Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

AKU KATRIN SI ISTRI HAUS SEKS (Lanjutan Namaku Katrin Dan Ini Kisahku) Update 8 Mei 2024 Page 87

Bimabet
Part 4

Lalu mas Wandhi segera berbaring telentang di atas ranjang kamar tamu ini. Kontol super panjangnya ini tampak gagah mengacung ke atas membuat memekku makin berdenyut tidak sabar dihunjam oleh kontolnya. Aku pun segera memposisikan selangkanganku di atas kontol si tukang antar gas ini. Tidak lama kontol mas Wandi pun sudah melesak masuk ke rongga vaginaku. Terasa memekku jadi penuh sesak dan juga panjangnya kontol mas Wandi jadi nyaris mentok ke rahimku. Aku pun lalu merebahkan tubuhku di atas tubuh hitam mas Wandi sambil bersiap menerima batang penis pak Ridho di liang pantatku. Mas Wandi tiba-tiba pun mencumbu bibirku dan tangannya meremas payudaraku. Aku pun meladeni ciumannya ini.

Dari belakangku, pak Ridho mengatur pinggulku supaya lebih menungging lalu ia menggunakan air liurnya untuk melumasi liang anusku. Kemudian jari-jarinya merentangkan lubang pantatku seraya ia pun mulai memposisikan batang kejantanannya di anusku. Terasa kepala kontolnya yang bersentuhan dengan bibir anusku dan lalu pelan-pelan penisnya mulai didorong ke dalam liang analku.

Akhirnya penisnya pelan-pelan mulai memasuki rongga anusku. ‘Bles’, maka kini penis pak Ridho pun sudah tenggelam ke dalam lubang pantatku. Aah, sensasi penuh begitu kusukai ini kembali terasa saat memek dan anusku dijejali oleh kontol. Terasa sangat sesak di bagian selangkanganku membuat diriku seperti terpaku di antara tubuh dua pejantan berkulit gelap ini.

“Ughh… mantap bool cici..”, ceracau si pak Ridho menikmati sempitnya anusku. Mulailah aku disetubuhi oleh 2 pria pribumi ini di 2 lubang tubuhku. Aku benar-benar sangat menyukai sensasi interracial sex begini dan juga perbedaan yang jomplang dari sisi status sosial.

“Ohh meki si cece juga rapet ni..”, komentar mas Wandi yang ikut merasakan enak dari jepitan dinding vaginaku.

Mas Wandi dengan bernafsu terus meremasi payudaraku dengan dua tangannya. Ia juga memainkan putingku dengan kedua tangannya dari sisi samping tubuhku. Tempo genjotan mereka terus meningkat membuatku makin terbuai. Ohh, sensasi nikmat karena disandiwch ini benar-benar menjadikanku bagai melayang oleh kenikmatan. Tiap hentakan penis dua pria ini mengirimkan aliran kenikmatan yang membuatku mau dan mau lagi.

‘Plak Plok Plak Plok Plak!’, begitu kuatnya tumbukan dari paha mas Wandi ke pahaku dan juga dari tumbukan paha pak Ridho ke pantatku sampai menimbulkan suara ini yang sangat nyaring.

“Ahh ahhh ahhhh terus ahh ahhh kontol kalian enak ahh ahhh!!”, ceracauku yang sudah tidak terlihat seperti wanita baik-baik yang selama ini dilihat oleh suamiku dan keluargaku.

“Iya ci, meki cece juga rapet. Mas suka. Ahh asoy..”, timpal mas Wandi yang juga menikmati sempitnya liang memekku.

“Uhhh bool ci Katrin mantap tenan.. bapak bisa ketagihan ni. Haha.”, pak Ridho juga ikut menimpali.

“Ngghhh ahhh ahhh! Iyahh.. ahh! Enak! Nghh.. sodok terus 2 lubangku!! Iyahhh yang kuat mas sodoknya.. Iyahh ahh ahhh ahhh!!”, aku menjerit-jerit keras meluapkan rasa nikmat yang aku terima ini bagai seorang pelacur.

Belum sampai 3 menit mengalami sex double penetration ini aku pun mencapai orgasme yang hebat. “Ahh ahhhh aahhh… aku mau nyampe.. oohhhhhhhh!”, jeritku dengan tubuh yang bergetar-getar saat sedang dilandai badai orgasme ini.

“Uhh berhenti dulu pak.. meki cece jadi empot banget pas lagi crot. Hehe.”, ujar mas Wandi yang sepertinya takut cepat keluar karena memang kontraksi vaginaku yang kuat ini meremas-remas batang penisnya.

“Oke dek. Bapak juga gak mau cepat-cepat keluar. Hehe.”, timpal pak Ridho sambil terkekeh.

Mereka kompak mendiamkan dulu kontol mereka di dua lubang tubuhku ini. Akhirnya beberapa saat kemudian orgasmeku pun selesai. Aku segera merebahkan diriku di tubuh mas Wandi. Mereka yang sempat berhenti menggenjot ini pun lalu kembali bergoyang lagi.

Kembali liang memek dan anusku dipompa oleh kontol mereka berdua. Aku yang masih lemas hanya pasrah saja berbaring selagi mereka terus menyodok-nyodokkan kontol mereka ke dua lubangku. Pak Ridho dan mas Wandi mulai menggenjot memek dan anusku dengan tempo sedang dan makin lama makin meningkat temponya. Dua batang kejantanan yang hitam ini sedang keluar masuk menggenjot dua lubang di tubuhku dengan begitu cepat. Kembali aku pun merasakan libidoku yang bangkit lagi. Apalagi mas Wandi kini meremas buah dadaku dan lalu bibirnya mengenyot pentil susuku yang kiri, membuatku makin keenakan.

“Ssshhh ohhh ohhhh ohhh..”, aku mendesah-desah karena rasa nikmat yang kudapatkan dari bibir mas Wandi yang mengisap pentilku dan juga dari kontol si tukang antar gas dan si terapis paruh baya ini.

Pak Ridho juga kini menepuk pantatku beberapa kali sampai menimbulkan suara ‘Plak’. Walau tepukannya tidak terlalu kuat tapi tetap menimbulkan sensasi panas. Ini membuatku makin liar merintih merespon ulah dari si pria tua itu. Mas Wandi juga makin liar menghisap puting susuku.

Saat kami sedang larut dalam birahi seks ini tiba-tiba suara dering HPku mengejutkan kami bertiga. Aku yang ingat jika HPku tadi kuletakkan di atas meja rias kamar tamu ini segera bergegas kesana. Ini karena aku sudah mengatur dering ringtone HPku supaya tahu siapa yang menelepon. Dan suara dering ini hanya berasal dari suami atau keluargaku saja..

Ah aku yang sebenarnya sedang begitu terbakar birahi di persetubuhan threesome ini malah diganggu oleh dering telepon. Tapi aku yang tidak mau cari resiko jika dicurigai suamiku ini pun segera meminta dua pria ini untuk berhenti dulu.

“Eh pak, bentar ya saya mau angkat telepon.”, ujarku pada mereka.

“Oh gapapa ci biar saya yang ambilin HPnya.”, pak Ridho berkata setelah ia mencabut kontolnya dari liang anusku. Ia pun tampak berjalan ke arah HPku yang terletak di atas meja rias. Pak Ridho lalu mengambil HP itu dan menyerahkannya kepadaku yang masih di posisi WOT dengan mas Wandi ini.

Kulihat ternyata suamiku yang menelepon. Aku pun ingin melepaskan diri dari mas Wandi tapi ditahan oleh pria itu. Kutatap mukanya dan ia bilang, “Gapapa ce, aku pelan-pelan aja koq. Hehe.”.

Aku pun bilang ke mas Wandi, “Ya udah tapi jangan bersuara ya.”.

Aku lalu mengangkat telepon dari suamiku. Kusapa suamiku di telepon dengan sewajar mungkin walau jelas kondisiku saat ini sangat tidak wajar dan sepatutnya karena sedang main gila dengan dua pria yang baru kukenal ini. Suaraku agak serak karena memang aku dari tadi menjerit keenakan disodok-sodok dua kontol.

“Loh kenapa yang suara kamu kaya serak gitu?”, tanya suamiku.

“Eh iya soalnya mami makan snack yang agak pedas nih sambil nonton.”, jawabku membuat alasan supaya suamiku tidak curiga.

Mas Wandi di bawahku pun mulai menggoyang pinggulnya menghentak ke atas. Jadilah memekku pun digenjot oleh kontolnya lagi walau dengan tempo yang tidak secepat tadi. Saat aku masih menelepon lalu pak Ridho mendorong pinggulku dan ia lalu segera mencoblos lagi liang anusku dengan penisnya. Aku mau protes tapi takut ketahuan suamiku jadilah aku terpaksa diam dan hanya menggunakan kode untuk berhenti. Tapi pria itu sudah kelewat nafsu dan ia tidak menggubrisku. Ia pun mendorongkan kontolnya lagi hingga amblas ke anusku.

Mereka berdua pun kembali memompa dua lubang tubuhku di saat aku yang masih menelepon suamiku! Kucoba sebisa mungkin tidak mendesah karena rasa enak yang sedang kurasakan ini. Suamiku bertanya nanti malam apakah mau makan di restoran baru yang direkomendasi oleh saudaranya. Aku jawab saja mau karena aku takut desahanku keluar jika aku banyak bicara.

“Oh ya yang, kulkas baru yang kita pesan itu nanti diantar katanya ni. Tadi aku barusan ditelepon sama kurirnya. Kamu tolong terima ya yang.”, ucap suamiku.

Wah berarti sore ini akan ada kurir pengiriman kulkas yang akan datang?? Aku sendiri masih belum tuntas dengan dua pria ini dan semoga saja timingnya tidak pas.

“Oke yang, nanti aku terima aja.”, jawabku.

“Ok ma, nanti langsung minta kurirnya angkat ke dalam aja kali ya? Kasi tip aja yang.”, kembali suamiku berkata.

“Iya yang, nanti aku kasi tips. Ssshhh..”, aku menjawab tapi mendesis saat mas Wandi dengan nakal mengenyot pentil susuku.

“Kenapa yang?”, tanya suamiku.

“Oh gak papa yang. Ini kepedesan aja. Hehe.”, jawabku membuat alasan. Huff, semoga suamiku tidak curiga.

“Jangan makan terlalu banyak yang. Nanti panas dalam.”, ujar suamiku menasehati.

Pak Ridho dengan nakalnya menciumi punggung bagian atasku dan lalu bibirnya bergerak naik ke arah leherku. Ia mencupangi leherku sementara tangannya kini ditangkupkan ke payudaraku. Lalu ia meremas-remas buah dadaku. Aku jadi makin menggelinjang dan susah untuk tidak mendesah. Kucoba menahan dengan mengatupkan bibirku rapat-rapat tapi tetap saja sulit dan berubah menjadi mendesis.

“Ssshh… iyahh yang, palingan ssshh… aku makan dikit lagihh ssshh..”, jawabku sambil kembali menahan desahan yang keluar jadi mendesis.

“Oke yang, aku kerja dulu ya. Love you honey.”, ucap suamiku.

Tiba-tiba mas Wandi dengan gilanya menggigit pelan puting susuku yang kiri membuatku nyaris menjerit. Untung berhasil kutahan dengan menututp mulutku.

“Ok, love you too sayanggaahh..”, jawabku dengan agak mendesah dan buru-buru mematikan telepon.

Aku pun bebas mendesah-desah melampiaskan kenikmatan birahi yang sedang diberikan oleh dua kontol di memek dan anusku. Dan juga dari stimulasi bibir dan tangan dua pria ini.

“Aahhh kalian nakal ya.. ngghh ahh.. aku lagi telepon dengan suamiku ahh kalian malah genjot terusss ahh ahhh..”, ujarku di sela desahanku.

“Tapi suka kan ce dikontolin pas lagi telepon gitu? Tadi aja muka cece sange banget gitu. Hehe.”, ujar mas Wandi yang menggodaku.

“Ngghhh iya sihh tapi kan resiko ketahuan suamiku mas ahh ahhh..”, jawabku yang terus merintih keenakan.

“Ohh sempit bool cici. Mantap..”, ceracau pak Ridho yang menggenjot anusku tanpa henti.

“Ngghhh kontol pak Ridho juga besar.. enakhh.. terus sodok boolku pakhh ahh ahhh!”, rintihanku yang sangat menikmati pompaan batang kejantanan pria paruh baya ini.

‘Plok Plak Plok Plak!’, suara genjotan demi genjotan kontol dua pria yang menghimpitku ini.

Rasa nikmat yang begitu dashyat ini pun membuatku terus mendesah-desah dengan mata merem melek. Sensasi nikmat dari seks double penetration begini memang membuatku ketagihan ingin lagi dan lagi. Selain itu juga bercinta dengan pria yang strata sosialnya di bawahku begini yang hanya pekerja kasar memberi sensasi yang luar biasa. Karena sudah biasa bekerja keras dan kasar membuat mereka memiliki nafsu dan stamina yang kuat. Suamiku yang nyaris tidak pernah memuaskan birahiku itu tidak ada apa-apanya dibanding para pria seperti mas Wandi ini. Itu kenapa aku tidak malu menyerahkan tubuhku kepada pria-pria pribumi seperti mereka. Walau tetap aku masih mencintai suamiku tapi untuk masalah nafsu seksual aku butuh pemuasan dari para pria kasar ini. Ya bisa dibilang hatiku untuk suamiku tapi memekku untuk pria-pria perkasa.

“Ngghh ahh ahhh ahhh iyahhh terusss ahh ahh entot aku ahh ahhh fuckk enakkk ahh ahhh ahhh!”, teriakku yang bagai wanita murahan ini menyemangati dua pejantan yang terus menyodok-nyodok lubang memek dan anusku.

Kurasakan gelombang orgasme yang berikutnya mulai terkumpul. Aku tahu tidak lama lagi aku akan mencapai orgasmeku lagi. Aku pun mulai aktif menggerakkan pinggulku menyambut tusukan kontol Pak Ridho dan Mas Wandi. “Ohhh ohhh terusss yang cepatthhh ohhhh ohhh!!”, jeritan erotisku makin lama makin keras seiring birahiku yang makin mendekati klimaks.

Akhirnya gelombang orgasme yang sudah kutunggu ini pun meledak. Otot-otot vaginaku berkontraksi dengan kuat ketika aku meraih puncak kenikmatan ini. “Ngghhh aaahhh.. yeahhh aahhh aaaku keluarrhhh… Aaaaahhhhhh!!”, ceracauku cukup keras melampiaskan kepuasan seksual ini. Buah dadaku pun jadi terasa mengencang saat sedang mengalami badai orgasme ini. Tubuhku lalu tersentak-sentak beberapa kali dan kakiku bergetar-getar selagi sedang dilanda gelombang orgasme ini.

Aku yang masih lemas terus digenjot oleh si dua pria berkulit gelap ini tanpa kenal lelah. Padahal otot selangkanganku pasti berkontraksi dan makin membuat liang memek dan anusku jadi sempit. Mereka tanpa ampun terus menggoyang pinggul mereka menghunjamkan kontol perkasa mereka ke memek dan anusku.

Tiba-tiba terdengar geraman pak Ridho yang akhirnya tidak tahan lagi untuk tidak ejakulasi. “Ughhhh bapak mau crot nihh.. sempit banget bool cici..”, ujar si terapis paruh baya yang berusaha menahan ejakulasinya.

“Sshhh.. sini pak keluarin.. ahh ahhh.. di mulut saya aja.. ahh ahhh saya mau minum peju bapakh.. ahh ahh..”, pintaku dengan begitu binal pada pak Ridho.

“Ohh ok ci siap..”, timpal pak Ridho dan ia langsung buru-buru mencabut kontolnya dari liang pantatku. Pria tua ini pun segera mendekati kepalaku dengan kontolnya yang mengacung disodorkan ke arah mulutku.

Aku pun membuka mulutku yang mungil ini dengan selebar mungkin untuk menampung batang penis pak Ridho yang tebal ini. Tampak kontol hitam dan berurat itu begitu hitam warnanya dan agak basah. Aku tanpa merasa jijik itu pun segera mengulum batang kejantanan milik pak Ridho. Aku menyapukan lidahku ke batang kontol si terapis ini di dalam mulutku. Kepalaku lalu maju mundur memblowjob kontol pak Ridho.



“Ugghhh terima peju bapak ci..”, ceracau pak Ridho di ambang orgasmenya. Batang kejantanan pria paruh baya ini pun berkedut-kedut selagi menembakkan spermanya di dalam mulutku.

Kurasakan semprotan-semprotan lendir hangat dan kental yang segera memenuhi rongga mulutku. Terasa gurih asin sperma pak Ridho yang membuatku agak tersedak. Aku pun membuka mulutku sambil menatap nakal pada pak Ridho sebelum kutelan habis semua lendir pembuat bayinya.

Mas Wandi yang belum berejakulasi itu terus menggempur memekku dengan kontol panjangnya. Aku yang sudah membersihkan bibirku dari sperma pak Ridho ini kini tinggal memuaskan mas Wandi. Di posisi cowgirl ini aku disodok-sodok dengan hebat oleh si tukang antar gas ini.

“Ohhh oohh ohhh..”, desahku yang merasakan enak di memekku ini.
Mas Wandi yang melihat buah dadaku yang bergoyang-goyang ini segera meraih dan meremas-remasnya. Puting susuku yang sudah mancung ini juga dipelintir dan ditarik-tarik dengan gemas. Aku dapat merasakan kedua tonjolan mungil berwarna pink di payudaraku ini sudah begitu tegak mengeras dan kaku.



Lalu mas Wandi pun mendekatkan bibir tebalnya ke buah dadaku. Diciuminya bukit payudaraku itu dan terus mengarah ke pentil susuku yang berwarna pinky ini. Dicaploknya puting susuku ini dengan bibirnya.

“Ngghhh aaahh.. ahhh mass.. sshhhhhh… enakhhhh… ahhh terusss mass.. ssshhh..”, aku reflek mendesah saat lidah si tukang antar gas ini mengenyot kuat puting susuku.

Lalu kini mas Wandi menjilati pucuk mungil payudaraku yang sudah mancung ini dengan lidahnya. Ada rasa hangat serta basah yang kurasakan saat batang lidahnya membasuh pentil susuku ini. Aku merasakan nikmat dari stimulasi di putingku ini. Sodokan kontolnya tetap cepat dan bertenaga.



Aku yang kembali naik libidonya ini pun sekarang ikut aktif menaik turunkan tubuhku. Gesekan kontol mas Wandi di dinding vaginaku pun membuatku makin keeenakan. Dengan gencar aku yang sudah horny lagi menggoyang pinggulku.

Goyanganku yang liar ini membuat mas Wandi melenguh keenakan selagi ia terus mengisap pentil susuku. Rangsangan pada titik sensitifku itu mengirimi sinyal enak yang membuatku makin horny. Memekku makin membanjir dengan cairan cintaku. Aku pun makin menaikkan tempo tumbukan pinggulku. Mas Wandi juga menyambut dengan mempercepat tempo sodokannya. Terdengar suara kecipak dari beceknya vaginaku yang digenjot kontol si tukang antar gas ini.

Sekitar 5 menit kemudian kurasakan aku akan mengalami orgasme lagi. Frekuensi goyanganku pun kutambah, lalu aku mencium bibir mas Wandi yang tebal dan hitam ini. Pria itu pun menyambut dengan menusukkan lidahnya ke dalam mulutku. Kami pun berfrench kiss dengan panasnya selagi sedang have sex ini. Kedua tangan mas Wandi kini meremas-remas payudaraku yang bulat ini. Dimainkannya juga pentil susuku dengan dipilin, membuatku makin menggila menggoyang pinggulku.

“Nghhh ahh yesss teruss mass ahh ahhh ahhh.”, rintihku keras dengan wajah keenakan.

“Iyahh ce, memek cece peret banget. Mas suka.”, timpal mas Wandi yang terus menyodok-nyodokkan kontolnya ke atas.

“Ohhh ohhh kontol mas enakkhhh.. ahh ahh!”, balasku dengan binalnya.

Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, desahanku teredam oleh pertautan bibir kami. Aku pun memeluk erat tubuh coklat gelap mas Wandi ini sambil terus berciuman layaknya sepasang kekasih saja. Memekku dan kontol mas Wandi juga terus beradu dengan panasnya. Peluh sudah membanjiri tubuh kami berdua yang bagaikan sedang sauna. Memang persetubuhanku dan mas Wandi ini seperti olahraga saja melihat begitu cepatnya tempo goyangan dan pompaan tumbukan kelamin kami.

Pelan tapi pasti birahiku kembali memuncak mendekati klimaks. Aku terus bergoyang naik turun membuat vaginaku yang becek bergesekan cepat dengan batang kontol mas Wandi. Kurasakan nafsuku sudah begitu kuat dan aku tahu tidak lama lagi aku akan orgasme lagi.

Ternyata mas Wandi juga sudah akan orgasme juga. “Arghh ce, uda mau crot nih. Di dalem apa luar?”, tanya mas Wandi dengan wajah yang tampak sudah tidak kuat menahan birahinya itu.

“Nghh di dalam aja mas.. pejuin memekku.”, jawabku dengan cepat.

Kurasakan sodokan mas Wandi yang makin cepat itu dan suara geramannya yang keras pertanda ia sudah akan ejakulasi. Aku sendiri juga sudah di ambang orgasmeku yang entah sudah ke berapa kali ini. Dan tiba-tiba mas Wandi menghunjamkan penisnya kuat-kuat ke atas sampai hampir mentok ke rahimku. Ia lalu berteriak, “Ohh ce ini saya pejuin memek cece! Aahhh!”.

Terasa kontol mas Wandi dalam memekku berdenyut kuat dan menyemburkan benih-benih spermanya mengisi rahimku. Kurasakan hangat di rongga vaginaku yang diisi oleh lendir putih kental si tukang antar gas ini.



Hanya beberapa detik setelah mas Wandi berejakulasi itu, aku pun diterpa orgasme. Aku pun menjerit lirih melampiaskan rasa nikmat orgasme ini. “Aaaaaaaaahhhhhhhhhh!”. Tubuhku berkelojotan saat sedang dilanda badai orgasme ini. Setelah beberapa detik akhirnya orgasme ini mereda dan akupun merebahkan tubuhku di atas tubuh mas Wandi. Mulutku megap-megap mengambil udara setelah klimaks barusan yang memuaskan dahaga seksualku. Aku merasa begitu lemas setelah orgasme beberapa kali bersama kedua pria berkulit gelap ini. Tapi rasa lelah ini sangat worth it karena aku mendapatkan kenikmatan seksual yang luar biasa.

Lalu pak Ridho yang sudah berpakaian itu pun berkata, “Makasih ya ci udah dibolehin ngentotin cici.”. Tampak muka pria paruh baya itu yang sumringah karena sudah bisa bersetubuh denganku, seorang wanita dari kalangan atas dan cantik. Padahal awalnya pak Ridho menolak, sekarang ia malah tampak bahagia.

“Ci, saya mau izin pamit dulu ya soalnya saya dicariin istri saya nih.”, ujar pak Ridho yang kemudian memasukkan minyak pijatnya ke tasnya.

“Oh iya pak, gapapa. Eh tapi bentar ini saya mau kasi bapak uang tip.”, ujarku yang lalu mau bangkit untuk mengambil uang.

“Eh gak perlu ci, masa udah bisa main sama cici malah dikasi uang. Hehe.”, ujar pak Ridho menolak dengan halus.

“Oh ya uda pak, tapi minta nomor bapak ya. Jadi lain kali mau dipijit saya bisa WA bapak aja. Hihi.”, ucapku sambil mengerling nakal dan menggigit bibirku.

“Siap ci, ini cici ketikkin no cici aja.”, ucap pak Ridho sambil menyerahkan handphonenya untuk kuketik nomor WAku.

Pak Ridho lalu menchat ke nomor WAku yang segera kusave. Tentu saja aku memakai HP lain yang tidak diketahui suamiku. Aku tidak mau cari resiko ketahuan suamiku jika aku main gila dengan pria lain apalagi yang seperti pria-pria pekerja kasar. Bisa runyam rumah tanggaku.

Pak Ridho pun pamit padaku, “Bapak pulang dulu ya ci. Lain kali cici kabarin aja kalo mau dipijit, kapanpun bapak siap.”.

“Iya pak, pasti akan kukabarin. Hehe.”, aku menjawab sambil tersenyum manis. Pak Ridho sekarang malah jadi ketagihan ngeseks denganku. Setelah merasakan kenikmatannya memang akan mau lagi. Hihihi.

“Mari dek.”, ujar pak Ridho pada mas Wandi.

“Iya pak, mari.”, jawab si tukang antar gas itu.

Pak Ridho pun lalu berjalan pergi meninggalkanku dan mas Wandi. Terdengar suara pintu depan yang dibuka dan ditutup si pria tua itu. Mas Wandi yang sudah cukup beristirahat kini bangun dan tampak memungut pakaiannya.

Aku pun juga bangkit dan segera kukenakan tanktop dan celana pendekku untuk membukakan pintu untuk mas Wandi. Aku tidak mengenakan dalaman karena hanya ke depan sebentar saja. Aku sebenarnya berani saja bugil tapi berhubung masih ada orang yang lalu lalang di depan komplek. Bakal gawat jika aku kepergok telanjang saat sedang bersama si mas-mas dekil ini.

“Ce, saya juga pamit ya. Soalnya kalo kelamaan ntar bos saya curiga ce. Hehe.”, ujar mas Wandi yang baru selesai memakai kaos singlet putih kumalnya.

“Iya mas gapapa. Lain kali lagi ya.”, ucapku sambil mengerling ke si tukang antar gas ini.

“Iya ce, boleh.”, ujarnya tampak sumringah karena tahu masih ada kesempatan lain mencicipi jepitan memekku.

Mas Wandi yang telah mengenakan celana kargonya pun pamit kepadaku. Aku dan dia berjalan ke luar rumahku. Lalu kupencet remote pagar otomatis. Mas Wandi pun kemudian mengendarai motor ber baknya pergi.

Tidak sampai 1 menit setelah mas Wandi pergi, datang 1 mobil pickup box dengan gambar kulkas. Oh iya, suamiku bilang akan ada yang mengantar kulkas ke rumah kami. Pasti ini nih, pikirku dalam hati. Lalu turunlah seorang pria yang sepertinya berusia 30an tahun. Ia lalu bertanya apakah ini benar alamat yang tertera sesuai di surat jalan mereka. Aku melihat dan mengiyakan ke mereka. Mobil pickup box itu pun diparkir di rumahku.

Lalu supir mobil pickup itu pun turun. Mata mereka berdua pun melotot melihat keseksian tubuhku yang memang hanya berbalut pakaian minim ini. Aku tahu pandangan mereka itu dipenuhi nafsu karena melihat montoknya payudara dan juga mulusnya kulit pahaku yang tidak tertutupi celana yang sangat pendek ini. Uhh, apa akan lanjut ronde kedua dengan mereka ya? Tapi kulihat jam dan sepertinya terlalu riskan karena suamiku bisa saja pulang saat aku dan dua pria ini sedang bercinta. Aku pun lalu punya ide supaya mereka akan kembali lagi di lain hari.

“Eh mas, ini kayanya warnanya saya gak pesen yang ini deh. Mungkin suami saya salah ngomong pas pesen. Nanti saya telp ke bos kalian aja ya. Ini kalian bawa balik aja. Nanti saya bayar deh ekstra untuk pengantaran yang berikut. Hehe.”, ujarku sambil tersenyum manis ke dua pria karyawan toko kulkas ini.

“Waduh, tapi cici mesti ngomong loh ke bos kami.”, ucap salah 1 pria itu.

“Iya tenang aja ya mas. Nanti aku kasi bonus deh pas kalian antar kulkasnya lagi kesini. Hihi.”, ucapku sambil mengerling dan tersenyum menggoda.

Aku lalu mau memberikan uang tip karena mereka sudah repot menurunkan kulkas tadi. Sengaja aku menjatuhkan uangnya sehingga aku pun mesti menunduk meraih uang itu di lantai. Posisiku ini tentu saja membuat kedua buah dadaku ini jadi terlihat dari celah tanktopku yang lebar.

“Oke ci. Makasih ya.”, kata salah 1 kurir itu setelah menerima uang yang kuberikan. Kulihat ada tonjolan di celana pria itu yang memang melihat diriku dari dekat tentu saja membuatnya sange. Dan kurir yang satu juga celananya tampak sesak dengan tonjolan di tengahnya. Wah sepertinya kontolnya gede juga ni. Bakal puas nantinya pas mereka antar kulkas dan main denganku. Hihi.

Aku pun kembali ke rumah setelah menutup pintu dan menguncinya. Huff, sungguh lelah bersetubuh dengan pak Ridho dan mas Wandi berjam-jam tadi. Tapi birahiku benar-benar dipuaskan oleh kontol mereka. Aku pun memutuskan untuk mandi supaya aroma sperma yang menyengat dan juga bau keringat dari dua pria itu bisa hilang. Bagaimanapun suamiku akan pulang sekitar 2 jam lagi. Aku harus membersihkan bekas-bekas persetubuhan kami seperti ceceran sperma dan bekas keringat.

Aku pun kembali ke rumah setelah menutup pintu dan menguncinya. Huff, sungguh lelah bersetubuh dengan dua pria ini berjam-jam. Tapi birahiku benar-benar dipuaskan oleh kontol mereka. Aku pun memutuskan untuk mandi supaya aroma sperma yang menyengat dan juga bau keringat dari dua pria itu bisa hilang. Bagaimanapun suamiku akan pulang sekitar 2 jam lagi. Aku harus membersihkan bekas-bekas persetubuhan kami seperti ceceran sperma dan bekas keringat.

Kurang lebih 1 jam kemudian, aku pun sudah mandi dan membersihkan tempat persetubuhan threesomeku dengan dua pria beruntung tadi. Ya, sudah tidak terlihat lagi bekas arena main gilaku dengan pak Ridho dan mas Wandi.

Saat aku baru mau memilih pakaian untuk dikenakan ke restoran nanti malam itu tiba-tiba teleponku berbunyi. Ternyata telepon dari suamiku yang bilang ia sekitar setengah jam lagi tiba di rumah. Aku pun bilang padanya aku sedang siap-siap.

Sekitar 35 menit kemudian suamiku pun sampai di rumah. Ia pun segera mandi. Setelah selesai mandi, suamiku mendekatiku dan ia menggerayangi dadaku yang sudah berbalut dress tipis yang berbelahan dada rendah. Aku yang saat itu baru selesai make up itu dicium bahunya oleh suamiku. Ia pun mengajakku untuk bercinta. Tetapi aku bilang saja aku takut merusak make upku lagi. Padahal aku hanya tidak mau ia dapat melihat bekas cupangan di buah dadaku akibat bibir mas Wandi.



Suamiku pun mengerti dan ia pun bilang, “Oke, nanti malam aja ya yang.”. Aku pun mengiyakannya daripada ia curiga jika aku menolak lagi. Tidak lupa aku pun memberitahunya mengenai kulkas yang diantar tadi. Aku bilang mau diganti saja warnanya dan tadi juga sudah telp ke toko kulkasnya. Suamiku setuju saja dengan keinginanku itu.

Tidak sampai 20 menit kemudian, kami pun sudah berangkat ke restoran baru yang diberitahu saudara suamiku. Setelah 30 menitan berkendara, kami pun tiba di restoran itu. Lokasinya berada di area pinggir laut. Dan interior restorannya sangat mewah dan juga lampunya agak redup dan diterangi cahaya lilin. Hmm, suasananya romantis juga nih.

Setiba disana aku pun menarik perhatian mata-mata lelaki hidung belang disana. Ya, aku mengenakan dress yang sangat seksi. Dress yang belahan dadanya sangat rendah dan bagian bawahnya begitu pendek, hanya 20 cm di bawah selangkangan saja. Tentu saja belahan payudaraku dan pahaku yang putih dapat terlihat dengan bebas. Aku senang-senang saja dilihat banyak pria yang mupeng. Aku makin merasa seksi dan juga.. horny.

Umm, kulihat ada 1 pria yang memandangiku dengan begitu tajam sampai seperti melotot. Aku yang sudah biasa melihat pria yang sange denganku pun tahu jika tatapan pria itu jelas tatapan penuh nafsu. Kulitnya begitu hitam legam dan dari perawakannya sepertinya ia antara orang timur indonesia atau afrika. Badannya tinggi besar mungkin ada sekitar 180 cm. Wah, pasti kontolnya gede tuh. Terlihat pria itu hanya duduk sendiri saja. Entah dia sedang menunggu orang atau memang hanya sendirian.

Umm aku mulai membayangkan rasa enak jika memekku disodok kontol jumbo si pria berkulit hitam itu. Otakku pun mulai berpikir bagaimana caranya ya supaya aku bisa mendekati pria itu tanpa diketahui suamiku..



~ BERSAMBUNG ~

NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
 
Terakhir diubah:
Makin mantab nih huu, adegan DP nya dapet, semoga kedepannya bisa katrin bisa main sama kalangan bawah lebih banyak lagi 😍
 
Waiting Selina and Katrin Tag team....
Whose the naughtiest of them both?


Wow gonna be super slutty tag team. haha.
Yes, maybe in the future Selina & Katrin will meet each other. ;)

Thanks apdetnya @thanosduh

Sama" suhu, enjoy :beer:

Mantab jiwaaa

Thanks suhu :)

update baru.
nanti aja bacanya, jangan baca di kantor.

Siap suhu, kalo di kantor ntar jadi susah konsen kerja ya hu :D

Bro @thanosduh
•⌣»̶·̵̭̌✽̤̈🐡 Terima Kasih 🐡✽̤̈·̵̭̌«̶⌣•

Sama" suhu, enjoy :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd