Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Aku Sayang (by izy)

izy

Semprot Baru
Daftar
27 Nov 2014
Post
26
Like diterima
23
Bimabet
*** Izy ***





mempersembahkan





AKU SAYANG





*****






Semburat jingga itu adalah sinar terakhir. Kicau burung-burung adalah selamat tinggal. Pelukan hangat sang cakrawala adalah buai perpisahan. Langit beserta isi jagad raya mengucapkan salam, "Sampai jumpa tahun depan." Dan mentari-pun terjatuh dengan tenang ke keperaduan-nya dengan tersenyum bahagia terkembang.

Dunia bersiap. Segala pernak-pernik hiasan telah di persiapkan. Segala sudut telah di hiasi dengan lampu dan pita warna-warni. Bunyi terompet bersahutan di sana sini. Jalanan mulai padat ramai dengan mereka yang bersuka-cita, siap untuk berpesta menyambut perayaan malam pergantian tahun, tahun baru.

Di jalanan Jakarta yang padat ramai hampir macet total, Bimo dengan gelisah mengendarai mobil-nya. Sesekali pemuda itu melirik arloji yang melingkar di lengan kiri nya, "aduuuuh... anjieeeeng..." gerutunya kesal sambil memukul-mukul setir mobilnya, "bisa telat ni gue."

Beberapa kali dengan emosi Bimo memencet klakson mobilnya. "Tin tin tiiin..." berharap bisa kepadatan itu teruarai yang sebenarnya dia tau benar itu adalah mustahil. "Mampus gue mampus gue mampuuuus..." Makinya semakin frustasi di ambang gila.

"Tuuuut... tuuuut... tuuuut..." tiba-tiba handphone-nya berdering. Terpampang seraut wajah cantik sang pemanggil di layar handphone itu, "Hestia..." guman nya sambil mengangkat menerima panggilan itu, "Iya Hes... ni masih kejebak macet ni, bentar lagi nyampe kok."

Setelah susah payah penuh kesabaran, begitu lepas dari lampu merah biang keladi kemacetan, Bimo akhirnya bisa sedikit bernafas lega. Jalanan di depan lumayan lancar, dan secepat mungkin Bimo memacu mobilnya agar lebih cepat sampai di tujuan. "Tuuuut tuuut tuuut..." kembali handphone-nya berdering, "Iya... ni dah masuk komplek kok," kata Bimo menjawab telefon itu.

Tak berapa lama kemudian Bimo telah sampai di depan sebuah rumah mungil bercat kuning gading yang asri. Begitu Bimo keluar dari mobilnya, terlihat seorang gadis kecil bergaun pesta ungu berlari menyambutnya, "Om Bimooo..." teriak gadis kecil itu sambil menghambur memeluknya.

"Ugh..." dengan sayang Bimo menyambut pelukan kemudian menggendong bidadari kecil itu, "Mama mana, udah siap?" tanya Bimo sambil menggendong gadis kecil itu masuk ke dalam rumah.

"Udah dari tadi Om," jawab gadis kecil itu sambil merosot turun dari gendongan Bimo, "Mamaaaa... Om Bimo udah datang," kemudian berteriak sambil berlari riang masuk ke kamar Mamanya.

Tak berapa lama kemudian, gadis kecil itu menggandeng keluar seorang bidadari anggun bergaun longdress ungu senada dengan-nya. Anggun, belahan tinggi longdress nya memamerkan kaki jenjang dan semampai lekuk tubuh-nya yang indah. Wajah cantiknya nan anggun berlabur make-up tipis natural yang semakin mempertegas gurat kecantikan-nya. Rambut panjangnya yang indah menghitam tersanggul memamerkan leher-nya yang ranum menggoda.

"Hestia?" Bimo membelalak setengah tak percaya dengan pandangan matanya sendiri.

Hestia sedikit mengernyitkan dahi heran dengan ekspresi terkejut Bimo, "Kenapa... dandanan gue salah ya?" tanya-nya sambil berputar berusaha mengoreksi apa yang salah dengan penampilan-nya.

"Eng-enggak, nggak ada yang salah," Bimo perlahan berjalan memutari Hestia, "cu-cuma terlalu sempurna, cantik."

Hestia tersipu malu menerima pujian dari kekasihnya itu, "bisa aja kamu Bim." jawabnya sambil tersenyum manis.

"Om Om..." Shilla menarik narik lengan Bimo. "Apa sayang?" jawab Bimo sambil jongkok menyejajarkan diri dengan gadis kecil itu. "Mama cantik ya Om."

"Cantik... cantik banget, secantik Shilla," jawab Bimo sambil mencolek manja hidung mungil bocah itu.

"Makin cinta ya Om ama Mama?"

"Hush... Shilla apaan sih, anak kecil kok bilang cinta cintaan," potong Hestia.

"Cilla kan dah gede ya Om ya," jawab Shilla mencari dukungan Bimo, "udah umur enam" sambungnya sambil membuat tanda enam jari.

"Iya ya sayang ya..." kata Bimo mengiyakan.

"Udah ah," Hestia melirik arloji yang melingkar indah di lengan kirinya, "buru berangkat, keburu kejebak macet nie."

"Hayuk..." Bimo kemudian mengangkat dan menggendong Shilla, "kita berangkaaaaat..."

"Berangkaaaat..." balas Shilla bersemangat di gendongan Bimo.

Tak berapa lama kemudian mereka sudah berjibaku dengan jalanan Jakarta. Kemacetan malam tahun baru ini sudah semakin parah dari pada sebelum-nya. Semakin malam seisi Jakarta seakan tumpah ruah semua di jalanan. Bahkan sudah ada beberapa ruas jalan protokol yang sudah macet sama sekali tidak bisa bergerak. Jakarta sudah lumpuh total.

Setelah berjuang memalui jalan padat merayap dan berputar mencari jalan alternatif, akhirnya mereka dengan susah payah sampai juga di tempat tujuan. Malam ini mereka akan merayakan pesta pergantian tahun di puncak gedung pencakar langit tempat Bimo dan Hestia bekerja. "Kita sampai," kata Bimo sambil mematikan mesin mobilnya, "turun sayang yuk?"

"Oke..." jawab Shilla bersemangat. Hastia tersenyum sambil menggeleng melihat wajah ceria putri semata wayang-nya itu.

Dari parkiran basement mereka bertiga kemudian langsung naik lift menuju puncak gedung di mana pesta akan di gelar. "Cie cie....couple of the year," ledek teman teman Bimo dan Hestia begitu mereka sampai di tempat pesta.

"Serasi banget," goda Alin sahabat mereka.

Seketika Hestia bersemu merah mendapat godaan dari teman-nya itu, "apaan sih Lin, biasa aja napa."

"Ya nggak bisa biasa lah, ini kan malam special, ya nggak Cilla sayang?"

"Iya Tante," jawab Shilla imut sambil tersenyum.

"Waoow... Romeo Juliet mah putus cuin," imbuh Mayang ikut menggoda, "Cilla ama Tante Mayang yuk," ajaknya sambil menggandeng bocah kecil itu, "biar Mama ama Om Bimo bisa berduaan," dan mengatarnya bergabung dengan anak-anak seusianya yang sedang asik bermain.

"Ini sih Romeo dan Juliet versi milenium ini," sambung Bagio ikut menggoda.

"Yoi Men..." kata Alex mengamini.

"Persis kaya masa muda gue dulu," timpal Pak Andi ikut menggoda.

"Apaaa!!!" Alex, Bagio, Alin dan semua yang ada di situ kompak memasang ekspresi terkejut, "Hwahahahahahahaha..." dan tawa mereka-pun tak mampu lagi terbendung.

"Persis dari sebelah mana oey..." teriak seseorang di belakang sana.

"Dari Hongkoooong," sahut yang lain-nya, "Hawahahahahahahaha..." dan kembali gelak tawa langsung meledak. Sementara itu Bimo dan Hestia hanya bisa tersenyum tersipu di ledeki teman teman-nya seperti itu. Mereka hanya bisa saling berpandangan penuh arti.

Tak berapa lama kemudian setelah Bos besar datang pesta-pun di mulai. Mereka satu persatu mulai larut dalam hingar-bingar di iringi dentuman musik disco yang semarak. "Jdub jdub jdub jdub jdub....!" Game game gila yang memancing gelak tawa juga mulai di gelar. Riuh ramai tawa dan bahagia membuat waktu tak terasa cepat beralu.

"Pet!" tiba-tiba music disco dan lampu semua di matikan. Sebuah jam digital raksasa menyala dan mulai menghitung mundur. "Mari kita sama sama menghitung mundur... Lima belas, empat belas," kata sang pembawa acara memberi aba-aba yang langsung di ikuti semua yang hadir.

"Lima... empat... tiga... dua... satu... Teeeeeeeeeet... Jduaaar jduaaaar.... jduaaaaar... Selamat tahun baruuuuu....!!!"

Tepat di detik pergantian tahun, di saat semua berteriak dan meniup terompet menyambut datangnya tahun baru. Bersamaan kembang api yang menghiasi langit cerah, Bimo berlutut di hadapan Hestia sambil mengacungkan sebuah cincin bertahtakan berlian.

Bimo berteriak sekencang kencangnya berusaha mengalahkan kebisingan pesta kembang api di sekitarnya. "Maukah kamu menikah dengan ku?" Tanpa di komando tiba-tiba keriuah itu berhenti dan berganti dengan keheningan. Hanya desingan dan letusan kembang api yang tersisa. Satu persatu yang hadir di situ mulai ikut berlutut, "terima... terima... terima..." kata mereka semua kompak serempak.

Hestia terkejut diam terpaku hampir tak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Perempuan itu tak mampu lagi berkata-kata. Dia hanya bisa mematung sambil menutup mulut dengan kedua tangan-nya. Wajah cantiknya kembali bersemu merona merah. "Cuuuuuing... jduaaar jduaaaar jduaaaar..." suara kembang api yang seakan terdengar turut memaksanya menerima pinangan itu.

Saat Hestia terpaku tertegun, perlahan Shilla mengambil cincin yang di acungkan Bimo. "Iya... Mama mau," katanya sambil memasangkan cincin bertahtakan berlian itu di jari manis Mama-nya. "Prok prok prok prok..." seketika riuh tepuk tangan mengiringi tersematnya cincin itu di jari manis Hestia. "Selamat ya..." satu-persatu mereka bangkit berdiri dan mulai saling berebut menyalami mengucapkan selamat.

"Selamat ya Bim, Hestia, dan si kecil Shilla," Kata Pak Dibyo sang Bos besar mengucap selamat, "jangan lama lama, kalau butuh apa apa bilang aja langsung." sambung beliau.

"Terima kasih Pak," jawab Bimo dan Hestia sambil tersipu.

"Oke... di lanjuuuut...!!!" setelah sempat terinterupsi, pesta pergantian tahun-pun di lanjutkan lagi. Semua kembali riuh-riang dalam pesta, tak terkecuali juga pasangan yang tengah berbahagia, Bimo dan Hestia. Game game gila yang memancing gelak tawa kembali di lanjutkan setelah sesaat sempat terhenti.

Di tengah kemeriahan pesta, dengan penuh kasih Bimo perlahan memeluk Hestia sambil membisik, "Selamat tahun baru sayang," kemudian mengecup kening Hestia dengan sayang. "Terima kasih, selamat tahun baru juga sayang," balas Hestia.

Setelah mengucap selamat tahun baru kepada Hestia, "Heaaaaaa..." Bimo kemudian berteriak sambil mengangkat menggendong Shilla, "Selamat tahun baru Shilla sayang." ucapnya sambil mencium sayang pipi gadis kecil itu.

"Selamat tahun baru juga Om," jawab Shilla sambil balas mencium pipi Bimo.

Hestia juga tak mau ketinggalan, Ibu muda cantik yang baru di lamar itu juga mengucapkan selamat tahun baru kepada bidadari kecilnya, "selamat tahun baru Cilla sayang, makin cantik makin pinter ya," kata Hestia sambil menghujani Shilla dengan cium sayang.

"Sama sama Mama," jawab Shilla sambil balas mencium mamanya.

Pada akhirnya pesta harus berakhir. Jam menunjuk-kan pukul 3 dini hari saat Bimo dan Hestia berpamitan pulang. Sementara itu si kecil Shilla yang tadi lincah sudah tertidur lelah di gendongan Bimo. "Oke guys... gue caw dulu ya?" pamit Bimo kepada teman teman-nya yang masih berada di situ. "Kita duluan ya..." imbuh Hestia dengan suara merdunya.

"Yoi... titidije ya..." jawab teman teman mereka, "Bimo langsung pulang ya, jangan nginep," celetuk salah satu di antara mereka.

Bimo dan Hestia hanya tersenyum simpul sambil beranjak meninggalkan arena pesta. Tak berapa lama kemudian mereka sudah meluncur di jalanan yang masih lumayan ramai. Aroma bekas pesta masih terlihat di sana sini. Sampah sampah peninggalan pesta bertebaran di sepanjang jalan.

Hampir setengah perjalanan Bimo dan Hestia saling terdiam larut dalam keheningan. Bimo terlihat gelisah seperti ingin menyampaikan sesuatu. Begitu juga dengan Hestia, Ibu muda cantik itu terlihat merenung sambil memangku buah hatinya yang sedang tertidur lelap.

"Bim..."

"Hes..."

Kata mereka tiba-tiba berbarengan memecah keheningan, "Udah kamu aja dulu," kata Bimo sambil tersenyum.

Sejenak Hestia menghela nafas, "Bim?"

"Iya?" jawab Bimo sambil terus berkonsentrasi dengan jalanan.

"Kamu serius Bim?"

"Ya serius lah Hes."

"Aku... aku cuma..." tiba-tiba Hestia tercekat. Kata kata itu seperti tertahan di tenggorokan enggan untuk keluar.

Tanpa sadar mobil Bimo sudah memasuki pintu gerbang komplek perumahan Hestia, "cuma apa?" tanya Bimo sambil membunyikan klakson menyapa satpam yang sedang piket jaga, "Tin..."

Hestia kembali menghela nafas memantapkan hati, "aku cuma takut kamu nanti menyesal Bim."

"Menyesal?" tanya Bimo penasaran dengan maksud perkataan Hestia.

"Iya Bim, aku takut kamu nanti menyesal. Aku dan kamu itu berbeda, usia kita juga terpaut jauh, kamu masih muda masih 26 tahun sementara aku sudah tua Bim, sudah 33 tahun. Terlebih lagi dengan statusku sebagai janda beranak satu. Aku takut Bim, takut kamu nanti menyesal, takut kamu tidak bisa menyayangi Shilla seperti anakmu sendiri," kata Hestia menggungkapkan ganjalan di hatinya.

Akhirnya mereka sampai di rumah Hestia, Buuum..." Bimo memarkirkan mobilnya di halaman dan mematikan mesin-nya, "Hes..." Bimo menatap lekat sambil meraih dan meremas jemari Hestia, "aku tak akan pernah menyesal karena aku yakin kalian adalah ujung perjalanan ku. Aku sayang dengan kalian berdua."

Bimo kemudian keluar dari mobil dan menggendong Shilla yang sedang terlelap tidur. Hestia sejenak menghela nafas, tersungging senyum manis di bibirnya kemudian menyusul Bimo, dan membukakan kunci pintu. "di tidurin di mana Shilla?" tanya Bimo sambil menggendong Shilla masuk.

"Di kamar Shilla aja," jawab Hestia sambil menutup pintu.

Dengan sabar dan penuh kasih sayang Bimo merebahkan tubuh kecil bidadari itu di peraduannya. Sejenak Bimo mengusap lembut dahi gadis itu kemudian memberikan sebuah kecupan hangat. Sementara Hestia hanya bisa berdiri bersandar terharu di ambang pintu melihat adegan itu. Tanpa terasa sudut matanya mulai berkaca-kaca, dan setetes bulir air mata perlahan turun menyusuri pipi-nya.

Perlahan Bimo turun dari tempat tidur Shilla dan berjalan menghampiri Hestia, "kok kamu nangis Hes?" katanya sambil satu tangan-nya merengkuh pinggang ramping Hestia dan yang lainnya menyeka bulir air mata itu.

"Hikz.." Hestia menjatuhkan tubuhnya memeluk Bimo, "Hikz... makasih ya Bim," katanya sambil terisak menangis.

Perlahan Bimo mengangkat dagu Hestia, "Aku sayang kamu," katanya sambil menatap lekat sepasang bola mata yang berkaca kaca itu.

"Aku juga sayang kamu."

Perlahan Bimo menjatuhkan kecupan mesra di kening Hestia, sementara tangannya semakin merengkuh tubuh perempuan itu semakin erat di pelukannya, "Maukan kamu menjadi istriku?" Hestia tengadah menatap Bimo sambil tersenyum, sementara jemarinya memainkan memutar-mutar cincin berlian yang tersemat di jari manisnya, "He'eh..." Hestia mengangguh pelan, "aku mau."

Tanpa sadar mereka kemudian larut dalam ciuman hangat penuh nafsu. Bibir mereka bersatu, lidah mereka saling melilit bertautan bertukaran ludah, "eeeeeeeeemh..." samar lengguhan mulai menggiringi ciuman itu.

Sambil terus memagut, jemari Bimo perlahan mulai nakal menjalar menyelusuri lekuk tubuh berbalut gaun ungu itu. "Eeeeeeemh..." sesekali Bimo meremas bokong Hestia, menarik dan menekan-nya lebih dalam kedalam pelukan-nya.

"Cuuup... slruup..." mereka berpagutan semakin panas. Sambil terus berpelukan dan berpagut mesra, perlahan Bimo membawa Hestia masuk ke dalam kamar. "Oooooouh..." Hestia semakin keras melengguh saat Bimo menurunkan ciuman-nya mencumbui lehernya. "clooop..." dengan penuh nafsu dan sayang Bimo meninggalkan bercak merah di sana.

Semakin lama percumbuan itu semakin panas. Satu tangan Bimo mulai menjamah meremas payudara Hestia yang masih terbungkus gaun. "Oooooouch... eeeeeemh..." Hestia semakin terpancing birahi dengan kenakalan Bimo. Ibu muda itu seperti tak mau kalah, dia semakin erat memeluk dan mengusap bahu Bimo.

"Cloooop... slruuuup... eeeeeemh..." Bimo kembali memagut bibir Hestia sambil tangannya menarik turun resleting punggung gaun Hestai. "Oooooooough..." Hestia sudah tak memperdulikannya, dia semakin menggeliat terkuasai nafsu.

Dengan sekali tarik Bimo berhasil menurunkan gaun ungu itu, "oooooooumh..." dan tanpa basa-basi dia langgsung mengulum payudara Hestia yang montok sekal, "Oooooooemh... Bim... aaaaaaauh..." Hestia semakin kelojotan menerima rangsangan di payudaranya. Seketika tubuhnya menegang sambil meremas rambut Bimo yang sedang asik menyusu kepadanya.

Bimo menggigit, memutar lidah nya menggelitik, dan sesekali menggigit sambil mengenyot pentil Hestia yang sudah mengeras, "Oooooough..." Hestia melengguh liar setiap Bimo mengenyot dan menggigit pelan pentil nya.

Perlahan Bimo mendorong Hestia dan merebahkan pujaan hatinya itu di atas tempat tidur, "eeeeeemh... slruuuup..." Bimo kembali memagut bibir hestia. Sambil terus berpagutan perlahan Bimo menarik turun gaun ungun yang menutupi tubuh indah Hestia. "Bim..." kata Hestia seakan menahan dengan tatap mata sayu.

Bimo mendaratkan kecupan di dahi Hestia, kemudian menarik lepas gaun itu. Tubuh indah Hestia tak lagi tertutupi, hanya celana dalam mungil putih berenda satu-satunya kain yang menutupi tubuhnya. Dengan sedikit tersipu malu Hestia merusaha menutupi selangkangan-nya dengan kedua telapak tangan-nya, "Bim..."

Penuh nafsu Bimo kemudian menindih tubuh Hestia, kembali memagutnya mesra sambil tangannya menjalar turun menyusuri perut ramping Hestia, mengusap lembut di sana kemudian kembali menjalar turun mengusap paha. Dengan lembut Bimo menyingkirkan tangan Hestia, manarik lepas celana dalam putih berenda yang menutupi selangkangan-nya, kemudian mengusap lembut di sana.

"Ooooooug... Bim... Bimo... aaaaaagh..." Hestia semakin mendesah liar saat Bimo mengusap dan menyelipkan satu jarinya di belahan kemaluan-nya. "Aaaaaaaogh..." Hestia semakin menggila saat Bimo menurunkan ciuman-nya mengulum payudaranya, "eeeeeemh..." lengguh Bimo bernafsu.

Hestia melenting mengejang mendapat rangsangan double seperti itu, terlebih saat Bimo memainkan jarinya menggelitik itil mungilnya yang mengeras super sensitif. "Oooooooouh... Bim... aaaaaaih... ja-jang... eeeeemh... jangaaaaaaan... uuuuuuuumh..."

Sejenak Bimo menghentikan rangsangannya. Di tatapnya lekat perempuan pasrah bermata sayu di bawah tindihan-nya itu, "Aku sayang kamu," kata Bimo sambil beranjak turun kemudian menelanjangi dirinya sendiri. Hestia menggeleng pelan, "Bim... jangan... please..." katanya sambil merapatkan paha menutupi kemaluan-nya.

Bimo sudah telanjang bulat memamerkan kontolnya yang besar tegak mengacung dengan gagahnya, "kenapa Hes?" tanya Bimo sambil beranjak naik dan mengusap meremas payudara Hastia. "Aku malu..." jawab Hestia pelan sambil memalingkan wajah.

"Hes..." Bimo meraih dagu Hestia, menarik lembut menghadapnya, "kenapa malu?"

"Aku malu..." jawab Hestia sambil menatap sayu.

Bimo mengecup lembut bibir Hestia kemudian mengangkangkan sepasang paha Hestia dan memposisikan dirinya di sana. "Jangan..." Hestia menggeleng pelan sambil menutupi kemaluan-nya dengan tangan.

Bimo tak memperdulikan penolakan basa-basi Hestia. Dengan lembut dia menyingkirkan tangan yang menutupi kemaluan itu kemudian menuntun dan menggesek-kan kontolnya menyusuri belahan kemaluan Hestia. "Ooooooug..." Hestia menegang saat pertama ujung kontol Bimo menyentuh kemaluan-nya.

Perlahan Bimo mulai menekan kepala kontolnya menembus kemaluan Hestia yang sudah basah terangsang nafsu, "Bim..." kata Hestia sambil menahan pinggul Bimo, "nikahi aku."

"Iya... aku nikahi kamu, kamu istriku Hes..." jawab Bimo sambil perlahan menekan kontolnya masuk mili demi mili kedalam kemaluan Hestia.

"Oooooooooooeh...." Hestia mengejang dan melengguh mengiringi masuknya kontol Bimo menyetubuhinya.

Setelah seluruh batang kontol Bimo masuk seluruhnya ke dalam kemaluan Hestia, Bimo sejenak membiarkan kontolnya diam terbenam sambil nikmat merasakan kedutan kegel Hestia. "Aku sayang kamu Hes," kata Bimo sambil mendaratkan kecupan di dahi Hestia.

Hestia memeluk erat tubuh kekar Bimo yang sedang menindihnya, "Aku juga sayang kamu," jawabnya.

Perlahan Bimo mulai menggerak-kan pinggulnya, "Ooooooooooouh," Hestia melengguh liar sambil menggeliat mengimbangi goyangan Bimo. "Dal... oooooooogh... dal-dalaaaam Bim... aaaaaaaaaugh..."

Perlahan Bimo semakin mempercepat tempo goyangan pinggulnya, "plok... plok... plok... plok..." irama erotis selangkangan mereka beradu. "Aaaaaaaaaash..... eeeeeeeemh..." desahan dan lengguhan mereka semakin liar karenanya.

"Aaaaaaaauh..." Hestia semakin lembar mengangkangkan pahanya, pelukannya semakin erat seakan ingin meremuk-kan tulang belulang Bimo, "Oooooooooh...."

"Plok plok plok plok..." irama tumbukan selangkangan mereka semakin liar. Tiba-tiba tubuh Hestia menegang liar, "Aaaaaaaaaaauh... yang... oooooh... yang da-dalaaaam.... eeeeeem..." dan akhirnya tubuh itu melenting dengan bokong beberapa senti terangkat, "Aaaaaaaaak... aaaakuuuu... aaaaaaaaauh.. keluaaaaaaaaaaar... ooooooh..." dan berteriak tertahan sambil tubuhnya bergetar hebat.

Bimo seperti tak perduli, dia semakin liar menggoyang pinggul mengeluar masuk-kan kontolnya menyetubuhi Hestia, "Eeeeeeemh... plok... plok... plok... plok..." Perlahan tubuh Hestia yang menegang lambat laun melemas. Ibu muda itu sekarang hanya bisa pasrah tanpa perlawanan menerima genjotan Bimo, "plok... plok... plok... plok..."

"Aaaaaaaaaaaauh.. aku ju-jug-jugaaaaaaa... oooooooh... mau keluaaaaa..." mendengar itu, Hestia yang lemah pasrah terpejam seketika terbelalak membuka mata. Raut wajahnya mendadak berubah pucat pasih, "Jangaaaaaan.... ooooh Bim... jangan di dalam..." katanya sambil berusaha mendorong tubuh Bimo.

Tenaganya sama sekali tak menggoyahkan tubuh Bimo yang sudah kesetanan di ambang ejakulasi. "Aaaaaaaaaaaaaaaah..." tiba-tiba tubuh Bimo menegang dan bergetar hebat sambil menancapkan kontolnya sedalam-dalamnya menembus dinding rahim terdalam Hestia, "Aku keluuuuaaaaaaaar..." kata Bimo mengekspresikan kenikmatannya, "crooot crooot croooot..." sambil menumpahkan pejuhnya membanjiri relung rahim Hestia.

Perlahan tubuh Bimo yang menegang melemah dan jatuh menindih Hestia. Seketika suasana berubah hening, "Hoooosh... hosh... hooosh..." hanya dengus nafas mereka yang terdengar di antara keheningan itu.

Sepasang kekasih yang baru mendaki nikmatnya puncak asmara itu sejenak saling berpandangan penuh arti sambil mengatur nafas, "kok di dalam sih Bim," kata Hestia dengan mata yang tiba-tiba berkaca-kaca.

Bimo perlahan beringsut turun dari tubuh Hestia dan merebahkan tubuh di sampingnya, "emang kenapa?" tanya-nya sambil melingkarkan tangan memeluk pinggang ramping kekasihnya itu.

"Aku nggak pakek kontrasepsi."

"Nggak apa apa sayang, aku sayang kamu." kata Bimo sambil kembali mengecup dahi kekasihnya itu. Hestia berbalik miring menghadap Bimo, "nikahin aku." Bimo tersenyum penuh arti, "pasti." jawabnya memastikan janji. Mereka kemudian berpelukan mesra sampai akhirnya tanpa sadar mereka tertidur dalam bahagia.


*****


Sinar pertama tahun ini telah menyingsing meninggi. Angin berhembus sejuk memeluk bumi yang telah bertambah usia. Kicau burung-burung yang terbang bebas di langit biru mengucap salam dan memberi selamat akan datangnya tahun baru.

jam telah menunjuk-kan pukul 10 siang, tapi di rumah Hestia masih sepi, belum terlihat ada aktifitas dari penghuninya. Di dalam kamarnya yang indah berwallpaper hello kitty, perlahan Shilla membuka mata, "Oooooaaamh..." gadis kecil itu menggeliat manja sambil menguap.

Perlahan Shilla turun dari tempat tidurnya dan berjalan gontai keluar sambil mengusap-usap mata ke kamar Mamanya, "ckleek..." perlahan Shilla membuka pintu kamar Mamanya. Seketika terkembang senyum di bibir gadis kecil itu, "Ooooom Bimo..." teriaknya sambil berlari dan loncat naik ke atas tempat tidur memeluk Bimo.

Seketika Bimo terjaga, "eh... Shilla dah bangun," kata Bimo sambil mengangkat gadis kecil itu dan merebahkan-nya di sampingnya.

"Om Bimo bobok sini?"

"Hehe..." Bimo tersenyum sambil mengangguk.

"Haaa..." Shilla melonjak bangkit dan duduk bersila menghadap Bimo, "berarti Om Bimo udah jadi papa Cilla ya?"

Bimo tersenyum aambil mengangguk, "iya sayang."

Seketika Shilla berdiri dan meloncat loncat kegirangan, "horeeee... horeeee... Cilla punya Papa... yeyeye... yeyeye..." kata Shilla bahagia sambil menari-nari. Hestia yang baru kembali dari dapur hanya tersenyum sambil bersandar di ambang pintu melihat kebahagiaan Shilla yang akhirnya punya Papa. Air mata haru dan bahagianya tak mampu lagi terbendung membasahi pipinya, "terima kasih Bim... aku sayang kamu," gumannya pelan sambil menyeka air mata.





Cinta hanyalah nama lain dari nafsu

Yang sejati itu adalah rasa sayang

Cinta kan memudar seiring masa dan usia

Tapi sayang akan tetap abadi selamanya

Tak terbantahkan walau masa berlalu

Dan usia yang semakin lama menua







TAMAT
 
dari semua yang release ini cerita yg paling mantap gan.....keep posting ye
 
Keren gan...
Kisah cinta unik. Layak diperjuangkan. :mantap:
Cek kulkas ya? :cendol: sent
 
So sweet bingit nie om izy..

Keep up the good work ya.
 
Bimabet
Keren suhu ceritanya..sampai terhanyut ke alur ceritanya..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd