Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA A High Class First Love Story (BUCIN)

Next update kapan? ><


  • Total voters
    72
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
jangan dong ommmm

Hmm... :)


Nah gini dong ada aksinya tuan, jadi tegangnya atas bawah. Terus itu apa Anjir c4 banyak2. apa mau ledukin banyak bangunan tuh?

Udah korban nyawa masa cuman setengah-setengah sih


Saya melihat HK45 and I press like

Waaaa ><


Napa jadi tembak2an ?:getok::rolleyes::getok:

Pada minta ada aksinya gan
Yaudah deh ane turutin ><


Cinta 'mati'? wkwk

Bucin hu :(
 
Lalu ada yg nolongin mang dodo dari arah yang tidak terduga sambil ngomong "keep you waiting huh? " :kretek:
Alias ini udah diluar kemampuan warga sipil mang...
 
Lalu ada yg nolongin mang dodo dari arah yang tidak terduga sambil ngomong "keep you waiting huh? " :kretek:
Alias ini udah diluar kemampuan warga sipil mang...

Di luar kemampuan warga sipil apanya ya?
Bukannya udah diceritain kalau punya izin kepemilikan senjata api ya?

:D

Jangan dong suhuu, tapi walaupun tamat mau bahagia atau enggak tetep ditunggu karya karyanya 🙏:)

Karya? Ini aja kok

Tapi ntar "beranak" :D
 
Bukannya udah diceritain kalau punya izin kepemilikan senjata api ya?
Ya emang gak salah disitu, tapi ngadepin teror seperti itu kan mesti ada skill dan pengalaman mang...
kecuali, Dodo dan bimo had been possesed by jason Bourne, Jhon wick atau rembo.
Atau gue miss soal mereka berdua ada wamil bahkan pernah ngecamp militer?
CMIIW
 
Saya orangnya simpel, saya liat Hekler & Koch, saya suka KWWKWKKW.

Dodo harusnya nyimpen HK416 ni di mobilnya
 
Kalau ending nya mati di tembak gini, jadi deja vu sama salah satu fanfict jaman dulu.
 
Ya emang gak salah disitu, tapi ngadepin teror seperti itu kan mesti ada skill dan pengalaman mang...
kecuali, Dodo dan bimo had been possesed by jason Bourne, Jhon wick atau rembo.
Atau gue miss soal mereka berdua ada wamil bahkan pernah ngecamp militer?
CMIIW

Wajib militer? Coba suhu baca part II
FYI kalau di sini karena tidak wajib jadinya namanya bela negara. Isinya sih sama aja.

Juga, suasana dalam kondisi mencekam dan terancam namun kamu memiliki peralatan untuk memukul mundur
Ya jelas dong siapapun akan melakukan perlawanan dalam kondisi seperti ini
Apalagi di saat yang sama ada orang yang tersayang

Lanjut huuuu...jelaskan keadaannya

Hmm... :)


Sad ending kah min ? :((

Maunya gimana? :D


Kalau ending nya mati di tembak gini, jadi deja vu sama salah satu fanfict jaman dulu.

Waaa fanfict yang mana ini? ><
 
Update paling lambat hari rabu ya
Sekarang mau makan sambil ngetawain wt dulu

52454370-496480470886995-703579221950358148-n.jpg

5-E6-F076-E-1-ED1-45-A3-BE8-B-1-E5368-E7-E76-D.jpg
 
Terakhir diubah:
Part XIX: Afterlife, With Happiness, Forever.


Dug... Dug... Dug...

Ini...

Nit... Nit... Nit...

Apa ini?...

Nit..Nit..Nit..Nit..

Aku merasakan diriku seperti sedang bernafas...

"Sayang?!"

Ah suara itu...

"Sayang! Kamu sudah sadar?!"

Aku dapat merasakan kembali tubuhku ini. Namun aku juga merasakan nafasku bukan atas kehendakku, dan sangat teratur.

"Sayang??!!"

Aku coba untuk membuka mataku dan mencoba untuk menggerakkan jari tangan kiriku. Terlihat dengan samar-samar wajah Viny yang teramat merah dan sangat berantakkan itu di hadapanku. Namun aku juga melihat Bimo dan Shani di hadapanku, walau di dominasi oleh wajah Viny.


Viny langsung membekap diriku ini. Kepalanya ia tenggelamkan di samping kiriku. Terdengar dengan jelas suara tangisannya itu yang amat histeris. Sementara itu, Bimo tak terlihat lagi di hadapanku dan Shani yang kini menatapku dengan wajah harunya itu. Ah, ada apa ini? Mengapa dadaku kini tertempel empat buah kabel? Mengapa tangan kananku tertusuk sebuah jarum? Mengapa ada selang yang masuk ke dalam mulutku? Aku tidak dapat berbicara!

Tak lama setelah itu, aku melihat ada lima orang berjas putih yang mengerubungiku, yang salah satunya adalah Bimo. Aku menebak mereka semua adalah dokter. Sementara itu, Viny kini tetap saja menangis, walau posisinya kini hanya mendekap lengan kiriku saja, itu juga karena salah satu dari mereka menyuruh Viny untuk tidak menghalangi dadaku. Tunggu sebentar, apakah ini berarti aku sedang berada di rumah sakit?

Ah, ingatanku mulai pulih! Aku mulai sadar dengan kondisiku sekarang. Sementara itu, para dokter itu kini berdiskusi sambil melihat ke arahku. Aku tak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan. Setelah mereka berdiskusi tentang keadaan dadaku, salah satu dari mereka mulai melepas selang yang menjuntai di dalam tenggorokanku ini.

"Kita mulai ya, tolong pantau terus."

Aku merasakan hilangnya sebuah rasa yang mengganjal pada pangkal tenggorokanku, yang diikuti dengan pernapasan yang harus aku kendalikan sendiri. Dengan perlahan, mereka menarik selang ini dari mulutku hingga terlepas seutuhnya.

"Haahhh... Haaahhh... Haaahhh..."

Kini mereka memasangkan selang pada kedua lubang hidungku, dan aku merasakan udara segar masuk dari hidungku.

"Bagaimana?" Ucap salah satu dari mereka yang terlihat paling senior itu kepadaku.
"Hhh... Jangan tanya saya dok, saya baru sadar."
"Hahahaha bisa saja kamu nak."
"Dok, sudah berapa lama?"
"Kamu sudah tidak sadar selama tiga hari. Mungkin temanmu ini yang akan bercerita. Sepertinya cukup ya. Kamu akan baik-baik saja. Sudah, tidak perlu mengangis lagi." Ucapnya sambil memegang bahu Viny.

Aku mulai menyadari kondisiku saat ini. Tangan kananku kini diinfus, dada kananku pun tertempel sebuah perban yang sangat tebal. Hanya tubuh bagian kiriku saja yang bebas. Kini di ruangan ini hanya terdapat Aku, Bimo, Shani, dan Viny yang masih juga membekap lengan kiriku ini. Kini sudah tak terdengar suara tangisan Viny lagi namun tetap saja Viny terlihat sesegukan.

"Viny..."

Viny masih saja membekap lenganku ini.

"Viny sayang..."

Aku menekuk lengan kiriku sehingga aku bisa menyentuh rambutnya yang amat berantakkan itu. Viny pun langsung mengangkat wajahnya, terlihat di mataku wajah yang teramat sembab dan mata yang amat merah itu.

"Kamu tidur sama aku aja sini." Sambil menepuk-nepuk ranjang dengan tangan kiriku.
"Do..."
"Ga apa-apa Bim. Masih muat."

Memang ranjang ini berukuran sangat besar, jadi sepertinya muat jika Viny juga tidur di sini, dan benar saja. Viny bangkit dan mulai mengambil posisi di sampingku. Tubuhnya dia tengkurapkan tubuhnya di sisi kiri tubuhku sehingga dia menghadap ke arahku. Aku merangkulnya dengan tangan kiriku, sehingga lengan kiri atasku menjadi bantal bagi kepalanya itu. Dengan posisi seperti ini, aku dapat melihat wajah samping Viny yang langsung tertidur pulas di lenganku ini. Ah Viny, cantik sekali dirimu ini.

Ruangan ini hening dalam beberapa menit. Aku kembali merenungkan apa saja yang telah aku perbuat. Sementara itu, Bimo masih saja berdiri menatapku dengan wajah bahagia, sementara Shani terdiam di pojokkan ruangan ini dengan tatapan yang sepertinya kosong itu.

"Bim, tolong ceritakan Bim."
"Peluru 9mm dari sebuah revolver. Menghancurkan salah satu tulang iga dan sedikit bagian paru-paru kananmu. Jadi kami terpaksa mengangkatnya. Pecahan pelurunya tersebar di dalam dadamu, beruntung tidak sampai mengenai jantung dan tulang belakang."
"Hah?"
"Iya, seperlima bagian paru-paru kananmu ada yang kita angkat karena memang sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Jadi napasmu tidak akan sepanjang dulu lagi. Untuk tulang igamu, kami telah memasang plat titanium sebagai pengganti tulang igamu yang hancur. Tenang, tulang iga bisa tumbuh kembali. Oh ya kamu jangan coba tarik napas panjang dulu."

Baru juga mau mencoba untuk menarik napas panjang, namun tak apa.

"Terus, kejadiannya?"
"Oh iya. Sesaat setelah kamu tak sadarkan diri, bantuan pun datang. Kamu langsung dimasukkan ke dalam ambulans yang membawa kamu ke sini bersama Viny dan Shani. Aku langsung memimpin proses operasimu selama 6 jam, sementara Viny dan Shani langsung ditangani oleh dokter psikiater. Mereka berdua syok berat, apalagi Viny yang mentalnya teramat jatuh. Dia ga mau diajak bicara oleh siapapun. Dia juga ga mau makan. Makanya dia sekarang diinfus, sama sepertimu. Oh ya senjata dan mobilmu diamankan polisi, nanti kalau sudah sembuh boleh diambil."

Iya juga. Viny dan Shani terlihat memakai baju pasien sama sepertiku. Juga aku melihat sebuah infus yang mengarah ke tangan kanan Viny.

"Terus?"
"Kami bertiga selalu menunggumu di sini. Aku dan Shani tidur di sofa, sementara Viny selalu menjagamu di kursi ini. Padahal kamar Viny dan Shani ada di sebelah. Viny tidak pernah tidur semenjak masuk rumah sakit. Baru sekarang saja aku melihatnya tidur. Oh ya, kamu kehilangan banyak sekali darah. Sementara itu saat kejadian stok golongan darahmu di sini sedang kosong."
"Terus gimana?"
"Aku tak sengaja keceplosan ngomong itu di dekat Viny. Memang sih golongan darah kamu sama dengan golongan darahnya, tapi pasien yang sedang syok tidak boleh diambil darahnya dalam jumlah banyak. Namun dia tetap memaksa sambil nangis-nangis, dan ga ada pilihan lain. Jadi sekantong darah diambil dari tubuh Viny, dan sekarang sudah berada di dalam tubuhmu.

Ah Viny. Kamu melakukan hal tak penting yang hanya akan membahayakan dirimu saja. Pasti kamu sangat lelah sekali.

"Ngomong-ngomong, orangtua lo sekarang lagi ada di sini semenjak lo masuk rumah sakit."
"Terus mereka sekarang di mana?"
"Ya mereka sekarang tinggal di rumah lo. Gue diminta sama orangtua lo buat jagain lo. Katanya biar kalau ada apa-apa bisa langsung gue tangani. BTW orangtua lo udah gue kasih tau, bentar lagi mereka dateng. Yaudah Do gue sama Shani keluar dulu."
"Ngapain lo?"
"Ya kali aja lo mau ngebucin lagi."
"Itu lo anjir."
"Ye si bangsat, gue sentil dada lo mati juga lo."

Ya itu beneran sih dengan kondisi gue yang seperti ini.

"Oh ya. Lalu bagaimana dengan skripsi dan pekerjaanmu?"

Shani tidak menjawabnya.

"Laptop Shani sama Viny udah hancur saat kejadian. Untungnya lo pernah ngajarin gue cara ngegunain fasilitas cloud storage yang sync otomatis, jadinya udah ada cadangannya di internet."

Memang aku pernah mengajari Bimo saat kita berdua sedang mengerjakan tugas akhir kami. Ngomong-ngomong, laptop Viny juga sudah aku atur agar tiap pekerjaannya selalu ada cadangannya di internet. Yah untuk berjaga-jaga dari kejadian seperti ini.

"Kalau soal JKT48, Shani sama Viny udah dapat ijin. Nama Shani sama Viny masuk ke daftar korban yang mengalami trauma. Jadinya pihak JKT48 ngasih izin dua minggu untuk pemulihan."

Yah dua minggu cukup lah ya untukku untuk pulih.

"Yaudah Do kita berdua pergi dulu ya, kalau ada apa-apa tekan aja tombol bel.."

Kini mereka berdua berjalan keluar dari kamar ini, meninggalkan gue dan Viny di atas ranjang ini.

Twelve hours later.

Kini jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan sudah banyak para pejabat yang menjengukku ketika berita bahwa diriku telah siuman beredar. Ya jelas lah pak presiden, pak Kapolri, pak Panglima TNI, dan para pejabat eselon satu menjengukku. Tentunya orangtuaku dan orangtua Viny adalah orang pertama setelah Bimo yang menghampiriku di sini yang kini mereka semua berada di rumahnya masing-masing. Yah selain memberiku semangat dan ucapan rasa bangga mereka juga mengomeliku karena melakukan tindakkan yang amat berbahaya, malah lebih banyak mengomeliku. Pokoknya bercampur lah semua jadi satu. Apalagi ibuku yang selalu saja meminta kepadaku seorang cucu. Mak, anakmu sekarang udah 'cacat' mak, jangan ditambah beban lagi lah maakkk... :(

Selama dua belas jam itu pula aku tidak melakukan apa-apa. Hanya bunyi suara alat-alat pemantau kehidupan saja yang menemaniku sekarang. Ponsel gue sih sekarang ada di atas meja dan bisa gue ambil, namun gue ga mau memusingkan diri gue sendiri dengan ponselku. Jadinya selama itu pula aku hanya bisa memandang wajah samping atas Viny yang amat indah ini. Tak pernah bosan aku membenarkan helaian rambutnya yang berantakkan dan menutupi wajah cantik Viny. Namun selama itu pula posisiku masih saja tidak berubah. Yah memang ga boleh banyak gerak sih gue, tapi masalahnya Viny juga ga gerak dong. Viny masih saja tertidur di lenganku ini. Padahal yang menjengukku tadi pada berisik semua loh. Alhasil tangan gue kesemutan dong, dan sekarang sudah sampai titik di mana gue ga bisa tahan lagi. Gak cowonya ga cewenya sama aja bucin, aaarrrggghhh...

"Viny..."

Aku sebenarnya tak tega untuk membangunkannya, tapi...

"Ngghhh..."

Sepertinya dia terbangun.

"Vin, tolong geseran sedikit..."

Dia tidak merespon.

"Viny sayang, tanganku kesemutan..."

Kini dia memandangku dengan tatapan kosongnya.


"Geser sedikit yang, aku mau mindahin posisi tanganku."

Viny mengangguk kecil lalu dia menggeser sedikit tubuhnya sehingga aku bisa memindahkan lengan kiriku. Kini lengan kiriku berada di samping tubuhku, di antara tubuhku dengan tubuh Viny. Namun, baru saja lengan kiriku mendapatkan posisi barunya Viny langsung membekap erat lengan kiriku ini. Tak lama kemudian, terdengar suara tangisan kecil yang disertai bahu kiriku yang mulai basah. Yah tahu lah.

"Viny, jangan nangis. Aku masih di sini kok."

Malah tambah kejer.

"Sayang, coba lihat ke sini."

Dia malah menggelengkan kepalanya dan makin membekap lenganku ini.

"Viny, aku ga suka lihat kamu menangis seperti ini. Aku kuat kok, masa kamu lemah seperti ini? Katanya udah siap jadi calon ibu."

Rasanya gue ingin mengelus-elus kepalanya itu, membenarkan rambutnya yang berantakkan menutupi wajahnya itu. Akan tetapi posisi tangan kiriku kini terjepit tubuhku dan tubuh Viny, dan tulang rusukku terasa amat sakit jika tangan kananku digerakkan.

"Kamu jahat!!!"

Akhirnya Viny mulai bicara juga dengan wajahnya masih dia benamkan di lenganku sambil sesegukan. Yah walaupun gitu deh.

"Kamu bikin aku khawatir tau ga?!"

Sudah pasti ngegas lah ngomongnya.

"Viny..."
"Gamau!!!"

Malah tambah nangis.

"Vin... Ngkkk... Tolong lihat ke arahku..."

Ucapku sambil mengelus-elus kepala Viny. Ya, aku mengelusnya dengan tangan kananku yang tertusuk jarum infus, walaupun aku harus menahan rasa sakit di dadaku ini.

"Viny... Aku ga bermaksud membuatmu khawatir... Ngkkk..."
"Terus apa?!"
"Kita dalam kondisi terdesak, Vin. Jika aku tidak bertindak seperti itu, mungkin korban jiwa akan jauh lebih banyak, dan mungkin juga kita termasuk di dalamnya... Ngghhh..."

Shit sakit banget rasanya!

"Tapinya aku jadi khawatir tau ga?!!!"

Dengan tangan tanganku, aku pun meraih rahang Viny dan mengarahkannya agar wajahnya kini mengarah kearahku. Kini aku bisa melihat wajah Viny yang amat merah dan mata yang amat sembab itu tertutupi oleh rambutnya yang amat berantakkan menutupi wajahnya.

"Sayang, aku akan berjuang sekuat tenagaku agar kamu tidak kenapa-kenapa, bahkan jika aku harus mengorbankan nyawaku. Aku tidak mau melihatmu menderita..."

Ucapku dengan wajah yang dengan sekuat tenagaku tak aku tunjukkan perjuanganku menahan rasa nyeri di rusukku ini. Kini tangan kananku membenarkan rambutnya yang menutupi wajahnya itu.

"Tapi..."

Belum sempat Viny membereskan ucapannya, aku pun langsung mencium bibir Viny ini. Posisiku sekarang sedikit bangkit dengan leher yang sangat aku majukan dengan tangan kananku yang mendorong kepala Viny sehingga ciuman kami semakin erat. Manis, Manis sekali rasanya! Lembutnya bibir Viny selalu membuatku merasa nyaman dan hangat. Air liurnya pun bagaikan obat bius yang membuatku selalu tak sadarkan diri jatuh ke dalam gelora asmara. Ah nikmatnya.

Namun belum lama kamu berciuman, tiba-tiba tubuhku merasa sakit yang amat luar biasa. Aku tak bisa menahan lagi rasa sakit ini. Jantungku pun berdegup amat kencang, alat pemantau kehidupan yang ada di samping kananku pun bersahutan berbunyi dengan frekuensi yang amat tinggi. Aaaakkkkkkk...!!!!

"SAYANG!!!"

Viny sekarang terlihat amat panik. Sementara itu, aku berusaha menahan rasa sakit yang amat luar biasa ini yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.

"Do!!!"

Tiba-tiba pintu kamar pun terbuka, dan masuklah Bimo dengan amat terburu-buru menghampiriku.

"Lo abis ngapain Do?!"

Aku pun hanya membalasnya dengan ekspresiku yang sedang menahan sakit ini.

"Oke Do coba lo lurusin tangan lo senderin badan lo yang bener terus tenangin diri lo."

Aku pun mencoba menuruti perintah Bimo. Setelah beberapa lama kemudian, rasa sakitnya pun mulai menghilang. Kini di sampingku sudah terdapat banyak dokter selain Bimo meriksa keadaanku sekarang. Sementara itu, Viny kini mendekap lenganku lagi dengan amat kencang.

"Lo abis ngapain dah? Ganggu orang istirahat aja lo."
"Ya lo bisa tebak sendiri lah."
"Oh gara-gara ini."

Ucap Bimo sambil mengelus-elus kepala Viny. Viny yang merasa dirinya disalahkan langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai menangis dengan kencang. Dasar teman bangsyad.

"Pak ini ada dokter yang bikin pasien kejiwaan tambah parah nih pak. Tolong bilangin ke pak dirut ya pak."

Ya jelas lah Bimo langsung panik.

"Eh eh eh kok gini sih... Viny, aku minta maaf. Gak kok kamu ga salah..."

Viny tidak meresponnya dan masih saja menangis.

"Viny, jangan nangis dong. Si Bimo hanya bercanda aja. Kamu ga salah kok, lagian aku udah gak ngerasa sakit lagi. Sudah jangan nangis lagi."

Akhirnya tangisan Viny pun mulai reda.

"Do jangan laporin gue ke pak Dirut plis."
"Iya iya. Ya lagian lo sendiri ngapa dah."
"Tulang rusuk lo ada yang geser dikit Do. Lo ntar kita operasi lagi. Bikin repot ae lo."

Yaudah lah ya.


Six months later.


“Congratulation for you wedding, kid. I’m very glad for you.”
“Thank you sir.”
“This is the beginning of your day, the beginning of your future, beginning of building great family, the beginning of all things, and a blessed and happy day for your new life. I hope your marriage will last forever.”
“I hope so. This is my first and last wedding.”

Ya, kini sedang diadakan acara resepsi pernikahanku dengan Viny. Kini aku sudah berada di atas pelaminan menyalami para tamu undangan.

“Wah akhirnya menikah juga Einstein muda kita. Selamat ya nak.”
“Terima kasih ya pak.”
“Seharusnya kamu sudah menikah dari dulu loh.”
“Yaa ga bisa gitu lah pak...”
“Hahaha yaudah nak selamat ya. Semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia selalu.”

Tentu para tamu yang datang bukanlah orang yang sembarangan. Kalau bukan keluarga atau teman-temanku, pasti orang tersebut memiliki reputasi yang besar alias kelas kakap. Dua orang yang barusan bersalaman denganku adalah ketua yayasan Nobel dan pak presiden.

“Halo sayangkuuuu..... Aaaaakkkk......!!!!! ><”
“Cantik banget sih kamu Vin.”
“Iiiihhhhhhh Viny masa ngeduluin kita sih.”
“Gimana Vin rasanya jadi calon ibu? Cie.”
“Vin, aku minder deh, yang dateng pejabat-pejabat semua.”
“Hehe...”

Itulah hasil mengupingku dari sebelahku. Ya, mereka adalah teman-teman perempuan Viny semasa sekolah dulu. Jelas heboh, namanya juga betina.

Ngomong-ngomong, pernikahanku ini dilaksanakan di dalam sebuah aula yang paling besar pada sebuah hotel bintang lima yang terletak di pusat ibukota. Aku menyewa seluruh hotel ini khusus untuk pernikahanku saja. Pakaian pengantin kami dibuat oleh seorang desainer yang amat terkenal dan dengan bahan dan kerumitan yang amat tinggi. Foto prewedding kami dilaksanakan di berbagai tempat di dunia ini. Kendaraan pengantin aku menggunakan tiga helikopter, sementara kendaraan untuk keluarga yah minimal BMW seri 3 atau Mercedes Benz seri C dengan pengawalan ketat kepolisian. Konsep pernkahan pun seperti yang sudah kalian ketahui sebelumnya, di mana aku berada di pelaminan dengan bangku tempat duduk yang tersebar di seluruh area aula. Segala jenis makanan pun tersedia dalam pernikahanku ini, dan tidak akan habis saking banyaknya. MC dan bintang tamu yang mengisi pernikahanku pun bukan sembarangan orang. Lagu-lagu yang biasa dinyanyikan di pernikahan? Di sini dinyanyikan oleh penyanyi aslinya langsung. Belasan penyanyi hits lintas generasi baik lokal maupun mancanegara ada di pernikahanku sekarang. Lagu instrumental yang langsung dibawakan oleh Kenny G pun menjadi latar belakang ketika sedang tidak ada penampilan penyanyi yang lain. Yah total biaya yang aku habiskan untuk seluruh rangkaian pernikahan ini mencapai puluhan miliar rupiah. Cukup terasa sih pengeluarannya, namun tak apa lah, namanya juga sekali seumur hidup, pula nanti dengan cepat akan terisi lagi kok.

Loving can hurt, loving can hurt sometimes
But it's the only thing that I know
When it gets hard, you know it can get hard sometimes
It is the only thing makes us feel alive


Tentunya pernikahanku yang super mewah ini mendapat pernikahan publik. Entah bagaimana publik bisa mengetahuinya, entahlah. Padahal pernikahan ini tidak aku sebarkan secara luas ke masyarakat umum. Banyak komentar dari masyarakat luas tentang pernikahanku ini, apalagi dari para wt. Yah Viny baru dua bulan lulus dari JKT48 tapi sudah menikah. Memang sih dua minggu setelah Viny lulus kami mengumumkan hubungan kami di sosial media kami masing-masing. Akan tetapi kami tidak memusingkan komentar-komentar tentang pernikahan kami. Kami lebih memikirkan tentang masa depan kita berdua nanti.

We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes are never closing
Hearts are never broken
And time's forever frozen still


Ya, ini adalah lagu Photograph yang dibawakan langsung oleh Ed Sheeran. Tentunya lagu ini ditujukan kepada para kawula muda seperti kami. Dengan gitarnya, dia menyanyikan lagunya di tengah-tengah para tamu undangan sehingga jarak antara dia dengan para tamu undangan sangatlah dekat. Tentunya heboh dong para tamu undangan, apalagi yang cewek-cewek.

So you can keep me
Inside the pocket of your ripped jeans
Holding me closer 'til our eyes meet
You won't ever be alone, wait for me to come home


“Nyusul juga lo akhirnya.”
Ya, itu Bimo. Dia memang sudah menikah duluan dengan Shani sebulan yang lalu di Jogja dengan cukup mewah juga.

“Aslinya gue duluan su. Lo segala ga bisa jaga diri sih.”

Mereka menikah duluan karena Bimo gak sengaja keluar di dalam ketika Shani dalam masa subur. Memang mereka ini cukup gila, berhubungan bada tanpa pengaman di masa subur. Yah perut Shani kini juga terlihat mulai membuncit sih.

“Yeh si anjing. Gimana? Nanti bisa keluar di dalem dong? Ga usah nunggu masa gak subur seperti biasanya.”

Gue pun menginjak kaki Bimo. Memang ga bisa dijaga omongannya. Mana cukup kencang lagi.

“Bangsat lo ya. Jaga omongan lo lah. Di depan mertua ini su.”
“Iya Do ampun ampun.”
“Jadi, udah hampir dua bulan yah nih?”
“Eh iya kak. Kak Viny cepetan nyusul ya.”
“Hehe iya Shan, nanti anak kita umurnya samaan.”
“Yaudah Do gue turun ya. Gue belom selesai nyobain makanannya.”
“Iye iye pergi sono lu cepetan.”

I want to call the stars
Down from the sky
I want to live a day
That never dies
I want to change the world
Only for you
All the impossible
I want to do


Lagu When You Tell Me That You Love Me yang dibawakan langsung oleh Diana Ross ini memang sangatlah cocok di acara pernikahan seperti ini. Istilahnya old but gold. Walaupun beliau sudah cukup tua, namun dia menyanyikannya dengan cukup baik.

I want to hold you close
Under the rain
I want to kiss your smile
And feel the pain
I know what's beautiful
Looking at you
In a world of lies
You are the truth


Para tamu pun juga terlihat cukup bahagia dengan acara pernikahan kami ini. Memang inilah yang kami berdua inginkan. Sekarang aku dan Viny duduk di atas kursi pelaminan, dengan tangan kami yang saling berpegangan.

And baby
Every time you touch me
I become a hero
I'll make you safe
No matter where you are
And give you
Everything you ask for
Nothing is above me
I'm shining like a candle in the dark
When you tell me that you love me


Kini hidupku sudah terasa sangat lengkap. Aku pun sangat bersyukur dengan keadaanku sekarang ini.

 
Terakhir diubah:
Epilog
Guess the POV

Twenty three years later.

"Gracia, sini!"

Kini aku beserta istriku dan kedua anak-anakku berada di Villa milikku, yang mungkin sebentar lagi bukan milikku lagi.

"Apa pah?"
"Sini duduk dulu."

Kini anak perempuanku itu duduk berlutut dilantai dihadapanku, dengan wajah yang sepertinya kebingungan ini. Sementara itu, istri dan anak laki-lakiku kini berada di ruangan yang sama dengan kami.

"Papah ingin memberitahumu, tentang sebuah rahasia yang sudah papah dan mamahmu simpan selama hampir dua puluh dua tahun."
"Apa yah?"

Anak perempuanku itu nampak sedikit panik yang bercampur dengan rasa penasarannya. Sementara itu, istriku pun mendekat kearahku lalu duduk di sampingku.

"Jadi, kamu sudah lama mengetahui bahwa kamu bukanlah anak kandung papah dan mamah."
"Iya pah..."
"Kami sayang kepadamu, nak. Sayang sekali. Kamu sudah papah dan mamah anggap sebagai anak kandung sendiri. Namun, kamu sekarang sudah dewasa. Kamu harus mengetahui siapa dirimu ini..."
"Jadi..."
"Kamu terus menerus bertanya kepada papah dan mamah siapa orangtua kandungmu. Sekarang, papah akan memberitahumu siapa kedua orangtuamu."
"Siapa pah?!"

Aku pun memberikan sebuah kunci yang sedari tadi aku genggam.

"Ini apa pah?"
"Kamu ikut papah yah."

Dengan wajah kebingungan, kini aku merangkul anak perempuanku itu keluar dari Villa menuju ke sebuah tempat yang cukup tersembunyi di area Villa ini. Sementara itu, istri dan anak laki-lakiku mengikutiku dari belakang.

"Pah, bukannya ini area terlayang ya pah?"
"Ssstttt..."

Kami terus berjalan, hingga kami sampai pada suatu tempat yang di sana terdapat dua buah makam yang berdampingan.

"Pah..."
"Iya nak, mereka berdua adalah orangtua kandungmu."

Anak perempuanku itu langsung mendekati kedua makam itu dengan mata yang berkaca-kaca. Aku pun mengikutinya dan merangkulnya dari belakang.

"Namanya tidak asing kan? Iya, papahmu adalah seorang yang amat pintar dan berbakat hingga namanya abadi, dan ibumu adalah seorang anggota JKT48 sama seperti mamahmu dan dirimu."

Anak perempuanku itu mulai menangis.

"Ayahmu adalah orang yang sangat baik. Papah tak pernah menemukan orang lain yang sebaik dia. Dia seorang pekerja keras dan juga sederhana. Juga, dia amat mencintai ibumu."

Entah mengapa air mataku mulai mengalir.

"Semua ini berawal pada dua puluh dua tahun yang lalu. Saat itu mamah baru saja melahirkan Riko, dan ibumu sudah sampai masa kehamilan 8 bulan. Namun, di saat yang sama ibumu divonis menderita kegagalan ginjal. Kedua ginjalnya sudah tidak berfungsi lagi secara total. Jadinya, ibumu memerlukan donor ginjal dengan segera. Jika tidak, maka maka ibumu harus hidup menderita dengan selang hemodialisis yang selalu menempel di tubuhnya. Hal ini tentunya sangat tidak diinginkan oleh ayahmu, yang sangat mencintai ibumu itu. Pula, kami harus melakukan tindakkan agar dirimu ini bisa selamat. Akan tetapi, di saat yang bersamaan tidak ada donor ginjal yang sesuai dengan ibumu..."

Semua yang berada di sini pun mulai sesegukan, termasuk aku. Aku mulai berbicara dengan terbata-bata.

"Jadi, ayahmu lah yang mendonorkan ginjalnya untuk ibumu. Kebetulan kedua golongan darah mereka sama. Papah menentang keras hal tersebut karena ayahmu mengidap hipertensi, resikonya akan sangat tinggi jika hal tersebut dilakukan. Akan tetapi, memang ayahmu ini sangatlah keras kepala. Jadi, papah tidak bisa berbuat banyak hingga operasi pun dilaksanakan. Walaupun papah bukan dokter spesialis ginjal, namun papah diminta oleh ayahmu untuk turut serta dalam operasi ini. Setelah kami berhasil melakukan operasi caesarean untuk melahirkanmu, kami langsung melanjutkan dengan operasi donor ginjal dari ayahmu kepada ibumu. Operasi yang amat melelahkan itu berjalan selama hampir lima jam, dan dinyatakan sukses. Akan tetapi, beberapa jam setelah operasi dilaksanakan malang pun tiba. Ayahmu meninggal karena komplikasi aortanya pecah, sementara ibumu meninggal kareba jantungnya tidak kuat..."

Kini air mataku mengalir sangat deras. Aku tak mampu menahannya lagi.

"Papah gagal nak, papah gagal membuat kedua orangtuamu tetap hidup."

Kini anak perempuanku itu hanya bisa menangis tersedu-sedu menatapi makam kedua orangtuanya itu.


"Nak, ayahmu sempat berpesan kepada papah. Pertama, namamu sekarang adalah nama yang diberikan oleh ayah dan ibumu. Kedua, di bawahmu sekarang terdapat sebuah brangkas yang berisikan kapsul waktu untukmu yang dapat dibuka dengan kunci yang papah berikan tadi."

Dengan lemas, anak perempuanku itu kini memasukkan kunci yang aku berikan lalu membuka brangkas yang ada di kakinya. Saat dibuka, didapati beberapa foto lembar foto dan sebuah perekam suara.

"Ini adalah foto saat pertama kali ayahmu bertemu dengan ibumu. Saat itu, ibumu seusia dirimu. Ayahmu sangat malu untuk berkenalan dengan ibumu, jadi ayahmu hanya mengambil foto ibumu saat itu saja. Berbulan-bulan mereka tidak bertemu, namun takdir telah menyatukan mereka bedua, hingga akhirnya kematian memisahkan mereka berdua..."

Dengan tangan yang sangat bergetar, anak perempuanku kini meraih perekam suara yang ada di dalam brangkas itu lalu menghidupkannya.

"Halo Gracia, anak ayah dan ibu. Wah sekarang kamu sudah dewasa yah. Ayah dan Ibu sangat senang dirimu kini sudah menjadi seorang gadis dewasa. Pasti dirimu sekarang amatlah cantik, benar kan? Sudah berapa laki-laki yang menjadi pacarmu? Hayoo mengaku saja lah nak.

Nak, tolong maafkan Ayah dan Ibumu karena tidak bisa menemanimu tumbuh hingga kamu dewasa seperti sekarang. Ayah dan ibu sudah lama menantikanmu. Ingin sekali rasanya dan ibu melihatmu tumbuh menjadi seorang gadis yang amat cantik seperti sekarang. Kamu adalah kado terindah bagi ayah dan ibu. Akan tetapi, sepertinya takdir berkata lain. Maafkan kedua orangtuamu ini jika kamu merasa sepi sendirian karena tidak memiliki orangtua.

Nak, ayah ingin berpesan. Tolong anggap papah dan mamahmu sekarang adalah ayah dan ibu. Turutilah setiap permintaannya. Jangan pernah sakiti mereka.

Nak, ibu juga ingin berpesan. Tolong jadi wanita yang kuat. Wanita yang selalu tegar dengan kondisi apapun yang dihadapi. Selain itu, tolong pilih laki-laki yang terbaik bagi hidupmu. Karena ibu ingin kamu menjadi seorang ibu yang setia pada suaminya dan baik bagi anak-anakmu, yang tidak seperti ibumu ini yang meninggalkanmu sejak kecil.

Nak, ketahuilah ayah dan ibu selalu melihatmu dari tempat yang teramat jauh ini. Ayah dan ibu selalu mendengarkan segala curahan hatimu ini, nak. Oleh karena itu, kamu jangan pernah merasa sendirian. Sudah ya, ayah dan ibu pergi dulu. Selamat tinggal, Gracia, anak ayah dan ibu yang amat cantik ini."


Anak perempuanku kini menangis sangat histeris hingga pingsan. Sementara itu, aku beserta istri dan anak laki-lakiku kini semua menangis tersedu-sedu. Entah sampai kapan kami akan menangis, namun rasanya diriku ini sangat emosional sekali.

"Halah... Do... Do... Dasar bucin."

End.
 
Akhirnya tamat juga
Yah walaupun banyak sekali modifikasinya dari konsep awal, namun tetap sesuai konsep awalnya kok

Terimakasih semuanya yang udah mau mengikuti cerita tidak jelas ini.
Nubi pamit dulu yah.
Sampai berjumpa di side story kesempatan lainnya
:bye:
 
wahh selamat tamat kak dodo, padahal mungkin kalo gak ada kalimat "guess the pov" bisa bikin kaget, tapi tamat dengan cukup emosional.


ceritanya mirip jalan hidup saya soalnya hahahaha

once again, selamat tamat~
 
Bimabet
Aku malah berharap epliognya si Dodo dibunuh oleh anak buahnya Santoso waktu semasa sekolah. Tapi ternyata dugaanku salah

By the way terima kasih sudah membuat cerita sekeren ini:beer::beer:
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd