Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Lita bergumul dg Lita ketshuan drh ama Titin.. skhirnya Titin ngentot dh Shaun di ksmsr yg sxma... wauouw...... zuper hot
 
Karakter dalam episode ini

Deyara



Titien



Naya



Ryno aka Romeo



Shaun aka Dickhead
 
Terakhir diubah:


Episode 10 – Kesalahan Terindah



POV Ryno


“Gila… gila… ini gila sekali!” Aku kembali menatap tubuh cantik milik adik sepupu Titien yang baru aja aku nodai kembali.


Aku masih menggeleng kepala, menyesal kenapa sampai aku merusak gadis muda yang tak berdosa ini.


Apa karena ia sangat cantik? Apa karena ia menyukaiku?


Padahal dalam pekerjaanku aku bertemu dengan banyak artis idola yang cantik-cantik, tapi rasanya biasa… walaupun banyak yang mengejarku. Setiap kali aku lewat didepan Juliard school of music, ataupun waktu konser dengan anggota Philharmonic, aku melihat wajah-wajah cantik yang menatapku kagum. Tapi semuanya terasa biasa…


Kenapa aku jadi lepas kontrol dengan gadis itu?… Kayaknya ada satu hal dengan Deya yang membuatnya special… apa itu?


Aku mengenakan celana basketku dan turun ke lantai bawah, masih melamun… tanpa sadar kakiku mengarah ke sebuah instrument musik eh bukan cuma instrumen… lebih cocok disebut artifak seni… sebuah memoir… benda yang cukup besar, berwarna hitam mengkilap, menempati tempat yang paling penting di rumah ini.


Sebuah piano…


Eh, bukan piano asalan, grand piano klasik dari Australia, mahakarya buatan tangan dari tukang piano terkenal Stuart & Sons ini merupakan salah satu yang terbaik di dunia.


Tapi bukan harganya ataupun mereknya yang membuatnya menjadi benda yang sangat berarti bagiku. Piano ini adalah peninggalan dari almarhumah Deyana Anita Dien, cinta pertamaku. Dan hebatnya lagi piano ini diwariskan ke sepupunya, Titien Mokoginta, seorang gadis yang tak kalah cantiknya yang juga menggetarkan hatiku…


Piano yang sempat ditelantarkan itu akhirnya menjadi milikku sebagai pengganti biolaku yang hancur. Aku hampir tertawa heran waktu Titien membawakan piano ini sebagai biaya pengganti biola biasa milikku. Koq bisanya piano se-mahal ini dikasih cuma-cuma?


Piano ini tak bernilai harganya… dan aku membelinya dengan harga cinta. Yah, sekarang Titien telah menjadi istriku.


Seakan-akan Deyana sendiri yang menunjuk siapa yang akan menjadi penggantinya… dan hal itu dituliskannya dalam sebuah surat yang ditaruh di dalam piano ini.


Aku teringat masa lalu ketika mencari gadis itu yang pergi menghilang ke sebuah desa yang terpencil dan sunyi. Hanya mujizat yang bisa mempertemukan kita lagi, dan itu adalah kubur Deyana.


Takdir…


Takdir yang telah mempertemukan aku dengan gadis itu. Takdir yang membuat aku menemukan kembali sebuah cinta sejati…


Sebuah cinta yang sebelumnya direkayasa oleh Deyara lewat suratnya di piano ini. Aku tersenyum mengingat semuanya… Tak sadar mataku melihat ke secarik kertas yang terletak di dalam piano… keknya tempatnya bukan disitu, deh.


‘Eh, kenapa suratnya ada di sini? Apa Deyara membacanya?’


Astaga, koq aku jadi kepikiran soal Deyara lagi… Eh, tunggu… aku baru sadar. Tadi pagi aku memanggil-manggil nama Deya, panggilan sayangku kepada Deyana, kakaknya…


Apa Deyara pikir aku mencintainya?


Aku baru ingat, dalam semua ciuman, pelukan dan belaian… aku memikirkan Deyana. Bahkan ketika aku ML dengan adiknya, aku terbayang terus wajah dan senyum Deyana…


Mungkin itu yang membuatku tergetar, wajah Arlita mirip sekali dengan kakaknya. Apa aku gak sadar sudah menganggap dia Deyana?


Aku menutup mata, mencoba menahan semua perasaan dalam hati… dan semenit kemudian terdengar suatu nada-nada yang indah, lembut tapi menyayat hati…


An Autumn symphony…


Ini judul partipur music yang ku gubah untuk mengingat kepergian Deyana dan aku membuka hatiku kepada gadis lain… pertama kali kumainkan didepan kuburnya… itu adalah music yang menggambarkan cintaku.


Aku bermain terus dengan penuh semangat, cukup lama … berulang-ulang sampai gak ingat lagi.


Tapi… apa ini, aku merasa suatu rasa yang berbeda…


Jariku kembali bergerak, mengikut kemana perasaanku membawaku… membuat suatu musik yang lain, tentang rasa bersalah… rasa kesepian… rasa ketakutan.


Kalo aja Titien tahu apa yang terjadi? Aku gak bisa bayangkan apa yang ia akan buat.


Titien dan Deyana sangat menghargai keperawanan wanita… kehormatan yang gak boleh dinodai dan hanya diberikan kepada seseorang yang menjadi cinta sejati.


Titien juga pernah bilang, kalo aku menodai seorang perawan yang mencintaiku, aku harus menikahinya. Itu sebabnya dulu ia sempat mengalah, ketika menganggap aku telah merampas keperawanan Devi…


Bisa-bisa ia minta cerai! Aku bingung… terlalu banyak yang mesti dipikirkan. Aku hanya bisa pasrah… aku yang salah!


Mungkin hanya piano ini yang mengerti aku!


Kembali mengalun sebuah music yang baru… nada-nada yang kontradiksi, penuh ironi, penuh penyesalan tapi juga hasrat atas sesuatu yang salah… tapi itu rasanya menjadi kesalahan terindah…


Dan music itu kembali mengiang di kepalaku… terus… sampai aku pingsan diatas piano.


-----


POV Shaun


Titien masih asik telpon dengan seseorang, agaknya penting banget. Dari tadi percakapannya nyambung terus, mungkin aja serius… apa Romeo, yah?


Aku terus menunggu di mobil, posisi kita sekarang ini sudah dekat ke tempat tujuan, tepatnya di rest area New Jersey Turnpike, salah satu jalan tol yang terpadat di Amerka. Palingan 1 jam setengah udah sampe. Aku melihat gadis itu kini tampak ceria… pasti ada berita baik.


Titien meletakkan hapenya di dasbor mobil diantara tempat duduk kami. Ia memandangku dengan tersenyum… hilang sudah semua emosi yang tadi. Ia telah kembali menjadi Titien yang dulu… gadis yang ceria, dan punya senyum menawan. Ia terus aja senyum-senyum, seakan menyembunyikan sesuatu.


Duh… makin bingung aku melihat tingkahnya. Dasar cewek!


“Dickhead, ada kabar dari Naya, gak?”


“Aku udah gak pernah lagi kontak ke dia!”


“Apa Naya tahu kamu kemari?” ini keknya penyelidikan.


Aku menggeleng kepala… Naya tahu aku pergi untuk urusan kerja dan sedang meninjau suatu lokasi untuk dua proyek besar, yang satu reklamasi, dan yang satu lagi mengenai tambang emas. Aku ditugaskan untuk mempelajari dampaknya terhadap lingkungan, dan memberikan kajian untuk pengurusan ijin… biasa masalah amdal lagi…


Naya tidak tauh kalo aku pergi ke tempat Ryno dan Titien. Ia tahu aku ada urusan bisnis yang sehubungan dengan pekerjaan. Ia juga tidak tahu kapan aku kembali.


Tak terasa sudah hampir tiga bulan aku meninggalkan gadis itu. Eh, ia sendiri sibuk dengan teman-teman bisnisnya, gak ada waktu untuk aku. Tapi entah mengapa, aku masih kehilangan dia… maaf Naya, aku gak bilang-bilang sudah datang kemari.


“Dickhead, kamu gak pernah bilang kalo minggat diam-diam dari Naya!” Aku menodongnya.


“Tien… Naya udah berubah!” Aku kembali bercerita mengenai kehidupan aku dan Naya di Bali. Awalnya kami mengelola sebuah rumah kos dan kemudian makin besar setelah merambah ke bisnis guesthouse dan penginapan untuk tamu asing. Keberadaan Shaun kemudian menjadi magnet, banyak turis asing mengunjungi guesthouse mereka. Selama ini semuanya baik-baik


Tapi setelah bisnis mereka maju, orang tua Naya datang. Naya dianggap mampu memegang salah satu perusahaan milik keluarga. Naya disuruh menghadiri meeting, bahkan parti dengan beberapa keluarga pebisnis. Naya makin sibuk, kini mulai ketemu banyak teman baru. Orang tua Naya malah berencana menjodohkan Naya dengan anak salah satu rekan bisnis mereka.


‘Udah jaman sekarang masih pake perjodohan? Helloooo?’


Sejak itu Naya kelihatan berubah. Ia bimbang mau pilih antara aku atau keinginan orang tua. Sejak itu aku mulai merasa tersisih… apalagi ia mulai makin dekat dengan teman-teman, ataupun menjauhkan aku dari teman-temannya.


“Tien… apa mungkin karena aku ceplas-ceplos yah? Apa aku gak pantas bersama mereka?”


“Emangnya kamu ngomong apa sama teman-teman Naya?”


“Biasalah… soal aku dan Naya. Aku juga cerita kalo Naya suka teriak-teriak di tempat tidur, hehehe!”


“Ihhhh… dasar bocor mulut!” Titien ikutan tertawa.


“Naya jadi bahan ledekan teman-teman, parah sih… hahaha…!”


“Kamu benar-benar Dickhead, bego!” Titien menabok kepalaku…


“Iya, aku belum minta maaf, sih!”


“Ok, sekarang ke depannya gimana? Kamu masih mau balik ke Naya?” Titien bertanya lagi…


Aku berdiam… seakan berpikir lama.


“Gimana, Shaun?” Titien mendesak.


“Iya, aku masih mencintainya…”


“Udah rindu teriakannya, yah?” Titien tertawa… ih, kena lagi.


“Hahaha… kamu juga mau aku buat teriak-teriak?” Aku balas menggoda.


“Hahaha… ihhhh, dasar Dickhead. Ngomongnya mesum terus!” Titien tertawa lagi.


“Tien… aku baiknya gimana? Harus ngomong apa ke Naya? Jangan-jangan ia gak mau lagi…!” Kali ini aku tanya serius. Aku bingung…


“Menurutmu?”


“Aku takut Naya marah! Mungkin aja ia sudah ada cowok… Eh, ato udah kawin sama pilihan ortunya. Aku bingung…”


“Kamu tahu nomornya kan? Telpon aja dulu, ngomong terus terang…” Titien kasih nasihat.


“Aku harus ngomong apa?”


“Ngomong sesuai kata hatimu…!” Titien memegang tanganku.


“Aku bingung mau mulai gimana?”


“Mau aku yang ngomongin ke Naya?”


Aku mengangguk… itu mungkin cara terbaik. Aku bingung bagaimana harus ngomong ke Naya… untuk pertama kali aku merasa bodoh… yah, aku malu…


“Kamu malu, yah?”


Aku mengangguk lagi…


“Hahaha… ternyata Dickhead bisa malu juga….!” Titien tertawa lagi… tak lama kemudian ia menekan tombol speaker dan menyambung pembicaraannya…


“Nay, kamu masih dengarkan…”


“Kak, Titien… buat apa tadi sampe Shaun bisa curhat kek gitu! Apa Dickhead udah dapat secelup atau dua?” Terdengar suara Naya di telpon. Masih aja meledek ku… kali ini Titien yang merah…


“Tuh, pejantanmu ada disini… aku jaga kok jangan tebar pesona di mana-mana!”


“Hehehe… Kak, kasih aja, supaya ia gak penasaran!” Naya masih meledek lagi.


Aku kenal betul kelakuan gadis mungil yang sangat manja itu. Suka sekali meledekin sahabat karibnya.


“Naya????” Aku baru sadar. Eh… selama ini Naya dengar? Astaga….


“Dickhead!!! Cepat pulang, aku rindu kamu, lho…” Suara Naya terdengar begitu merdu. Untuk kali pertama aku merasa aku memiliki rumah.


“Iya, Nay. Bulan depan aku pulang, setelah cair uang proyek…” Rasanya satu bulan lama sekali. “Mau di bawain apa?”


“Mau apa yah?” Naya menggantung.


“Mau dildo… hahaha…!” Titien menggoda lagi.


“Eh, Kak Tien. Kalo itu gak perlu, udah ada dildo alaminya Shaun, kan? Mau tes?” Naya balas menggoda.


“Eh, nyaris aja...! hahaha…” Titien tertawa lagi. Dua orang ini kalo udah ketemu rame banget.


Titien mulai menasihatiku didepan Naya, bilang aku harus jadi cowok yang gentleman, harus menghargai pasangan didepan orang lain. Titian terus ngomong apa-apa yang aku harus rubah… Naya juga turut menimpali. Intinya aku gak boleh bocor mulut didepan teman-temannya.


“Intinya, kamu harus jadi cowok gentlemen… Naya butuh Shaun yang demikian.

Jangan mudah tergoda dengan cewek lain!” Kata Titien…


“Eh, kalo kamu tergoda sama kamu boleh kan?” Aku menggoda Titien.


“Hehehe…”


“Boleh kamu hadir dalam mimpiku?” Aku menggodanya lagi


“Ihhh ngayal aja… Nay, cowok kamu harus ditabok tuh, error lagi otaknya. Masak didepan kamu masih aja goda cewek lain?”


“Hahaha… tabok aja, Kak?”


“Nay?” Aku memanggilnya..


“Aku rindu kamu…”


“Aku juga…”


“Tien, thank you, yah!”


“No worries, mate!”


Cukup lama kami ngomong… kali ini penuh kemesraan. Banyak sih yang bercanda, tapi intinya Naya menungguku di Bali. Itu sudah cukup untukku.


-----


POV Deyara


“Udah, kak Ryno jangan sedih lagi yah… nanti aku marah deh…” Aku membelai kepalanya dengan tanganku lalu memeluknya.


Aku mendapati ia lagi pingsan diatas piano. Tadi, lagu yang dimainkan sangat sedih… buat aku nangis waktu terbangun. Ini instrument musik tentang cinta yang paling menggetarkan yang pernah aku dengar.


“Aku merusakmu!”


“Bukan kak… Ryno menyempurnakanku membuat aku jadi wanita dewasa.” Aku menutup mulutnya dengan jari.


“Maaf Lita, aku mencintainya!”


“Kak Anita?”


“Eh maksudku Titien…!” Jawaban yang menusuk. Ryno mencintainya?


“Kak, Aku punya satu permintaan…!”


“Apa itu, sayang?”


“Jadikan aku kekasihmu hari ini, aku gak mau dengar nama gadis lain… boleh kan Kak?” Aku memeluknya dari belakang.


“Eh…” Ryno tercekat, gak jadi bicara.


“Aku mau Kak Ryno jadi miliku… sepenuhnya milikku…!”


“Tapi…”


“Kak Titien mungkin akan pulang sebentar malam atau besok… aku akan menjauh. Tapi sebelumnya, ijinkan aku membuat suatu kenangan indah bersama mu, yah Kak?” Aku masih memeluknya


“Aku gak bisa mendustai perasaanku, Lita… jujur, aku sangat merasa bersalah ke Titien!”


“Kak, please dong…!” Aku memohon


“Maaf sayang…!”


“Ayolah kak… tahu gak Kak Ryno punya utang. Yang kemarin itu aku gak menikmati, Kak Ryno terburu-buru, sih…” Aku protes…


“Eh…?”


“Ijinkan aku menikmati, Kak. Satu kali aja… Kakak yang buat aku begini, kakak juga yang harus tanggung jawab mengajariku”


“Tapi…”


“Gak ada tapi…” Aku memeluknya erat.


Ryno diam aja…


“Mau kan, Kak?”


Akhirnya Ryno membalas dengan sebuah anggukan kecil. Aku langsung tersenyum.


“Yuk ke tempat tidur… kakak harus pijat dulu aku. Badanku pegel semua…mau diurut…” Aku membuka baju sampai telanjang bulat didepannya. Aku gak malu lagi…


“Masih sakit?” Ihhh… pake tanya-tanya lagi sambil tangannya bergerak dalam gerakan memijat.


“Kakak sih nafsu banget…” Aku merengut manja.


“Maaf yah kalo kakak agak kasar…” Ryno makin menyalahkan diri.


“Enggak, Kak Ryno lembut kok… cuma…”


“Cuma apa?”


“Tititnya terlalu besar, Kak! Harus diampelasin dulu… hahaha…!”


“Kamu aja yang nekad, udah tahu besar gini mau aja kasih!” Ryno tertawa. Tangannya yang lembut kemudian memijit punggungku dalam posisi duduk di tempat tidur. Bajuku sudah terlepas…


“Kata orang, makin besar makin enak… tapi ternyata sakit, yah?”


“Iya, makanya udahan aja…”


“Hehehe… Tapi Kak Ryno menikmati kan?”


“Eh… gimana yah?”


“Jujur dong kak, aku gak sejago Kak Titien, yah?”


“Siapa bilang… punya kamu enak banget, sempit, seret…” Ryno memujiku. Aku hanya tersenyum…


“Kalo kamu gimana?”


“Ada rasa geli-geli sih enak banget, tapi awalnya sakit… ngilu. Kak Ryno cepat-cepat sih…”


“Siapa suruh kamu kemarin begitu menggoda, aku jadi gak tahan…”


“Kak… aku akan ingat terus… itu moment yang sangat indah buatku…”


“Hush… yg tadi itu kesalahan tahu gak…”


“Iya kak, kesalahan terindah!”


“Tadi aku sampe cenat cenut lho..”


“Hahaha…” Aku tertawa lepas. Siapa gak bangga kalo pujaan hati sampe tergoda dengan tubuhku…


Kali ini Ryno sedang mengusap perut dan pinggangku. Aku membalikkan badan dan tidur terlentang dengan gaya menantang. Mau tak mau Ryno melihat tubuh telanjangku… sementara aku tersenyum menggoda.


“Astaga Kak, udah tegang lagi!” Aku melihat tonjolan di celananya, langsung aja tanganku meraba dan langsung mengeluarkan kontolnya.


“Eh, Deya…” Ryno mencegah, tapi ketahuan gerakannya setengah-setengah.


“Udah kak, jangan pura-pura… udah mau kan? Hehehe…”


Ryno hanya diam, setengah menutup mata merasakan kocokan ku. Aku makin nakal, kali ini kontol Ryno masuk ke mulutku. Aku mengulumnya, mengisap-ngisap kepalanya… dan mengemutnya. Ryno tampak makin keenakan…


Ryno mulai bergerak, menarik kontolnya lepas dari hisapanku. Keknya udah cukup… Kali ini giliranku, aku kembali tidur terlentang dan mengangkangkan kaki… memekku udah basah dari tadi.


“Ihhhh, jangan dilihatin…” Rasanya malu, Ryno menatapnya dengan tatapan kagum. Aku jadi malu…


“Ahhhhhh….. ahhhhh!” Aku mengelinjang keenakan.


Akhirnya jilatan dan emutan itu mampir juga ke memekku… aku merasa terbuai… nikmat sekali.


“Kak, udah… masukin aja!”


Ryno masih diam… ia seakan tak percaya kalo kita akan segera ML.


“Ajarin aku berbagai gaya yah kak?” Aku menarik Ryno ke tempat tidur. Kali ini aku naik diatasnya…


“Eh…”


“Sekarang aku mau WOT yah… tunjukin dong?” Ryno mulai mengatr posisi, ia tidur terlentang dengan bantal yang tinggi, sementara aku naik ke pinggulnya. Ryno mengatur posisi dan mulai mengesek-gesekkan kelamin kami…


“Lita, tahan yah…”


“Masukin Kak!”


“Kan kamu yang atur kendali, kalo sakit pelan-pelan aja…”


Kembali aku merasa muara lubangku terganjal oleh sebuah benda yang keras… sangat keras. Tegang seperti kayu…


“Ahhhh”


Aku mulai menurunkan tubuhku perlahan-lahan, membuat kontol besar itu mulai tertelan. Awalnya hanya palkon yang bisa masuk…


“Kak? Gimana nih?” Aku bingung.


“Turunkan pinggulmu… pelan-pelan aja…”


Aku harus merenggangkan memek lebar-lebar baru bisa masuk perlahan-lahan. Terasa sesak tergesek di dinding memek. Lama-lama makin dalam… Aku merasa penuh sekali, kayak ada sesuatu yang mengganjal dari dalam.


Ryno melihat aku yang lagi tegang. Ia langsung menciumku… kembali aku menutup mata… terlena. Kali ini terasa segala sesuatu makin indah…


Ryno membantu dengan tusuk dari bawah… aku berteriak tertahan…


“Ihhhhh… bikin kaget aja…!” Aku tertawa lagi. Aku merasa kali ini kontolnya perlahan-lahan masuk sampai dalam. Menyibak semua penghalang, merebak sampai mentok di mulut Rahim, mampu menjangkau titik-titik geli di tubuhku.


“Masih ngilu?”


“Gak kok… kakak mainnya lembut …”


“Sekarang tahan yah, aku pompa dari bawah…” Ryno menggerakan pinggulnya naik turun dan kontol itu terasa menusuk-nusuk searah.


“Ahhhhh… terus kak, enak sekali…!” Tak terasa hampir lima menit aku dipompa perlahan.


“Sekarang kamu dong yang gerak…” Ryno memancing kebinalanku. Aku mulai menggerakkan pinggul, meniru gerakan mengulek yang aku lihat di bokep-bokep. Semua terjadi secara natural.


“Tuh kan… bisa…”


“Kami mulai menggerakan pinggul secara teratur… kali ini terasa tubuhku dengan tubuhnya menyatu… aku dapat merasakan denyut jantung Ryno dalam memekku… aku bisa meraba emosinya eh bahkan bisa tahu apa yang dipikirkan.


Ternyata ini rasanya… bersetubuh, bukan lagi dua orang, tapi satu tubuh. Ternyata kalo dilakukan dengan cinta, terasa banget…


Makasih kak… sore itu aku benar-benar merasakan nikmatnya bercinta… Ryno dengan sabar membimbingku, mengajariku berbagai-bagai posisi, dan membuatku orgasme di tiap posisi…


Berkali-kali ia sukses membuat aku kelojotan nikmat, berulang-ulang aku harus mengangkat pinggul tinggi-tinggi karena kegelian, tapi terus dikejar oleh batang perkasanya. Berulang kali aku mengedan nikmat, dengan kontraksi kuat di memekku… sampai tubuhku gemetar menahan geli. Ah, Ryno sungguh hebat… Aku jadi makin cinta.


Akhirnya Ryno nyampe juga, kali ini di dalam memek. Rasanya sangat indah karena ia menyemprot beberapa kali ke Rahim…


“Kak, koq nyemprot di dalam sih!”


“Aku kan sudah bilang dari tadi sudah dekat, tapi kamu malah tambah mengancing pinggulku pake kaki. Jadinya aku gak tahan… kamu gak subur kan?”


“Gak kok… yang tadi itu nikmat banget, Kak!”


Ryno menciumku…


“Iya, aku juga rasa enaknya, kok!”


“Kak, kalo aku tahu senikmat ini, udah dari dulu aku minta!”


“Hadeh!”


“Kak, ronde dua dong?”


“Iya, sebentar… istirahat dulu!” Kak Ryno menciumku lembut, dan aku membalasnya. Perlahan tanganku turun lagi kebawah dan iseng membelai kontolnya..


“Kak, udah tegang tuh!” Aku tersenyum binal.


-----


“Tumben rumahnya sepi, kita kagetin yuk…” Shaun punya ide jahil lagi. Tapi bagus juga…


Aku membayangkan kagetnya suamiku melihat keberadaanku… ia gak nyangka kalo kita udah pulang hari ini. Pasti ia akan senyum lebar melihatku…


Aku rindu suamiku… pelukannya, ciumannya… eh kontolnya juga. Entah kenapa, kali ini, aku merasa rindu yang sangat besar.


Setelah membuka pintu, aku dan Shaun mengendap masuk. Aku rindu suasana rumah… masih sperti waktu ku tinggalkan beberapa hari lalu. Sofa dan meja masih teratur rapi, seperti tidak pernah disentuh. Semua perabotan juga masih ditempatnya. Mungkin cuma piano yang sempat disentuh… Dasar musisi…


Aku melihat kearah foto perkawinan Aku dan Ryno di dinding… kami menikah di Amerika disebuah hotel mewah, lalu pesta di Manado, tepatnya di kampungku… buat pesta ala kampung… jadi ingat waktu itu.


Di lantai satu semuanya kosong, apa Ryno masih di kamar yah? Ruang nonton kali ini sangat sepi, kelihatannya TV-nya juga tidak sentuh hari ini. Eh, mungkin juga sudah beberapa hari gak ada yang nonton. Berbeda denganku yang suka nonton berita, Ryno gak hobi nonton, kecuali film epic yang bernuansa colossal, ataupun musical.


Aku terus menuju ke tangga yang membawa kami ke lantai dua. Kami berjalan dengan pelan supaya tidak kedengaran… taka da suara apa-apa.


Kali ini samar-samar terdengar seperti teriakan Deya… Aku mencoba fokus mendengarkan…


“Terus kak.. ayo dong, masukkan kontol besar yang telah memerawaniku tadi pagi… terus kak sodok…”


“Astaga?”


Titien dan Shaun kaget… kami bertatapan lama…


“Kak… ayolah, hari ini kakak sudah janji jadi hari kita berdua… perlakukan aku seperti istrimu Kak… buat aku nyampe lagi… buat aku multiple orgasme lagi kayak tadi siang…. Kontolmu mantap banget…” Teriakan Deya cenderung vulgar… ada apa dengan anak ini?


Dengan penuh keraguan, aku membuka pintu kamar pelan-pelan… moga-moga ini tidak nyata…


“Kak Ryno, aku mencintaimu… kamu cintaku selama ini, aku ini milikmu… kamu harus jadi milikku… jangan bilang kalo kamu gak mau… I love you kak…. Waktu ini hanya milik kita kak…”


Suara mereka terdengar sayup-sayup namun jelas.


“Ahhhhhhhh”


“Kak, aku mau Kak nyemprot di dalam…. Aku mau merasakanmu didalam kak… terus kak… ahhh gitu….”


“Ahhhhhhhhh”


Aku masih berdiri terpaku melihat sebuah pemandangan yang sangat menyakitkan hati. Perih sekali…Tak kusangka…


Tampak tetes air mata di pipi keluar tanpa permisi… sedang aku hanya terdiam. Tak mampu bicara….


“Krek” Shaun mendorong pintu mau ikutan masuk, dan langsung aja ia terpana…


“Holyf*ck!” Shaun berteriak dengan kuat…


Sementara itu Deyara dan Ryno juga tak kalah kagetnya… mereka menyadari posisi mereka. Yah, kontol Ryno masih terjepit indah di memek gadis cantik itu… Ryno cepat-cepat menarik lepas senjatanya… dan pada saat itu terlihat jelas ada cairan putih keluar di balik selangkangan gadis itu.


“Hooo… untung banget kamu, Romeo!”


“Titien?” Romeo berseru karena kaget.


“Astaga, Kak Tien?” Deya juga kaget.


Aku masih diam terpaku… dengan hati penuh gejolak… rasa tak percaya, kaget, sedih dan amarah melebur jadi satu. Wajahku merah… dengan nafas memburu! Sementara kakiku gemetaran… tapi aku menahan diri agar tak jatuh.


Ingin rasanya aku menghukum gadis itu… tapi sepenggal akal sehat mencegahku. Aku terlalu banyak berhutang kepada ayahnya.


“Lita keluar!” Aku berseru dengan lantang…


Deyara kelihatan takut sekali… cepat-cepat ia menutup tubuh telanjangnya dengan pakaian seadanya dan lari keluar kamar… setelah ia keluar aku menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya dari dalam.


“Titien sayang!” Suara Ryno terdengar gemetar… baru sekarang aku mendengar ia ketakutan seperti itu.


Ryno segera jatuh sujud didepanu berulang-ulang minta maaf. Entah kenapa aku tak bergeming sebentar


Akhirnya ketanganku mulai meleleh dalam suatu emosi yang sangat besar….


“Bangsat kamu!” Aku memakinya.


“Plak… plak!” Aku menampar pipinya dengan sekuat tenaga.


“Teganya kamu nodai gadis itu!”


“Sini, bangsat!” Kata-kata makian penuh emosi disertai dengan dilemparkannya barang-barang dari meja rias mememuhi kamar ini.


Ryno hanya pasrah ketika aku mengamuk dengan ganas… Cowok itu harus menerima semua cubitan, pukulan, tendangan… tanpa melawan, tanpa menangkis… sementara aku terus melampiaskan amarahku dengan lemparan dan makian… Romeo terus diam aja.


Aku tak menggubris suara tangisan Deyara diluar… ataupun suara Shaun memanggil-manggil.


Akhirnya setelah tenagaku habis… semuanya menjadi gelap. Aku tak sadar lagi…


----


POV Deyara


Makan malam kali ini sangat terasa hambar. Kak Titien duduk berjauhan dengan suaminya, keduanya diam terus gak mau ngomong. Ryno memandang kami sejenak kemudian tunduk diam. Ia juga gak mau makan.


‘Kalo tauh gini, mending aku di kamar aja, kek Shaun.’


“Kak Tien… makan dong, nanti sakit!” Aku membujuknya. Ia diam aja, gak mau makan. Aku mendekatinya lalu duduk disampingnya.


“Kak… aku minta maaf, yah!


“Lita, aku tahu kamu gak salah, kok!”


Aku tambah malu, Kak Titien gak tahu kejadian sebenarnya. Pasti Ryno juga gak mau ngomong…


“Ini semua karena kebodohanku, kak!”


“Lita, apa benar kamu mencintai Ryno?” Pertanyaan Kak Titien membuat aku kaget… benar-benar tidak siap.


Aku gak sempat berpikir lagi, tanpa sadar aku sudah mengangguk.


“Kakak akan segera ceraikan Ryno, kamu harus bahagia dengan Ryno, yah!” Kata-kata Kak Titien membuat aku kelabakan.


“Eh kak?”


“Kamu lebih pantas bagi Ryno… kamu cantik, mirip kakakmu Deyana, yang selalu menjadi cinta sejatinya. Ryno mencintaimu…”


“Kak?” Aku menggeleng kepala tanpa bisa berkata-kata. Dua butir air mata keluar dengan sendirinya. Ternyata perbuatanku sangat besar akibatnya…


“Udah, gak pake protes…” Kata-katanya dingin… tajam menusuk.


“Kak Titien….”


Ia segera beranjak mendekati Ryno, meninggalkan aku sendiri menangis. Deya, apa yang sudah kau buat…!!!


“Romeo, kamu dengarkan kata-kataku! Aku mau secepatnya kita cerai supaya kamu bisa menikahi Arlita!”


“Apa katamu?” Ryno sampai tertegun menatapnya.


Kembali Ryno mencoba segala cara untuk membujuk istrinya, berulang-ulang ia minta ampun dan berjanji. Tapi Titien tidak bergeming. Tekadnya sudah bulat…


“Tien, aku gak bisa menceraikanmu… aku gak mampu hidup tanpa kamu!”


“Maaf Romeo, Aku gak bisa hilangkan bayangmu ML dengan Deya…” Kak Titien akhirnya bicara.


“Tien?”


“Pantesan kamu suruh aku pergi dengan Shaun… kamu gak perduli aku ML dengan Shaun atau tidak…” Ia menguarkan uneg-unegnya didepan Ryno.


“Karena kamu mengincar Deyara kan?”


“Eh bukan gitu…”


“Bodoh sekali aku, menahan siksa di sana, sedang disini kamu bersenang-senang disini.”


“Eh…”


“Kamu lihat sekarang-sekarang di depan kamu Aku ML dengan Shaun!”


Ryno terkejut, Kak Titien udah nekad banget.


“Tien, jangan gitu dong….!”


“Kamu kira hanya kamu yang bisa bersenang-senang… Tunggu sebentar!”


Aku melihat tatapan Titien membayangkan suatu tekad yang tak bisa mundur lagi. Ia nekad banget…


Kak Titien dengan cepat pergi naik tangga, langkahnya setengah berlari… tanpa mengetuk ia membuka kamar Shaun dan menarik cowok itu keluar.


“Eh, Shaun?”


Cowok itu lagi telanjang di kamar sementara nonton film porno. Keknya sementara coli… kontolnya lagi tegang terus bergoyang melambai ketika ia paksa turun ke lantai dasar.


Astaga… kontolnya besar sekali… mungkin sebanding dengan milik Ryno. Wah, jadi ngeri juga lihatnya.


“Shaun, duduk sini…” Titien menyuruh ia duduk di sofa, sementara Kak Titien jongkok didepannya.


“Kak Titien…” Aku tercekat…


Dengan tergesa-gesa kak Titien mengocok kontol besar itu… Shaun sampai kaget…


“Eh.. virgin? Kamu ngapain?”


“Memberimu seks terbaik yang pernah kamu rasakan!” Kak Titien mulai memasukkan kontol besar itu kedalam mulutnya dan mengulum palkonnya. Astaga… kok jadi gini?


“Eh… astaga, Maaf Romeo… istrimu yang paksa, apa karena kamu gak mampu puaskan yah?”


Aku tersenyum mendengar kata-kata khas dari Shaun. Sempat-sempatnya ia mengejek Ryno. Ia hanya diam dan memandang bagaimana istrinya yang cantik memberikan service terbaik dengan mulutnya kepada teman baiknya.


Selama lima menit berikutnya, Shaun hanya bisa merem-melek dan mendesak kecil. Ia sudah sangat terangsang… lupa kalo ia melakukannya didepan suami Titien. Sementara itu Titien udah kelihatan sange... sempongannya tambah dashyat... Shaun jadi kelabakan.


“Ahhhh… aduh Tien… udah, aku gak tahan… jangan keluarin… ahhhhh!” Shaun harus mengakui kepiawaian Kak Titien dalam mengulum kontolnya…


“Eeehhhh…” Tepat pada saat Kak Shaun akan keluar, Kak Titien tiba-tiba menghentikan lumatannya dan meremas kuat tepat di bawah helm yang berbentuk seperti jamur itu.


“Tunggu yah, jangan keluar dulu…” Suara Kak Titien seksi sekali menggoda. Kali ini aku melihat kalo ia juga udah sange…


Kak Titien berdiri didepan Shaun sambil bergoyang kecil. Ia mulai membuka bajunya satu persatu… sementara Shaun menahan nafas… Kak Titien lagi striptease.


Ihhh, seksi sekali….


Kelihatan banget kalo Shaun udah sangat bernafsu, tubuh indah Kak Titien terekspose bebas didepannya, lagi menari menggoda dengan gerakan-gerakan sensual…


Titien sudah telanjang bulat… sungguh cantik, indah… tubuhnya terbentuk sempurna dengan toket bulat menantang dan memek tembem yang tertutup dengan rambut tipis.


Shaun langsung berdiri mendekat… kontolnya udah tegang menjulang keatas.


“Shaun… jangan malu-malu, buat apa yang kamu inginkan pada tubuhku…


“Eh Titien…”


Kak Titien kini merebahkan tubuhnya diatas karpet yang tebal, sementara Shaun menciumnya dengan ganas. Tangan Shaun langsung saja meremas toketnya yang padat dan memilin putingnya…


“Ahhhh…. terus Shaun…”


Astaga, Kak Titien benar-benar akan melakukannya. Aku melihat ia sudah sange… ia balas mencium Shaun dengan panas.


Shaun mengeluh keenakan ketika kontolnya bergesekan dengan memek lembut itu. Ia gak tahan lagi…


“Tien… boleh?”


“Masukkan…”


Aku melihat bagaimana kontol itu masuk perlahan-lahan… memek tembem itu mampu menelan seluruh kontol… tampak Shaun keenakan merasakan suatu puncak kenikmatan.


Kak Titien menggerakkan pinggulnya, dan dibalas dengan Shaun dengan gerakan seirama.


“Ahhhh Shaun… ahhhhhhh!” Kak Titien mendesah kuat… dan dibalas dengan Shaun.


‘Ihhhh… bikin ingin aja, aku meraba celanaku yang ternyata udah basah kuyup.’ Keduanya bergulat dengan sangat panas… penuh nafsu.


“Ahhhh Shaun terus….”


Shaun mulai menunjukan kehebatannya, ia memompa dengan kecepatan tinggi… terus menghajar… Kak Titien jadi kepayahan menerima serangan seperti itu. Cukup lama ia dipompa cepat… ujungnya ia gak tahan lagi lalu menjerit kuat…


Tapi kontol Shaun tidak berhenti… ia kembali memantapkan posisi, kali ini dengan kaki kak Tien yang dilipat tertekuk. Posisi yang memungkinkan kontol itu masuk dalam-dalam.


Kak Tien udah gak ada perlawanan lagi… pasrah dalam nafsu yang sudah terbangkitkan.


Kontol Shaun terus menusuk dalam-dalam. Kontolnya masuk dengan keras dan setiap tusukan terdengar mentok dan berbunyi kuat... Kak Titien hanya bisa pasrah mengalami siksaan nikmat itu. Shaun masih terus memompai sampai Kak Titien kelojotan menahan nikmat. Aku bisa melihat bagaimana ia merasa kegelian sampai puncak… ia merangkul tubuh Shaun kuat-kuat.


“Tien… aku gak tahan lagi. Yang ini enak sekali…”


“Aku juga, udah dekat…”


“Ahhhhhhhhhhh!”


Sungguh suatu orgasme yang hebat. Tubuh keduanya mengejang… mengedan. Pinggul Titien terangkat tinggi karena kegelian, tapi tak bisa lari dari kejaran kontol besar yang kelihat garang itu.


“Ahhhhhhhhhhhhh!”


Titien mencium bibir Shaun kuat-kuat… penuh nafsu, penuh gairah.


Tak lama kemudian keduanya terhempas kembali ke lantai… dengan nafas terengah-engah. Tubuh mereka masih bergetar menikmati orgasme yang sangat dahsyat…


-----


Bersambung
 
Semoga Aja ngga cerai .. nikmatin rame-rame Aja tin ... Hahaha
 
updated nya luar biasa suhu, semoga aja gak sampai cerai suhu, cukup dinikmati bersama aja :pandaketawa:
 
Waowwwww.... niqmattttt...bentar lagi foursome ssyikkk abizzz suhu...... Lita gak tahan lihat kontol Shaun madih ngaceng ....akhirnya pelan2 dia merangkak di atasbkontol Shaun dan blessss.. gerakbliar terobsedi gerakan Titien barusan..... dan Ryno ta tshan lihat Titien pentilnya madih ngaceng dannn.... blesss..... waouwwwww....
 
Titien aku padamu
Kalo jadi cerai sama rhyno kamu sama aku aja ya jgn sama Shaun :D:D:D
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd