Part 27
Nyokap Erin = NE
NE: tante kayak pernah liat kamu deh nak Egi kalo liat foto ini.
Gue: oh ya?
NE: hmm sebentar…
Nyokap Erin memeriksa tas kecilnya untuk kemudian mengambil secarik foto.
NE: nih kamu liat deh gimana dulu Erin.
Gue dalem hati: lah anjir, dulu Erin tomboy dan bondol wkwkwk.
Erin pun turut melihat foto itu setelah melihat gue senyum-senyum.
Erin: IHHH MAMAAAHHH!
Nyokap gue pun turut melihatnya.
NG: lho iyaa, tante kayak pernah liat deh.
Gue: sebentar ya tante.
Ucap gue pada nyokapnya Erin.
Gue pun masuk ke kamar gue untuk mengobrak-abrik laci mencari keberadaan secarik foto.
Gue dalem hati: nahh ketemu.
Erin: bangg..
Gue: hmm?
Ketika gue menengok ke belakang, gue melihat Erin berada di sisi pintu kamar. Gue pun baru ingat bahwa kamar ini kini sudah ditempati Erin. Dan ketika melihat keberadaan Erin di samping pintu, terlihat sesuatu menggantung di gantungan belakang pintu kamar gue.
Gue dalem hati: LAH IYAA ADA BRA MENGGANTUNG.
Dengan sedikit menebalkan muka dan berpura-pura tidak menyadari apa yang menggantung itu, gue mengajak Erin kembali ke tempat di mana nyokap gue dan nyokap Erin berada.
Gue: ma, ini di mana ya?
Tanya gue sembari memperlihatkan secarik foto yang telah gue temukan.
Nyokap gue dan nyokap Erin pun melihat bersama.
NE & NG: ohhh iyaaa!
Jerit nyaring mereka berdua pada saat melihat foto itu.
Erin: ihh apa sihh yang diliatt??
Tanya Erin yang kepo dengan imut.
NE: sini rin kamu liat dehh!!
Erin: ihh ini kan pas di taman ****.
(rahasia ya tempatnya)
Sedikit flashback
Gue pun hening sendiri. Teringat sebuah momen pada saat gue masih kecil bersama bokap nyokap ke sebuah taman. Di sana gue hilang. Ya gue hilang karena lepas dari pengawasan bokap dan nyokap gue karena gue keasikan main.
Di saat gue hilang, gue bertemu seorang anak perempuan tomboy dan bondol yang sedang menengok ke kanan dan kiri kebingungan mencari keberadaan ortunya.
Gue menghampiri anak perempuan itu kemudian menemaninya mencari keberadaan orang tuanya. Teringat oleh gue pesan dari bokap bahwa jika di tempat ramai terpisah, pergilah menuju salah satu tempat, yaitu pusat anak atau pos satpam setempat.
Sembari berjalan berdua dengan anak perempuan itu yang hampir menangis, gue mengajaknya ngobrol sesuatu yang gue sudah agak lupa. Intinya sih soal cita-cita.
Setelah sampai di pos satpam, sudah ada ortu gue dan ortu Erin di sana. Erin langsung nangis saat itu sembari dipeluk mamanya. Sementara gue? Bokap gue malah ngajak high five sembari membanggakan gue karena mengingat pesannya. Terlihat ekspresi khawatir memang, namun mengetahui bahwa putranya mengingat pesannya juga tidak kalah membanggakan.
Setelah itu kedua ortu kami berbincang sedikit untuk kemudian mengambil foto bersama dalam keadaan Erin memegangi tangan gue sebagaimana selama perjalanan menuju pos satpam.
(flashback selesai)
NE: Nak Egi tau ga? Setelah kejadian itu kan Erin jadi…
Erin: MAMAAAAAHHHH!!
Pekik Erin berusaha mencegah mamanya bercerita.
NE: Erin kan jadi manjangin rambutnya.
Setelah itu kami melanjutkan obrolan nostalgia sembari menunggu pembicaraan antar bapak-bapak soal man’s pride.
Setelah pembicaraan antar bapak-bapak itu selesai, kedua nyokap menghampiri suaminya sembari menceritakan sedikit soal apa yang baru saja diketahui.
Setelah mengingat siapa gue dan siapa keluarga gue, bokap Erin pun melunak dan akhirnya mempercayakan putrinya untuk tinggal di rumah gue.
Man’s Pride Selesai
Usai pembicaraan antar bokap, suasana pun melunak. Terus bokap gue dan bokap Erin tetiba jadi akrab gitu dong wkwk. Bokap gue mengajak bokapnya Erin ke teras depan untuk ngobrol bersama, sekaligus ngerokok bersama.
Gue dan Erin sebagai putra putri mereka membawakan barang-barang ortunya Erin ke kamar tamu. Nyokap gue dan nyokap Erin melanjutkan obrolan di ruang tamu.
Di Kamar Tamu
“Aku ga nyangka lho..”
Ucap Gue dan Erin bersamaan. Kemudian kami saling tatap dan tersenyum kecil.
Erin: ternyata kamu masih nyimpen foto waktu itu ya.
Gue: selalu. Kamu tau? Aku sempet cariin perempuan itu kemana-mana.
Gue: pas aku SMA dan boleh pergi keluar kota, tempat yang aku tuju pertama kali ya taman itu.
Gue: aku duduk di sana sembari liat-liat sekitar berharap ketemu perempuan bondol itu.
Saat mendengar kata bondol, Erin langsung mencubit pinggang gue sembari tertawa kecil.
Erin: segitunya yaa sayang?
Ucap Erin dengan lembut dan nada luluh.
Gue membalas dengan senyum kepadanya.
Gue: memang ada banyak perempuan, tapi yang kebayang selalu perempuan itu.
Gue: sampai saat aku ketemu kamu di kampus.
Gue: aku merasa menemukan sesuatu yang hilang.
Erin: yang..
Ucap Erin lembut sembari memegang lengan atas gue.
Erin: kamu inget pas aku bilang udah punya pacar ga?
Gue tersenyum mendengarnya.
Erin: itu karena aku waktu itu ragu, aku seolah ketemu laki-laki yang aku cari.
Erin: perasaan aku kuat mengatakan kalo itu kamu.
Erin: tapi aku masih berusaha jaga hati aku.
Erin: kamu inget pertama kali kita ke jogging track?
Erin: aku ga sengaja liat dompet kamu, emang ga ada foto.
Erin: tapi ada bekas foto di bagian bening dompet kamu.
Erin: cuma sekilas, tapi aku tau. Bekas foto itu adalah foto di taman itu.
Gue: jadi kamu udah tau?
Erin hanya tersenyum lebar dan manis, matanya menyipit bahagia.
Saat itu adalah momen indah untuk gue dan Erin, karena setelah sekian lama penantian akhirnya kita menemukan apa yang kita cari selama ini.
Erin: saat aku pilih mau kuliah di mana, perasaan aku kuat untuk pilih Universitas ini.
Erin: aku yakin aku akan menemukan sesuatu di sana.
Erin: ayah aku khawatir tapi aku kukuh.
Erin: mungkin untuk pertama kalinya aku kukuh bilang ke ayah aku.
Erin: sampai akhirnya ayah aku ngasih izin aku kuliah di sini.
Gue: saat aku pilih mau kuliah di mana, selalu Universitas ini yang muncul di pikiran aku.
Gue: seolah aku dibimbing untuk memilihnya. Dan ternyata itu benar.
Merasa luapan perasaan sudah kami keluarkan, gue langsung memeluk Erin erat. Erin pun membalas pelukan gue dengan erat. Gue merasa bagian bahu gue basah, pastilah Erin menitikkan air mata setelah sekian lama menahan luapan perasaan penantian ini.
Gue pun menitikkan air mata sembari tersenyum puas. Setelah berpelukan melepas luapan perasaan penantian ini, kami melepaskan pelukan.
Gue menatap wajah Erin dalam-dalam.
ASTAGA SAYANG BGT GUE SAMA ERIN.
Muncul dorongan untuk mendekatkan wajah ini. Kedua kening kamu bertemu. Terdengar sedikit isak tangis bahagia dari Erin.
“Ehem..”
Kami berdua menengok ke arah suara deheman itu dalam keadaan kening kami masih menyatu.
EALAH KEPERGOK NYOKAP!