Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TRUTH, CRY AND LIE

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Rahajeng Yanggra Rahina Nyepi Caka 1940. Selamat Hari Raya Nyepi bagi para semproters yang merayakan.:hore:
Maaf Bukan Update :fiuh:
 
Chapter 1

Part 4

Nevarra

32952341954_bafdbc4a67_o.jpg


Empat hari kemudian…

Mentari pagi dan harum semerbak bunga menyambut hari ku, pagi itu, burung-burung seakan bernyanyi semerdu alunan symphony yang menambah gairah jiwaku ini.

Pencarian cinta nampaknya telah usai, Aku baru saja menemukan sebuah judul baru untuk kisahku. Ah…rasanya Aku ingin segera melangkahkan kaki ini menuju persada bernaung ku.

Kejadian lima hari yang lalu rasanya telah Aku lupakan, ya sepertinya hari itu tidak memberikan trauma kepadaku. Jujur, Aku malah bersyukur tertimpa peristiwa naas itu. Ya berkat nya, Aku malah menemukan sebuah hal yang mungkin dapat mengisi lubang di dalam hati ini.

“Sip, udah ganteng.” Ucapku seraya meminum segelas susu dan berjalan menuju kedepan kos sembari tersenyum lebar.

“Lu gila ya?” Teriak Fajar yang melihat Aku senyum-senyum sendirian.

“Iya.” Jawab ku sembari tertawa dan menaiki motornya.

Fajar memainkan pedal gas motornya dan kami pun segera menuju tempat naungan selanjutnya.

Di dalam perjalanan yang ditemani kumparan awan cirrus menyingsing, kami pun ngalor-ngidul supaya membuat suasana hening ini menjadi agak meriah.

“…Ya pas di tikungan Marquez mepet ke Rossi terus, padahal celah overtake bisa lah, tapi malah sengaja ngedeket ke Rossi, banyak tingkah jadi nyenggol kaki Rossi dan jatuh dia.” Ucap Fajar.

Lah katanya di tendang ama Rossi?” Jawabku.

“Kepala Marquez nyenggol kaki Rossi, kaget lah Rossi makanya reflek nendang Marquez. Tapi Rossi sebelumnya udah ngasih tanda ke Marquez buat melebar, malah ngeyel.”

haha, kongkalikong ama Lorenzo dia dong.”

“Iya lah, Marquez kalo menang di Sepang juga gak bakal bisa nyalip poin, perebutan gelar tinggal Rossi ama Lorenzo, jelas Marquez pengen rekan senegaranya juara, makanya dia menghambat Rossi.”

Di perjalanan Fajar menceritakan tentang insiden Marquez vs Rossi di MotoGP Malaysia, kebetulan saat Aku terbaring di rumah sakit, Fajar mendapatkan tiket gratis nonton langsung di Sepang karena menang event yang di selenggarakan salah satu merk oli yamahmud. Sial, masalah hoki Fajar memang juaranya.

***

Setelah melalui lika-liku perjalanan menuju kampus, akhirnya sampailah kami. Perasaan ini layaknya pemain sepak bola yang cedera panjang dan kembali merumput lagi. Sayang debut pertamaku berakhir tragis dan semoga di debut kedua ini tidak terlalu buruk. Ah, sudahlah, intinya Aku ingin menikmati lagi masa kuliahku yang tertunda di hari yang lalu.

Aku dan Fajar berjalan masuk menuju kampus, tiba-tiba dari persimpangan Aku melihat sesuatu yang membuatku terdiam dan tertegun. Dia adalah…jangan-jangan?

Ah ... Shani ternyata.

Fajar melihat ke arahku dan menaik-turunkan alisnya, seakan mengatakan “This is your chance, mate!” Aku yang mengerti maksudnya langsung mengarah ke Shani yang berjalan seorang diri.

“Shan … Shani.” Sapa ku kepadanya.

Dia mencari sumber suara yang memanggilnya dan waktu Shani berbalik kebelakang, dia akhirnya menyadari bahwa yang memanggilnya adalah Aku.

“Eh ... Alfab.” Jawabnya

Ketika Aku melihatnya, Terlihatlah rona mata yang indah, penuh gairah dan kedewasaan. Dan saat dia bersuara, terdengarlah ramah kala menyapa dan indah saat bertutur. Aku hanya terdiam. Entah harus berkata apa, hati ini terasa telah terpikat oleh pesonanya. Jika kalian melihat nya detik itu, tentu kalian akan merasakan apa yang Aku rasakan.

“Hei … Kok bengong?” Sahutan Shani yang membuatku tiba-tiba tersadar.

“Heh? itu eh ... ini Shan,” Jawab ku seraya mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasku.

“Ini novel lo, ketinggalan di rumah sakit.” Lanjut ku sembari memberikan novel Bulan Terbelah Di Langit Amerika karya: Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra kepada Shani.

“Eh … Makasih lho, pantes saja Aku nyari kok nggak ada ya.” Jawab Shani saat mengambil novelnya dari tanganku.

“Hehe, iya, lo lupa bawa pas di taruh di meja.”

“Ini aja? enggak ada yang lain?” Nampak raut muka Shani agak kecewa.

“ee..iya.”

“Oh..yowes,” Shani pun segera membalikan badannya.

“Eh…Tunggu.” Sahutku menghentikan putaran Shani.

“Kenapa?”

“Itu…eee…nanti pulang ada kegiatan gak?”

“Enggak,”

“Kiranya, pas pulang mau jalan-jalan berdua gak?” ajakku kepadanya.

“EH?”

“Gak mau ya?”

“MA-MAU KOK!!” jawab Shani dengan sedikit gugup.

Sumpah, percakapan ku dengan Shani layaknya murid SMP yang sedang kasmaran, Sulit sekali rasanya berbicara dengannya. Aku yang biasanya blak-blakkan malah menjadi gugup saat berbicara dengannya. Apakah Dia juga merasakan hal yang sama? Ah … bingung Saya juga.

“Serius?” Ucapku memastikan.

Dia menganggukan kepalanya dan tersenyum kecil menandakan bahwa itu memang jawaban setuju. Aku senang bercampur bingung, ya karena kalo jalan-jalan mau kemana? Dia sukanya apa? Kalo Dia tidak suka bagaimana? Bisa merusak acara ini!

Ah … persetan dengan itu, yang penting jalan dulu dan nanti biar semesta yang menentukan. Lagipula ini adalah hal baru bagiku, jalan dengan seorang gadis? Ya Aku mungkin baru merasakannya lagi, karena Aku jalan-jalan bersama gadis hanya dengan Devi, sepupuku! Ya hanya jalan-jalan biasa saja, sekedar membeli bubur atau mie ayam di sekitar rumah. Sangat template, bukan? Ah pikiran ku jadi kacau memikirkan ini semua!!

“Oke, nanti Aku kabari,”

“Aku tunggu lho, Fab.” Ucap Shani seraya melambaikan tangannya dan bergegas pergi dari hadapanku.

Tiba-Tiba Fajar menghampiriku yang sedang bimbang ini dan berkata, “Gimana Bro, PDKT-nya?”

Aku menghadap ke Fajar sembari berkata, “Mantap, sukses, seperti yang kita rencanakan semalam.”

“Nah gitu dong,” Cetus Fajar yang setelah itu memberikan kunci motornya kepadaku. “Tapi serius lu gak apa-apa nih? lu juga baru keluar lagi dari Rumah Sakit, repot nanti.” Lanjut Fajar.

“Santai.” jawabku.

“Okelah, awas motor gw rusak lu ye. Good luck.” Jawab Fajar seraya pergi meninggalkan ku.

Aku pun bergegas menuju kelas untuk melihat teman-teman baruku dan bersiap menerima materi yang akan diberikan dosen-dosen disini.

***

09.35

Waktu istirahat tiba, materi demi materi telah di paparkan, dan sudah diterima oleh otak kananku. Sekilas tentang teman kelas ku, ya mereka orang yang asik, Aku yang notabene kemarin berlibur dan baru masuk sekarang langsung di layangkan seribu satu pertanyaan tentang ada apa dengan ku di hari yang lalu. Aku hanya menjawabnya “terkena musibah.”

Udara dingin dan silir angin yang beringin membuatku ingin buang air kecil. Aku bergegas menuju kamar mandi yang berada di lantai empat, kenapa disana? Karena dilantai tiga tempat kelas ku tadi kamar mandinya sedang dalam perbaikan.

Entah saat Aku berada di lantai ini terasa udara yang berbeda, terasa panas, berbeda dengan di lantai lainnya. Kamar mandi nya berada di sudut paling pojok setelah lab bahasa. Keadaan lantai empat pun sangat sepi, seperti hanya Aku sendiri yang berada di sini.

Selepas menyelesaikan masalah kecil ku ini Aku berjalan keluar untuk menuju kebawah. Tatkala saat Aku ingin menuruni tangga, terdengarlah jeritan yang berasal dari sudut kiri persimpangan.

Jiwa Ksatria ku kembali muncul, Aku memutar balik arah dan berjalan perlahan menuju asal suara itu berada. Akan tetapi ketika Aku menuju ke asal suara, terlihatlah laki-laki berjalan keluar dari kamar mandi wanita! Laki-laki itu berkulit putih dengan tinggi badan yang sepertinya sama denganku, mata jernih dan rambutnya yang bergaya undercut berjalan melewati ku tanpa memperdulikan ku yang berjalan berlawan arah terhadapnya.

Aku pun demikian, berjalan tanpa perduli dengannya. Semakin dekat Aku menuju sumber suara itu terdengarlah isak tangis dari seorang wanita di dalam sana, Dia duduk menyender di tembok dengan kaki di lekukan dan dengkulnya di jadikan penopang tangannya sebagai tempat untuk mengeluarkan air mata. Aku menghampirinya. Ya Aku tahu ini kamar mandi wanita, namun jika Kamu mendapati hal yang sama seperti ini, apakah Kamu akan meninggalkan wanita itu sendirian?

Ketika Aku menghampirinya, dia menangis sembari meracau menggunakan bahasa Spanyol, kenapa Aku tahu? Ya karena Aku pernah pergi ke Spanyol untuk menonton El Clásico di Camp Nou, Barcelona dua tahun yang lalu. Jadinya Aku sedikit mengerti bahasa dan aksen orang Spanyol.

Aku menunduk seraya bertanya “Señorita (Nona), do you speak bahasa?”

Dia menaikan kepalanya dan menjawab “(Ya), bisa”

Aku pun bertanya apa yang terjadi pada dirinya dan siapa laki-laki tadi yang berjalan tanpa memperdulikanku. Dia menceritakannya, kaget memang entah kenapa dia mau menceritakan keluh kesahnya kepada orang yang bahkan belum dia tahu namanya.

Oh ya, wanita ini berambut panjang yang diikat ponytail, memakai kacamata round berwarna emas, kulitnya putih mulus, matanya indah. Dia sangat berbeda dari perawakan wanita Eropa lainnya, Aku merasa dia hanya wanita yang bisa bahasa Spanyol.

29104254_1942265056102778_72203554206515200_n.jpg


Permasalahan cinta jadi sisi utama dari perkara ini. Ya dia bilang Syahruel sang ketua BEM ( Laki-laki yang tadi lewat di hadapanku.) adalah pacarnya, Syahruel terkenal playboy dan maniak seks katanya. Banyak wanita yang sudah ditiduri olehnya, makanya dia ingin meminta kejelasan tentang hubungan mereka berdua, dan saat si wanita meminta untuk menyelesaikan hubungan mereka ini di lantai empat, Syahruel menariknya menuju kamar mandi dan menyakitinya disini. Ya pantas saja banyak buku-buku dan alat tulis yang berserakan.

“Nggak sampe di logika gue, kenapa mahluk yang sangat mulia bernama wanita mau diperlakukan kayak gini.” Ucapku menenangkannya seraya membereskan barang-barangnya yang berserakan.

“Habis gimana? Udah terlanjur sayang.” Jawab wanita itu dengan tangan kanannya membentuk tanda peace yang dinaik turunkan.

“Kayak drugs ya? Tapi bukan berarti gak bisa sembuh kan?” Lanjut ku dan segera berdiri. Dia pun mengikuti ku bangun dari duduknya.

“Gue Alfab.” Ucap ku memperkenalkan diri seraya tangan ku mengajaknya bersalaman.

“Gue Franzeska Amarissa, mucho gusto (Senang ketemu Kamu). Jawabnya sembari menggapai tanganku.

Dia tersenyum, senyumannya juga tak kalah indah dari punya Shani, tapi menurutku, senyuman Shani bisa mengubah duniaku yang terasa begitu hampa ini. singkatnya, senyuman Shani lebih indah daripada milik Rissa.

Singkat cerita, Dia berjalan menuju pintu keluar, Aku mengira dia ingin keluar dari sini, namun tiba-tiba dia malah menutup pintu itu dan mengunci nya dari dalam. Aku kebingungan, apa maksud dari dia? Itulah yang terlintas di kepalaku.

Dia mendekat kembali ke arahku, membuat perasaan yang tadinya sunyi menjadi berdebar dalam diam. Tak ada sedikit kata terucap, dia terus berjalan menuju ke arah ku yang seperti mematung saat memandangi matanya itu. Dia berhenti tepat di depan wajahku yang hanya berjarak beberapa senti saja.

“ini ungkapan terimakasih dariku.” Tutur Rissa yang tiba-tiba bibirnya langsung melumat bibir ku yang sedikit terbuka ini.

Tarikan napas panjang sayup terdengar di tengah kesunyian ketika bibir kami bersentuhan, Aku balas ciuman nya, bibir mungil nya itu sedikit terbuka memberi ruang untuk lidahku agar bergerilya di dalam sana. Tak ada penolakan, dia malah menyambutnya dengan membalas lidahku.

Di dalam silat lidah ini, tangan Rissa merangkul leherku. Sedangkan tangan kanan ku menahan kepalanya agar tak memberhentikan ciuman ini. napas nya terdengar makin cepat, tangan kiriku yang nganggur ini perlahan membelai perutnya yang tertutup jaket abu-abunya. Perlahan tanganku naik menuju bagian bawah dadanya. mencari sebuah isyarat, Aku colek-colek sedikit dadanya. Akan tetapi tidak ada penolakan, malahan tarikan napas yang semakin cepat ketika Aku menyentuh dadanya. waini yang gue tunggu.

Jemari ku langsung terbuka lebar tanpa aba-aba, ku angkat sedikit dan langsung meremas dada kanan Rissa.

“Mmmhhhmmmm.” Rissa merenguh di tengah ciuman kami yang makin intim ini.

Aku menghisap paksa lidah Rissa masuk ke rongga mulutku.

“Nggghh…ngghh.ngghh.” Rissa mendesah rapi saat tangan kiri ku meremas dadanya dari luar jaket.

Tangan kiriku berhenti meremas dada Rissa dan mulai bersiasat ke balik jaket. Perlahan ku sentuh perutnya, lalu naik ke atas. Inginku mau langsung masuk ke balik bra, namun ku urungkan karena sempit sekali, sulit sekali untuk di jamah.

Rissa tetiba sedikit mendorong ku dan menghentikan ciuman kami.

“Susah ya?” tanyanya sambil sepintas Aku melihat tangannya mengarah ke punggungnya. Ia kemudian menurunkan tali bra dari lengannya. Setelah melepaskan kedua sisi tali bra dari tangannya, Rissa langsung merangkul diriku dan melumat liar kembali bibir ku. Tangan kanan ku merangkul punggung Rissa dan tangan kiri ku kembali bersiasat masuk ke balik jaketnya.

Ketika Aku mendapati bra Rissa sudah turun, dengan cepat ku tarik keluar dan melemparnya ke sembarang tempat dan tangan kiriku kembali bersiasat masuk kembali ke dalam jaketnya dan meremas dadanya.

“AaaahHHhhh.” Saat itu juga Rissa melepas ciuman kami untuk menguak panjang. Kemudian Ia kembali melumat bibir ku. Lidah nya sangat liar menari didalam mulutku ketika tangan kiriku bermain di dadanya, meremas hingga mencubit putingnya. Rissa merangkul ku erat yang membuat tangan kiriku tak sedari diam kecuali meremas kedua dadanya ketika bibir kami masih beradu dengan indah di setiap detiknya.

Lambat laun Aku akhirnya menyudahi ciuman ini, kepala ku turun. Rissa yang nampaknya mengerti melepas rangkulannya. Kedua tangan ku meremas dada Rissa sambil menampik jaketnya ke atas. Kepala ku mulai mengarah ke dada kirinya, Rissa sepertinya paham, Ia langsung melepaskan jaketnya dan melemparnya sembarangan. Aku gigit pelan puting kirinya seraya meremas dada kanannya.

“AaAAAAAAhhhhh...enak banget siihh…ahh” Rissa melenguh ketika putingnya ku isap kuat-kuat.

Aku pun menyudahi permainan, bermaksud untuk melihat wajahnya itu. Wajahnya terlihat sayu. “¿por qué? (Kenapa?).” Tanyanya saat Aku terfokus ke wajahnya yang cantik itu.

Kami saling diam cukup lama, perasaan kikuk melanda diriku yang kebingungan ini. Tiba-tiba Aku tersadar ketika tangan kanan Rissa mengusap-usap penis ku dari luar celana.

“¡Sácalo! (Keluarin!).” Teriak Rissa yang menghancurkan lamunan ku.

Aku tak paham apa yang dikatakan Rissa, namun Aku mengerti setelah dia membuka gesper yang terlilit di celana hitam ku ini. Aku pun membawa Rissa menuju kedalam toilet setelah itu menutupnya agar lebih nyaman saja.

Dia berjongkok lalu melepaskan kancing celana panjang ku dan menurunkannya, lalu menurunkan celana dalam ku yang sudah terlihat menonjol itu. Tatkala saat dia melakukan itu penis ku sudah menjulur panjang ke arahnya.

Hola, Buenos dias. (Halo, selamat pagi).” Sapa nya kepada adik kecil ku ini yang membuat ku tertawa geli.

Tangannya dengan sigap mengocok pelan penis ku sambilan Rissa mendekatkan wajahnya. Ia menjilati kepala penis ku, baru kemudian mulutnya terbuka lebar dan sekejap memasukan penis ku kedalam mulutnya sembari tangan nya masih mengocok santai batang penis ku.

Rissa mengulum perlahan, kepalanya di maju mundur kan. Kulumannya kian dalam. Dua menit pun berlalu, kepalanya kian cepat bergerak maju mundur. Aksi nekat ini masih berlangsung hingga terdengar suara langkah mendekat yang membuat napas kami tertahan sesaat.

“Stssttt.” Isyaratku kepadanya.

Ia pun menghentikan kulumannya, dan melepaskan genggamannya dari batang penis ku. Ya Aku tahu pintu depan di kunci, namun jika orang yang melangkah itu mendengar suara desahan kami, dengan mudah pintu nya akan di dobrak dan kami berdua akan di arak!

Suara langkah yang sempat mendekat itu beranjak terdengar menjauh, kami saling memandang dalam diam. Rissa pun tersenyum, Aku juga demikian.

“¿Puedo? (Bolehkah?),” bisiknya yang kembali mengenggam penis ku yang sempat loyo itu. Dengan gemas ia mengecup dan mengulum kepala penis ku seraya tangannya mengocok pelan batang penisku.

Ia mencoba melakukan deep throat dan berhasil melahap seluruh penisku, membuat ku mencapai orgasme pertama ku. Aku semprotkan beberapa hantaman kedalam mulutnya, Ia mengeluarkan penis ku dari mulutnya dan menelan cairan ku dengan lahap. Wanita yang luar biasa.

“Gantian,” Pintaku kepadanya.

(Ya),” Jawabnya.

Aku pun segera berdiri dan membimbing kedua lengannya untuk bangkit. Dia melepas celananya jeans biru ketatnya. Aku pun membantunya hingga melepaskan celana dalamnya. Terlihat lah sebuah Vagina yang sangat tembem dan sudah basah itu di kelilingi oleh bulu-bulu halus disekitarnya. Aku berdiri membelakanginya sementara Rissa membalikan diri seraya berpegangan kepada dinding kloset duduk yang ada di dalam tempat kami. Dia mengambil posisi menungging sambil berdiri. Aku segera mengelus dan menampar bokong yang empuk dan menggairahkan itu.

Tak Sabar, Aku pun dengan sigap mengarahkan batang penisku ini kebelahan merekah itu dengan tangan kiri. Sementara tangan kanan ku terlingkar melewati paha kanan. Rissa meregangkan kakinya agar terbentuk huruf V terbalik supaya membuka bibir kemaluannya dan memudahkan ku melakukan penetrasi.

Ku gesekan kepala penis ku perlahan untuk merasakan sensasi hangatnya cairan miliknya. Setelah agak basah dan licin, Aku segera mendorong penis ku ke dalam mulut vaginanya yang telah melebar. Ku dorong kian dan menggenjot dengan tempo yang perlahan namun semakin lama semakin cepat.

Kedua belah tangan ku meraih dada nya, memberikan sebuah pijatan kecil kepada puting nya yang sudah menegang, dan langsung meremas kedua dadanya sembari penis ku memberikan penetrasi yang sangat cepat.

Rissa membalikan lehernya ke arah wajah ku. Aku langsung menggapai bibir mungil nya itu, mengulum dan kembali memainkan silat lidah yang terhenti tadi. Lirihan kecil keluar dari mulutnya yang masih sibuk berduel lidah dengan ku.

“Ahhh…ouch…ahhgkk.” Serunya perlahan sambil terus menggoyangkan pantatnya.

Peluh menetes di lehernya, membuat ku melepas kan duel lidah ini dan menjilati leher putih nya itu.

“Cepetiinn….Gue mau keluwaaarr.” Racau nya yang membuat ku mempercepat genjotan ke dalam vaginanya.

Aku pun juga sudah merasakan cairan ku sudah sampai di ujung batas penghalang. Dan tempo pompaan semakin ku percepat.

“AAaahHhh..gue keluaaaar” Desah Rissa yang sudah tidak tahan untuk mengeluarkan orgasme nya. Ia meracau mengeluarkan tiga belas kata kotor yang di larang di kartun Spongebob, tapi dalam bahasa Spanyol! Dia meracau seraya di barengi dengan orgasme nya yang membuat penis ku serasa di pijat oleh dinding vaginanya.

Aku pun juga sudah mencapai batas maksimal. Ku pelankan pompaan ku dan melepas penis ku dari dalam vaginanya itu. Kutarik rambut nya dan mengarahkan penis ku ke arah mulutnya secara paksa. Satu. Dua. Empat. bahkan tujuh semprotan memenuhi mulutnya. Luar biasanya, Ia berhasil menelan semuanya!

Aku menatap nya dalam diam. Suara silir angin yang masuk lewat celah-celah mengisi keheningan ini. Napas kami berdua masih belum teratur, seperti melantur di tengah kesunyian yang melanda. Rissa menyenderkan dirinya di dinding pintu. Nampak nya Dia telah melupakan kisah pilu yang baru saja terjadi kepada dirinya. Aneh memang, kenapa Dia tiba-tiba melakukan hal tadi dengan ku? Maksud ku, dengan secara tiba-tiba, faktanya kami baru saja mengenal satu sama lain. Aneh, namun Aku menikmatinya, demikian juga Dia. Biarlah ini menjadi rahasia yang tak usah di permasalahkan.

Aku pun mencoba untuk bangun. Aku hampiri Dia dan kucium lembut bibir mungil nya itu. Dia pun membalas ciumanku. Setelah semenit kami berciuman Aku melepasnya.

“Bersihin badan dulu.” Ucap ku kepadanya seraya membuka pintu toilet ini.

Dia hanya mengangguk pelan tanda setuju.

Aku lekas membersihkan diri ku ini, mengguyur seluruh badan ku. Menghilangkan noda-noda yang tak kusangka akan menempel di tubuhku. Terdengar suara guyuran air dari sebelah kanan ku, yang berarti Rissa juga ikut membersihkan dirinya di toilet sebelah. Beruntung dia tidak masuk ke toilet yang sama denganku. Jika hal itu terjadi maka bisa-bisa akan menambah satu round lagi.

Suara percikan air telah menghilang, Aku dan Rissa telah keluar dari urusan masing-masing. Kami pun memakai kembali pakaian kami. Beruntung Aku meninggalkan blazer ku di kelas, jika ku pakai kesini akan kerepotan nantinya.

Rasa penasaran akan asal-usul Rissa terbayang di pikiran ku. Aku pun membuka obrolan agar memecahkan keadaan yang sunyi ini. lagi-lagi Dia menjawab nya dengan seksama. Dia wanita yang tidak tertutup. Sekilas tentang Rissa, Dia memang lahir dan tumbuh di Spanyol. Tapi orang tuanya berasal dari Indonesia, karena panggilan pekerjaan yang membuat keluarganya pindah ke negeri matador sana.

“Dari mana?” Tanya ku kepadanya.

Pamplona.” Jawabnya yang memberi tahu ku tempat lahirnya.

“Oh. Nevarra ya, Basque,” Ucap ku.

“Sí (Ya). Lo banyak tahu tentang Spanyol ya?”

“Ya, sejarah mereka unik, jadi gue tertarik juga buat mengenal lebih dekat masa lalunya.”

Dia tersenyum,

“Ini.” Sahut nya serta-merta melemparkan sebuah coklat yang terbungkus picisan emas.

Aku menerima nya,

“Itu tanda, kalo kita udah jadi teman.” Lanjutnya.

Aku tersenyum, “Gracias (Terima kasih).” Ucapku berterima kasih.

De nada (Sama sama).” Jawabnya seraya membuka pintu kamar mandi yang di kunci dan keluar terlebih dahulu.

Setelah menunggu sedikit lama, akhirnya Aku keluar dan bergegas menuju kelas ku karena ku lihat waktu telah tepat berada di pukul 10.15.

Syukurlah saat Aku sampai di kelas dosen pengajar belum datang.


~==O==~

15.35

“Baik pelajaran kita akhiri dulu hari ini, terima kasih, selamat sore.”

“Sore Pak!” Seisi kelas ku serentak menjawab salam Pak Fery.

Pagi dan siang berlalu, hari kedua kuliah ku berjalan dengan cukup baik. Bertemu teman baru, lalu bertemu Rissa dan yang terpenting hari ini Aku akan jalan berdua bersama Shani. Ah ... senangnya. Segera ku langkahkan kaki ku menuju tempat persinggahan selanjutnya.

*Laine* ringtone aplikasi Line berbunyi dari smartphone ku. Ku hentikan langkah dan ku buka untuk mengetahui siapa kah pengirim itu. Betapa kagetnya ketika Aku melihat nama sang pengirim. Ya namanya jelas terpampang “Shani Indira” dengan fotonya yang membuat hatiku bergetar itu.

Shani : Dimana Fab?

Alfab : Eh … Shani?? Dapet darimana japri gue?

Shani : Fajar.

Alfab : Oh, yaudah tunggu ya di depan gerbang :D

Shani : Ok

MANTAB FAJAR … sesungguhnya dirimu adalah sesosok sahabat yang pengertian! Long Live Fajar!

Semangat ku kian membara, aliran darahku mengalir cepat. Tak sabar rasanya untuk melihat seluk-beluk kota Jakarta bersama Shani. Ya hanya berdua saja. Tak ada orang lain.

Bergegas Aku menuju tempat parkir agar segera mengambil motor dan menjemput Shani di depan kampus. Sesampainya disana ternyata Fajar dan Kampleng (Teman Fajar) sudah berada di samping motornya menunggu ku.

Aku pun menyapa mereka berdua, sedikit tentang Kampleng, nama aslinya sebenarnya bukanlah Kampleng, tetapi Fany Alifian. jurusan sama dengan Fajar, Aku mengenalnya semalam saat Fajar membawanya ke dalam Kos ku. Entah, Aku juga bingung kenapa dia dipanggil kampleng.

“Makasih Jar,” Ucapku kepadanya.

Fajar nampak kebingungan.

“Udah ngasih japri gue ke Shani.” Lanjutku.

“Oh … Santai itumah,” Jawab Fajar. “Okelah … semangat, gue balik dulu ama kampleng, bensin jangan lupa di isi.” Lanjut Fajar seraya menaiki motor Kampleng.

“Siap bos.”

Fajar dan Kampleng pun berlalu meninggalkan jejak ban yang terlihat di sisi aspal. Aku pun segera menaiki motor Fajar dan menghidupkan mesinnya. Aku pun memakai helm berlalu menuju tempat Shani berada.

Ku pacu sepeda motor Fajar agar segera sampai ke tempat Shani yang sedang menantikan kehadiranku. Shani sudah terlihat, saat itu dia memakai kaos singlet hitam yang ditutupi dengan jaket levis birunya. ku pelankan sepeda motor dan berhenti tepat di hadapannya.

“Shan,” Sapaku kepadanya.

“Eh … Lho, ini bukannya motor Fajar?” Jawab Shani sembari melayangkan pertanyaan kepadaku.

“Iya … lo tau?” ucapku.

Dia menganggukan kepalanya dan berkata, “Waktu itu di anter ama dia.”

Sialan si Fajar, udah nyuri start!

Aku mengangguk,

“Ya … begitu deh, lagi gak ada kendaraan.” Jawab ku seraya memberikan helm retro kepadanya. Dia menerimanya dan memakainya, segeralah Ia menaiki motor Fajar ini.

Ku tancap gas dengan perlahan dan memulai cerita baruku bersama dengan Shani. Oh … ya, Aku masih bingung mau kemana, Aku mencoba bertanya kepada Shani,

“Shan … ada tempat recommend gak?” kutanya.

“Terserah Kamu.” Jawabnya.

Ah … sudah ditebak, wanita memang.

Tiba-tiba terlintas di pikiranku untuk membawanya menuju tempat makan dimana dulu Aku dan basis ku sekedar nongkrong dan tertawa ria. Ku pacu sepeda motor Fajar melewati jalan S. Parman, lalu ke Jalan Tanjung Duren Barat, dan belok ke Jalan Taman Daan Mogot Raya. Sebenarnya Aku ingin sekali mengobrol dengan Shani disaat seperti ini, namun Aku urungkan karena bingung ingin bicara apa.

Sampailah kami menuju warung makan yang tidak jauh dari waduk tomang. Ku parkir kan motor Fajar di tempat yang sudah di sediakan, lalu berjalan masuk melalui pintu depan. Warung makan ini tempatnya unik, dengan dindingnya yang bermotif batu-bata dan tempat makannya yang berbeda dari warung makan lainnya. Menemukannya pun mudah, cukup lihat atapnya saja, jika ada kibaran bendera merah putih beserta bendera grogolica itulah warung makannya. Ah itu … Mengingatkan ku akan serunya masa-masa STM.

Kami masuk ke dalam dan Aku melihat seseorang yang tidak asing bagiku. Aku menyuruh Shani menunggu dan menghampiri orang itu.

“Assalamualaikum Ncing!” Sapa ku kepadanya

“Alaikum salam. Eh … Alfab, Apa Kabar?” Jawab Ncing Somad yang sepertinya kaget akan kehadiranku.

29386832_1683457808380411_5333255993080984358_n.jpg

Somad Bin Abdul Samad

“Baik Ncing. Ncing gimana?” Tanyaku kepadanya seraya mencium tangannya.

“Alhamdullilah, baik Fab. Mane anak grogolica (Nama basisku di STM dulu) lainnya? Pada lupa ye ama Ncing.” Jawab Ncing Somad sembari tangan kirinya menepuk pundakku.

“hahaha, udah pada sibuk ama urusan masing-masing ncing.”

“Jadi elu sendiri kesini? Ngapain? Tumben,”

“Ya mau silahturahmi aja ncing, sekalian mau ngenalin calon.” Canda ku kepadanya.

Ncing Somad kaget,

“Ah … becande aje lu.”

Aku tertawa, langsung ku panggil Shani agar bertemu dengan ncing Somad.

“Shan … Sini.” Panggil ku kepada Shani. Dia menghampiriku dan Ncing Somad.

“Kenalin nih ncing, Shani Indira. Anak juragan minyak kampung sebelah.” Aku memperkenalkan Shani.

Shani pun berjabat tangan dengannya.

“Shani, Pak.”

“Panggil aja Ncing, neng.” Jawab ncing Somad.

“Iya, Ncing.” Ucap Shani.

Kau harus dengar saat Shani memanggil nya dengan sebutan ‘ncing’. Lucu sekali.

“Cakep juga Fab, mantap, kalah ncing sekarang.” Bisik ncing Somad kepadaku.

Aku tertawa, Ncing Somad juga. Hanya Shani yang nampaknya kebingungan.

“Ayo … keatas jangan disini, gue kasih tempat spesial buat elu berdua ye.” Ajak ncing Somad kepadaku.

Kami pun menaiki tangga dan memasuki sebuah tempat makan yang berada di lantai dua. Sepi memang tidak ada siapa-siapa, berbeda dengan di bawah yang agak banyak pengunjungnya.

Aku dan Shani dipersilahkan duduk di pinggir jendela, ya spot yang bagus. Karena kami bisa melihat waduk Tomang yang sudah terlihat bersih dari sampah plastik dan eceng gondok, berbeda dari setahun yang lalu.

“Mau pesen apa nih?” Tanya Ncing Somad sembari memberikan list menu kepadaku dan Shani.

“Hmmm … Aku bakso saja deh.” Jawab Shani.

“Yaudah … Ncing, bakso yang paling spesial di sini dua.” Jawab ku.

“Oke … Minumannya?” Tanyanya.

“Yang manis saja Aku.” Jawab Shani.

“Udah manis, tambah minuman yang manis lagi. Double dong,” Ucap Ncing Somad kepada kami berdua.

“Dia mah dari dulu manisnya udah double Ncing, Triple berarti!” Jawab ku.

“Awas, diabetes nanti,” Ucap Ncing Somad.

Kami tertawa.

“yaudeh, Ice Tea Lychee aja yak dua-duanya.” Lanjut Ncing Somad.

“Iya Ncing.” Jawab ku.

Ncing Somad berjalan menjauh. Aku pun memulai pembicaraan agar bisa lebih dekat dengan Shani. Pertama Aku meminta izin kepadanya untuk memanggilnya menggunakan kata panggilan ‘Aku, Kamu’ karena Shani juga manggilnya pakai itu. Ya biar akrab saja. Dia pun dengan senang hati menyetujuinya. Kedua Aku menanyakan tentang kehidupannya di luar kuliah. Ya di menceritakannya. Dia juga memberi tahu ku kalau dulu dia pernah menjadi finalis gadis sampul pada tahun 2011. Dan yang membuat ku tercengang adalah saat dia memberi tahuku bahwa dia adalah member idol grup JKT48. Yang berarti dia ini adalah seorang idol dan sama seperti Devi sepupuku!

“Lho, kalo jadi idol bukannya gak boleh jalan ama cowok?” Tanya ku kepadanya.

“gapapa, kan ama temen bukan yang lain.” Jawab dia.

JLEEEEBBB … Friendzone

Aku mengobrol banyak dengan dia sembari menunggu pesanan kami datang, sempat Aku bertanya tentang klub sepak bola favorit nya dan binatang kesukaannya,

“Aku sukanya MU (Manchester United) .” Jawab Shani.

“Pilihan yang bagus, MU itu salah satu klub hebat di Liga Inggris. Dan Aku harap Kamu bisa menjadi member yang hebat juga di Jeketi.” Ucapku.

“Semoga.” Jawab Shani.

“Suka hewan gak?” Tanya ku.

“Kucing, Aku punya dirumah.” Jawabnya.

“Ada lagi?”

“Harimau!”

“Lho? Kenapa?”

“Karena mukanya keren!” Jawab Dia sambil membuat ekspresi layaknya Harimau yang siap menerkam. Kau harus melihatnya saat dia seperti itu, cantik sekali dirinya.

Pesanan pun tiba. yang mengantarnya bukan Ncing Somad, melainkan Mpok Ida, anak dari Ncing Somad.

“Eh … Alfab, Apa kabar?” Sapa Mpok Ida.

“Baik, Mpok … hehehe.” Jawabku.

“Cie, sama gadis sekarang. Biasanya sama yang berbatang.” Mpok Ida meledekku.

Kami pun tertawa.

Aku mengira Shani adalah orang yang pendiam, tampak dari wajahnya yang terlihat kalem akan sulit untuk diajak berkomunikasi, ternyata malah sebaliknya, Dia lebih aktif daripada yang kuduga. Saat dirinya berbicara Aku seakan tak ingin menghentikannya, kau tahu kenapa? Karena gaya berbicara nya yang sedikit baku dan aksen Jawanya yang membuatnya semakin lucu akan membuat dirimu betah saat bersamanya.

Kami pun makan dan menghentikan obrolan seru kami.

Semilir angin memasuki celah jendela yang mengibaskan rambut kami. Terdengar alunan musik Firehouse – Love of a lifetime yang sengaja di mainkan lewat speaker oleh Ncing Somad, Musiknya begitu cocok menemani kami yang sedang menikmati makanan ini.

With you I never wonder, Will you be there for me
With you I never wonder, You're the right one for me
I finally found the love of a lifetime
A love to last my whole life through
I finally found the love of a lifetime
Forever in my heart, I finally found the love of a lifetime


Selepas makan dan beristirahat, Aku pun berniat mengajak Shani untuk pergi menuju kawasan hutan kota yang terletak di Srengseng. Ya selain murah, kapan lagi kami bisa menikmati udara segar terlepas dari padat dan penatnya kota Jakarta.

Aku menyuruh Shani menunggu di luar, sementara Aku menuju Ncing Somad untuk pamitan.

“Ncing, tulis dulu ya, belum di transfer nih,” Ucap ku kepadanya.

“Udah … Santai aje Fab, yang penting calon lu seneng dulu, urusan bayar gampang dah,” Jawab Ncing Somad.

“Maaf nih Ncing ya. Nanti Ane bayar kalo udah di transfer,”

“Iye … tenang aje.”

“Terima kasih banget nih Ncing. Ane izin pamit ya,” Ucapku Seraya mencium tangannya.

“Iye hati-hati, semoga bener dah tuh lu kawin ama dia, gue mah cuman bisa bantu do’a aje,”

“Mudah-mudahan Ncing. Sekali lagi makasih ya Ncing, Assalamualaikum.”

“Alaikumsalam.”

Ya begitulah Ncing Somad sedari dulu, Aku bersyukur mengenal dia. Ya memang Aku dan basis ku dulu sering membantu Dia saat nongkrong di warung makannya itu. Jadinya Dia sangat berterimakasih dan mungkin mencoba membalas kebaikan kami.

Aku pun keluar dari warung makan Ncing Somad. Di depan Shani sudah menunggu di samping sepeda motor Fajar.

“Mau kemana lagi?” Tanya Shani kepadaku.

“Ada deh. Ikut aja ya.” Jawab ku sambil tersenyum.

Aku menaiki motor diikuti dengan Shani. Ketika sudah siap, Aku pun memacu pelan motor Fajar. Di perjalanan kali ini Shani mengajak ngobrol, tidak seperti yang lalu. Mungkin karena efek obrolan di warung makan Ncing Somad tadi.

Motor melaju agak pelan saat memasuki daerah Jalan Panjang, beruntung saat itu jalan lenggang dari berbagai kendaraan. Di temani awan cirrus yang menyingsing serta-merta silir angin yang berhembus, perjalanan kami cukup menyenangkan, tidak membosankan. Ya itulah yang Aku rasakan.

Setelah melewati Jalan Alteri dan Jalan Haji Kelik kami pun tiba juga di kawasan Hutan Kota Srengseng. Seperti biasa Aku memarkirkan motor Fajar lalu membeli tiket masuk untuk dua orang yang dihargai dua ribu rupiah per-orang, karena kami membawa sepeda motor dikenai biaya tambahan dua ribu rupiah jadi total adalah enam ribu rupiah. Murah.

Memasuki gerbang depan terdapatlah para tenda pedagang yang menjual berbagai makanan dan minuman. Aku membeli dua soft drink untuk sekadar menemani petualangan kami disini.

“Disini katanya ada sekitar 4.800 pohon dengan 63 variasi yang berbeda,” Ucapku memulai obrolan.

“Oh ya? … tapi Aku baru tahu lho kalo di Jakarta ada tempat yang rindang dan sejuk seperti disini,” Jawab Shani.

“Ya Jakarta itu luas, gak cuma daerah grogol dan sekitarnya.” Lanjut ku sembari tertawa. Shani pun demikian.

Aku dan Shani mengitari kawasan Hutan Kota ini, terkadang Dia meminta untuk di foto, terkadang kami juga berswafoto bersama. Dan kadang meminta bantuan orang lain untuk memfoto kami berdua. Shani bilang: fotonya tidak perlu di share ke social media, takutnya nanti akan ada opini-opini yang bisa menciptakan polemik. Aku menurut, ya biarlah ini menjadi koleksi pribadi ku.

Langkah kami terhenti ketika Shani melihat sebuah kotak yang berisi bunga-bunga langka di dekat danau yang biasa menjadi markas memancing ku bersama teman-teman ku.

Dia memperhatikannya dengan serius, seakan penasaran apa saja yang ada di dalam itu.

“Yang ini bunga udumbara Shan.” Sahutku seraya menunjuk bunga yang kumaksud. Shani pun menengok ke arah jari ku.

“Kecil banget ya?” Jawab Dia.

“Bunga ini mekar nya tiga puluh abad sekali lho. Sama kayak Kamu.” Ucapku kepadanya.

Shani menatap ku kebingungan, seakan tak mengerti apa yang Aku ucapkan barusan.

“Ya, Wanita seperti Kamu itu lahirnya tiga puluh abad sekali! Dan Aku bersyukur ternyata wanita itu sudah terlahir dan bersama ku sekarang di hutan kota.” Lanjut ku sembari melempar senyum kepadanya.

Dia tersenyum, wajahnya nampak memerah.

“Aku juga bersyukur.” Ucap Shani.

“Bersyukur apa?” Kutanya.

Dia hanya tersenyum, membuat ku penasaran akan maksud dari ucapannya.

Di akhir perjalanan kami melewati sebuah jalan yang di penuhi oleh pohon angsana yang sedang berbuah, terkadang daun-daunnya yang menguning berguguran kebawah dan terbawa angin mengenai tubuh kami berdua.

Tika senja menjelang di ufuk sana, dihiasi hembusan angin yang membawa daun-daun yang berjatuhan. Membuat jalan-jalan ini terasa sedikit spesial. Aku menengok ke Shani yang sedang menatap beberapa pepohonan yang sejuk nan rindang itu. Entah apa yang sedang aku pikirkan, tangan kananku seperti bergerak sendiri, mencoba menggenggam tangan kiri Shani. Aku pun menggenggam tangan kirinya, Shani nampak kaget, tapi tak ada penolakan, Dia malah membalas menggenggam tangan kanan ku.

“Kamu tahu kenapa daun-daunnya berubah jadi warna kuning?” tanyaku kepadanya.

“Karena kekurangan sinar matahari kan?” Shani menjawab.

“Iya, dan tau gak kenapa kekurangan sinar matahari?”

“Kenapa?”

“Ya Karena sinar Mataharinya tertuju ke Kamu seorang!”

Dia tersenyum,

“Enggak ah, tuh lihat.” Jawabnya seraya mengangkat jari telunjuknya ke atas,

“Sinar Mataharinya tertutup awan, bukan terfokus ke Aku!” lanjutnya seraya tertawa. Aku pun demikian. Senang rasanya Aku bisa melihat dirinya tersenyum seperti itu, kecantikannya menjadi bertambah.

Daun-daun berserakan di sekitar jalan menuju pintu keluar, kami masih berjalan seraya bergandengan tangan, tak lupa ditemani semilir angin yang berhembus di tengah kesunyian yang terlalu indah ini.

image

Akhirnya Kami keluar dari persada mahligai yang membuatku berdebar, Aku pun mengambil motor yang terparkirkan dan segera mengantar Shani kembali ke kediamannya.

Setelah semuanya siap, Aku pun menjalankan motor Fajar dengan perlahan. Lagi-lagi Kami hanya terdiam seribu bahasa, mungkin karena masih kikuk setelah bergandengan. Hanya ada se’iring angin berhembus dengan sayunya. Terlihat pula burung-burung berbondong-bondong untuk pulang dan serta-merta meninggalkan bayangan tak berjejak.

Di tengah perjalanan Aku dikagetkan oleh Shani yang tiba-tiba memeluk tubuhku erat, tak lupa Ia menaruh kepalanya yang terbalut helm retro itu di punggungku. Membuat aliran darahku kian bergerak cepat. Aku pelankan kecepatan motor Fajar dan menikmati setiap detik yang ku terima ini.

Setelah melalui lika-liku perjalanan menuju kediaman Shani, akhirnya sampailah kami di kos-sannya. Jalanan rumah nya sudah sepi saat itu. Mungkin karena sudah ingin memasuki ba’da maghrib.

Shani pun turun dari motor dan melepas helmnya. Dia memberikannya kepadaku dan seraya berkata,

“Langsung pulang?” tanyanya.

“Iya.” Jawabku.

“Makasih ya, Fab.” Ucapnya sembari tersenyum.

“Aku yang makasih, karena udah mau diajak jalan-jalan yang gak terlalu mahal itu.” Jawabku sembari membalas senyumannya.

“Aku seneng kok.” Lanjutnya lagi. “Kamu boleh lepas helm Kamu dulu?” pintanya kepadaku.

Dengan senang hati Aku melakukannya, setelah Aku menggantungkan helm di sela spion, Aku kembali melihatnya. Ia terlihat menaikan tangan kanannya ke arah pipiku. Namun bukan tamparan yang Aku dapatkan sekarang, melainkan sebuah sentuhan di pipi sebelah kiriku. Dia tersenyum. Aku pun juga mengangkat tangan kanan ku dan menyentuh pipi sebelah kirinya.

Keheningan tercipta, yang membuatku merasakan gelombang yang bergetar di dalam tubuhku. Kami saling bertatapan, Aku seperti melihat sebuah cinta yang membara di dalam matanya. Saat itu jiwa ku terasa menyentuh jiwanya.

Dia memindahkan tangan kanannya ke leher belakang ku, lalu mendekatkan kepala ku ke wajahnya. Dan pada akhirnya, sebuah peristiwa yang tidak bisa Aku ungkapkan dengan kata-kata pun terjadi.

Terimakasih ... Shani

Bersambung
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Baru ketemu langsung ngentot, mantap bang. Wkwkwk.
Tapi timeline ceritanya jauhnya tahun kemaren, kirain nggak jauh2 amat.
Ya mungkin si syahruel ngasih obat perangsang dulu kali wkwk. Ya ngambil settingnya di 2016 lah kira-kira.
 
Bimabet
Itu Franzeska Amarissa siapa ilustrasinya? Ga muncul gambarnya. Linknya jgn ambil dr DM, jelas ga akan keliatan krn itukan private, cm yg pny DM yg bisa liat.

Bahasanya baku sekali ya, banyak kata2 kiasan yang cukup klasik layaknya novel2 roman. Cukup menyenangkan hehehe
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd