Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Aku Siap Menanggung Akibatnya

Buat suhu yang mampu mending di remake aj cerita nya, sayang cerita bagus. Yang setuju angkat tangan
 
Mohon maaf atas cerita saya sebelumnya yang terbengkalai, kali ini saya sudah membuat ulang cerita dengan tema dan tokoh yang berbeda. Semoga kali ini bisa lanjut terus. Saya masih pemula, jadi mohon maaf jika kurang bagus penyampaiannya. Cerita ini hanya fiksi belaka, namun ilustrasi saat kejadian diusahakan sesuai dengan foto si gadis tokoh utama.


CHAPTER I : PROLOGUE

2uo5194.jpg


Perkenalkan namaku Eugene, usiaku baru menginjak 18 tahun, aku tinggal di daerah industri di timur jakarta. Aku sendiri baru saja memulai kuliah di salah satu kampus di jakarta utara. Rumahku berada di belakang pabrik raksasa sebuah perusahaan otomotif terkenal di Indonesia. Jadi setiap jam istirahat siang atau jam bubar kerja, jalanan di depan rumahku selalu penuh dengan buruh yang lalu lalang, entah itu yang naik kendaraan ataupun berjalan kaki untuk pulang ke mess. Jalanan itu pun bukan jalan umum, sehingga sangat sepi sekali kendaraan yang lewat disitu. Mess mereka sendiri berada persis di sebelah rumahku, dan hanya dibatasi oleh tembok pagar antara rumahku dengan mess mereka. Ayahku adalah salah seorang kepala mandor disana, dan tidak jarang dia pernah mengajak beberapa anak buah kepercayaannya untuk mampir ke rumahku sekedar ngobrol, ngopi, atau minta minum. Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga, dan aku adalah anak gadis semata wayang. Kadang para buruh itu mampir saat aku sedang libur atau sudah pulang kuliah. Di rumah aku terbiasa dengan pakaian santai kaos ketat dan celana pendek atau hotpants yang agak sedikit memamerkan kaki dan paha ku yang putih mulus. Karena aku termasuk cewek yang cuek, aku tidak terlalu mempermasalahkan penampilanku yang suka ditegur oleh ibuku jikalau para buruh itu sedang datang ke rumah. Meskipun aku tidak ngobrol dan hanya lalu lalang saja, aku bisa tahu dari sudut mataku kalau mereka suka memperhatikanku saat sedang ngobrol dengan ayahku di ruang tamu. Beberapa kali juga ayah pernah memanggilku untuk dikenalkan ke para buruh itu. Sambil memperkenalkan diriku aku sadar mereka fokus memperhatikan tubuhku, namun mereka hanya sebatas memandang saja. Dan mereka terlihat tidak ada niat macam-macam didepan ayahku dari sekedar hanya berbasa-basi memuji diriku yang cantik atau kedua orangtuaku yang beruntung bisa memiliki anak secantik diriku. Padahal menurutku aku termasuk biasa saja, rambutku panjang sepundak agak bergelombang, kulitku putih, karena bawaan dari ayahku yang seorang chinese dicampur dengan ibuku yang asli sunda bandung. Badanku cukup langsing, tidak termasuk kurus, namun juga tidak terlalu gemuk. Dan buah dadaku termasuk sedang dengan ukuran 34B, serta pinggulku yang kelihatan membulat saat memakai celana pendek atau hotpants, namun aku selalu berusaha jaga makan sehingga pinggang dan perutku masih terlihat ramping.

Lama-kelamaan aku jadi banyak bergaul dengan para buruh-buruh itu, dan ternyata mereka tidak seseram yang aku bayangkan, bahkan banyak yang kocak, dan usia mereka pun beragam. Ada yang sudah tua, melebihi ayahku, ada juga yang masih muda, kemungkinan usianya tidak jauh dariku. Tidak ada lagi kekakuan antara keluargaku dengan mereka. Sehingga aku makin popular dikalangan mereka, dan mereka jadi sering ke rumahku untuk ngobrol dengan ayahku atau sekedar ngobrol denganku disaat ayahku sedang membantu ibuku. Seringkali mereka melontarkan gombalan atau candaan ke aku yang kurasa kadang agak menjurus ke arah vulgar. Namun aku selalu mengganggap itu candaan saja. Bahkan pernah beberapa kali aku sengaja duduk menyilangkan kaki, sehingga hotpantsku makin tertarik ke dalam dan mengekspos paha putihku. Biasanya kalau sudah begitu aku bisa melihat arah pandangan mereka yang curi-curi pandang melihat ke arah kakiku ketika ngobrol, ada juga yang terlihat mesum namun gugup. Aku agak tertawa dalam hati bisa membuat mereka salah tingkah tanpa kusadari hal ini lama-kelamaan bakal menjadi bumerang bagiku. Aku tidak sadar kalau pada saat itu yang ada dalam pikiran mereka adalah bagaimana caranya supaya mereka bisa menikmati tubuhku yang masih sangat muda belum ternoda serta memekku yang masih perawan ini. Dan aku tidak tahu bahwa mereka bakal menyusun rencana untuk bisa memperkosaku beramai-ramai dengan cara apapun juga.

CHAPTER II : KEISENGANKU

Kejadian ini terjadi pada suatu hari sabtu kuliahku libur. Setelah bosan hanya di rumah seharian, sore harinya aku berencana untuk mampir ke minimarket dekat rumahku untuk beli cemilan sambil berjalan-jalan sore. Udara yang panas hari itu meskipun sudah sore, sekitar jam 16.45, membuatku memutuskan untuk keluar dengan pakaian santai yaitu tanktop agak longgar dan celana hotpants berbahan semi-jeans yang memamerkan punggung, bahu, dan hampir keseluruhan kakiku. Akupun beralasan cuaca yang panas dan jarak yang dekat ke ibuku, sehingga akhirnya ia mengijinkan aku pergi. Untuk pergi ke minimarket itu aku harus melewati mess para karyawan itu. Waktu aku melawati mess mereka, terlihat bangunan itu sepi, karena aku tahu para buruh itu masih bekerja di pabrik sampai jam 5 sore. Aku berniat untuk mencoba berpapasan dengan mereka saat mereka pulang ke mess. Jadi aku sengaja agak berlama-lamaan di minimarket sambil ngadem, sampai kudengar bunyi sirene pabrik yang menandakan jam kerja sudah selesai. Aku menunggu sekitar 10 menit lagi lalu setelah itu aku bergegas membayar belanjaanku ke kasir lalu berjalan pulang ke rumah. Dan benar saja dugaanku tak lama aku berjalan, tampak di kejauhan para buruh itu keluar dari pabrik, dan berjalan menuju ke mess. Aku juga beberapa dari mereka yang pamit ke ayahku yang saat itu berjalan pulang ke arah rumahku. Tak lama kemudian aku akhirnya berpapasan dengan mereka dan mereka yang melihatku mulai menyapaku dan menanyakan belanjaanku. Hampir dari mereka semua tahu namaku, padahal aku hanyal hafal beberapa nama dari buruh yang berjumlah puluhan itu. Disinilah aku mencoba keisenganku saat bertegur sapa, yaitu dengan tidak sengaja menjatuhkan kantong belanjaanku, sehingga isinya berserakan di jalan. Akupun langsung menunduk untuk mengambil barang-barangku. Beberapa dari buruh itu langsung bergegas membantuku, namun aku tau ada juga dari mereka yang terpana melihat ke posisi aku yang menunduk, yang mengakibatkan belahan buah dadaku terlihat bergelantungan di balik celah leher tanktopku yang agak lebar. Tiba-tiba salah seorang buruh itu berjalan ke belakangku dan mendadak mengelus paha serta pantatku. Spontan aku agak kaget dan menjerit kecil, lalu bilang “Mas, apa-apaan sih? Jangan kurang ajar ya” kataku berpura-pura sok jual mahal sambil membalik badan ke arahnya. Padahal dalam hatiku agak bangga bisa berhasil memancing mereka berbuat tidak senonoh. Lalu buruh itu cuma menjawab “Ya elah si non pake pura-pura, non emang ngarepin digrepe-grepe kan sama kita-kita ini?”. Aku masih berlaga agak kesal memandangnya dengan mata melotot dan cembetut, namun tiba-tiba mendadak ada lagi tangan jahil di belakangku yang langsung meremas-remas pantat dan buah dadaku. “Ughhh…” Aku melenguh antara geli dan juga enak karena rangsangan dari mereka. Salah satu dari mereka bilang “Dah non nikmatin aja, toh jalanan udah sepi, bapak non juga udah pulang, kita ngga bakal nyakitin non kok”. Akhirnya pertahananku melemah, dan aku memang mengakui dalam hati inilah yang memang kuharapkan. Namun aku bilang “Ya udah mas, lain kali aja ya grepenya, soalnya saya cuma janji ke minimarket sebentar sama ibu saya, takutnya kalo kelamaan saya bisa dicariin, ntar bisa-bisa kena kalian juga. Ntar janjian aja mas kalo emang saya dah sempat dan situasi aman, saya bakal mampir deh ke mess”

Lalu ada yang bilang “Ah, ntar si non cuma php doang lagi. Ya udah kita minta no hp si non dong, biar bisa contact non kalo situasi di mess juga udah aman dan mendukung, nanti kalo perlu kita yang jemput ke rumah non”. Lalu aku bilang “Duh ga usah sampai jemput-jemput segala mas, ntar saya aja yang kesana” Dalam hatiku bisa tambah berabe kalo sampai ortuku tau mereka mencari aku beramai-ramai. Lalu aku memberikan nomor hpku ke mereka. “Ntar contact via whatsapp aja yah mas” kataku. “Siapp non” jawab mereka serentak. “Tapi non, boleh dong sekarang kita minta cium pipinya bentarrr aja?” kata salah satu dari mereka yang sepertinya tertua diantara mereka. Aku bilang “Duh ada-ada aja maunya, ya sudah sini, tapi gantian, jangan sekaligus”. Akhirnya aku pun menuruti keinginan mereka dengan mencium satu persatu pipi mereka bergantian sampai semuanya dapat giliran, lalu berikutnya mereka yang gantian mencium pipiku satu persatu. Bau rokok yang cukup menyengat dari beberapa orang terpaksa kutahan. Setelah semuanya selesai buruh yang paling tua, yang belakangan aku tau namanya adalah pak Singgih berkata “Duh mimpi apa gw bisa ngerasain nyium dan dicium sama bidadari cantik anak pak mandor? Bakal semangat ya kita kerjanya kalo bisa begini trus tiap hari?” Tanyanya sambil menoleh ke buruh yang lain yang langsung dijawan serempak “Oh pasti itu mah pak, hehehehe” Aku melihat muka mereka semua yang tersenyum mesum lalu berkata sambil agak mencibir “Sembarangan, ya udah saya pulang dulu yah bapak-bapak sekalian”. “Iya, hati-hati yah non cantikkkk…” kata si pak Singgih itu. Dan mereka berlalu menuju ke mess mereka dan aku menuju ke rumahku, aku melihat jam tanganku, baru pukul 17.30, jadi ibuku tidak akan curiga apapun terhadapku. Aku berjalan sambil membayangkan apa yang akan terjadi padaku setelah apa yang aku lalukan barusan, tidak ada lagi istilah mundur, karena aku sudah berjanji sama mereka. Kalau sampai aku mengingkari janjiku bisa-bisa mereka marah dan nekat melakukan hal-hal yang mengancam diriku dan keluargaku. Aku menarik nafas dan memantapkan diri, siap menerima konsekuensi atas diriku, yaitu aku bisa saja sampai diperkosa sama mereka dan kehilangan keperawananku. Kedepannya aku akan mengalami hari-hari yang berbeda dan semoga saja aku kuat menjalaninya.
CHAPTER III : SEEKOR DOMBA DI SARANG SERIGALA

29ub9x.jpg

Foto ilustrasi sesaat sebelum kejadian di tkp

Keesokan harinya, kedua orangtuaku sudah pergi ke daerah jakarta pusat sejak jam 8 pagi karena urusan mendadak dengan kerabat kami. Tinggal lah aku sendiri di rumah. Aku terbangun karena bunyi whatsapp dari hpku. Saat kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Aku memang segaja bangun agak siang jika libur kuliah. Saat kulihat hpku ternyata ada WA masuk dari pak Singgih. Aku jadi ingat kalau kemarin sore sudah memberikan nomor hpku ke para buruh itu dan aku sudah berjanji akan meluangkan waktu datang ke mess mereka. Dan sepertinya ini adalah waktu yang tepat karena ortuku sedang pergi, dan biasanya mereka bisa seharian jikalau ada urusan dengan kerabat. Aku membaca WA itu “Pagi non cantik, udah bangun kan? Main dong ke mess kita, kan udah janji kemarin, mending sekarang aja yuk non, tadi si Asep lihat papa sama mama non pergi naik mobil sekitar jam 8an pagi betul ya non?” Aku agak kaget, ternyata mereka sampai memantau aktivitas kedua orangtuaku juga demi terlaksananya janjiku ini. Lalu aku membalasnya “Iya pak betul, mereka ada urusan ke rumah saudara, hmm.. emang situasinya sudah aman pak disana? Tapi jangan ngerumun banyak-banyak yah pak, saya juga baru bangun, saya mau mandi dan sarapan dulu ya, baru nanti saya kesana” Tak lama kemudian ada balasan lagi “Oke siap non, sekarang disini cuma ada saya, Asep, dan 3 orang buruh aja kok, cuma berlima, yang lainnya lagi pada pergi, pada pulang ke rumah keluarganya. Non tenang aja, yang pasti mandi yang wangi yah non, ntar kan kita mau senang-senang hehehe…” Aku hanya membaca saja dan tidak membalas lagi, aku tahu apa yang dimaksud mereka dengan senang-senang itu, dan aku sudah siap”. Lalu aku bergegas mandi. Di dalam kamar mandi, setelah melepas semua pakaianku hingga bugil, aku memandang ke cermin besar di kamar mandiku, melihat pantulan tubuhku yang putih mulus. Sambil meraba pipi, lalu turun ke dada sampai ke pinggul dan pahaku. Aku mengagumi sendiri wajahku yang cantik dan oriental, rambutku yang panjang sepunggung, buah dadaku yang berukuran sedang dengan putingnya yang berwarna pink, lalu perutku yang rata, pinggul dan pantatku yang berlekuk, serta vaginaku yang terlihat rapat dengan bulu-bulu halus diatasnya. Aku membayangkan kalau sebentar lagi tubuh indahku ini akan ditelanjangi di hadapan para buruh itu, dan mereka akan menikmatinya. Dan aku sudah siap dengan konsekuensi terbesarnya yaitu kehilangan keperawananku oleh mereka. Akupun bergegas mandi, lalu berpakaian sesuai dengan fotoku diatas, karena itu memang pakaian favoritku, sebuah dress terusan warna pink, yang menutupi celana hotpants hitam dibaliknya, lengkap dengan stocking selutut dan tak lupa topi pink untuk menghindari panas matahari di kepalaku. Aku dandan pakai bedak dan lipstik secukupnya, tidak ketinggalan parfumku juga supaya wangi. Kemudian aku sarapan roti yang sudah tersedia di meja makan. Setelah selesai, aku lihat jam menunjukkan pukul 10. Sebelum ke tempat mereka, aku memberi kabar dulu via WA ke pak Singgih kalau aku kesana sekarang. Lalu setelah memakai sepatuku, akupun mengunci pintu rumah dan garasi lalu mulai berjalan ke mess itu. Kulihat jalanan agak sepi, karena memang bukan jalan umum, dan juga ini hari minggu, hanya sesekali kulihat pengendara motor yang lewat.

Sesampainya aku di gerbang mess, aku lihat mess itu tidak terlalu besar, hanya 2 lantai, dan terdiri dari 10 kamar, dengan pintunya masing-masing, dan ada tangga untuk naik ke lantai dua di tengah-tengah bangunan itu. Akupun memencet bel di gerbang, tak lama keluarlah seseorang dari salah satu pintu mess di lantai bawah, dan ternyata itu adalah pak Singgih. Lalu dia membukakan pintu gerbang itu dan terkejut melihatku. “Wah si non beneran datang ya, cantik banget non penampilannya, itu sengaja ya pakai baju yang pendek bawahnya? Paha mulusnya jadi diliatin deh sama pak Singgih, hehehe. Ayo masuk non”. Aku sudah menduga dia pasti langsung tertuju ke pahaku yang terbuka ini, lalu aku bilang “Iya kan udah janji pak, lagipula saya juga mau kenal lebih dekat dengan para buruh bawahan papa saya ini, terima kasih buat pujiannya yah pak, hehe”. Lalu aku mengikuti dia masuk ke salah satu kamar mess. Sesampainya di dalam ternyata kamar itu cukup besar dengan 2 ranjang susun, bahkan ada sebuah sofa panjang dan lemari kecil dan sebuah rak yang diatasnya ada tv tabung, lalu dipojokan ada sebuah kipas angin. Di dalamnya sudah menunggu 4 orang buruh yang sedang duduk di sofa sambil merokok, dan ada juga yang duduk di lantai menonton tv. Mereka semua kaget melihatku dan langsung berdiri. “Buseett, ada bidadari dateng! Wah hebat nih si pak Singgih, bisa berhasil ngebujuk non atasan kita main kesini, kenalkan nama saya Asep, ayo silahkan duduk non” kata seorang yang duduk di sofa, lalu ia mematikan rokoknya dan menyalami aku. “Saya Eugene pak Asep” Lalu dia bilang lagi “Ahhh, ga usah pakai pak segala, panggil aja saya Asep non, biar lebih akrab hehe” Dan dia memperkenalkan 3 orang yang lainnya yang bernama Udin, Sapto, dan Jono. Mereka semua berumuran rata-rata 40 tahun, pak Singgih yang tertua berumur 51 tahun dan si Jono yang termuda berumur 32 tahun. Akupun duduk di sofa itu, Asep dan Jono duduk di sebelah kanan dan kiriku, sementara Udin dan Sapto duduk di lantai. Pak Singgih keluar sebentar dan tak lama kemudian datang membawa segelas minuman untukku. Ia bilang “Maaf ya non, cuma ada minuman air putih biasa” Aku bilang “Iya gpp kok pak, makasih ya” Lalu ia ambil kursi diluar mess dan ikut duduk di dalam ruangan itu. Akhirnya kita ngobrol-ngobrol sambil saling bertukar cerita, mereka menceritakan pengalaman kerja mereka selama di pabrik, aku menceritakan pengalamanku di kuliah. Selama bercerita mata mereka tak henti-hentinya melihat sekujur tubuhku, terutama si Udin dan Sapto yang duduk di lantai sebentar-sebentar melihat ke arah paha dan berusaha mengintip ke selangkanganku. Aku tau mereka sudah mupeng berat karena melihat pahaku yang mulus ini. Lalu Asep berkata “Si non dah cantik, putih mulus, wangi lagi, sampai ke rambutnya juga wangi nih” katanya sambil tangannya mulai memegang rambutku dan menciumnya. Aku hanya tersenyum dan dalam hatiku “Wah dah mulai nih tangan pada menjalar” Lalu si pak Singgih ngomong “Si non ngga takut ya dateng kesini? Nanti kalo kita-kita pada khilaf gimana non? Hahaha” Aku menyahut “Hehe, ya gpp pak, biar ada temen ngobrol, daripada bete sendirian di rumah. Ya semoga sih ngga sampai khilaf yah pak”. Tak terasa sudah sejam aku ngobrol-ngobrol dengan mereka ditemani kipas angin yang menyala. Aku yang sudah merasa agak kegerahan tiba-tiba mendadak badanku terasa panas. Lalu aku mulai mengibas-ngibaskan bajuku sambil bilang “Kok rasanya makin panas yah udaranya pak?” Lalu pak Singgih bilang “Ah masa sih non? Kayanya sama aja, emang udaranya siang gini agak panas kan” Aku bilang lagi “Iya sih pak, tapi kenapa mendadak saya kerasa makin panas ya?” Lama-kelamaan selain panas, aku juga merasa geli dan gatal di daerah sekitaran vaginaku, rasanya seperti ingin masturbasi yang kadang aku lakukan, namun aku masih bertahan untuk tidak merabai vaginaku. Lalu pak Singgih yang melihat posisi duduk ku mulai tidak tenang bilang “Hehehe, kalo panas ya buka aja bajunya non” Aku ngomong lagi “Ah, masa lepas baju disini pak, malu lah saya” Si Asep menimpali sambil memandangiku yang mulai bertingkah aneh “Udah gapapa non, nih kita duluan deh ya yang buka baju, kita juga kegerahaan, hehehe” sambil terkekeh-kekeh mereka semua mulai melepas baju satu-persatu, sehingga tampaklah badan mereka yang hitam dan agak berotot. Si Jono ngomong “Tuh non, kita udah lepas, sekarang giliran non ya, mau dibantu?” Aku tidak menjawab karena pikiranku terfokus pada perasaan geli ini sambil sedikit mendesah dan menggeliat. Aku curiga ada sesuatu pada minumanku ini. Lalu tiba-tiba pak Singgih menghampiriku dan berusaha mengangkat bajuku keatas. Aku kaget dan bilang “Eh pak Singgih, bapak mau apa??” Dia bilang “Udah non tenang dan nurut aja, percaya sama bapak, kita mau kasih dan ajarin non yang enak-enak, saya cuma mau lihat badan non aja kok” Aku seperti tersihir dan dalam hati berkata “Sepertinya sudah mulai eksekusi atas tubuhku ini, toh sekarang sudah terlambat bagiku untuk mengurungkan diri, daripada aku melawan dan mereka malah nekat kasar sama aku, mending aku nurut aja deh”. Lalu si Udin menutup dan mengunci pintu kamar, lalu menyalakan lampu dalam ruangan, kaca jendela pun sudah ditutup rapat sehingga tidak ada yang tahu akan ada kejadian pemerkosaan di dalam sini.

Si pak Singgih pun lanjut membuka bajuku. Akhirnya aku hanya pasrah dan membantu mengangkat tanganku ke atas. Lalu dia menarik bajuku keatas sampai lepas. “Nah gitu dong non” katanya. Tak lama terpampanglah tubuh bagian atasku yang putih mulus masih menggunakan bra berwarna biru muda dan celana model hotpants. Mereka semua langsung berdecak kagum dan ada yang bersiul. “Gile non, bodynya mulus bangettt ckckck” kata si Sapto. “Asekkk, hoki nih kita bang dapet mainan kaya gini hehehe” kata si Udin ke pak Singgih. Tak lama Asep dan Jono mulai melucuti juga sepatu dan stocking hitamku lalu disusul dengan celana hotpantsku. Semua itu dilakukan tanpa ada perlawanan dariku yang hanya menggeliat dan mendesah karena merasakan panas dan geli di badanku. Keringat pun semakin banyak mengalir. Akhirnya aku hanya memakai bra dan celana dalam yang sama-sama berwarna biru muda. Aku sempat melihat ke arah celana mereka semua seperti ada yang menonjol tegak, itu pasti penis mereka pikirku. Pak Singgih bilang “Si non tau ngga kenapa kok bisa mendadak kerasa panas? Tadi di minuman si non itu saya udah kasih obat perangsang bubuk dosis tinggi biar si non kerangsang dan nurut sama kita, sekarang si non udah kerasa geli dan gatal kan di daerah memeknya? To, lu fotoin dulu dan rekam bentar dulu si non yang lagi keenakan gini, buat jaminan kita biar dia ngga lapor ke siapa-siapa”. Kata si Sapto “Siap boss” lalu dia mulai memfoto dan merekam diriku yang sedang menggeliat terangsang ini. Lima menit kemudian si Pak Singgih bilang “Udah cukup To rekamannya, gue dah ngga tahan, kita mulai acaranya yang non hehehe” Aku hanya tetap medesah dan menggeliat tanpa bisa menanggapi lagi. Dan mereka mulai mengerumuni aku. Aku masih sempat berpikir, inilah saatnya, aku akan kehilangan keperawananku sebentar lagi.
Update 1 2 3
 
Maaf baru lanjut lagi, baru sempat ngetik lagi nih huuu... :ampun:

CHAPTER IV : BERHASIL MELOLOSKAN DIRI

2ms26qg.jpg

Non Eugene

Pak Singgih mendekati mukanya ke mukaku, lalu ia memegang wajahku yang bergerak-gerak menggeliat ini karena efek obat perangsang. Tiba2 dia mendaratkan ciumannya pada bibirku, dia menciumku! Aku yang agak sedikit kaget, spontan mendorong tubuhnya. Di tengah-tengah sedikit kesadaranku aku masih bisa ngomong “Pak! Apa-apaan sih! Main cium aja bikin orang kaget! Sambil memasang muka kesal, padahal aku hanya pura-pura sok jual mahal. Pak Singgih sudah mengambil ciuman pertamaku yang seharusnya itu untuk pacar atau orang yang kucintai kelak. Dia hanya menjawab “Hehe, maaf deh non, udah ngga tahan sih, jangan marah ya, kan cuma gitu doang…”. Lalu aku hanya pura-pura mendengus, lalu kembali kurasakan tubuhku ini panas dan gatal di area vaginaku, namun tidak separah tadi, mungkin efeknya sudah berkurang. Aku yang terdiam sambil sedikit meraba-raba vaginaku mulai didekati lagi oleh Pak Singgih dan buruh yang lain. Mereka kembali mengerubungiku. “Buka bajunya ya non biar ngga kegerahan, hehehe…” Lalu Pak Singgih mulai mengangkat keatas baju pink ku itu. Aku hanya menurut dan mengikuti sambil mengangkat tanganku. Perlahan-lahan bra biru muda dan tubuh bagian atasku yang putih mulus mulai terlihat sampai akhirnya baju tersebut terlepas melewati kepalaku. Lalu baju itu dilemparkan ke lantai oleh Pak Singgih. Mereka pun langsung melotot dan melongo melihat tubuh bagian atasku hanya memakai bra, yang diikuti dengan siulan dan ucapan-ucapan mesum dari mereka. “Anjiirrrr, putih mulus banget non kulitnya” Ada juga yang bilang “Montok juga tetenya non, lumayan gede juga ya, putih lagi, jadi penasaran mau liat pentilnya hehehe”. Aku yang mulai tersadar dari obat perangsang reflek menutupi area bagian dadaku yang terekspos tersebut, namun langsung dicegah oleh Pak Singgih. “Eits, jangan ditutupin dong, pemandangan indah kaya gini, ngga usah malu lah non, kita bakal sama-sama enak kok hehehe…” Lalu aku bilang “Tapi aku malu pak, baru kali ini telanjang dada cuma pakai bra didepan cowok”. Lalu Pak Singgih ngomong “Lho emangnya belum pernah buka-bukaan sama pacarnya non?” Aku bilang “Aku ngga ada pacar dan belum dikasih pacaran pak”. “Oh gitu… Jadi masih perawan dong ya hehehe” katanya lagi. Aku mengangguk dan menjawab “Iya pak, saya masih perawan”. Sebuah jawaban yang tidak kutahu bakal membawa malapetaka atas diriku sendiri.

Lalu sempat kulihat tonjolan celana mereka, sudah semakin menggembung. Kemudian Pak Singgih yang sudah terlihat mupeng berat dari mukanya langsung memberi perintah “Awas, lu orang pada, minggir dulu, gw mau nyicipin duluan si non ini, lu pada nonton aja aksi gue dan tunggu giliran ya, jangan gangguin gue”. Lalu kata si Udin “Wah curang nih Pak Singgih, masa mau enak sendirian, kita-kita ngga diajak” Si Asep menimpali “Iya nih mentang-mentang senior, huuuu…” Yang lain langsung ikut menimpali dengan suara yang sama. “Udeh diem lu pada, mending lu gantian jaga pintu depan biar ngga ada yang curiga, To, lu duluan aja” katanya Pak Singgih menyuruh Sapto. “Ya elah, napa mesti gue duluan” kata Sapto agak malas. “Wkwkwk… kasian deh lu To” kata si Jono. “Ehhh.. lu berani ngebantah senior??” kata Pak Singgih. “Ngga kok, iya-iya siap bos!” Sapto menjawab agak takut sambil membawa sebungkus rokok di meja, lalu keluar dan duduk di kursi di depan kamar mess sambil merokok. “Nah sekarang bapak mau main dulu sama non ya, hehehe” Pak Singgih kembali mendekatiku dan kedua tangannya mulai mengelus dari telapak tangan terus naik ke pundakku. “Buset mulus bener nih kulit, pake sabun apaan ya mandinya?” katanya. Lalu ia meneruskan elusannya ke daerah dadaku bagian atas, lalu mendadak kedua tangannya menangkup kedua buah dadaku yang masih terbungkus bra dan mulai meremas-remasnya dengan lembut. Mendadak aku merasakan suatu rangsangan baru yang baru kali ini aku rasakan, dan reflek aku mendesah “Uhhh… Pak Singgih ngapain sih.. Geli pakk…”. “Hehe, geli tapi enak kan” sambil tangannya meremas-remas terus yang makin lama terasa makin kencang. Lalu dia bilang “Buka behanya yah non, bapak mau liat isinya hehehe”. Aku menggangguk sedikit, karena dari awalnya memang niatku juga mau menyerahkan diriku ini ke para buruh ini, dan sekarang mereka akan menjadi orang-orang pertama yang melihat buah dadaku secara langsung. Lalu Pak Singgih menegakkan badanku yang agak bersandar, lalu kedua tangannya berusaha menggapai ke punggungku dan mencari kaitan bra, lalu dia menemukannya dan tidak lama dia melepas kait itu walaupun agak kesulitan. Lalu dia menurunkan bra itu sampai lepas dan menjatuhkannya ke lantai ke dekat bajuku. Untuk pertama kalinya buah dadaku ini terlihat oleh orang lain selain diriku, dan mereka adalah para buruh kasar yang sangat beruntung bisa melihat buah dada seorang gadis muda yang masih memasuki awal perkuliahan di usia 18 tahun. Spontan mereka ada yang melotot, dan menganga, sampai tidak sadar ada yang meneteskan liurnya. Pak Singgih pun kulihat lucu wajahnya agak menganga dan matanya melotot sambil mematung karena melihat pemandangan indah. Memang buah dadaku ini walaupun hanya berukuran sedang, yaitu 34B, namun putih dan mulus, dan ada terlihat sedikit urat kehijauan di dekat area putingnya. Bentuknya pun masih kencang dan putingnya mencuat keatas dengan dihiasi warna pink kemerahan dan areola yang tidak terlalu lebar. Aku tidak sadar kalau putingku mengeras karena tadi buah dadaku sempat diremas-remas oleh Pak Singgih. Aku walaupun merasa sangat malu, namun tidak lagi menutupi buah dadaku yang terbuka ini, karena kupikir pecuma, pasti tanganku akan disuruh turunkan lagi seperti tadi. Sekitar beberapa detik mereka melongo dan mematung, sampai akhirnya Pak Singgih berbicara “Gilaaa, mimpi apa gue semalem bisa liat tetek bagus kaya gini…”. Suaranya agak gemetar mungkin karena saking nafsunya. Aku malah menimpali dengan genit sambil sengaja menggoyangkan badanku ke kiri dan kanan seolah-olah sedang memamerkan buah dadaku itu “Ah, masa sih pak? Emang bagus ya teteku ini?” Akibatnya kedua buah dadaku itu ikut sedikit bergoyang akibat gerakan badanku. Akhirnya Pak Singgih yang sudah tidak tahan langsung menyambar buah dadaku dengan kedua tangannya, lalu meremas-remasanya dengan gemas. “Uhhhh… geli pak, ngiluuu.. pelan-pelan dong pak” kataku yang agak sedikit meringis karena memang ini pertama kalinya buah dadaku diremas agak kerasa oleh seorang pria, jadi kerasa agak sedikit ngilu. “Eh maaf-maaf non, bapak gemes banget sih” katanya menghentikan remasannya, lalu dia kembali meremas lebih lembut dan pelan. “Gimana rasanya pak, halus dan kenyal ngga tete si non Eugene?” kata si Jono “Ntar gantian yah pak, kita juga pada mau ngerasain hehehe” katanya lagi. “Iye sabarrr, gue baru mulai ini, sumpah No, alusnya ga ketulungan, udah kaya kulit bayi, kaya kapas, dah gitu kenyel-kenyel lagi kaya ager-ager hehehe” katanya sambil terus memainkan buah dadaku, meremasnya, kadang putingku dimainkan dengan jarinya, digoyang-goyang, lalu dijepit dengan kedua jarinya dan ditarik-tarik dan dilepas, lalu diulangi lagi. Akibatnya putingku semakin mencuat dengan keras. Aku hanya mendesah-desah keenakan dan kegelian, kadang badanku menggeliat saking menahan rasa geli.

Kemudian setelah sekitar 10 menit memainkan buah dadaku, Pak Singgih ngomong “Sekarang bapak mau nyobain nyusu yah non, hehehe…” Lalu tanpa bisa kucegah mulutnya langsung mencaplok buah dada kananku, dan menyedot-nyedotnya dengan kuat. “Akhhh! Duh geli pakkk…. Uuuhhhh...” kataku agak kaget akibat serangannya, namun rasa geli langsung menjalar dari putingku ini yang mengakibatkan tubuhku agak melenting dan kembali menggeliat. Dia melanjutkan memainkan putingku dengan lidah di dalam mulutnya. Lalu kembali mengenyot-ngenyotnya seperti bayi yang kehausan. Sampai akhirnya dia menarik kuat buah dadaku sampai agak memanjang tertarik, lalu melepasnya yang diiringi suara “Plokkk!” yang kencang dan buah dadaku seperti memantul bergoyang-goyang sebelum akhirnya kembali diam dengan bekas-bekas kemerahan di sekitaran puting dan lingkaran buah dadaku, dan juga kilatan bekas liur pak Singgih yang tertinggal di puting dan juga sebagian besar buah dadaku, karena dia mencaplok hampir keseluruhan buah dadaku masuk ke dalam mulutnya. Lalu dia kembali mengenyot, menarik dan melepas buah dadaku itu berulang-ulang sebelum akhirnya dia pindah ke buah dada kiriku dan ia melakukan hal yang sama. Sekitar 15 menit dia memainkan buah dadaku, sampai kedua buah dadaku itu mengkilat penuh dengan bekas liurnya, dan terlihat kemerahan karena habis dikenyot-kenyot oleh Pak Singgih. Aku baru tahu bahwa saat itulah Pak Singgih sudah memerawani kedua buah dadaku, yang semestinya itu pun untuk suamiku kelak. “Ahhh… mantappp!! Susu rasa perawan, montok dan kenyal-kenyal, walaupun ngga ada ASInya, hehehe” katanya sambil menyeka liurnya yang menetes-netes setelah menyusu ke buah dadaku. Lalu dia melanjutkan aksinya hendak memelorotkan celana pendekku. “Sekarang celananya bapak lepas yah non, hehehe”. Baru kedua tangannya hendak menurunkan celanaku dari samping, tiba-tiba HPku berbunyi, yang sekaligus menyadarkanku yang saat itu sudah terengah-engah dan pasrah. Aku menepis tangan Pak Singgih dan bergegas bangkit dari sofa mengambil HPku yang kutaruh diatas meja tanpa memakai kembali bra dan bajuku, yang mengakibatkan buah dadaku kembali bergoyang-goyang. Mukaku langsung pucat melihat ada WA masuk dari ayahku yang mengatakan bahwa dia batal bertemu dengan kerabatnya dan sebentar lagi akan sampai di rumah sekitar 20 menitan. Aku langsung panik dan bergegas mengambil dan memakai kembali bra dan bajuku tanpa menghiraukan para buruh tersebut. Lalu Pak Singgih bilang “Lho non, mau kemana? Belum kelar nih acara kita, kok buru-buru amat, ada apa?” Aku langsung bilang “Gawat pak, papaku bentar lagi sampai ke rumah, dia lagi perjalanan pulang sekitar 20 menit lagi sampai, aku mesti pulang sekarang pak, bisa gawat kalo ketauan aku lagi disini, maaf ya pakk” kataku sambil tergesa-gesa. “Waduhhh, bisa cilaka kita kalo ketauan, ya udah deh non, lanjut besok-besok lagi ya, ayo non saya bukain pintu” Yang lainnya pun ikut panik, dan bergegas keluar. “To! Bukain pintu gerbang depan! Si non bapaknya mau sampai ke rumah bentar lagi!” kata Pak Singgih yang mengagetkan si Sapto sampai rokok di tangannya jatuh. “Waduh, oke siap boss!” lalu dia langsung berlari ke gerbang depan dan membuka handle serta mendoron pintunya. Aku pun agak berjalan cepat menuju keluar. “Makasih ya non udah bersedia nemenin kita-kita disini, udah ngasih kesempatan buat megang, ngelus-ngelus dan nyobain nenen ke susu non yang indah itu hehehe” kata Pak Singgih mesum sambil berjalan cepat juga disampingku diikuti oleh yang lain. “Iya pak, sama-sama, saya juga terima kasih udah bisa ngerasain apa yang namanya dirangsang oleh cowok, ini jadi pengalaman baru buat saya. Saya permisi dulu yah pak” kataku membalasnya. “Iya hati-hati di jalan yah non” kata Pak Singgih. “Besok-besok dateng lagi yah non, kabarin aja kalo mau kesini” kata si Udin. “Pulang duluan ya semuanya” kataku sambil melambaikan tanganku dan berjalan kembali ke arah rumahku. Itulah pengalaman pertamaku ditelanjangi dan dicabuli oleh para buruh itu. Masih kerasa sedikit nyeri di buah dadaku akibat remasa dan sedotan dari Pak Singgih. Aku ngga menyangka bisa sejauh ini kenekatanku. Kalau saja tadi tidak ada WA masuk dari ayahku, mungkin sekarang aku sudah diperawani dan disetubuhi oleh mereka. Namun hal ini bukan membuatku kapok, tapi malah membangkitkan gairah baru di dalam diriku yang semakin liar. Sambil tersenyem-senyum sendiri aku membayangkan hal gila apalagi yang akan kulakukan ke mereka, dan kejutan apalagi yang bakal menungguku kalau nanti aku ke mess mereka lagi besok-besok.
Maaf baru lanjut lagi, baru sempat ngetik lagi nih huuu... :ampun:

CHAPTER IV : BERHASIL MELOLOSKAN DIRI

2ms26qg.jpg

Non Eugene

Pak Singgih mendekati mukanya ke mukaku, lalu ia memegang wajahku yang bergerak-gerak menggeliat ini karena efek obat perangsang. Tiba2 dia mendaratkan ciumannya pada bibirku, dia menciumku! Aku yang agak sedikit kaget, spontan mendorong tubuhnya. Di tengah-tengah sedikit kesadaranku aku masih bisa ngomong “Pak! Apa-apaan sih! Main cium aja bikin orang kaget! Sambil memasang muka kesal, padahal aku hanya pura-pura sok jual mahal. Pak Singgih sudah mengambil ciuman pertamaku yang seharusnya itu untuk pacar atau orang yang kucintai kelak. Dia hanya menjawab “Hehe, maaf deh non, udah ngga tahan sih, jangan marah ya, kan cuma gitu doang…”. Lalu aku hanya pura-pura mendengus, lalu kembali kurasakan tubuhku ini panas dan gatal di area vaginaku, namun tidak separah tadi, mungkin efeknya sudah berkurang. Aku yang terdiam sambil sedikit meraba-raba vaginaku mulai didekati lagi oleh Pak Singgih dan buruh yang lain. Mereka kembali mengerubungiku. “Buka bajunya ya non biar ngga kegerahan, hehehe…” Lalu Pak Singgih mulai mengangkat keatas baju pink ku itu. Aku hanya menurut dan mengikuti sambil mengangkat tanganku. Perlahan-lahan bra biru muda dan tubuh bagian atasku yang putih mulus mulai terlihat sampai akhirnya baju tersebut terlepas melewati kepalaku. Lalu baju itu dilemparkan ke lantai oleh Pak Singgih. Mereka pun langsung melotot dan melongo melihat tubuh bagian atasku hanya memakai bra, yang diikuti dengan siulan dan ucapan-ucapan mesum dari mereka. “Anjiirrrr, putih mulus banget non kulitnya” Ada juga yang bilang “Montok juga tetenya non, lumayan gede juga ya, putih lagi, jadi penasaran mau liat pentilnya hehehe”. Aku yang mulai tersadar dari obat perangsang reflek menutupi area bagian dadaku yang terekspos tersebut, namun langsung dicegah oleh Pak Singgih. “Eits, jangan ditutupin dong, pemandangan indah kaya gini, ngga usah malu lah non, kita bakal sama-sama enak kok hehehe…” Lalu aku bilang “Tapi aku malu pak, baru kali ini telanjang dada cuma pakai bra didepan cowok”. Lalu Pak Singgih ngomong “Lho emangnya belum pernah buka-bukaan sama pacarnya non?” Aku bilang “Aku ngga ada pacar dan belum dikasih pacaran pak”. “Oh gitu… Jadi masih perawan dong ya hehehe” katanya lagi. Aku mengangguk dan menjawab “Iya pak, saya masih perawan”. Sebuah jawaban yang tidak kutahu bakal membawa malapetaka atas diriku sendiri.

Lalu sempat kulihat tonjolan celana mereka, sudah semakin menggembung. Kemudian Pak Singgih yang sudah terlihat mupeng berat dari mukanya langsung memberi perintah “Awas, lu orang pada, minggir dulu, gw mau nyicipin duluan si non ini, lu pada nonton aja aksi gue dan tunggu giliran ya, jangan gangguin gue”. Lalu kata si Udin “Wah curang nih Pak Singgih, masa mau enak sendirian, kita-kita ngga diajak” Si Asep menimpali “Iya nih mentang-mentang senior, huuuu…” Yang lain langsung ikut menimpali dengan suara yang sama. “Udeh diem lu pada, mending lu gantian jaga pintu depan biar ngga ada yang curiga, To, lu duluan aja” katanya Pak Singgih menyuruh Sapto. “Ya elah, napa mesti gue duluan” kata Sapto agak malas. “Wkwkwk… kasian deh lu To” kata si Jono. “Ehhh.. lu berani ngebantah senior??” kata Pak Singgih. “Ngga kok, iya-iya siap bos!” Sapto menjawab agak takut sambil membawa sebungkus rokok di meja, lalu keluar dan duduk di kursi di depan kamar mess sambil merokok. “Nah sekarang bapak mau main dulu sama non ya, hehehe” Pak Singgih kembali mendekatiku dan kedua tangannya mulai mengelus dari telapak tangan terus naik ke pundakku. “Buset mulus bener nih kulit, pake sabun apaan ya mandinya?” katanya. Lalu ia meneruskan elusannya ke daerah dadaku bagian atas, lalu mendadak kedua tangannya menangkup kedua buah dadaku yang masih terbungkus bra dan mulai meremas-remasnya dengan lembut. Mendadak aku merasakan suatu rangsangan baru yang baru kali ini aku rasakan, dan reflek aku mendesah “Uhhh… Pak Singgih ngapain sih.. Geli pakk…”. “Hehe, geli tapi enak kan” sambil tangannya meremas-remas terus yang makin lama terasa makin kencang. Lalu dia bilang “Buka behanya yah non, bapak mau liat isinya hehehe”. Aku menggangguk sedikit, karena dari awalnya memang niatku juga mau menyerahkan diriku ini ke para buruh ini, dan sekarang mereka akan menjadi orang-orang pertama yang melihat buah dadaku secara langsung. Lalu Pak Singgih menegakkan badanku yang agak bersandar, lalu kedua tangannya berusaha menggapai ke punggungku dan mencari kaitan bra, lalu dia menemukannya dan tidak lama dia melepas kait itu walaupun agak kesulitan. Lalu dia menurunkan bra itu sampai lepas dan menjatuhkannya ke lantai ke dekat bajuku. Untuk pertama kalinya buah dadaku ini terlihat oleh orang lain selain diriku, dan mereka adalah para buruh kasar yang sangat beruntung bisa melihat buah dada seorang gadis muda yang masih memasuki awal perkuliahan di usia 18 tahun. Spontan mereka ada yang melotot, dan menganga, sampai tidak sadar ada yang meneteskan liurnya. Pak Singgih pun kulihat lucu wajahnya agak menganga dan matanya melotot sambil mematung karena melihat pemandangan indah. Memang buah dadaku ini walaupun hanya berukuran sedang, yaitu 34B, namun putih dan mulus, dan ada terlihat sedikit urat kehijauan di dekat area putingnya. Bentuknya pun masih kencang dan putingnya mencuat keatas dengan dihiasi warna pink kemerahan dan areola yang tidak terlalu lebar. Aku tidak sadar kalau putingku mengeras karena tadi buah dadaku sempat diremas-remas oleh Pak Singgih. Aku walaupun merasa sangat malu, namun tidak lagi menutupi buah dadaku yang terbuka ini, karena kupikir pecuma, pasti tanganku akan disuruh turunkan lagi seperti tadi. Sekitar beberapa detik mereka melongo dan mematung, sampai akhirnya Pak Singgih berbicara “Gilaaa, mimpi apa gue semalem bisa liat tetek bagus kaya gini…”. Suaranya agak gemetar mungkin karena saking nafsunya. Aku malah menimpali dengan genit sambil sengaja menggoyangkan badanku ke kiri dan kanan seolah-olah sedang memamerkan buah dadaku itu “Ah, masa sih pak? Emang bagus ya teteku ini?” Akibatnya kedua buah dadaku itu ikut sedikit bergoyang akibat gerakan badanku. Akhirnya Pak Singgih yang sudah tidak tahan langsung menyambar buah dadaku dengan kedua tangannya, lalu meremas-remasanya dengan gemas. “Uhhhh… geli pak, ngiluuu.. pelan-pelan dong pak” kataku yang agak sedikit meringis karena memang ini pertama kalinya buah dadaku diremas agak kerasa oleh seorang pria, jadi kerasa agak sedikit ngilu. “Eh maaf-maaf non, bapak gemes banget sih” katanya menghentikan remasannya, lalu dia kembali meremas lebih lembut dan pelan. “Gimana rasanya pak, halus dan kenyal ngga tete si non Eugene?” kata si Jono “Ntar gantian yah pak, kita juga pada mau ngerasain hehehe” katanya lagi. “Iye sabarrr, gue baru mulai ini, sumpah No, alusnya ga ketulungan, udah kaya kulit bayi, kaya kapas, dah gitu kenyel-kenyel lagi kaya ager-ager hehehe” katanya sambil terus memainkan buah dadaku, meremasnya, kadang putingku dimainkan dengan jarinya, digoyang-goyang, lalu dijepit dengan kedua jarinya dan ditarik-tarik dan dilepas, lalu diulangi lagi. Akibatnya putingku semakin mencuat dengan keras. Aku hanya mendesah-desah keenakan dan kegelian, kadang badanku menggeliat saking menahan rasa geli.

Kemudian setelah sekitar 10 menit memainkan buah dadaku, Pak Singgih ngomong “Sekarang bapak mau nyobain nyusu yah non, hehehe…” Lalu tanpa bisa kucegah mulutnya langsung mencaplok buah dada kananku, dan menyedot-nyedotnya dengan kuat. “Akhhh! Duh geli pakkk…. Uuuhhhh...” kataku agak kaget akibat serangannya, namun rasa geli langsung menjalar dari putingku ini yang mengakibatkan tubuhku agak melenting dan kembali menggeliat. Dia melanjutkan memainkan putingku dengan lidah di dalam mulutnya. Lalu kembali mengenyot-ngenyotnya seperti bayi yang kehausan. Sampai akhirnya dia menarik kuat buah dadaku sampai agak memanjang tertarik, lalu melepasnya yang diiringi suara “Plokkk!” yang kencang dan buah dadaku seperti memantul bergoyang-goyang sebelum akhirnya kembali diam dengan bekas-bekas kemerahan di sekitaran puting dan lingkaran buah dadaku, dan juga kilatan bekas liur pak Singgih yang tertinggal di puting dan juga sebagian besar buah dadaku, karena dia mencaplok hampir keseluruhan buah dadaku masuk ke dalam mulutnya. Lalu dia kembali mengenyot, menarik dan melepas buah dadaku itu berulang-ulang sebelum akhirnya dia pindah ke buah dada kiriku dan ia melakukan hal yang sama. Sekitar 15 menit dia memainkan buah dadaku, sampai kedua buah dadaku itu mengkilat penuh dengan bekas liurnya, dan terlihat kemerahan karena habis dikenyot-kenyot oleh Pak Singgih. Aku baru tahu bahwa saat itulah Pak Singgih sudah memerawani kedua buah dadaku, yang semestinya itu pun untuk suamiku kelak. “Ahhh… mantappp!! Susu rasa perawan, montok dan kenyal-kenyal, walaupun ngga ada ASInya, hehehe” katanya sambil menyeka liurnya yang menetes-netes setelah menyusu ke buah dadaku. Lalu dia melanjutkan aksinya hendak memelorotkan celana pendekku. “Sekarang celananya bapak lepas yah non, hehehe”. Baru kedua tangannya hendak menurunkan celanaku dari samping, tiba-tiba HPku berbunyi, yang sekaligus menyadarkanku yang saat itu sudah terengah-engah dan pasrah. Aku menepis tangan Pak Singgih dan bergegas bangkit dari sofa mengambil HPku yang kutaruh diatas meja tanpa memakai kembali bra dan bajuku, yang mengakibatkan buah dadaku kembali bergoyang-goyang. Mukaku langsung pucat melihat ada WA masuk dari ayahku yang mengatakan bahwa dia batal bertemu dengan kerabatnya dan sebentar lagi akan sampai di rumah sekitar 20 menitan. Aku langsung panik dan bergegas mengambil dan memakai kembali bra dan bajuku tanpa menghiraukan para buruh tersebut. Lalu Pak Singgih bilang “Lho non, mau kemana? Belum kelar nih acara kita, kok buru-buru amat, ada apa?” Aku langsung bilang “Gawat pak, papaku bentar lagi sampai ke rumah, dia lagi perjalanan pulang sekitar 20 menit lagi sampai, aku mesti pulang sekarang pak, bisa gawat kalo ketauan aku lagi disini, maaf ya pakk” kataku sambil tergesa-gesa. “Waduhhh, bisa cilaka kita kalo ketauan, ya udah deh non, lanjut besok-besok lagi ya, ayo non saya bukain pintu” Yang lainnya pun ikut panik, dan bergegas keluar. “To! Bukain pintu gerbang depan! Si non bapaknya mau sampai ke rumah bentar lagi!” kata Pak Singgih yang mengagetkan si Sapto sampai rokok di tangannya jatuh. “Waduh, oke siap boss!” lalu dia langsung berlari ke gerbang depan dan membuka handle serta mendoron pintunya. Aku pun agak berjalan cepat menuju keluar. “Makasih ya non udah bersedia nemenin kita-kita disini, udah ngasih kesempatan buat megang, ngelus-ngelus dan nyobain nenen ke susu non yang indah itu hehehe” kata Pak Singgih mesum sambil berjalan cepat juga disampingku diikuti oleh yang lain. “Iya pak, sama-sama, saya juga terima kasih udah bisa ngerasain apa yang namanya dirangsang oleh cowok, ini jadi pengalaman baru buat saya. Saya permisi dulu yah pak” kataku membalasnya. “Iya hati-hati di jalan yah non” kata Pak Singgih. “Besok-besok dateng lagi yah non, kabarin aja kalo mau kesini” kata si Udin. “Pulang duluan ya semuanya” kataku sambil melambaikan tanganku dan berjalan kembali ke arah rumahku. Itulah pengalaman pertamaku ditelanjangi dan dicabuli oleh para buruh itu. Masih kerasa sedikit nyeri di buah dadaku akibat remasa dan sedotan dari Pak Singgih. Aku ngga menyangka bisa sejauh ini kenekatanku. Kalau saja tadi tidak ada WA masuk dari ayahku, mungkin sekarang aku sudah diperawani dan disetubuhi oleh mereka. Namun hal ini bukan membuatku kapok, tapi malah membangkitkan gairah baru di dalam diriku yang semakin liar. Sambil tersenyem-senyum sendiri aku membayangkan hal gila apalagi yang akan kulakukan ke mereka, dan kejutan apalagi yang bakal menungguku kalau nanti aku ke mess mereka lagi besok-besok.
Mantapp huuu
 
Mohon maaf agan2 sekalian, belakangan ini agak sibuk karena baru pindah ke perusahaan baru :ampun:
Saya usahakan update terus secepatnya ya. Sebagai permintaan maaf saya kasih foto Eugene yang lagi pamer paha biar doi semakin terkenal di dunia perlendiran hehehe...

2n1xthv.jpg

Non Eugene yang kulitnya halus seputih salju...


CHAPTER V : MENCOBA BERMAIN API

Kejadian yang nyaris merenggut keperawananku di dalam mess para buruh itu bukan membuatku tobat dan takut, namun semakin mendorong niat gilaku untuk berbuat lebih nekat lagi. Dan aku bertekad untuk lebih berani lagi dalam mengumbar auratku dihadapan para buruh itu.

Jadi waktu itu adalah hari minggu dimana kuliahku memang sedang libur. Ayah dan ibuku sudah pergi sejak jam 9 pagi. Sebelumnya ibuku sudah berpesan supaya aku tidak lupa untuk menjemur pakaian yang sudah dicuci di mesin cuci jika nanti ada terik matahari. Tinggalah aku sendiri di rumah dan aku hanya mau bermalas-malasan saja hari ini. Semua ajakan temanku pergi ke mall sudah kutolak. Entah mengapa sejak aku dilecehkan oleh para buruh itu, aku jadi agak malas melakukan aktivitas lain dan ada keinginan untuk mengulanginya lagi.

Saat itu aku sedang melihat-lihat channel TV di lantai 1 ruang keluarga, namun semuanya tidak ada yang menarik, ngga jauh-jauh dari berita politik dan gossip seputar artis. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, diluar pun sudah mulai terik. Aku pun berniat memanfaatkan panas terik ini untuk menjemur pakaian. Ketika aku hendak menuju ke tempat jemuran di lantai 2, aku teringat kalau hari ini para buruh itu juga pasti libur sama sepertiku. Niat gilaku pun timbul lagi.

Aku langsung mempersiapkan aksi nekat kali ini yaitu rencananya nanti aku akan menjemur pakaian dengan hanya memakai handuk tanpa dalaman apapun lagi. Kebetulan tempat jemur pakaianku ada di halaman samping rumah di lantai 1 persis di sebelah mess para buruh itu dan cuma ditutupi tembok yang tidak terlalu tinggi. Jadi kalau parah buruh itu naik ke lantai 2 mess mereka, mereka bisa melihat langsung ke bawah ke tempat jemuran rumahku.

Akupun bergegas melepas semua pakaianku dan melilitkan handuk. Setelah itu aku mengirim WA ke pak Singgih agar mereka standby di lantai 2 mess karena aku akan menunjukkan sesuatu ke mereka. “Pak, ajak yang lain rame-rame ke lantai 2 yah, aku mau kasih kejutan nih hihihi :p”. Pak Singgih langsung membalas “Oh ya? Wah kejutan apa nih non hehehe?”. Aku balas lagi “Aku mau kasih liat live show sambil jemur pakaian hehehe”. Lalu balasnya “Woww, mantapp, siapp non! Kita segera ke tkp!”

Selesai mengirimkan WA, masih dengan mengenakan handuk yang kulilit sampai diatas buah dadaku, tanpa mengenakan apapun lagi di baliknya, aku mengambil keranjang berisi pakaian yang akan dijemur yang sudah diletakan ibuku disebelah mesin cuci, beberapa diantaranya adalah bra dan celana dalamku sendiri. “Hihihi, makin mantap nih kalo sambil jemur beginian” kataku dalam hati. Letak tempat jemuran itu sendiri berada di sebelah kamar mandi atas tidak jauh dari kamarku.

Aku pun segera memulai aksiku. Dengan memberanikan diri walaupun deg-degan, aku membuka pintu ke tempat jemuran sambil membawa keranjang pakaian. Baru kira-kira setengah posisi badanku terlihat keluar dari pintu, langsung kudengar ada teriakan dan siulan heboh dari arah atas, dan ketika kulihat ternyata para buruh itu betul-betul sudah menungguku. Kulihat ada mereka berlima, yaitu pak Singgih, Asep, Udin, Sapto, dan Jono. Mereka masih terus bersiul-siul sambil memanggil-manggil namaku layaknya seperti melihat artis. “Suit suitttt, gile si non, beneran mau live show nih, lumayan siang-siang gini ada hiburan hahaha!” kata Asep. “Anjirrr tuh body cuma pake anduk, mulus benerrrr!” si Sapto menimpali. “Non, ayo buruan mulai, dadahh dulu dong ke kita!” kata si Jono.

Aku segera menutup pintu dan mengikuti kemauan mereka dengan melambaikan tangan dan bergaya seperti mengasih kecupan ke mereka. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa jadi sebinal ini seperti pelacur murahan. Aksiku itu disambut dengan teriakan yang makin meriah oleh mereka. Untung posisi kita ada di bagian belakang bangunan dan di belakangnya masih berupa tanah kosong, jadi teriakan mereka tidak akan terdengar siapa-siapa. Kuharap sih begitu. Dan memang cuma mereka berlima dari seluruh penghuni mess yang berjumlah total 20 orang yang tidak pulang kampung setiap akhir pekan. Jadi otomatis mereka selalu menjadi penghuni mess di hari sabtu dan minggu.

Aku melanjutkan aksiku dengan mulai mengambil pakaian-pakaian itu sambil menggantungkannya ke tali jemuran. Aku sengaja mengangkat ketiakku tinggi-tinggi agar mereka bisa melihat kemulusannya. Mereka tak henti-hentinya bersiul atau memuji-mujiku dengan kata-kata yang sebetulnya lebih ke arah pelecehan. Namun aku malah menikmati kata-kata pelecehan itu dan sesekali melempar senyuman ke mereka.

Lalu pak Singgih ngomong “Non, sekalian joget dong ngejemurnya, nih kita puterin lagu yaa”. Tak lama dari salah satu HP mereka terdengarlah lagu yang lagi booming banget saat ini, aku langsung mengenali lagu itu. Itu adalah lagu Lagi Syantiknya Siti Badriah. Akupun kembali mengikuti mereka dan mulai melenggok-lenggokan badanku dengan asal sesuai irama lagu sambil terus menjemur pakaian. “Gile si non jago juga jogetnya, dah kaya artis dangdut!” kata si Udin. “Makin lama makin hoootttt!” kata pak Singgih.

Padahal aku tidak bisa dance sama sekali, dan cuma asal goyang-goyang badan terutama di bagian pantat. Mungkin karena aku cuma memakai handuk jadinya membuat mereka semakin mupeng. Tak lama pak Singgih yang sudah seperti pengarah gaya ngomong lagi “Ayo non, mulai dilepas dong handuknyam bugil aja non hahaha!” Akupun cukup kaget kali ini dengan permintaannya. Sesaat aku ragu, apakah harus sejauh itu kegilaanku?

Namun aku melihat pakaian yang sedang kupegang saat ini adalah bra ku. Dan aku melihat ke dalam keranjang, memang tinggal sisa beberapa helai bra dan celana dalamku saja. Akhirnya aku tersenyum sambil dalam hati ngomong “Totalitas! Kalo mau nekat jangan tanggung-tanggung Eugene” Lalu perlahan aku mulai melepas ikatan handukku, dan plekk, jatuhlah handuk itu ke lantai tempat jemuran.

Seketika itu juga aku mendengar teriakan menggelegar dari mereka seperti orang histeris. Dan kata-kata umpatan kasar pun mulai terdengar. “Anji****!! Gilaaaa si non nekat bangettt hahaha!” “Dijabaninnn, edan sia si nonn!!” “Mantappp, bang****, anji****! Ga tahan gue, silau banget mennn!” “Woooohhh!! Bodynya ngga nahaaan cuyyyyy, suit suittt!!”

Kupingku terasa panas dan mukaku memerah mendengar kata-kata mereka. Reflek aku menutupi kedua buah dadaku dan vaginaku yang sempat terekspos. Sempat aku berpikir, sepertinya aku sudah kelewatan dan bermaksud masuk ke dalam rumah. Namun pak Singgih bilang “Yah non, jangan diem kaku gitu dong, masih malu-malu aja, toh waktu itu kan udah diliat juga body non sama kita-kita, ngapain malu lagi sekarang, jangan ditutupin dong non, enjoy aja lah”

Mendengar itu aku mengiyakan dalam hati. Ya memang sebelumnya mereka sudah sempat menelanjangiku dan melecehkanku. Jadi apa gunanya juga sekarang aku takut dan malu. Akhirnya aku senyum kembali ke mereka sambil bilang “Maaf ya tadi cuma agak kaget aja, lanjut deh sekarang shownya”. “Nah gitu donggg” kata mereka berbarengan. Aku melepaskan kedua tangannku yang menutupi buah dada dan vaginaku, sehingga badanku yang bugil ini kembali menjadi sajian mata mereka. Kubiarkan mereka memandangi tubuhku yang putih mulus ini sampai puas. Lalu kulihat mereka mulai satu persatu membuka celana mereka dan beronani ria sambil menontonku. Aku bisa melihat sekilas penis-penis mereka yang sedang dikocok oleh mereka sendiri. Dan keringat mulai bercucuran, menambah aura keseksian badanku.

Sambil terus menjemur sisa pakaianku, aku masih tetap berlenggak-lenggok mengikuti irama lagu. Panas terik matahari lama-kelamaan mulai membuat kulitku menjadi kemerahan. Tanpa kusadari, kedua puting merah muda ku menjadi tegang dan vaginaku agak basah setelah kuraba sebentar. Aku tau kalau tubuhku bertolak belakang dengan pikiranku. Dan nafsu birahi yang sekarang mengontrol diriku. Pada akhirnya aku menikmati tubuh telanjangku dijadikan bahan tontonan oleh para buruh itu.

Akhirnya aku selesai menjemur semua pakaian. Lagu di hp mereka pun sudah selesai. Lalu aku mulai merasa panas terik ini semakin menyiksa diriku. Kulihat jam di hpku sudah pukul 12. Berarti sudah sejam aku melakukan live show ini. Akupun berniat mandi, lalu ngomong ke mereka “Bapak-bapak sekalian, acara liveshownya sudah selesai ya, saya udah kepanasan, sekarang mau mandi dulu” kataku sambil memunggut handuk dan keranjang pakaian. Lalu kata si Asep “Yaaaahhh… Udahan yah non, padahal lagi nanggung nih, kita pada blom sampe ngecrot” katanya sambil terus mengocok dan memperlihatkan penisnya yang coklat gelap ke arahku.

“Udahlah, kesian tuh si non udah lepek kepanasan, ntar gosong tuh kulit putih mulusnya” kata si Jono. “Ya udah non, makasih ya buat tontonan live shownya yang sangat menghibur” kata Sapto. “Tapi non, berhubung kita pada nanggung, bentar lagi kita mau ke rumah non ya, lagi ngga ada orang kan? Mau nuntasin ini juga nih sekalian hehehe” kata pak Singgih sambil menujuk penisnya yang tegang dan berurat, kelihatannya paling besar dibanding yang lain.

Deg! Waduhhh, mereka mau dateng ke rumah, kayanya kali ini aku ngga akan bisa lolos lagi. “Oke pak, dateng aja nanti sekitar setengah jam lagi, saya mau mandi dulu ya” kataku sambil pamit. “Ntar pas nyambut kita ngga usah pakai baju ya non, bugil aja, biar bisa langsung tancap gasss hehehe” kata si Udin. Sepertinya inilah saatnya, dimana mereka sudah betul-betul terpancing birahinya olehku, dan berniat untuk menyetubuhi dan memerawaniku di rumahku sendiri.

“Oke dehh, udah dulu yaa, dadahhh” kataku sambil melambaikan tangan ke mereka. “Kiss bye nya mana non? Hehehe” kata pak Singgih. “Oh iya lupa, muaccchhh” aku memonyongkan bibir seperti seolah-olah mencium mereka. “Dadahh nonnn” kata mereka sambil melambaikan tangan. Aku tersenyum sekali lagi dan menutup pintu tempat jemuran. Lalu aku terduduk lemas di lantai setelah menaruh keranjang pakaian di sebelahku. Aku kembali merenungkan kejadian tadi, sudah sebegitu gilakah diriku. Sekarang aku betul-betul akan menanggung konsekuensi dari perbuatanku yang bermain api sampai sejauh ini. Mereka akan dating ke rumahku sebentar lagi. Entah apa yang akan terjadi. Akupun bersiap akan kemungkinan terburuk, yaitu hilangnya perawanku ditangan mereka. Ya, aku sudah menunggu moment ini sejak dulu, dan aku siap. Aku bangkit berdiri dan menuju ke kamar mandiku.


Mohon maaf jika masih ada beberapa koreksi dan kesalahan dalam pengetikan. Saran dan kritikannya sangat diterima. Karena saya masih pemula. Terima kasih agan2 sekalian... :ampun:
Nitipppp huu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd