Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Adik Idolaku (PART 5 Updated)

Bimabet
Akhirnya stella datang, nungguin main cours, tinggal threesome doang nih yang belum
 
Kentang suhu, tapi kayaknya adegan eric dgn stella mgkn hnya mimpinya eric saja. Hahaha. Mudah2an gak.
 
Mantap. Ditunggu eksekusi Stella atau threesome Stella+Wawa

Nantikan aja part 6 oke

Akhirnya stella datang, nungguin main cours, tinggal threesome doang nih yang belum

Hihi

Wah apdet berikut nya stella nih kyk nya di garap wkwkwk

Ngga sabar yaaaa huuu hehe

Uhuyy ci stella

Yeaay!

Lanjut gan jangan lama2

Santai aja Hu hahaha

Kentang suhu, tapi kayaknya adegan eric dgn stella mgkn hnya mimpinya eric saja. Hahaha. Mudah2an gak.

Nantikan!

INI NIIHH PART 6 DIGASKEUN HUUUU

Sabar Hu Wkwkwk

Menanti part 6 suhu, stella nya nyata atau cuma khayalan aja

Siap, ditunggu dulu ya;)
 
Terima kasih agan agan semua, baik yang mengapresiasi dengan memberikan komentar, maupun silent reader. Ane senang semoga cerita ane memberi agan2 sekalian sudut pandang baru, habisnya yg dibikin cerita member yang itu2 aja sih haha

Nantikan ya Agan-agan, cerita ini masih 4 part lagi kok :tegang:
 
Manrtaabbb gann.... Lancrootttkannnn
Update Adik Idolaku Part 5

Mohon maaf atas keterlambatannya. Enjoy agan agan :)

“Oke, segitu aja latihan hari ini. Good job, seharusnya nggak akan ada masalah untuk bulan depan. Selamat Siang”


Pak Franky menutup latihan paduan suara hari ini. Vanessa dan yang lain pun bubar dan satu persatu keluar ruangan latihan. Kumatikan keyboard dan kuambil tasku. Lalu kuhampiri sosok cewek yang sedang duduk di bangku paling depan, yang sedari tadi melihat ke arahku.


“Yuk”, ajakku padanya sambil memberikan tanganku. Ia menyambut tanganku dan bangkit dari bangkunya. Kami berjalan bergandengan tangan keluar dari kelas dan menuju parkiran mobil.


“Jadi dianterin main futsal kan?”, tanyaku padanya


“Jadi dong, aku udah bawa perlengkapan futsal tuh di belakang”, jawab Sonia.


“Yaudah, yuk”


Kulajukan mobilku masuk ke tol dalam kota. Kami menuju ke sebuah lapangan futsal di daerah Jakarta Utara. Oh iya, bagi yang belom tau, Sonia ini punya kebiasaan bermain futsal setidaknya sebulan sekali. Cewek? Main futsal? Percayalah, ini juga pertama kalinya aku akan menontonnya bermain futsal.


“Lo udah lama suka futsal?” tanyaku


“Iya, dari SMA Sonia selalu main futsal Kak”, jawabnya sambil mengambil tas futsalnya di belakang. “Eh Kak, Sonia ganti baju futsal dulu ya”, lanjutnya enteng.


Woi woi, ini masih di jalan tol, pikirku. Namun sisi lain otak mesumku membiarkan ia berbuat semaunya. “Yaudah”, jawabku


Sonia memundurkan tempat duduknya sehingga lebih banyak ruang di kakinya sekarang. Ia menaruh tas futsalnya di bawah, dan mengeluarkan seragamnya lalu menarunya di dashboard mobilku. Ia melepas sabuk pengamannya. Sejurus kemudian ia menurunkan celana jeansnya. Lalu celana gemasnya juga diturunkan sehingga kini tersisa pahanya bersama dengan celana dalamnya. Mataku tak kuasa berpaling ke arah paha mulus dan celana dalam warna pinknya. Kupandangi keduanya dengan penuh nafsu.


“Hayo liat apa!” tiba-tiba Sonia berteriak mengagetkanku. Ia menutupi pahanya dengan seragam futsalnya. Matanya melotot ke arahku namun raut wajahnya yang pura-pura marah tak bisa ditutupinya.


“Liat kamu” ujarku cuek.


“Kak Eric nakaaaal, liat jalan dooong bahaya tau nyetir ngga liat depan” lanjutnya sambil memakai celana futsalnya.


“Ya habisnya kamu ganti baju di mobilku sih, kan aku jadi nggak konsen nyetirnya”


“Yaudah yang atas ntaran aja deh gantinya” sahutnya setelah merapikan celananya.


“Yaaah jangan dooong”, jawabku tiba-tiba


“Tuh kaaaan iiih kak Eric emang mesum”


Aku tertawa kecil. Sonia lalu melepaskan kemejanya. Kini terpampanglah dua buah payudara favoritku di hadapanku. Seolah sengaja menggodaku, ia tak langsung memakai baju futsalnya. Matanya mengerling ke arahku.


“Tuh kamu sendiri yang godain aku” tukasku.


“Ih kalo nggak mau yaudah!” Sonia bergegas mengambil baju futsal dan akan memakainya


“Eh engga, mau kok” tangan kiriku menahan tangan kanannya.


Kuturukan tangan kanannya, lalu tangan kiriku berpindah ke payudara kanannya. Kuusap usap kedua payudara yang terbungkus bra warna pink itu. Mataku masih berkonsentrasi ke jalan, tapi aku tau Sonia sedang menatapku.


“Sssshhh… Kak Eric Seneng banget sih mainin punya aku” kata Sonia dengan sedikit desahan.



Kualihkan pandanganku ke arahnya. Sonia terlihat memejamkan matanya. Jariku semakin berani memainkan payudaranya. Sedikit kutarik ke bawah, tapi susah juga ya dengan satu tangan begini. Kutemukan putting payudara kanannya, kuusap perlahan. Jujur, susah sekali membagi konsentrasi menyetir dan memuaskan wanita. Hhhh.


“nggg…. Kak ericcc ahhhh” desahan Sonia makin kencang padahal aku hanya memainkan putingnya. Dengan segala kondisi seperti ini, mau tak mau penisku ikut bereaksi dan menegang.


“Duh Son, gw jadi sange nih” ujarku. Kusudahi permainan jariku. Sonia membuka mata lalu bergegas memakai baju futsalnya. Tangan kiriku berusaha mengendorkan sabuk pengaman dan melepas celana jeansku.


“Ih mau ngapain kak Eric??”


“Titit gw ngaceng sayang, gak enak jd sempit. Bantuin gih” rayuku.


“maunyaaaaa!” ledek Sonia. Namun perlahan, Sonia membantu tangan kiriku. Ia membuka sabuk dari celana jeansku. Kupelankan mobilku dan kuambil jalur kiri di jalan tol itu. Kupelorotkan celana jeansku dengan susah payah. Aku kesulitan membuka celana jeansku.


“Sayaang nanti aja deh ini lagi di jalan” Sonia menegurku.


Aku diam saja. Kini mobilku kuhentikan di pinggir jalan, dan akhirnya benar2 kubuka celana jeansku dan kulempar ke kursi belakang. Kini aku hanya mengenakan celana pendek saja. Dan memang, tititku masih berdiri dengan gagah di balik celana itu. Tonjolan itu menarik perhatian Sonia. Ia mengelusnya.


“Duuuh nggak sabar banget sih sayang” katanya sambil mengelus tonjolan tititku.


“nghh..” giliranku mendesah. Aku berkata pelan, “buka dong sayang”


Sonia meraih celanaku dan dipelorotkannya sedikit. Aku membantunya untuk menemukan celana dalam, dan dengan sekali gerakan akhirnya tititku bebas menjulang. Sonia melihatnya tak berkedip. Aku kembali perlahan-lahan melajukan mobilku.


“Trus diapain ini?” tanyanya. Entah dia polos atau Cuma menggodaku saja.


“terserah Sonia mau diapain, titit aku mah pasrah aja kalo udah gini” jawabku genit.


Sonia tak menjawab. Mula-mula ia elus kepala penisku. Lalu tangan kanannya memegang batang dan mulai mengocoknya.


“Ahhh… Sonnn” racauku. Aku masih berusaha berkonsentrasi menyetir. Namun kuakui susah sekali berkonsentrasi kalau penisku dielus oleh wanita seperti saat ini.


Tangan mungil Sonia masih mengocok penisku naik dan turun. Ia menatapku dengan pandangan menggoda. Oh sial, rasanya enak sekali. Tanpa sadar akhirnya dari mulutku keluar kata-kata seperti tempo hari,


“Isep dong sayang”


Sonia menghentikan aktivitasnya. Ia terdiam sejenak.


“Bentar ya”, ujarnya. Ia lalu mengambil tasnya di kedua kakinya. Dan sejurus kemudian ia mengeluarkan ikat rambut. Ia menguncir rambutnya ke atas. Oh my God, apakah aku benar benar akan disepong seorang member jeketi?


“Eh tapi Kak Eric, kalo mau keluar bilang ya, aku nggak mau Kak Eric muncrat di mukaku” katanya dengan pandangan tajam kepadaku. Tentu saja aku yang sudah dipenuhi birahi cepat cepat menyetujuinya.


Sonia kembali memegang batang penisku. Dan perlahan tapi pasti ia menundukkan kepalanya ke arah tempat dudukku. Kepala penisku diciumnya.


“UHHHH AHHH” erangku. Belum selesai keterkejutanku akan perbuatannya, kini aku bisa merasakan bahwa penisku dikulumnya.


“Aaaahhh Oohhh fuckkkk Soniaaaa Oh shiiiiit” teriakku.


Slep, Slep, Slep, hanya itu yang terdengar di mobilku saat ini. Gerakan Sonia mengulum penisku dan mengemutinya. Tangan kiriku otomatis memegang lehernya, untuk memastikan ia tetap menyepongku. Dan seluruh kenikmatan sedang menjalar ke semua bagian tubuhku. Kuambil pintu keluar tol karena lama-lama bahaya juga nyetir tidak konsentrasi seperti ini.


“Yess baby, aaahhh, babyy fuckkk” aku masih mengerang. Memang sepongan Sonia masih amatir. Hanya mengulum penisku naik turun. Tapi aku takkan protes karena kenikmatan seperti ini mungkin hanya mimpi.


“Sonnnn terusinnnnn gueeee aaarghhhh….” Tak henti-hentinya diriku meracau dan mengerang. Hingga akhirnya sampai di perempatan aku sengaja menunggu lampu agar merah. Kuhentikan mobilku dan benar benar kunikmati sepongan Sonia. Kurasakan batangku mulai berkedut dan ughhh… kutarik lehernya hingga kepalanya menjauh dari penisku dan mengakhiri sepongannya.


“Sayang awas gue mau kelu….” CROOTTT CROOTTT CROTTTT belom selesai kalimatku, penisku menyemburkan sperma. Jutaan calon presiden dan professor mati sia sia di dalam mobilku. Menyemprot ke setir mobil, dashboard, beberapa juga ke arah kopling dan tape. Sonia geleng-geleng kepala melihatku menikmati sisa sepongannya.


“Ih yaampun yaampun”, ujarnya keheranan. Ia lalu mengambil tisu dan mengelap mulutnya.


“hah hah hah…. Oh gila wawa enak banget nyepongnya” pujiku sambil kembali berusaha konsentrasi pada lampu yang kini hijau.


“kak Eric minggir dulu dong di pom bensin, aku mau kumur dulu”, pintanya.


“Oke sayang, tuh pas banget di depan ada pom bensin”


Kubelokkan mobilku, dan Sonia turun dari mobil. Ia setengah berlari masuk ke kamar mandi di pom bensin. Kuambil kesempatan itu untuk membersihkan semburan spermaku di dalam mobil. Sebenarnya aku juga ingin membersihkan penisku, namun melihat Sonia sudah kembali dari mobil, kuurungkan niatku. Ia membuka pintu mobil.


“Kak Eric nggak mau bersihin itunya juga?” tanyanya.


“Ntar aja sayang waktu kamu futsal”


“Jadi nggak nonton aku futsal?” lanjutnya kesal. Ia memasang wajah jutek dan bete andalannya.


“Nontonlah, emang mana ada bersihin ginian sampe sejam? Lagian ini susah mau pake celananya lagi”


Ia tak melawan lagi. Ia masuk ke mobil, dan kembali duduk. Kulanjutkan perjalanan kami, dan tampaknya lapangan futsalnya tak terlalu jauh dari tempat kami berada sekarang.


“Itu Kak Eric habisnya tulisan Delta, belok kanan ya”


“Oke”


Tak lama kemudian kami tiba di sebuah lapangan futsal. Kuparkirkan mobilku di ujung barisan mobil lain.


“Kamar mandi di dalem ada kan?” tanyaku.


“Ada kok. Pake gih celananya.” Jawab Sonia sambil mengambil tas futsal di bawahnya. Kupakai celanaku dengan sedikit susah payah, lalu kuikuti Sonia masuk ke gedung futsal itu. Di dalam ia menyapa teman-teman satu teamnya. Sementara itu aku sibuk mencari toilet. Ah, itu dia di ujung lapangan yang paling jauh. Kutinggalkan Sonia dulu, dan langsung kubersihkan bagian bawah tubuhku. Yah, celana dan celana jeansku sih udah nggak ketolong lagi. Aku hanya berharap semoga tidak meninggalkan bercak yang terlalu kentara. Setelah selesai, aku kembali ke lapangan tempat Sonia dan teman-temannya bermain.


Untuk ukuran anak cewek main futsal, kuakui Sonia dan teman-temannya cukup jago. Ah, sebenarnya ini pertama kali aku melihat perempuan bermain bola. Dan Sonia sangat bersemangat dalam bermain futsal ini. Beberapa kali passingnya akurat, begitupun juga tembakannya ke gawang. Dan sembari menontonnya, kadang ia menoleh ke arahku lalu tersenyum. Kulambaikan tangan ke arahnya sambil membalas senyumnya.



Tapi tetap saja, namanya anak perempuan main bola, berlari ke sana kemari, “bola” di dadanya ikut berguncang-guncang. Beberapa kali aku menahan ludah melihat Sonia maupun teman-temannya. Sialan, dasar nafsuku yang besar ini memang tak tahu adat. Kucoba menahan birahi ketika Sonia membuat gol dan merayakannya dengan teman-temannya. Kutahan kerasnya penisku, kucoba berdiri untuk memberi tepuk tangan. Semoga tonjolan ini tak terlihat, gumamku.


Singkat cerita, Satu jam berlalu. Permainan pun usai dan Sonia menghampiriku. Kuserahkan sebotol air mineral kepadanya.


“Hah hah hah makasih” jawabnya sambil menenggak air mineral itu. Sampai habis.


“Ciee 2 gol”, godaku sambil menerima botol kosong darinya.


“Sonia jago kan main futsal? Hahaha”, ia tertawa. Lalu mengambil handuk kecil dari tasnya dan mengusapkan ke muka dan lehernya.


“Iya, gw kaget banget baru ini liat cewe main futsal, ternyata kayak gitu. Ga beda sih sama kalo sama cowok.”


“Ya kan, hahaha”, tukasnya sambil meninggalkan tas futsalnya.


Sonia lalu meninggalkanku, ia menghampiri teman-temannya. Mereka berbincang sebentar lalu saling bersalaman. Tampaknya Sonia pamitan ke mereka semua. Ia kembali berjalan ke arahku. Kupanggul tas futsalnya di pundakku. Kami berdua berjalan menuju mobil. Kubuka pintu belakang untuk melemparkan tas Sonia. Ia masuk ke kursi depan. Setelah itu kususul dirinya masuk mobil.


“Nyalain dong AC nya kak Eric, gerah bangeeeet” pintanya.


“Oke” jawabku sambil menghidupkankan mesin mobil dan AC.


“Naaah, gini kan dingin”, katanya. Ia menurukan sedikit baju depannya untuk diarahkan ke AC. Bagian dalam tubuhnya pasti masih penuh keringat


“Ih bau keringetnya kecut nih” godaku.


“Biarin weeeeekkk…” jawabnya cuek.


Walau begitu tak kupungkiri bau keringat Sonia cukup membuat libidoku kembalik naik. Aku diam saja.


“Eh, abis gini mau ke mana Kak?” tanyanya.


“Hmm ke mana ya? Masih jam 2 gini. Nonton aja yuk Son”


“Ah boleh! Yuk yuk! Tapi ke rumah aku dulu ya, aku mau mandi sama ganti baju dulu”


“Siap sayangku”


Kuinjak pedal gas dan mobilku pun masuk kembali ke jalan tol.



“Son, Sonia bangun” Kuguncangkan pundak Sonia yang tertidur di sebelahku. Enak sekali ini anak tidur, sementara aku juga menahan kantuk sepanjang perjalanan tadi.


“hmmm?”


“Udah sampe nih”


“Hmm oh iya. Loh kok nggak nyasar sih kak?” katanya sambil menggeliat


“Tadi kesasar dikit. Mau bangunin lo tapi lo tidurnya pules banget. Untung gue inget”


“Yaudah yuk masuk dulu” ajaknya sambil membuka pintu mobil dan bergegas keluar.


“Eh… ng…. aku di sini aja deh Son. Ngantuk nih”


“Loh yaudah tidur di dalem aja”


“Hah? Di kamar kamu?”


“yeeee maunya! Di sofa aja. Yuk nggak papa kok”


“Hmm nggak enak, nggak papa deh di mobil aja”


“iiiiih, malu ama Cici ya? Cici lagi nggak ada di rumah kok” Sial, dia menebak tepat.


“Yaudah deh….” Sahutku sambil mematikan mesin mobil dan mengikutinya berjalan masuk ke rumahnya.


Sonia membuka pintu pagarnya. Lalu ia masuk melalui pintu depan dan memanggil anjing-anjingnya. Iya, Sonia memang penyuka anjing. Tiga anjingnya menghampirinya dan Sonia sendiri tampak senang dengan mereka. Ia lalu mengajakku masuk.


“Sini masuk sayang” katanya sambil menggandeng tanganku.


“Permisi… Eh nggak ada orang?” ujarku lirih.


“Ada pembantu doang sih di belakang. Papa Mama lagi ke Semarang. Cici kayaknya lagi kerja deh dianter Ko Fendy tadi pagi. Gatau pulang jam berapa. Eh Kak Eric duduk aja di sofa gih. Sonia bikinin minum. Mau minum apa?” jawabnya panjang lebar.


“Minum ini….” Godaku sambil memegang payudaranya.



“eeeeh, ih kak Eric ah!” ia cemberut.


“maap maap, air putih aja deh” tukasku cepat sambil duduk di sofa.


“Yaudah, bentar ya” katanya sambil masuk ke dalam. Kupandangi seisi ruang tamu dan ruang keluarganya. Rumahnya memang cukup besar dan mewah. Di dinding ada foto masa kecil Sonia dan Stella. Dan tentu saja ada foto keluarga di atas TV Utama. Di meja TV juga terlihat foto mereka berdua semasa Stella masih di JKT48. Ah, masa masa itu :”)


Tak lama kemudian, Sonia datang dengan membawa segelas air putih.


“Nih minumnya Sonia taruh sini ya kak Eric” katanya sambil menaruh gelasnya di meja.


“Makasih Sonia” jawabku sambil mengambil gelas itu dan meminumnya. Kutaruh gelasnya kembali di meja, aku pun duduk di samping Sonia.


“Jadi gini rumahnya idol” gumamku.


“Iya. Biasa aja kan Kak?” tanyanya.


“Ini mah gede kali Son rumah lo”


“Masa sih? Rumah kak Eric pasti lebih gede”


“Hmm enggak kok. Eh belom pernah ke rumah ya?”


“Iya, pernahnya ke apartemen kan”


“Yaudah ntar kapan-kapan main deh ya. Rumahku di Bekasi. Udah pernah bilang belom sih aku?”


“Belooom. Tapi aku tau kok, kapan hari nanya kak Vanessa sih”


“Hah? Kenapa nanya ke Vanessa?”


“Ya nggak papa, kapan itu kan ngobrol gitu sama dia gitu. Nggak boleh?”


“Boleh lah, kenapa coba nggak boleh” balasku sambil mengusap rambutnya menggunakan tangan kiriku. Sonia menyalakan TVnya. Ia menyandarkan kepalanya di pundak kiriku. Semakin lama kami menonton TV, kantukku semakin tak bisa dibendung.


“Hmm ngantuk banget nih aku. Aku tidur bentar ya”


“Iya”


Kulepaskan tanganku dari lehernya. Kuarahkan kepalaku ke pahanya. Sonia mengerti maksudku. Ia membiarkanku menaruh kepalaku di pahanya. Dan perlahan ia menurunkan kepalanya, mengecup dahiku.


Cupp….


“Ih cium cium, belom mandi padahal” ledekku padanya. Memang Sonia masih memakai seragam futsalnya. Tapi tak jadi masalah buatku.


“Yaudah minggir minggir aku mau mandi!” ia kembali pura-pura marah.


“Eh ntar dulu dong, biar aku tidur dulu” tahanku.


Sonia menurut. Tangan kirinya membelai rambutku dengan lembut. Dan tanpa menunggu lama, mataku semakin berat. Aku pun tertidur di pangkuan Sonia.




Kurasakan ada sesuatu yang bergerak gerak di bawah sana. Perlahan tapi pasti tidurku terganggu dan aku berusaha sadar. Antara sadar dan tidak aku bisa melihat celanaku sudah turun. Dan sebuah tangan sedang menggerayangi penisku. Mengusapnya perlahan. Tangan mungil itu seolah berusaha membangunkan penisku yang tertidur seperti tuannya.


“Mhhhmmm…” ujarku.


Kucium wangi parfum ini. Ah, Sonia tampaknya sudah siap untuk pergi. Mungkin ini caranya untuk membangunkanku yang daritadi tertidur. Boleh juga. Kupejamkan mataku. Ayo Son, gw ikutin permainan lo!


“Ngga sabar banget sih sayaaang…. Ahhh” ujarku sambil menikmati kocokannya.


Semakin lama semakin kunikmati permainan tangannya.


“Ahhh… nggghh…. Terus kocokin….”


Menikmati kocokan Sonia sambil memejamkan mata seolah masih tidur memang memberikan sensasi tersendiri. Aku pun punya ide lain.


“Sayang, nenen dooong” kataku manja.


Sonia menghentikan kocokannya di penisku. Aku bisa merasakan tangannya berusaha membuka baju dan bra nya. Setelah berhasil, ia mendekatkan payudaranya ke kepalaku. Kenyal payudaranya terasa dan aku sedikit kaget ketika bongkahan daging surgawi itu membuat wajahku terbenam di dalamnya. Kuhisap pentil itu. Dan kumainkan dengan lidahku.


“Erghh… mmhhh” desahnya lirih.


Ia menutup mulutnya sendiri dengan tangan kirinya agar desahannya tidak ke mana mana. Jujur sebenarnya aku agak kesusahan bernafas dikubur oleh payudaranya. Namun sambil tetap memejamkan mata, demi sensasi ini, jadi aku menahan diri. Payudara Sonia memang favoritku. Kuciumi semua bagiannya, dan Sonia dengan aktif memutar mutar badannya agar semua bagian payudaranya bisa kumainkan pake mulut.


“mmmm….Mmmmaaaaah” lenguhku


Tiba tiba tangan kanannya memegang penisku. Dan mengocoknya kembali. Oh gilaaaaa, ini dia!!! Ini dia favoritku kalo dicoliin pacar pacarku dulu. Nenen sambil dikocokin. Kocokannya makin kencang, dan aku pun semakin naik. Kurasakan batang penisku berkedut kencang dan akhirnya CROOOTTTT CROOOTTT penisku mengeluarkan lahar sperma bagaikan gunung api yang meletus. Bersamaan dengan itu kugigit kecil puting payudaranya.


“ssstt aaawww” teriaknya kecil.


Sebentar.


Itu bukan suara Sonia.


Sambil menikmati sisa kenikmatan dunia ini, aku bingung. Suara Sonia bukan seperti itu. Lenguh dan desahan Sonia juga nggak gitu. Ini siapa???


Perlahan tapi pasti gadis ini mengangkat payudaranya sehingga mukaku akhirnya bebas dan bernafas normal kembali. Tangannya masih memegang penisku yang semakin mengecil. Kubuka mata dengan takut.


Dan pemandangan yang mataku lihat cukup membuatku terkejut dan setengah berteriak,


“STELLA?”
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd