Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SECRETUM TENEBRIS (UPDATE PAGE 103)

Status
Please reply by conversation.
Hati ini terbuat dari darah dan daging

Bukan dari baja yang dingin

Hati ini bisa terluka dan membeku

Namun akan kembali merona merah dengan hadirmu





Chapter 9

Serigala yang Tak Berhati?​







Dilla terbelalak saat menyadari Toni memasukkan penisnya ke dalam anusnya…”AKhhhh..hghhhh….” lenguh Dilla..

“sakit ga?” tanyaku lembut ke pada Dilla. Dengan mata sayu dan wajah yang memerah Dilla menggeleng. Aku dan Toni sengaja tidak bergerak. Memberi waktu kepada Dilla untuk menyesuaikan diri dengan 2 penis yang berada dalam 2 lubang yang berbeda. Setelah beberapa saat kami mulai mnggenjot Dilla.

Plop..plop..plop bunyi kulit yang saling beradu. Berpacu dengan desahan nafas Dilla yang tidak teratur, mecoba menghirup oksgien sebanyak mungkin untuk tetap menjaga kesadarannya. Keringat menetes di kening, leher dan tubuh Dilla. Aku tak henti menjilati keringat yang menetes itu, ya aku memang gila aku menikmati tetesan keringat lawan jenisku…terasa begitu nikmat…mhhh

“auuuuu….mmmhhh” Dilla memekik bersamaan dengan lenguh Toni.

“lu apain bro..hghh…hghh barusan…anjrit bisa njepit gini anusnya…enakk…lagi bro” ujar Toni yang tak henti memompa anus Dilla. Ya aku baru saja memelintir putting Dilla dengan lembut dan sedikit menariknya. Hal itu membuat Dilla kaget dan anus maupun memeknya berkedut mengencang. Memberikan sensasi nikmat bagi aku dan Toni.

“au…mhh..enak dok..duh…anjing bisa enak gini…mhhh” Dilla meracau…”mmmhh…mhhh…ssshhh…kreluar…aku..pipisss” Dilla squirt saat penisku masih di dalam memeknya. Tangannya lemas dan tubuh nya ambruk kedadaku.

Toni dengan buas dan cepat memompa Dilla….mencenngkeram pantat Dilla yang sekal dan menamparnya beberapa kali. Hingga Dilla mengejang..”ARGGHHH ANJJINGGGG” Toni ejakulasi di dalam anus Dilla…

Dilla terdongak menerima semburan sperma hangat toni. Mulutnya menganga dan tak kubuang waktuku melumat mulutnya dan memasukkan lidahku ke dalam mulut DIlla, aku mengeksplorasi rongga mulutnya memberikan rangsangan dengan menyapu lidahnya.

Toni mencabut penisnya dan segera berlalu ke WC untuk mebersihkan penisnya. Sambil mengacungkan Jempol ke arahku “mantap bro”

Aku mencengkeram pinggang Dilla, menggerakkanya sensuai kehendaku, seperti aku ngocok tapi memakai pinggul dan memek Dilla. Tubuh Dilla tergoncang goncang di atasku. Keringat kami menjadi pelican gesekan tubuh kami. Payudaranya menyapu dadaku terasa putingnya kembali mengeras.

“duhh..aduhh,…masa…hghh..kluar laghhgi..mmhhh” Dilla meraacau sambil menggigit bibirnya…aku makin buas mencengkeram pinggulnya dan menggooyangkan nnya. Aku sudah mendekati puncak ehjakulasi ku.

“HGHHH…..HGHhh…MHHHHH” aku ejakulasi di memek Dilla…dan tubuh dilla mengejang pinggulnya bergetar “uuhhhh…..issssshhh…aku kluarrrr lggaiiii…” dan Dilla benar benar ambruk.

Aku menggeser Tubuh Dilla. Sisa sperma yang ada di penisku, kusodorkan penisku ke wajah Dilla, dan mengoleskannnya di wajahnya. Dilla mengerti maksduku dan langsung melahap penisku untuk membersihkannya, “sudah cukup kamu istirahat dulu…” ujarku.

Dilla meringkuk di sofa ku, tak lama aku mendengar dengkuran halusnya. Aku meraih HP ku dan memotret Dilla. Memotret sperma yang mengalir dari anus dan memeknya. Memotret bekas cupangan di payudaranya. Hehehehe sebagai kartu joker ku untuk berjaga jaga.

Toni sudah selesai dan memakai handuk. “masih bisa gue rasain lagi bro yang ini?” tanya Toni.

Aku sudah memakai boxer ku dan mengambil bir dingin dari kulkas ku. Kulemparkan ke Toni. “ambil aja klo lu suka ton…lgpl dia suka sex sama seperti kita”



“terus lu?...jangan jangan…si…” toni mulai menebak dan aku tau dia memikirkan Luna

“tutup mulutmu….nikmati saja apa yang ada saat ini” ujarku pada Toni.



ESOK HARI….

Aku melaju ke kantor seperti biasa dengan mobil kesayanganku. Aku dikejutkan oleh telepon yang masuk. Ahhh mama mertuaku menelepon….ada apa lagi ini

“halo ma?”

“halo al? apa kabarmu nak?” tanya mama mertuaku. Mama memang orang yang baik yang tidak pernah menuntut apa apa dariku dan selalu menghargai keluargaku.

“baik ma, ada yang bisa kubantu?”

“al…mama tau kalian ada masaalah, dan mama tau kamu ga suka basa basi”

…….aku terdiam

“al…dalam hal ini mama yang salah, mama yang salah mendidik Claire….terlalu memanjakan Claire, karena takut dia terluka semenjak papanya pergi dengan istri barunya. Claire di masa mudanya juga banyak dikecewakan pria.”mama menjelaskan banyak hal. Sepertinya Claire menceritakan aku menyetujui kalimat “cerai” nya.

“ma…aku selalu bersyukur punya mama mertua seperti mama, almarhum mamaku juga pasti setuju denganku. Tapi aku manusia yang juga punya hati….sudah kali ke 5 Claire mengungkapkan hal ini. aku berpikir Claire memang tak pernah bahagia denganku. Lebih baik memang mungkin Claire mencari bahagianya” aku menjawab mama dengan tenang.

“mama tau kamu sudah banyak bersabar Al…mama tidak bisa meminta lebih dari itu. Mama Cuma mau bilang, mama bersyukur punya menantu seperti mu, yang mau bersabar dan menjaga Claire hingga hari ini…..mama harap kamu bisa memikirkan hal ini dengan tenang. Tuhan memberkatimu Al” aku mendengar nada sedih dari nada bicara mama, dan aku paling tidak suka membuat orang tua bersedih.



“Tuhan berkati mama juga” dengan memantapkan hati aku menutup pembicaraan ini………….



Jika semua mengira Alvaro Kalingga adalah manusia setengah dewa, dengan segala kemampuan nya. Semua diperoleh dengan merangkak dari bawah hingga tampuk pimpinan di dapatkan. Tapi tidak banyak yang tau bahwa aku, sangat rapuh, sangat remuk di dalam ku.

Mata ku menerawang pikiran ku melayang saat aku mengendarai mobilku menuju kantor ku. Perceraian ini sudah diambang pintu. Telur diujung tanduk….atau apalah itu. Aku sangat bersedih dan hancur di dalam hartiku. Ingin rasanya aku menyendiri dan menangis…tapi egoku menahan kelenjar air mataku untuk menangis.

Aku berpikir bukan untuk diriku atau Claire, tapi untuk Emma. Anak kesayanganku satu satunya, yang baru 5 tahun yang belum tau apa apa, harus memahami arti sebuah perpisahan. Bagaimana dia nanti….jika melihat keluarga lain lengkap dengan ayah ibunya….sedangkan Emma hanya mungkin salah satu dari kami yang hadir…pasti akan membuat hatinya sedih…dan aku tidak pernah mau melihat emma sedih. Bagaimanapun juga Emma darah dagingku…..lebih baik aku yang sakit aku yang hancur daripada harus melihat Emma terluka…

Tak terasa air mata menetes di pipiku sambil aku mengendarai mobil kesayangan ku. Aku segera menghapus air mataku….kuraih tempat minumku yang sudah kuisi capucinno dari kedai langgananku @waktunyangopi05.00, yang sengaja kusimpan dalam kulkas. Dan kuhisap vapor ku dalam dalam, aroma raspberry cheesecake melesak dalam paru paru ku….nikotin free base menyelusup pada pembuluh darahku…memberikan ketenangan dan membantu menstabilkan mood ku.



Aku ingat bahwa hari ini aku janji dengan Luna untuk membahas temuan temuanya. Wel….setidaknya Luna….bisa membawa hawa baru dalam hidup stagnan ku…entah kebodohan macam apa yang membuatku bisa terlena pada senyuman dan sorot matanya…. Ada keteduhan dan ketenangan yang aku cari, ada kelembutan tapi juga aku melihat ada luka yang mendalam pada Luna….dan aku berharap bisa menjadi pria yang menyembuhkannya



WTF!!! Kenapa aku bicara sperti ini……semua teori ku menundukkan wanita seakan percuma dan tak berguna saat aku berhadapan dengan Luna….aku yang nyaman….aku yang terlena….FUCK! mana mungkin aku jatuh cinta…aku tidak mau terluka lagi.

Peduli setan….aku memacu mobilku ke arah RS dan tidak mau berpikir banyak. Biarlah berjalan apa adanya…



Aku segera menuju kantorku dan memepersiapkan diri bertemu dengan Luna. Aku mengenakan jasku yang memang jarang kupakai…menyemprotkan parfum ruangan…merapikan mejaku….emmm aku ngapain sampe kaya gini yah…. Benar benar kacau pikiran ku…dan jantungku berdetak makin keras saat detik jam mendekati waktu 08.00.

Aku sengaja melangkah keluar untuk menengok apakah Luna sudah ada diruang tunggu. Dan ternyata Luna sudah ada di ruang tunggu. Pakaian nya sangat cocok dengannya….terlihat begitu menawan. Aku segera menarik nafas dalam dan memberikan kode kepada Luna untuk masuk ke kantorku….

“Selamat pagi, sudah lama kamu menunggu?” sapaku ringan.

“Ah.. eh… tidak kok, Dok. Kan ini memang belum jam 8… Saya aja yang datangnya kepagian.” Sahut luna yang terlihat amat salah tingkah. Luna bukan Cuma kamu yang salah tingkah, andai kamu tau seberapa kencang jantungku berdebar saat ini.

“Gimana2, laporan apa yang mau kamu tunjukan padaku? Baru 1 minggu kamu kupindah ke bagian logistik dan udah ada laporan yang kamu siapkan untukku? Hebat kamu Luna…” aku mencoba mencairkan suasana. Dan memang kuakui dalam seminggu, dia sudah bisa menyusun laporan ini hal yang luar biasa di tengah kekacauan RS ini.

Dan aku sedikit melihat Luna duduk dengan tidak nyaman, sperti menahan nyeri. Tapi sudahlah aku focus di pekerjaan dulu, setelah selesai aku akan bertanya kepadanya apa yang terjadi hingga dia nampak tidak nyaman.





“Ehm..” Luna mendehem pelan “ini dok… saya sebetulnya ingin menanyakan satu dua hal, sekaligus ingin mengkonfirmasikan data yang saya temukan kemarin…” seraya berkata demikian, Luna mengeluarkan berkas-berkas laporan terkait alteplase, obat-obatan kemoterapi, juga tentang permintaan obat dokter Kieswara.



HAHAAHAHAHHA mampus kau Kieswara…aku punya pedang untuk membelah kepalamu sekarang…ujarku dalam hati dan aku yakin Luna mampu menangkap binar mataku yang sangat senang seperti anak anak yang mendapat mainan baru. HAHAHAHAH Kieswara mau bersembunyi di ketek siapa lagi kamu kali ini, permainan mu akan segera terbongkar.



“Maaf dok sebelumnya, tapi data itu masih belum saya susun dengan rapi, jadi mungkin agak sulit untuk dokter Alvaro membacanya…” ujar Luna dengan menunduk.

Dasar kau Luna, data mentah mu ini sudah sangat cukup bagiku untuk menarik kesimpulan. Data ini sudah sangat lengkap hanya perlu menyusunnya dengan lebih rapi, dan disusun sebagai grafik.





“Untuk laporan obat alteplase, trastuzumab dan cetoximab tolong lebih kamu dalami dan dipertajam lagi analisa mu ya... Bila benar kecurigaanmu bahwa telah ada permintaan obat-obatan jenis ini dengan jumlah yang tidak wajar, aku tidak akan segan-segan untuk membawa data ini langsung kepada dewan komisaris. Lagipula merekalah yang paling berhak tau, dana yang telah mereka kucurkan ke RS ini sudah dihambur-hamburkan untuk apa saja…” ujarku tenang dan menyembunyikan kegiranganku. Gila data iniyang selama ini coba aku dapatkan tapi selalu terhalang oleh kepala instalasi farmasi dan CEO, tapi Luna senjata rahasia ku mampu mendapatkannya.



“Lalu terkait dokter Kieswara, aku minta kamu sangat berhati-hati Luna. Aku sudah tau kebusukan dan keburukannya. Tapi sebelum data kita lengkap, aku harus memintamu untuk lay low dan stay silent dulu…” aku menahan pergerakan Luna. Data dan posisi saat ini bekum cukup kuat untuk membuat perang besar dengan para grup penjilat dan koruptor



“Tapi dok… kan justru sudah jelas sekali kalau apa yang dilakukannya itu salah dan menyalahi aturan. Akan lebih buruk akibatnya kalau kita hanya diam saja. Gimana kalau nanti dokter-dokter umum lainnya mengikuti perbuatan dokter Kieswara. Apa kamu ga mau melakukan sesuatu untuk ini?.”Luna nampak sangat emosi. Well luna kamu harus banyak belajar peta pertempuran, mana yang memang harus kamu perangkan mana yang harus kamu relakan kalah.



Mata Luna nampak nanar menahan segala gejolak amarah terkait Kieswara. Aku tau seberapa banyak Kieswara mempersulit gerakan Luna dalam bekerja, aku mencoba menolong Luna dengan beberapa maneuver pengaturan yang aku lakukan. Demi Luna aku memutar otakku untuk mencegah dia terjatuh akibat jegalan Kieswara.



“Luna, masalah Kieswara di RS ini ngga cuma obat, tapi juga kasus-kasus malpraktek. Aku sudah baca semuanya.” Jawabku kalem mencoba menenangkan amarah Luna.



“… kamu… kamu tahu semuanya?” Luna terkaget



“Iya. Kemarin ada 2 berkas masuk ke mejaku. 2 pasien yang meninggal dalam 2 minggu ini, dan keduanya ditangani oleh Kieswara.”

“Pasien yang mana aja dok?” sahutnya spontan. “apakah yang dimaksud pasien Ny. Y yang overdosis kalium itu?” Luna memburu informasi.

“Yap… betul yang itu pasiennya.” Sahutku seraya aku mengambil susu coklat dingin dari kulkas ku. Aku sengaja menyimpan susu coklat dari kedai RS kesukaan Luna, aku tau dia sangat suka dengan susu coklat kedai RS. Sejak kemarin sore aku sudah membeli dua botol khusus untuknya.





“Nih, minum dulu… tenggorokanmu pasti kering sampai suaramu berubah seperti itu.”uajrku seraya menyerahkan susu coklat ke Luna.





“Susu coklat? Seorang dokter Alvaro minum susu coklat tiap harinya?” sahutnya sponta. Syukuerlah sepertinya Luna sudah mulai nyaman denganku. Mmm…..nyaman? eh aku baru sadar saat ini aku berkomunikasi dengannya sudah dengan kata aku dan kamu bukan lagi dok..dok..dorokdok… sejak kapan hal ini terjadi aku tidak menyadarinya.



“Ohh.. susu coklat itu untuk kamu kok, Lun… aku tau kamu suka susu coklat kan?”

Dan aku tersenyum puas saat melihat Luna salah tingkah seperti ini. dia sangat manis bila pipinya memerah karena malu.



“Darimana kamu tahu aku suka susu coklat? Siapa yang memberitahumu?” tanya Luna tiba tibia saat aku masih menganggumi senyumnya. Dan itu membuatku panic.





“Mmm… itu… yaa.. kan biasa cewek suka coklat gitu lah… Cuma tebakan beruntung, eh?” jawabku dengan sangat tolonya. Aku Alvaro bisa menjawab hal seperti ini dengan jawaban konyol yang jelas di buat buat.



“So… ya…terkait laporan-laporan yang tadi sudah kamu kumpulkan dan sampaikan itu sudah cukup baik. Aku minta kamu lebih lengkapi lagi, dan lakukan secara menyeluruh. Untuk setiap perusahaan farmasi, setiap jenis obat, dan permintaan di masing-masing unitnya. I know it’s a huge ask, tapi tenanglah, aku akan membantumu sebisa mungkin… 1 pertanyaan terlebih dahulu, dimana kamu simpan data-data temuan ini Luna?” segera aku mengalihkan pembicaraan agar tidak terlihat oleh Luna kepanikan ku.



“Data itu kusimpan hanya di komputer meja kerjaku di Logistik, dalam folder terpisah lengkap dengan password yang kubuat sendiri. Sedangkan data backup nya dalam flashdisk pribadiku yany selalu kusimpan dan kubawa kemanapun aku pergi…”jawabnya lugas.



Good. Jangan percaya siapapun dalam RS ini… Tidak sampai mereka bisa betul-betul membuktikan diri layak kita percayai.”

“Lalu layakkah dokter mempercayai saya? Untuk memberikan kewenangan dan tugas se-sensitif ini padaku yang adalah masih orang baru di divisi umum?” tanya Luna penuh selidik.

“Apakah aku salah mempercayaimu? Apakah aku salah memilih untuk mempercayaimu? Dan apakah kamu tidak mau kupercayai?” jawabku kepada Luna..yang aku yakin akan mematikan langkah nya dalam pertanyaan selanjutnya. Luna entah kenapa sejak pertama aku melihatmu, aku sudah percaya padamu.



“P… Pertanyaan macam apa itu…”Luna menunduk dan wajahnya memerah. Maaf aku tak bermaksud membuatmu malu. Aku sendiri sangat berdebar debar dengan bersamamu saat ini. aku mulai main perasaan dengamu Luna. Aku benar sepertinya jatuh cinta padamu……jatuh…..cinta…..



“Jadi, sampai mana bahasan kita tadi?... Ah ya… laporan pengadaan obat yang itu tadi, aku minta kamu laporkan rutin ke aku. Kurang lebih tiap 1 minggu sekali aku mau kamu bawa laporan itu, kita crosscek sama-sama dan betul-betul pilah mana yang masih masuk akal dan mana yang sudah kelewat batas. Untuk waktu dan tempat pertemuannya, kita bikin flexible saja. Selain karena aku memang jarang ada dikantor, data yang kita bahas ini sensitif dan rahasia. Akan berbahaya untuk posisi kita di RS ini bila ada telinga-telinga jahil yang mencuri dengar pembicaraan kita.” Aku mencoba mencairkan suasan kembali dan meminta Luna memberikan laporannya secara rutin.

Aku meminta Luna besok untuk bergabung dengan rapat rutin divisi Umum. Agar dia paham system kinerja yang aku terapkan. Sangat berbeda dengan divisi sebelah yang memang tidak tertata. Sekilas aku melihat memar baru di kaki nya ……. Kenapa lagi Luna…..

“Ya ampun Luna… memar di kakimu sampai membiru seperti itu.. segeralah beri obat salep supaya tak membekas ya. Dan kuharap kamu berhati-hati. Tak perlu tergesa seperti itu. Sayang kan kalau tubuhmu dipenuhi bekas luka seperti itu..” ujarku dengan khawatir. Aku memang khawatir dengan keadaan Luna, memang terbentur meja atau ada hal lain yang membuatmu memar?

“Eh, iya dok… terimakasih sekali sarannya. Kalau begitu, saya pamit undur diri sekalian ya dok. Pekerjaan sudah menanti. Dan aku juga harus mampir ke IGD atau ke klinik dulu untuk mengobati memar ini. Untuk jahitan di tanganmu, jangan lupa untuk ganti perban besok atau lusa. Dan tolong jaga kebersihannya, supaya lukamu juga segera membaik. Kalau boleh, ijinkan aku yang merawat jahitanmu besok. Lagipula sudah sepantasnya akulah yang melihat kondisi jahitan lukamu, karena akulah yang melakukan tindakan itu…” ujar Luna dengan wajah yang memerah….



Ah sudah ketiga kalinya wajahmu memerah Luna. Apa kamu juga memiliki rasa yang sama dengan yang aku rasakan? Ishhh….hanya pikiran bodohku saja jika Luna memiliki rasa yang sama. Luna begitu sempurna…suami kaya raya…alphard?mini cooper?bahkan Porsche pun dimiliki keluarganya. Tas tas yang dia pakai pun sangat mahal harganya…..sepatu yang dia pakai ….aku sudah pernah iseng mencari harganya. FANTASTIS…..setengah gaji sebulan ku.

Emang punya apa kamu alvaro hingga bermimpi mendapatkan Luna….salahmu sendiri hidup sok jujur sok idealis sampe duit juga pas aja ga bisa berlimpah….istri mu pun ninggalin kamu demi uang kan??? Setan membisikkan ejekan ini ke telingaku….

Dan tanpa kusadari Luna telah keluar dari ruanganku. Dan aku kembali pada rutinitasku menenggelamkan diri dalam pekerjaan ku, mencoba menghilangkan bisikan iblis dalam otakku.



ESOK HARI



Aku memimpin rapat rutin seperti biasa. Semua divisi ku memberikan laporan bulanannya. Dumulai dari Divisi Rumah Tangga yang mengelola seluruh kebutuhan non medis RS ini.

“untuk pemakaian listrik, kami bisa efisiensi kan hingga 20% pak. Dengan cara membersihkan AHU dan FCU pendingin gedung secara teratur. Sehingga Chiller utama hanya terpakai 1 dari 3 yang kita punya. Dan satu ini pun hanya menggunakan 65% kapasitas nya saja. Dengan saluran yang bersih dan tidak ada hambatan mampu menurunkna beban juga pak. Untuk solar penggunaan ada peningkatan akibat pemadaman listrik kemarin…..blaa.blaaa…blaaa” kepala RTRS emenjelaskan presnetasi nya. Dan aku cukup puas dengan efisiensi yang dia lakukan.

Laporan selanjutnya dari bagian pembelian dan pengadaan. Vera mempresentasikan laporannya.

“dari pembelian ada peningkatan pembelian obat terutama di obat paten non generic. Pembelian bulan ini meningkat 936 juta dari bulan sebelumnya. Dan ratio pembelian masih sama di mana obat paten lebih banyak 2 kali daripada obat generic” jelas bu vera.

Keningku mengernyit dan berpikir keras ini. pembelian yang tidak masuk akal.

“bu vera apalah menurut anda pembelian ini masuk akal?” tanyaku dengan tenang.

Namun Vera memilih diam dan menunduk tidak menjawab pertanyaanku.

“marketing mana datamu kunjungan?” aku meminta data garfik pergerakan kunjungan “coba tampilkan di depan, sandingkan dengan data pembelian obat”



Dari data yang ditampilkan, peningkatan jumlah pasien bulan ini tidak signifikan dan cenderung stagnan. Divisi marketing pun menjelaskan perbandaningan rasio BPJS : Umum adalah 2 : 1. Jelas pembelian obat berbanding terbalik dengan kebutuhan.



“bu vera tolong tampilkan data obat yang paling sering anda beli, dan paling mahal” aku minta Vera untuk breakdown nya.

“nah kan ini yang aneh, obat macam altaplase dan grup zumab kok banyak amat ini. emang pasien kanker kamu meningkat? Engga kan? Malah turun setau saya. Oke buka stok existing, dan stok lama, saya mau liat barang yang mendekati expired 3 bulan. Dan juga saya mu liat dead stok mu, barang yang ga bergerak” aku memerintahkan vera membongkar datanya.



Vera dengan pucat membuka laporannya dan menampilkan laporan yang aku minta. Aku 90% yakin Vera tidak akan berani memalsukan laporan yang diberikannya kepadaku, sekali aku mencium hal yang tidak beres, dan menurunkan tim audit. Maka tamat riwayat mreka yang bermain main dengan pengadaan.



“APAAA?????!!!!! DEAD STOCK MUUUU??!!! Senilai 3M ?????? GILA!!!! Ini barang kaga gerak sama sekali dan sebentar lagi expired?? BISA KAMU RETUR GA? HAH?!” tanyaku dengan emosional.

Luna dengan cepat membantu Vera, memang Luna terlambat datang ke rapat ini tapi dengan cepat dia mampu mengikuti ritme rapat ini. Dia dengan tenang membantu Vera yang sudah gemetar karena teriakkanku. Luna menampilkan data vera dan disandingkan dengan data yang sudah dia rapikan, benar benar sesuai dengan yang kuinginkan cara penampilan data nya. Sangat mudah dibaca dan di lakukan telaah. Grafik demi grafik di tampilkan secara urut dan terarah.



“kalian semua lihat!! Lihat ini!! apa ga rugi rumah sakit gini caranya…..iya kita butuh uang untuk hidup, iya bpjs memang bayar telat ga karuan. Tapi gila klo nimbun stok seperti ini. dan uang RS tidak berputar tapi mengendap” aku mencoba menahan emosi.

“owner RS kita memang kaya, bukan berarti tidak kita kelola dengan baik. Pasien kita bPJS, iya BPJS memang bayar telat bukan berarti terus kita telanjtarkan dan kita gorok pasien umum kita untuk kita perazs uangnya. Mreka sudah sakit, haruskah kita bebani lebih dengan biaya yang gila?!!” tanyaku tajam

“Vera kenapa kamu diam? Kenapa semua ini diloloskan? Bukannya saya sudah meminta peninjauan ulang?” tanyaku



“aa..nu…dok…kepala Farmasi..bu Tyas langsung…by pass ke CEO dan mengeluarkan memo perintah” kata Vera dengan pucat pasi.



BRAKKKK!!!!! Aku menggebrak meja dengan keras. “KEPARAT! Memang aku sudah tidak dianggap di RS ini.” tidak butuh waktu lama, perbanku terasa lembab…ah jahitanku terbuka dan darah merembes.



“RAPAT BUBAR” tegasku dan aku segera keluar dari ruangan rapat menuju kantorku untuk menenangkan diri. Darah merembes membasahi perbanku. Damn it! Kenapa aku mesti lepas control, Luna…. Dia ada di sana, apa nanti dia malah jadi takut dan menjauh dariku.

Aku menggelengkan kepala beberapa kali. Mencoba menghalau pikiran itu dari kepalaku, pekerjaan ku lebih penting saat ini. aku harus bisa jaga diri, bila tidak divisi medis dan CEO akan menikamku berramai ramai saat mereke menemukan celah untuk menjatuhkanku.



Aku masuk ke dalam kantorku dan menutup pintu ku. Segera aku membuka kulkas ku dan merenggut botol Bacardi ku. Menuangkannya dalam gelas dan menikmati alcohol ini mengalir ke dalam tenggorokanku…..hangat…aku membuka dan menutup telapak tanganky berulang kali dan menempelkan botol Bacardi dingin, berharap dapat menghentikan perdarahan akibat jahitan yang terbuka. Ternyata cukup efektif, aku tidak merasakan darah menetes lagi di balik perban.



Tok..tok..tok…. pintuku diketuk. Siapa lagi ini berani menggangguku saat aku sedang migraine seperti ini. dengan gusar aku bangkit dari sofa dan mendekati pintu, namun aku masih ragu untuk membukanya…dengan keadaan emosi ku saat ini.



“Siang dok, maaf mengganggu ini saya dokter Luna. Bolehkah saya masuk dok?” kudengar suara dari balik pintu.

Luna……

“masuk” kataku….aku urung membukakan pintu, entah setengah hatiku tak ingin Luna tau kondisiku saat ini.

Dengan menghadap ke jendela dan menyembunyikan tanganku. “Ada lagi yang perlu kamu sampaikan Luna? Data-data laporan yang tadi tolong kamu serahkan padaku, akan ku perintahkan Tika untuk mengumpulkan laporan dari divisi lainnya sebagai bahan laporan ku kepada jajaran direksi dan dewan komisariat.”

“Oh. Kalau tentang laporan yang tadi, para kepala bagian tadi nampaknya masih tinggal di ruang rapat untuk menyatukan semua berkas laporan menjadi 1 folder untuk diserahkan padamu. Kupikir karena mereka sangat luwes mengerjakannya, itu sudah menjadi hal yang rutin bagi mereka…. Tapi, bukan itu alasanku kemari mencarimu dok.” Jawab Luna lugas dan tanpa basa basi.



Aku terdiam mendengar jawaban Luna. “Mmm.. lantas apa yang membawamu kemari Luna?” sahutku lirih.

Luna mengarahkan pandangan ke tangan yang memang sengaja kusembunyikan. Ke arah perban yang meresap darahku.



“Gimana kondisi tanganmu? Bolehkah aku melihatnya?”

“Tangan apa?” jawabku enggan kepada Luna

Dan kami terdiam.



…………………………………………………………………………



“jika tidak ingin bicara, kamu bisa meninggalkanku” sepatah kalimat bodoh keluar dari mulutku.



“pergi? semudah itu kamu mengusirku? Itu maumu? Aku pergi? Dan membiarkan luka itu terus berdarah? Dasar serigala tak punya hati!” ujar Luna tajam.

“Jawab aku, jahitanmu boleh aku periksa tidak? Aku yakin kalau melihat rembesannya, pasti ada yang terbuka kembali akibat ulah sok kerenmu memukul meja rapat tadi.” Mata Luna nanar dengan tajam menatapku. Membuatku terpaku, gila aura apa ini, mampu meredam amarahku bahkan membuatku terdiam.



Aku masih diam…dan setelah beberapa menit aku memilih mengalah memberikan tanganku.

Dengan sigap Luna meraih tanganku dan memastikan rembesan darah nya tidak meluas lagi.



“Aku perlu membuka perban ini, untuk mengecek kondisi luka dan jahitanmu. Apakah kamu memiliki peralatan medis dasar di kantormu ini? Atau kita perlu ke klinik lagi?” tanya Luna.



“aku bilan tidak perlu, sudah tidak berdarah” jawabku dingin.



Luna menatapku tajam serasa ingin menampar wajahku.

“kamu memang tidak punya hati ya? Aku yang merawat mu yang menjahit lukamu? Harus melihat darahmu mengalir..kamu pikir aku bakal diam saja? Kamu punya hati ga sih?tau ga klo aku khawatir? Gimana klo itu terbuka lagi….berdarah lagi……senikmat itukah melukai dirimu sendiri?” Luna dengan emosional mencecarku. Matanya berkaca kaca…..Luna khawatir denganku?

“kamu ga pernah mikirin perasaan orang lain? Ga pernah sadar anak buahmu semua menghormatimu menyayangimu, bukan karena mereka takut. Aku saja yang orang baru bisa melihatnya…kamu malah seenaknya melukai dirimu sendiri…kamu tau ga aku juga khawatir…*** suka liat kamu kaya gini…. Masalah banyak di RS ini, apa mau kamu selesaikan semua dengan kepalan tanganmu? GROW UP! Ga semua masalah kelar pake pukulan! Mikir sedikit ada orang yang sayang sama kamu” Luna makin tidak terkontrol….Sayang??? sayang??? Serius kamu ngomong itu…….dan Luna mulai meneteskan air mata.



Otak Gila ku bekerja….aku memeluk nya…..tiba tiba….tanpa sadar……dan Luna terdiam….membenamkan wajahnya di dadaku…menahan isak tangisnya.

Beberapa saat hening kami terdiam

“kenapa kamu memelukku?” Luna bertanya saat masih dalam pelukan ku

“kenapa kamu membiarkanku memelukmu?” tanyaku kembali dengan gemuruh detak jantung ku yang tidak karuan.



“aku ingin menjagamu Luna” jawabku lembut.

Luna membalas pelukanku “jika itu maumu, maka ijinkan aku juga menjagamu”

Kami menikmati pelukan ini….hangat..nyaman…damai….semua hal yang kupikir aku tak akan pernah bisa merasakannya lagi…semua kutemukan di Luna.

Luna melepas kan pelukan kami terlebih dahulu dan langsung mengambil tanganku. Dengan diam dia membuka balutan lukaku. Sudut luka sedikit terbuka dan mengailrkan darah. Luna mengambil sapu tangan dari saku nya. “hanya ujung luka saja yang terbuka, tekan dengan ini, sebentar juga berhenti, tidak perlu dijahit ulang dan tidak perlu di perban lagi. Lukamu cepat mongering, jangan kena air dahulu. Aku tau kamu dokter tapi dokter adalah pasien yang tidak bisa taat pada aturan medis sendiri”



Selesai itu Luna membalikkan badan dan melangkah keluar…

“Luna….” Panggilku menghentikan langkahnya

“pelukan tadi…aapakah artinya….” Aku bertanya terbata bata



“aku tak tahu…sama sepertimu akupun tak tahu. Aku belum pernah mengalami rasa ini, dan juga belum pernah menjalani hal seperti ini….biarkan saja dulu” jawab Luna



“biarkan saja berjalan, dan nikmati prosesnya…jangan banyak bertanya..begitukah?” tanyaku.



Luna mengangguk dan melangkah keluar dari kantorku……
 
Hmmm...
Jadi bisa dapat ilmu lagi...
Biaya pengobatan rumah sakit menjadi besar dan tak rasional bisa jadi di akibatkan "dead stock' ya...? Yang menanggungnya adalah pasien....

Hmm bisa jadi BPJS telat bayar hanya sebagai pengalihan isu....
 
Serigala yang rapuh..
,,Dokter juga manusia punya rasa..punya hati..jangan samakan dengan pisau bedah,,(gak usah dinyanyiin juga kaleess,,hhee)
Thanks a lot of dok updetenya mantulll,,;)
Sehat dan lancar selalu RLnya,,:semangat::beer::beer:
 
Terima kasih updatenyaa suhuu...
Konfliknya semakin maknyuss..

Di tunggu update selanjutnyaa..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd