Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Karakter pada cerita ini...

Titien



Deyara



Ryno



Shaun



Megan
 
Terakhir diubah:


Episode 11 – Nafsu terlarang


POV Shaun


‘Rasanya sukar dipercaya, Titien mencium bibirku kuat-kuat, sambil membiarkan aku nyemprot di vaginanya!’


Setelah bertahun-tahun hanya bisa menghayalkan tubuhnya yang sempurna, serta onderdil vitalnya yang tembem dan peret, baru sekarang aku bisa menikmati dengan sepenuhnya. Hebatnya lagi, aku membuat ia orgasme beberapa kali didepan suaminya. Hahaha… Ini melebihi semua harapanku… Wow, it feels like I just hit a jackpot!


Aku masih memandangi tubuh telanjang itu yang baru saja aku pejuhi. Titien masih duduk terlentang di sofa ruang keluarga… nafasnya masih terengah-engah sehabis orgasme.


“Gimana sayang? enak kan?” Aku melihat mata Titien melirik ke kiri kanan. Mungkin mencari Ryno.


“Kamu sungguh perkasa Shaun… ” Titien mengakui kehebatanku. Ia ngomong dengan suara lantang.


“Hahaha… tuh kan, aku sudah bilang kamu pasti tidak nyesal…!”


Titien membiarkan saja tubuhnya terekspose bebas… ia sungguh gadis idaman. Kulitnya mulus seperti pualam, kencang tanpa ada lipatan daging. Perutnya yang ramping dan rata menopang dada yang indah menggunung, dihiasi payudara kencang seperti dua bola yang menantang. Putingnya cukup kecil dengan areola berwarna coklat muda. Persis kayak patung dewi-dewi Yunani yang dipuja karena kemolekannya. Lekuk tubuh yang seksi menggoda…


Aku menatapnya dengan tak berkedip, kadang-kadang lho bisa melihat keindahan seperti ini. Ia diam aja, pasrah. Sementara itu tanganku menyelinap nakal dan meraba-raba gundukan kenyal itu. Aku malah membelai memeknya membuat ia kegelian… Kontolku naik lagi.


“Ehh, jangan bilang kalo kamu masih mau lagi, Dickhead?” Titien tertawa melihat kontolku.


“Sudah siap ronde 2?”


“Masih kuat emangnya?” Astaga gadis ini berani menantang!


“Lihat aja sendiri!”



“Tapi… kamu yang nyetir, Dickhead!” Eh, maunya tauh terima aja.


Titien masih kelihatan capek. Dadanya masih terus naik turun mencari nafas… sedangkan tubuhnya terasa agak hangat… aku jadi agak segan akan mulai. Padahal nafsu udah di ubun-ubun.


“Ayo dong, katanya masih mau?” Titien segera berdiri dan bersandar di dinding, Keknya mau gaya berdiri…


Ryno masih menatap kami dari lantai atas. Aku bisa melihat matanya menatap tajam seakan tak rela. Sorry Romeo… this is part of a deal, right?


Apa yang terjadi kemudian adalah suatu perang yang panas… aku memasukan pedangku dalam posisi berdiri berhadapan… sedang Titien bersandar di pinggir sofa.


“Ahhh… Dickhead…!” Titien mendesah… tangannya melingar memeluk leherku.


Memeknya masih seret… memang udah agak kering, jadi awalnya aku pelan-pelan. Memang posisi ini gak memungkinkan untuk penetrasi maksimal, tapi karena ukuran kontolku dengan panjang yang ekstra, maka tetap aja mampu menembus liangnya sampai mentok…


“Aduhhhh… ahhhh!” Titien sangat bergairah… pinggulnya mulai menyambut dengan goyangan, dan aku dapat merasakan otot-otot vagina yang sudah terlatih mulai mengisap, memeras dan memijit batangku… terasa sekali kehebatan memek tembem ini… Titien tertawa kecil melihat aku terkejut dan kagum…


“OMG Tien… memekmu nikmat sekali…!” Aku balas menjerit ditengah-tengah desahannya.


Astaga kalo gini terus, bisa-bisa aku cepat keluar… putaran pinggulnya yang bergerak liar dan cengkraman liangnya memeras kuat membuat lututku gemetar karena nikmat…


‘Ohhhh tidak… aku gak boleh keluar secepat ini!’


Aku menghentikan pompaanku, dan mengubah posisi… sekarang Titien kududukkan diatas sebuah meja hias yang ditaruh foto-foto. Meja itu cukup tinggi, sehingga ia harus berjinjit baru bisa menyentuh lantai, sementara posisi kontolku tepat menggesek liangnya dari depan…


Titien makin kepayahan waktu aku mengangkat kakinya dan merentangkannya. Ia hanya bisa duduk dengan kaki terkangkang membelit tubuhku. Sementara itu kontolku makin aja bebas menyerang… rasanya lagi diatas angina.


Kali ini Titien hanya bisa merancu pasrah… pinggulnya gak bisa lagi bergerak liar, harus pasrah menerima pompaanku….


“Eh.. Shaun… aduh…. Ahhhhhhhhh…!”


Hahaha, kali ini gilirannya yang hampir keluar… Tapi gadis itu hebat sekali, tepat ketika ia hampir gak tahan lagi ia mengubah posisi sedikit.


Titien memelukku kuat… eh bukan hanya peluk, tapi dengan bertumpuh di bahuku, ia menggerakkan pinggulnya mundur. Efeknya segera terasa, memeknya mampu menghindari seranganku secara frontal. Dengan demikian posisi kontolku tidak bisa menusuk maksimal karena terhalang meja… Titien mengatur posisi untuk meredam tusukanku…


“Ayo… cepat… hanya bisa segitu?” Titien meledekku…


Aku mempercepat pompaanku, tapi tusukanku tak bisa maksimal, cukup terhalang. Walauun aku mengerakan tenaga, palkonku sukar bisa mencapai mulut Rahim dan menyentuh titik-titik nikmatnya. Kelihatan sekali kalo kali ini ia yang mampu meredam…


Aku mulai merasa lelah… posisi ini cukup menguras stamina. makin kepayahan, sedangkan Titien mulai memulihkan tenaga. Ahhhh… aku harus rubah posisi, kalo gak bahaya…


Tanpa ia sadari, kedua tanganku sudah berpindah ke bawah lututnya dan memegang pantatnya.


Happpp…. Aku mengangkat tubuhnya keatas…


“Eh, ngapain…?” Titien terkejut! Ia memelukku erat supaya gak jatuh…


Kali ini aku berdiri tegak, dan Titien berada dalam gendongan dalam posisi saling berhadapan…., kedua lututnya bertumpuh pada tanganku yang mengangkat tubuhnya naik turun… cukup melelahkan sih, tapi posisi ini membuat kontolku masuk dalam-dalam.


“Ahhhh… aduhhhhh…… Dickhead…!” Titien kini mendesah… merintih nikmat.


Aku memaksa bertahan menggenjotnya dalam posisi ini, ia gak bisa melawan… hanya pasrah menerima tusukanku dalam-dalam….


“Shaunnnn… udah…. Ahhhhhh!”


Aku menatapnya… Titien tampak udah kepayahan, pasti lagi menahan orgasme. Tubuhnya makin gemetar rasanya ia hampir sampai. Aku mempercepat pompaanku...


“Dickhead… ahhh!” Titien masih menatapku… Ia masih aja mencoba meredam kontolku yang masuk, dan memberinya perlawanan sementara menahan orgasme.


Aku tak sabar lagi… kedua kakinya ku angkat tinggi, naik ke pundakku, membuat ia terhentak makin dalam… Titien menatapku sayu… tubuhnya makin kelojotan… ia sampai merinding menahan kejang-kejang… aku merasa kontolku disiram cairan yang hangat.


“Aaaarrrggggghhhhhhhhhhhhhhhh” Titien berteriak kencang sekali…


Ini yang paling aku suka, saat merasakan tubuhnya terlonjak-lonjak lalu mengedan, dinding memeknya berkedut, menjepit kuat…. Titien mengakui keperkasaanku. Aku tersenyum lagi menikmati kemenanganku… entah udah keberapa malam ini ia nyampe, mungkin tiga atau empat kali.


Aku melepas tubuh yang sudah lunglai itu kembali ke sofa…


“Virgin, aku belum keluar lho… harus tanggung jawab…”


“Nanti dulu Dickhead, aku cape sekali…”


“Maaf sayang… siapa suruh berani menantang aku, hehehehe!”


Hanya sejenak aku membiarkan Titien istirahat… Ia masih terengah-engah dengan mata Titien mencari-cari. Ia sempat menatap Ryno dengan tajam... tidak lama… lalu ia menatapku lagi dengan pandangan penuh emosi dan tersenyum binal, ia menggoda lagi… Ihhhhh, gadis ini memang nafsuin….


“Aku belum kalah Dickhead…” Katanya sambil mengangkat dagunya sedikit. Mulutnya tampak mengeras sedikit… siap memberikan perlawanan. Wah, agaknya masih panjang ini..


-----


POV Author


Di suatu kantor di dekat Washington DC, seorang gadis tampak bercakap dengan atasannya yang mengenakan seragam. Dengan sikap hormat ia menyampaikan hasil penyelidikannya.


“Logan buat rencana lagi… kali ini udah keterlaluan. Ia menyeludupkan beberapa gadis dari Indonesia untuk menjadi bintang film porno dan pekerja seks illegal di Red Lion club. Tapi aku menduga ini adalah bisnis money-laundering mafia La Cosa Nostra untuk menutupi hasil penjualan kokain dan *****” Gadis cantik itu melapor.


“Kamu punya bukti?”


“Aku dapat menarik kaitan antara Logan dengan Big Leo, Wild Moris serta tiga sentra pengedar di Las Vegas dan pantai barat pada umumnya. Aku juga punya bukti yang bisa mengaitkan Logan dengan Cortez, bandar narkoba terbesar di Tinjuana, Mexico. Dan aku punya foto dari Logan yang bersama 7 congressmen yang melobi undang-undang bebas narkoba di negara bagian California.”


“Jadi rencanamu bagaimana?”


“Aku mau kita menyusup, menjadi pemain film lalu mengumpulkan bukti untuk menjeratnya”


“Hahaha… aku tahu jalan pikiranmu, tidak Brenda. Aku tidak akan ijinkan lagi kamu menyusup”


“Kenapa Kolonel? Apa aku tidak seksi lagi?” Gadis itu menatap atasannya dengan tersenyum menantang.


“Sudah ku bilang… kamu sekarang milikku, hanya milikku seorang. Kamu buat team sendiri, kamu bisa pilih siapa pun yang akan menjadi penyusup!”


“Well, I have one person in my mind!” Brenda melirik ke kiri… atasannya segera tahu.


“Kamu yakin? Ia belum pernah terjun ke lapangan… bisa-bisa ia masih hijau soal seks!”


“Hahaha… aku akan mengajarinya. Tapi aku juga butuh penyusup cowok, bolehkah aku merekrut civilian?”


“Kenapa?”


“Aku butuh seorang yang punya skill di ranjang, tapi lebih dari itu… ia harus tahu berbahasa Indonesia”


“Do you have a name in your mind?”


“Yeah… definitely yes!”



-----


POV Deyara


Wah… Kak Titien nekad banget… aku merasa kasihan melihat gadis itu mengorbankan diri menjadi budak nafsu dari Shaun. Semua adalah untuk membalas perbuatan Ryno…


“Kak…. Maafkan Deya… jangan marah sama Kak Ryno, please… ini semua salah Deya!” Aku berbisik pelan.


Bagi mata cowok yang sudah dibutakan nafsu, Kak Titien kelihatannya menikmati persetubuhannya dengan Shaun. Tapi aku bisa melihat tatapan matanya yang terus mencari Ryno. Terlihat jelas betapa ia menderita tekanan batin, dan ingin supaya suaminya menyesal telah berbuat itu. Bahkan ketika ia orgasme, hanya tubuhnya yang memberikan respons positif, tapi teriakan jiwanya terdengar kuat…


Kali ini ia sedang menggenjot dengan posisi WOT… tubuhnya yang sudah lemah dipaksa kerja keras memberi kenikmatan kepada cowok itu. Berkali-kali ia berhenti karena kecapean, tapi suara yang keluar hanyalah desahan nafsu seakan-akan ia menikmati. Tapi aku bisa melihat pandangannya yang ingin berontak…


“Kasihan sekali Kak Titien… apalagi ia menemui lawan yang sebanding, walaupun berupaya mengakhiri permainan terlarang ini, tapi ia tak mampu membuat Shaun keluar… udah terlalu banyak tenaga yang keluar, tambah lagi ia melakukannya dengan hati terpaksa.


Kali ini ia udah gak mampu bergerak, hanya bisa berdiri dan membungkuk, membiarkan Shaun menusuk dari belakang. Cowok itu terus aja memompa dengan nafsu… tak putus-putusnya ia memuji liang Titien yang benar-benar peret. Benar aja, ia tambah lemah…


“Aaaahhhhhh….!” Tubuhnya kembali mengejang, pinggulnya mengedan kuat. Pasti lagi menahan geli… Kak Titien keluar lagi… tapi Shaun tidak memberi kesempatan baginya untuk beristirahat.


Shaun makin kasar aja… pompaannya makin cepat dan penuh nafsu… sebaliknya Kak Titien tak mampu lagi berdiri, ia merangkak seperti anjing… tapi tak mampu meredam kontol Shaun yang terus masuk. Titien melolong, menjerit… tapi Shaun terus aja menghajar tanpa ampun… sudah sepuluh menit, ia kelojotan lagi… tapi Shaun masih kuat.


“Apa Kak Titien baik-baik aja?”


Kali ini tubuhnya udah sangat lemas, bukan lagi merangkak, tapi lebih cowok tidur merayap, sementara Shaun memompa dari belakang… ia udah gak mampu lagi melawan, dan hanya bisa pasrah menerima siksaan nikmat… tubuhnya udah lemas tak berdaya…


“Ahhhh… Shaun, cepat keluarkan!” Titien sudah tiba di ambang batas kemampuannya…


“Ia, bentar lagi aku keluar…!” Shaun makin kasar… kontolnya masih aja keluar masuk dengan cepat… bertenaga. Shaun ingin memasukkan sedalam-dalamnya.


Aku gak tahan lagi, sudah cukup siksaan Titien… aku harus bertindak. Tanpa tertahan lagi langkahku membawa aku dekat TKP. Aku berlari cepat…


“Plaakkkk! Plaaakkkkk” Shaun terkejut ketika kedua pipinya ku tampar. Pipinya sampai bengkak, dan dua gigi langsung patah… pasti sakit…


“Aauuuhhhhh…… Deyara?”


“Dasar binatang, gak ada hati!” Aku memakinya, tapi Shaun hanya menatapku dengan pandangan bertanya-tanya… bingung bercampur kesakitan.


“Ihhhh… dasar bego!”


Aku tertawa melihat kontolnya udah kembali berkerut… mengecil… dan secara otomatis keluar dari memek nikmat itu.


“Ihhhh gangu aja.. tuh kan, kentang lagi….!” Shaun complain. Ia menatapku marah, tapi segera ku usir. Ia segera pergi ke kamar mandi…mungkin mau lanjut coli.


Tapi aku tak memperdulikannya… segera kupeluk tubuh sepupuku yang sudah lemas, dan membaringkannya di karpet. Titien masih sempat menatapku.


“Kak Titien tenang aja, aku melindungmu di sini!” Aku memeluknya dan membelai kepalanya. Aku melihat Kak Titien menumpahkan semua emosinya, sebuah isak kecil mengiringi air mata yang tumpah ruah… pasti hatinya sakit sekali. Tak1 kemudian kepalanya terkulai… ia pingsan.


“Kak Ryno, cepat kesini… Kak Titien demam!”


-----


“Titien… maafkan aku sayang. Aku sangat mencintaimu….” Tubuh Ryno agak gemetaran ketika mengenakan selimut kepada istrinya. Berkali-kali ia menciumnya dan memeluknya dengan mesra. Selama lebih 30 menit, Ryno tidak beranjak sekali pun, masih mengompres kepala istrinya yang lagi tak sadarkan diri.


Aku hanya bisa memandang sambil gigit jari.


Akhirnya Titien membuka mata lagi… ia masih lemah, terlalu lemah untuk mengibaskan tangan Ryno yang menggenggam erat tangannya.


“Romeo…” Titien berbisik pelan sambil menggeleng kecil.


“Udah, kamu diam dulu. Minum obatnya yah!” Ryno menyuap obat sirup Ibuprofen, obat yang ampuh menurunkan panas. Titien menerimanya…


Satu hal lagi yang aku tahu dari dulu, Titien tidak biasa minum obat. Malah ia gak tahu cara minum obat tablet atau kapsul, hanya bisa obat syrup seperti anak-anak. Lucu juga sih…


Mata gadis masih sangat berat… Kak Ryno membelai rambutnya sekali lagi dan ia pun langsung tertidur.


“Kak, apa sebaiknya kita bawa aja ke dokter?”


“Gak perlu Lita, sakitnya bukan ditubuhnya tapi hatinya… Titien itu sering panas kalau lagi sakit hati. Apa lagi ini…”


“Apa Kak Titien kesakitan tadi?”


“Aku tahu sekali apa yang diperbuatnya. Hanya harga diri yang membuat ia seakan menikmati perkosaan tadi… dasar si Dickhead gak ngerti perasaan wanita. Orang itu perlu ditabok!” Kak Ryno marah-marah lagi… ia terus mengumpati sahabat karibnya. Tadi aja Shaun sampai ditaboknya berkali-kali…


“Kakak tahu?”


“Aku suaminya… aku tahu semua tentang dia. Hanya aku gak bisa datang dekat, pasti Titien justru akan tambah binal… kau tahu gak, kalo hatiku rasanya diperas-peras tadi!”


“Semua itu salahku, Kak…” Aku menunduk kembali.


“Eh, bukan. Ini salah kakak, tidak mampu menjaga kamu, malah…” Ryno menggantung kata-katanya.


‘Kalo saja ia tahu apa yang sebenarnya terjadi… maafkan Lita yah, Kak!’ Aku terus merenung menyesali perbuatanku.


“Romeo…” Kak Titien memanggil, eh matanya masih tertutup. Ia menggigau


“Kenapa kau biarkan aku ml dengan Shaun….”


“Kamu ini laki gak ada hati… mau aja biarkan aku dinodai seperti itu”


“Apa kamu masih menyukaiku”


Suara Kak Titien terdengar lirih… tapi kemudian ia tertidur lagi.


Aku meraba dahinya, panasnya berangsur-angsur turun. Sementara itu Ryno ikut tidur disamping istrinya.


-----


Aku masih termenung di kamar… tak menyangka hari ini dipenuhi kejadian. Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat persetubuhan terlarang yang sangat panas… sang pria dengan nafsu membara menghujamkan senjatanya dengan keras… cepat… ganas… cenderung kasar. Sedangkan wanita mengandalkan teknik berusaha mengimbangi, meredam dan membalas serangan itu…


Ihhhh… bikin aku cenat-cenut…

Tubuh sempurna Kak Titien terus dibenakku, dengan wajah cantik dan menggemaskan, kulit putih dan mulus bongkahan dada yang tegak membulat menantang indah… perut yang rata dan pinggal yang ramping, lekuk pinggul yang aduhal, serta rambut kemaluan yang rapi, tipis berbaris… vagina yang tembem dan bersih…dengan garis vertical yang pendek, serta bibir yang kecil menampilkan warna merah muda… semuanya ditunjang dengan kelincahannya saat menunggangi kontol, pinggul dan pinggangnya yang meliuk indah, serta kulumannya yang dashat. She is truly a sex goddess…


Dan tubuh indah itu dinikmati oleh seorang cowok yang perkasa, ganteng dan berotot. Penampilan yang macho ditunjang dengan stamina dan gerakan laksana kuda… Shaun memang mesin seks.


Posisi-posisi bercinta yang baru kupelajari, ditampilkan dengan vulgar… dengan nafas dan rintihan yang jelas terdengar, dengan desahan yang membangkitka nafsu. Persetubuhan panas tadi menampilkan suatu seks yang berkelas… this is trull a clash of the gods.


“Rasanya… aaahhhhhh….!” Aku menutup mata, tak mampu membayangkan semua yang terekam diotakku.


‘Ihhhh… bikin malu aja. Kak Titien lagi diperkosa, kok aku jadi terangsang… ada-ada aja kamu, Deya.’ Aku merasa malu pada diri sendiri.


‘Ahhhh aku gak bisa tidur…’


“Braakkk!” Eh apa itu!


Aku keluar dari kamar tidur, dan mendapati Ryno sedang menatap kearah pintu yang dibanting kuat. Pakaiannya acak-acakan, malah ada bagian yang robek.


‘Apa Kak Titien udah kumat lagi marahnya??? Ahhhh kacau kalo gini!” Aku mendekati Ryno dan bertanya.


“Kak… kenapa?”


“Gak… gak kenapa-kenapa kok!” Ryno masih mencoba tersenyum walau kelihatan hambar…


Ryno turun ke lantai bawah, mungkin ke dapur sebentar… eh ia berbelok ke ruang keluarga.


Tak lama kemudian terdengar suatu alur music yang menyayat hati… nada-nada syahdu menyentuh perasaan mengalir lepas lewan permainan jari Ryno.


‘Ahha… keknya ia lagi stress… kalo ketemu piano bisa berjam-jam mainnya.’ Aku masih terpaku didepan pintu kamar dan mencoba menghayati musik itu. Ia dapat merasakan curahan perasaan cowok itu kepada Kak Titien, merasakan bagaimana bila cinta yang diharapkan kandas ditengah jalan, digantikan oleh ketidak pastian. Adakah masa depan bagi mereka?


Cukup lama aku terpaku didepan pintu… dan tepat ketika aku hendak masuk kamar, terdengar suatu suara… pelan sekali… dari arah kamarnya Ryno dan Titien.


‘Suara apa itu?’


Aku penasaran dan mengetuk pintu… tanpa menunggu jawaban aku mencoba membukanya. Eh, terbuka… pelan-pelan aku menengok kedalam.


“Eh Kak Titien, lagi ngapain?”


Titien terdengar menangis… ia sementara duduk di depan meja rias dan kali ini tertunduk dan menyandarkan kepalanya di meja.


Sayup-sayup terdengar musik Ryno… Agaknya ini penyebabnya. Kak Titien dapat merasakan curahan perasaan cowok itu yang dilampiaskan lewat lagu. Ia masih menangis terisak…


“Kak… kak Tien baik-baik aja?” Aku membelai kepalanya. Ia balas memelukku.


Aku tahu apa yang ada dihatinya, ia gak bisa memaafkan Ryno, ia mencintainya tapi harus melepaskannya. Aku coba menghiburnya… mengalihkan pikirannya dari hal-hal yang menyakitkan.


“Kak… aku penasaran, itukan bekas piano Kak Anita kan?” Pertanyaan yang basi, tapi cukup membuat ia menoleh.


“Iya sayang. Kakakmu yang bawa ini dari Aussie…’


“Apa Kak Ryno tahu?” Kak Titien mengangguk…


“Aku menemukan pesan dari Kak Anita… Kak Ryno sudah bacakan?” Kak Titien mengangguk lagi.


“Boleh aku tanya lagi satu hal, kak?” Mengangguk lagi…


“Kak Titien dan Kak Ryno ketemu di mana? Apa dicomblangin sama kak Anita?” Titien menggeleng… aku kaget.


“Aku sudah pacaran dengan Ryno sebelum tahu kalo ia mantannya Anita!” Kak Titien menjawab.


“Astaga? Beneran kak?” Aku kaget! Sama sekali tidak menyangka. Kak Titien mengangguk.


“Nanti sudah hampir pisah baru aku tahu… tapi Anita yang membuat ketemu kembali.”


“Eh, maksudnya?”


“Aku menemukan Ryno sementara menangis di kubur Deyana!”


“Cerita dong Kak!” Aku penasarang.


“Agak panjang sih..”


“Aku mau dengar kok!”


Kak Titien mulai mencerita tentang pertemuannya dengan cowok itu, bagaimana mereka berdua jadian, dan bagaimana mereka bisa menghadapi beragam masalah dan tantangan.


Aku terdiam, tak menyangka hal ini sama sekali…


Kak Titien menceritakan adegan ketika mereka bertemu di kuburan. Aku jadi terharu… ini pasti takdir. Bahkan perkawinan mereka pun rasanya seperti cerita anak-anak…


Dan aku memisahkan mereka berdua… aku kembali menyesali perbuatanku.

Kak Titien tidak bersalah… cinta Ryno kepadanya bukan seperti yang ku kira sebelumnya… karena Anita yang memaksa.


“Lita… mulai sekarang Kakak akan mengajarimu bagaimana menjadi istri yang baik bagi Ryno…!”


“Aku gak mau kak!”


“Udah, nanti aku yang atur… aku akan menceraikannya satu atau dua bulan kedepan. Kamu menyukai Ryno kan?”


“Iya kak, tapi…”


“Sudah seharusnya gitu kok… Ryno sudah merusak kamu… dan bila seorang cowok berani merusak seorang gadis perawan yang mencintainya, cowok itu harus menikahinya”


Aku diam aja, gak berani bilang apa-apa.


----


“Kak Ryno…!”


“Kamu dengar kata Titien tadi kan?”


“Iya, kak!”


“Kamu mencintaiku?”


Aku menggeleng kepala… aku gak yakin lagi.


“Titien memaksaku untuk menceraikannya dan menikahimu!” Pandangan Ryno tajam menusuk ku.


“Maaf, Kak…! Bukan maksudku seperti ini”


“Aku yang minta maaf, Lita… aku gak bisa tinggalkan Titien, ia belahan jiwaku.” Kak Ryno langsung ngomong to the poin kepadaku. Tekadnya sudah bulat, ia akan mempertahankan pernikahannya.


“Aku gak minta apa-apa Kak, aku tahu diri, kok. Aku sudah puas kok kasih perawan ke orang yang aku tahu pantas. Rivo tak pantas terima perawanku, hanya Kakak satu-satunya yang pantas.”


“Maaf Lita, aku sudah merusak mu! Aku sungguh menyesal”


“Kakak gak salah… tapi aku gak menyesal sudah kasih sesuatu yang berharga ke Kakak.”


“Kamu gak apa-apa?”


“Iya Kak, aku baik-baik aja… kak Ryno gak perlu kuatir dengan aku!”


“Baguslah kalo gitu!”


“Tapi Kak, boleh aku minta peluk… satu kali aja?”


Kak Ryno memelukku erat… aku merasakan cintanya kepadaku sangat besar, kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.


Tadi waktu keluar dari kamar Titien aku mulai berpikir bagaimana aku dapat membuat mereka kembali bersatu. Sebuah ide muncul di kepalaku… agak nekad sih, tapi mungkin sudah seharusnya begitu. Semua ini salahku dan aku yang akan meluruskannya.


-----


POV Shaun


Aku kaget sekali waktu Deya menceritakan bagaimana keadaan Ryno dan Titien, sungguh dua orang itu terkenal keras kepala dari dulu.


Semuanya salahku… dan kalau mereka bercerai, itu semua gara-gara aku. Aku menyesali taruhan bodoh itu… permohonanku kepada Ryno… Aku menyesali terlalu mudah terbawa nafsu. Ahhhh…. Kenapa jadi begini.


Aku melihat Ryno yang sedang tidur diatas sofa ruang tamu, pasti diusir istrinya. Ia tampak sangat sedih…


“Dickhead, mau kemana malam-malam?”


“Aku mau cari angin sebentar!”


“Jangan sampai mabuk yah, dan jangan pulang terlalu larut…” Ryno sempat menasihatiku.


Ryno sungguh temanku yang terbaik… satu-satunya yang mengerti aku. Begitu banyak kebaikan yang diberikannya, dan aku membalasnya dengan cara ini? Ihhh gila!


Lima belas menit kemudian aku sudah berada di bar, asik minum-minum. Bartender yang sudah lama ku kenal memberiku suatu minuman yang bisa membuat aku melupakan semuanya…


“Excuse me, could you walk with me to the seat, please?” Seorang gadis cantik berambut berombak memeluk tanganku.


“What’s the matter?”


“There are two drunkards wants to intrude me… help me, please!” Pegangannya semakin rapat. Ia memohon perlindungan…


Tak lama kemudian dua orang pemabuk itu dilempar keluar dari bar, sementara aku duduk manis sambil minum. Dan gadis itu duduk didepanku… kali ini tanpa rasa takut, yang tersisa hanyalah canda.


Aku menawarkan minum, dan ia menyambut tawaranku. Kami banyak bercakap-cakap, baru sekarang ada gadis yang nyambung ngomong denganku. Mungkin saja dua kelas Jack Daniels cukup membantu…


Orangnya cantik… tapi bukan seperti porselen ataupun gadis yang manja dan lembut. Yang satu ini justru kelihatan tomboy, mandiri, percaya diri… tipikal seorang gadis baik-baik yang baru kali ini ke bar.


Yah benar, ia mengakuinya…


Namanya Megan.


Ia minum cukup banyak malam ini, apa ia bawa kendaraan? Apa aku menjerumuskan seorang gadis baik-baik lagi mala mini.


“Shaun, antar aku pulang yah!”


-----
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd