaluannya dalam-dalam sampai seluruh batangnya terbenam seluruhnya di bukit kemaluan Mira.
Sentot menyaksikan getaran dan terhempasnya tubuh Mira karena tusukan dan hentakan Andang yang kasar, dan ia memutuskan untuk ikut menikmati mulut Mira yang setengah terbuka. Mulut begitu mungil dengan bibir merah yang baru saja menyepong kelamin Rhoji, dan kini Sentot berniat untuk merasakan jilatan dan kuluman yang sama. Sentot ingin menyaksikan bagaimana wajah manis cantik itu di saat terpaksa minum cairan kelaki-lakiannya. Sentot ingin melihat kepasrahan yang tentunya menguasai diri Mira tak hanya karena disetubuhi Andang, namun juga karena sekaligus harus minum pejuh yang dirasakannya telah mulai bergolak di dalam biji pelir.
Sentot bergerak mendekati Mira, tubuh wanita cantik yang terlentang tersengal-sengal masih dientoti Andang itu terkulai pasrah di atas lantai. Dengan gerakan ringan, Sentot mengangkangi dada Mira dan setengah duduk di atas buah dadanya. Satu tangan Sentot meraih rambut Mira, menjambaknya dan menarik kepalanya ke arah depan.
Tangan Sentot yang lain menggiring penisnya yang sudah tegang ke bibir mungil Mira. Mata Mira terbelalak karena terkejut dan dia memalingkan wajah dengan marah. Walaupun sedang dilanda gairah birahi yang sangat tinggi tapi Mira masih menolak, ia tak mau melayani dua orang pria sekaligus!
Mira merintih, “Jangan! Aku mohon… aku tidak bisa melayani kalian berdua bersamaan!”
“Kenapa tidak? Sekarang saat yang tepat, Mbak Mira… ayo kulum penis saya!” kata Sentot tenang.
“Tidak! Jangan… aku tidak mau!!” Mira menolak. “Aku bukan pelacur kampungan! Aku tidak mau… dua orang… aku… tidaaak, jangaaaan! Ooooooh... kasihani saya, enggak maauu!”
Pada saat bersamaan Andang menusuk kontolnya lebih jauh lagi ke dalam liang rahim Mira, entah sudah berapa jauh ia menguasai memek Mira. Yang jelas, ia sudah lebih jauh dari apa yang pernah dicapai oleh Azzam, mantan suami Mira. Wanita cantik itu melenguh nikmat dan hal itu memberikan kesempatan untuk Sentot menyerang Mira. Dengan sedikit kasar Sentot menyodokkan penisnya ke dalam mulut Mira, tak perduli si janda muda membeliak dan liang hidung bangirnya kembang kempis karena berusaha mengatur nafasnya yang sesak akibat penjarahan rongga mulutnya itu.
“Nah gitu dong, kan kelihatan bisa, atas kena bawah bisa, mbak Mira cantik!” bisik Sentot menggoda.
Rongga mulut Mira langsung sesak begitu penis Sentot masuk ke dalam dengan paksaan, janda muda yang cantik itu hampir saja tersedak dan merasakan daging berotot milik Sentot melindas lidahnya sampai ke dalam. Tubuh Mira tersentak-sentak dan menggelinjang tak berdaya. Di bawah, Andang masih membenamkan penis perkasanya ke dalam memeknya sementara di atas Sentot menghunjamkan penis ke dalam rongga mulutnya. Air mata Mira meleleh saat dia menyadari betapa rendah dirinya saat ini. Penghinaan dan rasa malu apalagi yang masih akan dihadapi saat ini? Dia disetubuhi oleh dua orang sekaligus. Jari jemari Andang yang sesekali masuk ke dalam lubang anus membuat Mira menyadari bahwa seluruh lubang di tubuhnya sudah mereka kuasai, seluruh tubuhnya sudah menjadi milik tiga laki-laki biadab ini. Dia sudah tidak berharga lagi. Dia sudah tidak punya harga diri lagi.
Sementara Mira menghisap-hisap penis Sentot, Andang kian liar mengendarai memek sang ibu muda yang cantik itu. Dengan sisa tenaga yang entah didapat dari mana, lelaki itu terus menggerakkan kontolnya keluar masuk, Mira juga menggerakkan pinggulnya seiring gerakan penis Andang dan melayani permainan tetangganya itu. Andang dengan pandangan mata bahagia menyaksikan batang kemaluannya yang masih tetap keras keluar masuk dari memek Mira dengan perkasa, dengan sengaja lelaki itu menarik penisnya hingga ujung kepala jamurnya yang gundul tersisa di dalam celah Mira. Kemudian dengan kekuatan penuh, Andang kembali melesakkan kontolnya masuk ke memek Mira.
Disepong oleh wanita secantik Mira sungguh nikmat rasanya, karena istrinya yang sebenarnya juga cantik itu tidak pernah mau melakukannya karena merasa jijik. Sentot menekan penisnya jauh lebih dalam ke mulut Mira, memasuki rongga tenggorokannya sehingga perempuan cantik itu sesak dan hampir tersedak-sedak hampir muntah. Gerakan tubuh Mira yang didorong oleh Andang juga membuat sensasi tersendiri bagi Sentot, seakan-akan janda seksi yang cantik itulah yang bergerak maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut mungilnya, padahal dorongan itu datang dari bawah.
Dalam keadaan tidak berdaya, tubuh Mira menjadi bulan-bulanan kedua laki-laki yang kini menguasai dirinya itu. Berkali-kali Andang membolak-balik tubuh Mira agar bisa mendapatkan posisi yang enak dan kini janda muda yang cantik itu turun ke lantai dan menelungkup ke bawah. Wajahnya berada tepat di bawah perut Sentot yang terlentang untuk melanjutkan sepongannya, sementara di belakang, Andang mengendarai Mira secara ‘doggie-style’.
Wajah Mira semakin pucat, kuyu dan sayu, dengan memelas dia memohon pada Andang agar mengasihaninya dan segera mengakhiri semua ini. Sayangnya tidak ada harapan bagi Mira. Dengan satu tusukan penuh tenaga, Andang melesakkan penisnya kembali ke dalam liang cinta Mira.
“Hnnghh, aaauuuuuwww, aduuuuuh!” Mira menggeram dan memejamkan mata menahan sakit.
Tubuh pendek Andang berada di belakang tubuh Mira. Tangannya memeluk pinggang Mira menjaga keseimbangan sendiri sementara dia melesakkan penisnya ke dalam rahim Mira. Tidak ada kelembutan saat lelaki mesum itu menyetubuhi Mira, Andang kini bergerak dengan cepat dan kasar. Agar tidak bergoyang terlalu hebat, Mira mencengkeram lutut Sentot yang kini pindah tempat dan duduk di sofa. Mira menengadah penuh sayu namun Sentot hanya menyeringai dan kembali menyodorkan kontolnya. Lagi-lagi Mira harus menyepong Sentot. Mira segera menjilati batang kemaluan Sentot sementara Andang mengentoti vaginanya dengan kecepatan tinggi.
Hampir sepuluh menit posisi ini tidak berubah, sehingga di suatu saat Sentot menjambak rambut Mira dengan gemas dan menekan penisnya sedalam mungkin ke langit-langit rongga mulut si janda kembang. Mira kelabakan dan gelagapan ketika merasakan semprotan air mani membanjiri mulutnya. Agar tidak tersedak, Mira menelan seluruh sperma yang disemprotkan oleh lelaki itu. Walaupun sudah mencapai klimaks, Sentot tidak segera menarik kontolnya yang masih berdenyut-denyut di mulut Mira.
Pada saat bersamaan, Andang yang masih terus menggerakkan pinggulnya menyetubuhi Mira dari belakang juga telah mendekati puncak. Gerakan Andang semakin cepat dan penuh nafsu birahi, sehingga mau tak mau Mira pun yang diperkosa takjub pada kekuatan dan kecepatan Andang. Belum pernah seumur hidupnya Mira merasakan dientoti oleh suaminya sendiri sedemikian bernafsu dan lama. Makin lama makin cepatlah sodokan kontol Andang di dalam memek Mira sampai di suatu saat satpam tangguh itu melenguh keras dan menyemprotkan pejuhnya membanjiri vagina Mira.
Kedua lelaki busuk itu mencapai klimaks hampir bersamaan, dua laki-laki buas yang mencengkeram erat tubuh telanjang Mira berebut ingin memeluknya, masing-masing ingin melesakkan penisnya jauh lebih dalam ke dalam mulut dan vagina wanita cantik itu dan menembakkan air mani mereka dalam-dalam. Sentot beralih ke sisi kiri Mira, dia menarik kontolnya yang mulai lemas meskipun si cantik itu masih saja menyedot air mani yang terus keluar dari ujung kemaluannya. Andang mundur ke belakang dan menarik keluar kontolnya dari dalam memek Mira, terdengar suara letupan kecil dan desahan nikmat dari lelaki yang mesum itu. Andang kini berbaring di sisi kanan Mira.
Mereka bertiga kelelahan… puas dengan puncak birahi yang telah berhasil diraih. Mira memejamkan mata kecapekan, dia tidak mengira bahwa sekali ini dia benar-benar sudah mengkhianati nuraninya dengan cara yang paling menjijikkan, tidak saja dia berselingkuh dengan beberapa tetangganya, tapi dia juga melayani lelaki lain secara bersamaan. Bagaimana mungkin wanita seperti dia bisa melayani dua orang sekaligus? Bersetubuh dengan mantan suaminya pertama kali di malam pengantin dirasakannya hanya sebagai kewajiban, kehilangan kegadisannya bagaikan seperti kiamat, rasa malu dan jijik yang hinggap tidak bisa hilang oleh apapun.
Tapi kini? Ia disetubuhi oleh dua orang lelaki sekaligus. Rasa malu pada diri sendiri kian membuncah karena Mira merasa mendapatkan kenikmatan yang luar biasa disetubuhi oleh mereka berdua. Janda seksi yang baru saja dinikmati dua pria itu ambruk ke lantai ruang tamunya sendiri. Nafasnya terasa berat hingga Mira pun terengah-engah.
Belum sampai lima menit beristirahat, rambut Mira kembali dijambak oleh Andang. Pria itu menarik kepala Mira dan menyorongkan kontolnya yang basah oleh air mani dan lendir vagina ke dalam mulut. Mira dengan patuh segera menjilati kontol Andang dan membersihkan semua pejuh yang ada di batang kemaluan itu. Setelah Mira selesai membersihkan penis Andang dengan mulutnya, satpam mesum itu mendorong kepala Mira menjauh. Sekali lagi Mira duduk dengan lemas di lantai sementara dua pria yang baru saja menyetubuhinya duduk di sofa dan berolok-olok, bersantai tanpa mempedulikannya.
“Bagaimana rasanya, Dang?” tanya Sentot berpura-pura sopan sambil merapikan celananya kembali.
“Luar biasa, memeknya kok masih sempit ya, padahal udah bersuami? Enak sekali, kaya perawanin gadis belasan tahun. Untung aja tadi gue sempat minum obat kuat dulu.“
Melihat kedua pemerkosanya sudah terpuaskan, Mira kembali mempunyai pikiran untuk melarikan diri. Ia melihat pintu tidak dijaga dan Yunus masih rebah di sofa, sedang Rhoji saat itu tidak kelihatan.
Biarlah ia menanggung malu harus bertelanjang bulat keluar dari rumahnya asal ia bisa bebas dari siksaan para tetangganya ini. Ia dapat melapor pada istri-istri tetangganya yang galak-galak. Cepat ia bangkit dan sebelum para pemerkosanya sadar ia sudah berlari ke arah pintu. Tubuhnya telanjang dan putih berkilau karena keringat, paha mulusnya yang walaupun sudah lemas mencoba untuk menopang tubuhnya berlari ke arah kebebasan. Buah dadanya yang montok padat terayun-ayun sangat indah.
Saat tangan Mira hampir mencapai grendel pintu, sebuah lengan kekar menghalangi larinya hingga buah dadanya yang membusung itu menabrak lengan itu. Janda muda yang montok seksi itu kaget dan cepat melangkah mundur lagi sambil sebelah tangannya menutupi bagian tonjolan buah dadanya.
”Hey, mau kemana, nyonya manis?!” bentak pemilik lengan kekar berbulu lebat itu,
”Aku belum puas, dah konak lagi nih!” Sentot membentak sambil mengusap meremas kelembutan dan kekenyalan buah dada sang janda muda tadi sambil tersenyum mesum.
“Masih bandel nih nyonya cantik, sekarang perlu diajarin beneran supaya ngarti ngelayanin kita. Betul enggak, pak ustadz?” tanya Sentot memeluk Mira sekuatnya yang masih berusaha berontak.
“Hehehe... udah jadi janda, masih bahenol montok begini, pasti bisa ngelayanin kita berempat, gantian maenan lain daripada di rumah, hehehe!” sambut ustadz Rhoji yang cabul itu, karena situasi sekarang berlawanan di rumahnya : ia mempunyai empat istri, sedangkan sekarang Mira sebagai wanita sendirian dipaksa untuk melayani empat lelaki.
“Pokoknya nih nyonya bahenol mesti dikerjain lagi, tapi kali ini harus tuntas, biar dia rasain dan takluk beneran, ‘tul enggak?” tanya Sentot yang kini telah berhasil menyeret si janda kembang ke arah ranjang dan menghempaskannya ke situ.
Ranjang besar ukuran king-size itu biasa dipakai oleh Mira dan Azzam, suaminya, terbuat dari kayu jati mahagony yang mahal, dengan di ke-empat ujungnya dihiasi semacam pilar berukiran naga melilit. Mira berusaha langsung bangun namun diterkam oleh ke-empat lelaki cabul itu, mereka menarik kaki tangan Mira ke arah sudut ranjang, lalu mengikatnya dengan cabikan pakaian dari lemari pakaian besar.
“Sekarang kita gunyeng nih badan semlohay, sampai si nyonya ketagihan dan meratap minta kita semua ngelayanin dia tiap hari. Gimana, setuju enggak?” tanya Andang yang rupanya masih penasaran.
“Iya, itu usul bagus. Ayoooh semuanya kerja bakti lagi, jangan ada bagian yang kelupaan!” sahut Yunus.
“Jangaaaaaan, udaaaah doooong... saya enggak kuat lagi... toloooong, ampuuuun, nyeraaaah... mau diapain lagi? Ooooooh lepasiiiiiin...” Mira menggeliat dan meronta penuh kengerian karena tubuhnya terpentang bagaikan huruf X besar, dan semua mata liar ke-empat lelaki yang bugil itu jelalatan bagaikan menelan setiap sentimeter tubuh telanjangnya yang putih mulus.
Ke-empat lelaki itu kini telah naik ke ranjang, bagaikan serigala lapar mereka rebutan meraba, mengelus dan meremas tubuh Mira. Bergantian mereka menciumi mulut, leher jenjang, ketiak, buah dada serta putingnya, pinggang, pusar dan pinggulnya. Mereka bahkan bergantian menjilati mengulum jari kaki, serta lipatan paha, selangkangan, mengelus bukit Venusnya, menarik-narik rambut kemaluan nan halus.
Mira tak sanggup melayani serangan bertubi-tubi dari empat pria yang haus sex itu; kedua ketiak serta kedua bukit payudaranya dijadikan sasaran Andang dan Sentot, mereka mencaplok sebanyak mungkin gundukan daging itu ke mulut mereka, putingnya dikenyot-dihisap, dipilin dipelintir serta digigiti sadis, sementara jari tangan mereka memijit dan menggelitiki ketiak yang sangat peka itu.
Di bagian bawah, Yunus dan Rhoji bagaikan anjing kelaparan menciumi telapak kaki, jari dan celah jari kaki Mira, mengulum jari kaki satu per satu, naik ke betis, ke paha, lipatan paha, ke arah selangkangan.
Sementara ciuman dan jilatan Yunus turun kembali dan memusatkan ke lipatan betis serta menggelitik telapak kaki, maka bibir Rhoji justru mengembara di lembah kemaluan Mira, menguakkan bibir vagina yang merah muda, menyeruak ke bagian atas, dan mengecup kelentit yang tersembunyi.
“Aaaaaaahhhh, oooooooh, jangaaaaaan... sialaaaaaan semua, pengecuut, kerubutin perempuan... ooooooh, udaaaaahhh!!”
Mira berteriak dan meronta sekuatnya walaupun sia-sia karena kali ini semua rasa menimpanya : ngilu geli nikmat di puting dan itilnya, sekaligus geli tak tertahan di ketiak dan celah jari kakinya. Mata Mira terbelalak dan mulutnya terbuka menahan segala sensasi erotis yang dirasakan. Setelah beberapa jam diperkosa para tetangganya, kini mereka mengulangi penjarahan mereka, bahkan di tubuhnya yang sama sekali tak mampu melawan karena terikat erat di ujung ranjang.
“Aaaaah! Ooooooooh! Auuuhhh!! Ssssshhhhh, auuuuuuw!” Mira tak sanggup lagi menahan semua nafsu yang sudah siap meledak di selangkangannya, digigitnya bibir bawah untuk membantu menahan semua getaran nafsu, tubuhnya terlihat mengkilat karena keringat bercucuran menahan rangsangan.
“Iyaaaaaaagghhhh!! Aaahhh! Aahhh! Jangaaaaan!” Mira tersentak dan tubuhnya melengkung ke atas mengalami kenikmatan yang luar biasa ketika jemari Rhoji bermain di sekitar daerah lubang kencingnya, sedangkan kelentitnya dikecup disedot.
Ustadz ini tak perduli, ia selalu membayangkan apa yang dapat dilakukan dengan ke-empat istrinya, namun semuanya wanita alim shalihah yang menolak permainan sex liar seperti ini. Kini ia dapat memuaskan semua hasrat dan fantasinya di janda muda ini.
Sentot melumat bibir mungil Mira dengan penuh nafsu. Bibir merah basah yang mendesah menjerit berulang-ulang itu kini terdiam dalam ciuman ganas sang lelaki. Mira kini terbuai sepenuhnya, menyerahkan dirinya penuh kepada para lelaki itu. Ia pasrah ketika Sentot melumat bibirnya, bahkan Mira membalas ciuman sang tetangga dengan permainan lidah yang saling memilin. Tak perduli dengan bau tak sedap dari ludah Sentot yang selalu merokok kretek.
Sementara Sentot menciumi Mira dengan buas, Rhoji menggerakkan jemarinya di selangkangan sang janda dengan lincah. Digesek-gesekkan jari tengah dan telunjuknya daerah peka Mira sementara ibu jarinya memainkan klitoris yang menonjol. Berulang-ulang dijilatinya tonjolan daging bagai penis kecil itu, digosok-gosok dengan jenggotnya.
Mira telah lupa diri, semua syarafnya digugah dibangunkan, si cantik itu memaju mundurkan pinggul karena tak tahan, ia ingin memeknya segera ditembus sesuatu yang keras dan panjang. Lidah Sentot beraksi sepuasnya di mulut Mira, menjelajah masuk dan menjilati seluruh liang mulut si cantik. Bibir Mira juga tak tinggal diam, ia mengulum dan melumat bibir Sentot yang besar, lidah si cantik itu juga masuk ke mulut Sentot. Bau rokok murahan yang tersebar dari kerongkongan lelaki itu tidak menyebabkan Mira berhenti, ia terus menerjang, menjilat dan melumat.
Tak ada dua puluh menit Mira mengalami siksaan itu, orgasmusnya melanda bagaikan badai, dan karena Rhoji terus tanpa ampun meng-oralnya, maka semenit kemudian Mira kembali dua kali orgasmus, dan akhirnya pingsan!
Ke-empat lelaki itu menatap korban mereka yang pingsan, mereka lepaskan ikatan kaki tangan Mira dari ujung-ujung pilar ranjang. Namun mereka masih menginginkan babak berikutnya, mereka ingin sekali mendengar permohonan ampun Mira, menginginkan Mira memohon agar boleh menjadi budak sex mereka seterusnya. Oleh karena itu mereka berunding untuk menggarap si janda muda yang malang itu.
Dengan sadis Yunus menyentil kedua puting Mira, dijepit diantara telunjuk dan ibu jarinya, dipelintir, dipilin, ditarik, dicubit-cubit, bahkan dicengkeram antara kuku yang cukup tajam. Perlakuan sadis ini ternyata berhasil : tak ada semenit kemudian Mira melenguh mendesah dan mulai sadar kembali, semua tubuhnya terasa pegal linu dan kejang akibat paksaan orgasmus berkali-kali.
Namun babak berikutnya telah menunggu.
Sentot naik ke atas ranjang dan bersiap untuk melesakkan penisnya ke dalam memek sang janda muda, penisnya yang sudah keras bagai kayu ditempelkan dan dimainkan di luar bibir vagina Mira, tapi belum mau dimasukkan, ia ingin menggoda si cantik itu. Andang yang menduga niat konconya sudah siap melakukan penetrasi, bergeser ke samping, memberi tempat pada Sentot untuk beraksi.
Mira mengerang dan mendesah-desah, ia telah sadar sepenuhnya dan kembali menikmati gesekan kepala jamur di luar bibir memeknya. Ia lupa pada statusnya sebagai seorang wanita terhormat, ia lupa semuanya; yang diingat hanya ia sedang bermain cinta dengan para lelaki perkasa yang memberinya kenikmatan tiada tara.
Sentot bersiap, diangkatnya kontol yang kini bagaikan pukulan kasti dan dengan tusukan lembut, masuklah kemaluannya ke liang kewanitaan Mira yang basah licin. Wanita jelita yang tak berdaya itu menggelinjang dan merintih sejenak, dia menjerit lirih di bawah serangan Sentot yang tiada henti menciumi bibir dan meremas-remas payudaranya.
“Iiiiihhh... sssshhh… aaaahhh, auuuuuw!” desis Mira berulang kala Sentot melepaskan pagutannya.
Sentot menarik Mira dan mengaitkan kakinya yang jenjang di pinggang. Tubuh seksi Mira yang putih mulus kini penuh dengan cupangan merah dan masih basah kuyup keringat, juga kakinya yang mengait pinggang sang tetangga. Sentot akhirnya mulai menggerakkan pinggul untuk menyetubuhi sang janda cantik, ia bergerak maju mundur dengan pelan. Hal ini sangat dinikmati Sentot, memek Mira masih tetap terasa sempit rapat bagaikan seorang perawan. Entah karena jarang bermain cinta dengan mantan suaminya ataukah karena kontol mantan suaminya hanya sebesar kelingking sehingga tidak mampu merenggangkan dinding dalam kemaluan si cantik itu. Kini dinding itu dipaksa dikuakkan penis Sentot.
“Heeeeennghhhgghhh, uuuuuh, sempiiiiit, angeeet, becek mijit-mijit lagi...” Sentot mendengus gemas pada saat ia mulai meningkatkan kecepatan tumbukannya.
Tubuh Mira yang bergerak naik turun sesuai sodokan Sentot dimanfaatkan oleh Dadang yang agaknya kini merasa telah saatnya untuk ikut dalam kemelut orgi gangbang itu. Satpam kurang ajar itu langsung menyodorkan kemaluannya ke wajah Mira. Si cantik itu awalnya jijik dengan kemaluan Dadang yang bentuknya tidak karuan; hitam, keras dan panjang. Dari segi ukuran, mungkin Sentot lebih unggul. Tapi Mira sudah tenggelam dalam nafsu birahi, ia tahu apa maksud Dadang menghunjukkan kontolnya. Segera saja Mira meraih penis hitam itu dan memasukkannya ke dalam mulut.
“Ughhhhhoooooohhh… syeeeet, enaaak!” sekarang giliran Andang yang mendengus menggeram merem melek keenakan. Siapa yang tidak mau kontolnya disepong seorang dewi bermulut indah seperti Mira?
Sentot makin getol memaju mundurkan pinggul, enak sekali rasanya memompa vagina tetangganya yang masih sangat rapat ini. Tangan kirinya meremas-remas buah dada kiri Mira sementara payudara yang kanan menjadi santapan tangan Andang. Sentot terus menggenjot vagina Mira dengan beringas, nafas pria yang sangat bernafsu itu tersengal-sengal karena ingin segera mencapai kenikmatan maksimal. Desah nafas tiga orang yang tengah bercinta itu bagaikan musik indah pencapaian kenikmatan seksual. Andang yang keenakan dioral oleh Mira merem melek, ia makin tak tahan sepongan si cantik, apalagi melihat wajah Mira mempesona menelan bulat-bulat kontolnya yang hitam dan panjang.
Sentot mengubah letak badannya dan merebahkan diri sehingga terlihat penisnya mengacung tegak , ia menginginkan agar Mira menancapkan tubuhnya di rudal daging dalam posisi woman on top. Agaknya Mira mengerti kemauan Sentot, dan tanpa banyak kata ia menempatkan celah kewanitaannya yang telah basah, dan bleeezz, bleeezz, tubuhnya melesak tertusuk lembing daging.
“Huuuungghhhh!!!” akhirnya diiringi lenguhan panjang, Sentot merasakan betapa hangat vagina Mira menjepit penisnya. Hampir-hampir ia tak kuat lagi bertahan dan nyaris ejakulasi langsung
Andang tak mau kenikmatannya dioral oleh Mira diputuskan begitu saja, kembali ia menyodorkan penisnya ke mulut Mira yang kini tanpa protes langsung menjilat mengulum. Mira tersengal-sengal berusaha mengatur nafas, baru kali ini dia bermain cinta dengan dua orang pria yang sama-sama mahir bersenggama, bahkan dua laki-laki ini bukanlah suaminya. Tubuh si cantik itu mengejang, dan pantatnya turun naik menghempas kuat-kuat. Bola mata Mira berputar ke belakang, sampai hanya bagian putihnya saja yang terlihat, rupanya si cantik itu juga hampir mencapai tingkat kepuasan maksimal. Lubang hidungnya yang mungil bangir kembang kempis sangat menggairahkan.
Ustadz Rhoji agaknya pulih dan telah berhasil mengumpulkan tenaga kembali, rupanya tak tahan sekedar melihat passif adegan indah itu. Dengan langkah hati-hati agar tak mengganggu Sentot, Rhoji mula-mula duduk di pinggir ranjang, kemudian menempatkan dirinya diantara kaki Sentot yang terlentang. Tangan Rhoji bergerak maju menyelip di antara paha Mira, dengan lihai ia mengusap-usap punggung dan pinggul si janda cantik. Mira tetap konsentrasi terhadap tusukan Sentot di vaginanya dan kuluman sepongannya di kemaluan Andang, sehingga usapan Rhoji itu hampir tak diperdulikannya sama sekali.
Yunus ikut mendekati Mira dari samping, ia ikut mengusap dan meremas-remas kedua buah dada Mira yang bergantung ke bawah bagaikan jeruk ranum, lalu kedua tangannya menjalar merangkuh bulatan pantat Mira, perlahan-lahan ditariknya menyamping. Yunus memberikan tanda lirikan mata kepada Rhoji yang telah menempatkan dirinya di belakang, di tengah kaki Sentot yang melebar ke samping, begitu pula paha Mira yang terkuak. Rhoji telah sempurna berada di belakang bongkahan pantat nan semlohay, diletakkannya kepala penisnya yang disunat di tengah anus Mira yang dibasahi oleh ludahnya.
Mira baru sadar apa niat kedua pria setengah lansia itu, ia berusaha melepaskan diri dari posisi woman on top, namun Sentot memeluknya dengan lengannya yang berotot, menariknya ke bawah, sehingga bulatan pantatnya semakin menungging ke atas, memudahkan Rhoji memperoleh akses yang lama diimpikan. Pertama gagal, kedua meleset, pada usaha ketiga barulah kepala rudal Rhoji terjepit oleh tengah bunga kemerahan yang masih terlindung oleh otot lingkar sangat kuat, namun…
“Aaaaaaaah, jangaaaaaan, lepaaaasiiin! Auuuuuuwww, sakiiiiiiiiit! Eenggggak mau disitu, ooooh... boleh yang lain, jangan masuk di situ! Aauuuuuuuuw, pak Ustadz, itu haraaam, jangaaaannn!!” Mira terlonjak dari kenikmatannya karena episode bercinta ini belum pernah dialami dan sangat menyakitkan.
Mira pernah mendengar dari beberapa teman sekolahnya dulu yang telah menikah mengenai permainan lewat belakang. Mereka menceritakan pengalaman mereka ketika suami mereka mencari variasi ML ini. Namun suami Mira sendiri tidak pernah memaksa melakukan hal itu, walaupun pernah menyinggung, lagi pula selalu Mira menolaknya mentah-mentah, baginya bermain ML di anus adalah tabu, terlarang, pemali.
Namun kini semuanya terlambat : lelaki asing yang lebih pantas menjadi ayahnya itu tengah merenggut mahkota keperawanannya yang kedua. Jeritan sakit Mira langsung hilang diredam penis besar Andang.
Rasa sakit perih luar biasa menyebabkan Mira menggelepar melonjak mencari kebebasan yang tentu saja tak akan diperoleh karena tenaganya telah habis terkuras, desah memilukan hati pun langsung dilenyapkan oleh Andang yang menghunjamkan penis besarnya hingga ke langit-langit. Kini tubuh Mira lengkap dijadikan permainan oleh tiga lelaki, ketiga lubang di tubuhnya diisi penuh oleh para pejantan desa. Dalam penderitaan tak terkira itu, Yunus mendekati telinganya, membisikkan dengan lembut :
“Kamu mengerti sekarang gimana kedudukan nyonya di sini kan? Nyonya bersedia melayani setiap saat kemauan dan hasrat kami berempat kan? Jika nyonya sudah paham dan menyerah pasrah, barulah kami hentikan permainan ini, dijamin serpis kelas satu dan nyonya pasti ketagihan, hehehe...”
Mira hanya mampu menangis tersedu terisak-isak, martabatnya telah hancur, apa yang diinginkannya saat ini hanyalah permainan tak senonoh ini berakhir. Ia telah memutuskan untuk meninggalkan daerah ini, pergi sejauh mungkin, melupakan semuanya, akan dijualnya tanah perkebunan dan semua milik dari sang suami. Tak ada guna menunggu kedatangan suaminya yang menghilang itu.
Oleh karena itu Mira hanya mengangguk lemah, dan ketika Andang diberikan tanda oleh Yunus untuk menarik keluar dulu penisnya dari mulut Mira, Yunus memberikan kesempatan Mira bicara.
“Iya, saya menurut, saya takluk, saya menyerah, saya pasrah apa saja kemauan bapak semua, hiks hiks!” demikian Mira hanya dapat mengucapkan kalimat itu di tengah tangisnya.
Ke-empat lelaki jahanam itu puas mendengar janji si janda cantik. Mereka mempercepat gerakan maju mundur pinggul mereka, terlihat betapa sesaknya daerah selangkangan Mira diisi oleh dua kemaluan yang keluar masuk vagina dan anusnya. Di saat Rhoji menarik keluar pentungannya sehingga hanya sang kepala jamur yang masih terjepit otot lingkar dubur Mira, maka Sentot justru menghunjamkan rudal kebanggaannya semaksimal mungkin dan menghantam rahim Mira. Sesaat kemudian sebaliknya Sentot menarik kontolnya sehingga hampir seluruhnya keluar dari vagina Mira, maka Rhoji membenamkan penisnya sedalam-dalamnya di-anus Mira, menyebabkan si janda ayu merasakan seolah bagian bawah tubuhnya dibelah dua.
Menit menit berlalu, dan bagaimanapun secara alamiah lubang lubang yang dijarah itu menyesuaikan keadaan : liang senggama dan anus Mira semakin melebar serta licin. Selain itu rasa perih, ngilu dan sakit kini tercampur pula rasa panas, gatal dan nikmat. Mira terbuai semakin larut dalam permainan terlarang, jika dari suaminya ia selama ini hanya mengalami ML penuh kegairahan cinta, maka kini ia dipaksa menikmati gejolak hawa nafsu, birahi terlarang.
Mira tak mengerti mengapa tubuhnya semakin lama semakin memainkan peranan penting : mengalahkan segala pertahanan dirinya sebagai wanita sopan santun. Tanpa diinginkan, kulumannya semakin memanjakan penis di mulutnya, sedangkan otot-otot vagina serta duburnya memijit meremas-remas daging pentungan yang seolah tak pernah letih menyodoknya.
Hal ini pun dirasakan oleh ketiga lelaki pemerkosanya, dan mereka pun tak mampu lagi menahan gelora air kejantanan mereka yang semakin bergelora mencari jalan keluar dari biji pelir. Beberapa menit kemudian ketiganya menyemburkan lahar panas mereka di dalam ketiga lubang Mira. Sedangkan Yunus membanjiri punggung dan pinggul Mira dengan pejuhnya.
Pada saat itu batang kejantanan mereka mencapai panjang dan besar maksimal, menyebabkan sensasi sakit dan sekaligus nikmat pada Mira. Rasa sangat malu dan sekaligus puas tak terhingga menerpa benak Mira, perlahan-lahan janda cantik kelelahan itu lemas lunglai, pasrah, menyerah dan tenggelam dalam kegelapan.
Mira kembali jatuh pingsan.
Namun kemenangan ke-empat lelaki jahanam itu hanya sebentar, karena sebulan kemudian si janda cantik Mira telah menghilang, bagaikan ditelan oleh bumi. Ia lenyap begitu saja, tanpa ada laporan ke RT/RW maupun kelurahan. Ternyata semuanya : tanah perkebunan, rumah dan segala milik Mira serta Azzam telah dibeli oleh pengusaha pendatang baru. Semua itu tentu saja menggegerkan di daerah pertanian perkebunan, namun hal ini tidak mustahil : selama uang berkuasa, maka segalanya di tanah berantah ini dapat diatur.
Kisah Mira dan suaminya masih digunjingkan oleh penduduk di situ beberapa tahun kemudian, sebelum semuanya dilupakan, karena waktu berjalan terus. Ke-empat lelaki itu mau tak mau harus kembali ke istri masing-masing. Mereka sering melamunkan dan membayangkan masih menggeluti tubuh sang bidadari, si janda muda seksi, di saat mereka mau tak mau terpaksa memenuhi kewajiban terhadap istri sah mereka masing-masing.
 
Gak da lagi kh gan kelanjutannya..????
 
Gimana kelanjutannya suhu, penasaran bagaimana petualangan miranda selanjutnya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd