Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (Copas + Remake) Serial Pendekar Rajawali Sakti Episode 1& 2

Asiik sdh di buka gemboknya:dance::dance::dance::dance:

Di nanti updatenya ya boos TS :ampun:

Semoga ntar ke depanya update nya lancar sampai tamat...

Sukses selalu di RL dan forum :beer::beer::beer:
 
Rangga yang sudah hilang kesabarannya karena niatnya yang hendak membantu Saka Lintang di halang-halangi oleh Nambi, kini terlihat melompat cepat, menerjang deras ke arah kakek tua yang berjuluk Setan Jubah Merah itu. Pertempuran sengit pun tidak dapat di hindari lagi, ke dua tokoh yang sama-sama mulai saling menyerang satu sama lain itu, bentrok adu kekuatan di udara.

“Hiyaattt…”

“Haiittt…”

Plak…, Dug…, Deesss…, Bughk…,

Nambi yang kini terlihat mulai mengerahkan jurus-jurus andalannya pun tampak bergerak dengan kecepatan bagaikan kilat, ke dua tangannya yang sedang menyerang itu menimbulkan desir angin yang menderu-deru. Jurus tangan kosong yang di lancarkannya sungguh sangat hebat dan dahsyatn. Bahkan setiap pukulan yang di lancarkan kakek tua itu juga ternyata mengandung hawa racun yang sangat dahsyat, dan mematikan. Namun semua itu seolah tidak berpengaruh apa-apa terhadap Rangga. Pemuda tampan yang sudah di gembleng di goa Lembah Bangkai oleh se ekor burung Rajawali raksasa itu, tubuhnya telah menjadi kebal terhadap segala jenis racun apa pun juga. Bahkan gerakan tubuhnya yang gesit dan lincah terus saja meliuk-liuk menghindari serangan yang di lancarkan oleh Nambi, sambil sesekali pula balas menerjang lawan dengan jurus ‘Cakar Rajawali’, Dengan jurus itu dirinya tidak bermaksud memandang enteng lawan, tapi justru sudah menjadi sifatnya yang selalu mengukur tingkat kepandaian musuhnya. Sebelum dia mengeluarkan jurus-jurusnya yang lebih dahsyat dan berbahaya.

Bughk…, Bughk…,

Traakkk…, Treekkk…,

Plaakkk…, Plaakkk…,

Benturan demi benturan ke dua tangan dan kaki ke duanya yang masing-masing mengandung hawa tenaga dalam tingkat tinggi, terus terdengar se iring tubuh mereka yang saling bergerak lincah dan gesit. Melompat dan menyerang satu sama lain.Hingga tak terasa ke dua lelaki yang berbeda usia itu, telah terlibat dalam sebuah pertarungan yang seru dan mendebarkan. Tubuh mereka yang sama‐sama saling menyerang itu pun, kini sudah tak terlihat lagi, yang terlihat hanyalah seberkas cahaya putih dan merah yang tampak saling serang dan saling sambar dengan cepatnya di udara. Begitu cepat dan luar biasa hebatnya kecepatan ke duanya, hingga gerakan tubuh mereka pun sukar sekali di ikuti oleh mata. Di tambah gerakan Rangga yang tengah mengerahkan jurus ‘Cakar Rajawali’, sambil sesekali di padukan dengan jurus ‘Seribu Rajawali’ hasil ciptaannya. Tubuhnya yang bergerak lincah itu pun, terlihat bergerak dengan kecepatan bagaikan kilat. Berpindah-pindah ke sana dan ke mari dengan cepatnya. Bahkan tubuh dan gerakan ke dua tangan Rangga yang tengah berkelebatan menyerang itu, mendadak mulai terlihat bagaikan berjumlah ribuan.

“Hiyaattt…,”

“Hup…,”

“Haiittt…,”

“Hap…,”

Plak…, Plak…, Plak…,

Deesss…,

Bughk…,

Ribuan tangan dan ribuan tubuh pemuda tampan yang berkelebatan cepat itu, terus menyerang secara beruntun bagaikan tak ada habisnya saja. Kadang‐kadang tubuh yang kini menjadi ribuan jumlahnya itu, terlihat melambung tinggi di udara. Sambil kemudian melayangkan tendangan dan pukulan yang juga berjumlah ribuan, dan mengandung hawa tenaga dalam tingkat tinggi ke arah tubuh Nambi. Bahkan angin pukulan yang di hasilkan dari ribuan tangan dan kaki itu, begitu luar biasanya. Hingga membuat pepohonan di sekitar tempat itu, tumbang satu persatu bagaikan di landa angin topan yang dahsyat. Debu-debu dan pasir pun kini mulai terlihat beterbangan ke udara, akibat pukulan‐pukulan dahsyat yang di lancarkan oleh Rangga atau pun pukulan maut yang juga di lancarkan oleh Setan Jubah Merah.

Wusshhh…

Plak…, Plak…, Plak…,

Deesss…,

Bughk…,

Splaakkk…,

Detik demi detik terus berjalan, waktu pun berlalu dengan cepatnya. Hingga tak terasa pertarungan antara ke duanya telah memasuki sepuluh jurus, bahkan pada suatu kesempatan, Terlihat telapak tangan Rangga yang kaku dan keras bagaikan besi itu. Mulai berhasil masuk menerobos pertahanan lawannya. Gerakan telapak tangan yang membentuk cakar itu, tampak melaju deras ke arah dada kakek tua itu. Dengan di iringi desir angin yang menderu-deru, karena memang mengandung hawa dorongan tenaga dalam tingkat tinggi.

Wesshhhh…,

Nambi yang melihat gerakan pukulan itu, langsung segera tanggap. Dengan gerakan yang cepat pula, dia pun langsung bergerak menghindar dengan lincahnya. Lalu dengan gesitnya pula tubuh kakek tua itu terlihat bergerak memutar cepat, sambil melayangkan sebuah tendangan yang di sertai pengerahan tenaga dalam tingkat tinggi pula ke arah dada Rangga.

Wuussshhh…,

“Heaattt…,”

“Haiittt…”

Namun pemuda tampan yang sedang di hadapinya itu juga bukanlah anak kemarin sore, dia adalah murid tunggal seorang tokoh sakti yang tidak terkalahkan. Yang pernah hidup seratus tahun yang silam. Begitu matanya melihat gerakan kaki yang datang secara tiba-tiba dan cepat itu, Murid tunggal Pendekar Rajawali Sakti tersebut hanya menarik sedikit tubuhnya ke arah belakang. Sehingga tendangan yang di layangkan oleh Setan Jubah Merah pun, hanya lewat sedikit di hadapannya. Dan tepat setelah serangan itu lewat, dia pun tak membuang-buang kesempatan, dengan cepatnya pula sebelah tangan kanannya terulur deras ke depan. Mencoba mengirimkan satu hantaman keras ke arah dada Nambi. Hembusan angin yang menderu, serta hawa panas yang sangat luar biasa, langsung menerpa dada kakek tua itu begitu telapak tangan kanan Rangga menempel telak di dadanya.

“Hiihhh…,”

Bughk…,

Deessshhh…,

Plaakkk…,

“Ughhkkk…,”

Dan tepat ketika telapak tangan kanan yang mengandung pengerahan tenaga dalam tingkat tinggi itu dengan telak mengenai dadanya, Setan Jubah Merah pun seketika langsung meraung kesakitan. Di iringi dengan tubuhnya yang terlempar sejauh dua puluh tombak, dan terus bergulingan hingga menabrak sebongkah batu besar. Begitu dahsyat dan kerasnya hawa dorongan tenaga itu, sampai membuat lawannya terlempar keras ke belakang. Namun karena ilmunya juga sangat tinggi, dorongan keras yang di lancarkan oleh pemuda tampan itu pun seolah tidak berpengaruh apa-apa bagi dirinya. Dengan gerakan cepat dan gesit, kakek tua bernama Nambi itu pun ternyata mampu segera bangkit berdiri kembali, sepasang matanya memandang tajam ke arah wajah Rangga yang terlihat berdiri tegak tidak jauh dari hadapannya. Sementara Rangga sendiri hanya terlihat tersenyum kecut, namun jauh di dalam lubuk hatinya, dia juga sempat sedikit terkejut. Begitu mengetahui serangan yang di lancarkannya barusan, ternyata tidak berarti apa-apa buat lawannya.

***
 
Terakhir diubah:
Sementara itu tidak jauh di sebelah tempat Rangga dan Nambi, terlihat pula Saka Lintang yang kini sudah saling berhadap-hadapan dengan lima orang lelaki bersaudara, yang di kenal dengan julukan Lima Pari Emas. Pandangan mata gadis itu menyorot tajam, pada wajah lima orang lelaki yang kini juga telah berdiri di hadapannya. Wajah gadis itu pun kini mulai terlihat merah membara, di iringi sepasang bola matanya yang juga tampak menyala-nyala. Menatap tajam dengan geraham bergemerutuk menahan amarah. Ingatanya pun kembali menerawang pada peristiwa setahun yang silam, dimana Tiga Serangkai Baja yang merupakan orang-orang andalan mendiang Ayahandanya. Ke tiganya tewas di tangan lima lelaki itu. Saka Lintang pun mulai kembali naik amarahnya saat itu juga.

“Bagus, kedatangan kalian berlima memang sudah lama aku tunggu-tunggu. Bersiaplah kalian semua, hutang nyawa harus di bayar dengan nyawa.” Ucap Saka Lintang, dengan suara penuh kemarahan yang meluap-luap.

“Wah wah wah, putri Lembah Tengkorak ternyata masih galak juga ya.” sahut salah seorang dari lelaki itu kalem, dia adalah yang tertua dari ke limanya. Namanya Langlang Pari.

“Iya, padahal Ayahandanya sudah lebih dulu berangkat ke neraka.” sahut salah seorang yang bernama Dadap Pari, sengaja memancing gadis itu.

“Sudahlah Kakang, tak ada gunanya berbasa-basi. Sebaiknya kita habisi saja gadis ini sekarang.” ujar salah seorang lelaki lagi menyahuti. Orang itu bernama Tatra Pari.

Saka Lintang yang mendengarnya pun, seketika semakin bertambah geram. Lalu dengan gerakan indah dan cepat, dia pun segera mengebutkan tangan kanannya ke depan, hingga seketika itu juga dari telapak tangan gadis itu. Terlihat bermunculan jarum-jarum-jarum beracun yang berwarna keperakan. Jarum-jarum tersebut meluncur deras, keluar dari telapak tangan kanannya. Dan melesat cepat, ke arah Lima Pari Emas yang berdiri tidak jauh dari hadapannya.

“Hih…,”

Swiingngng…,

Melihat serangan yang cepat dari senjata rahasia yang di lesatkan oleh gadis itu, lima orang lelaki bersaudara tersebut itu pun tidak tinggal diam. Dengan cepatnya pula mereka langsung menghalau serangan senjata rahasia yang meluncur deras itu dengan pedangnya, pedang-pedang di tangan ke lima lelaki itu bergerak bagaikan pelindung. Menyambut jarum-jarum kecil yang meluncur deras dengan kecepatan bagaikan kilat, yang melesat menuju tubuh mereka.

Tring…, Tring…, Tring…,

Jarum-jarum kecil itu pun langsung rontok di tengah jalan begitu membentur pedang-pedang lima orang lelaki bersaudara tersebut.

“Kalian semua jangan dulu besar kepala, tahan seranganku berikutnya.” Bentak Saka Lintang.

Kata Saka Lintang yang tidak dapat lagi menahan amarahnya, sambil tangan kanannya bergerak cepat mencabut dua pedang yang bertengger di punggungnya.

Sring…,

“Mampus kalian semua, hiyaattt…,”

“Hup…,”

“Haiittt…,”

“Heeaaa…,”

“Heeaaa…,”

Trang…,

Begitu selesai berkata demikian, dengan cepatnya gadis itu pun langsung segera melompat, menerjang ke arah lima orang lelaki bersaudara itu. Pedang di tangan kanannya pun terlihat berkelebatan ke sana-ke mari mencari mangsa.

“Tahan nafas kalian, jurusnya mengandung racun yang berbahaya.” teriak Langlang Pari memperingatkan, begitu di lihatnya Saka Lintang mulai merilis jurus ‘Tarian Bidadari’.

***
 
Sementara pertarungan antara Saka Lintang melawan Lima Pari Emas bersaudara baru saja di mulai, pertarungan antara Rangga dan Nambi kini telang berlangsung semakin sengit. Bahkan masing-masing dari mereka juga, sudah mulai sama-sama mengeluarkan jurus-jurus andalannya. Ribuan tubuh dan ribuan tangan Rangga yang saat itu telah merilis jurus ‘Pukulan Maut Paruh Rajawali’sambil di padukan dengan jurus ‘Seribu Rajawali’, terlihat berkelebatan dengan cepatnya. Sedangkan pukulan jarak jauh yang juga tengah di lancarkan oleh Nambi, juga tak kalah mematikan. Sinar-sinar merah yang keluar dari telapak tangan kakek tua itu, terus melesat bagaikan tak ada habisnya. Sinar-sinar itu juga sesekali terlihat menghantam pohon-pohon, hingga langsung hangus terbakar saat itu juga. Namun jurus yang di lancarkan oleh Rangga juga tidak bisa di anggap remeh, terbukti saat tangan pemuda tampan itu tak sengaja menghantam sebuah pohon besar. Pohon tersebut langsung lumer menjadi abu, dan di bagian bekas hantamannya pun langsung meninggalkan bekas. Yaitu sebuah gambar kepala burung Rajawali. Sungguh suatu jurus yang dahsyat dan mematikan.

Slap…,

Slap…,

Blaarrr…,

Bughk

Dhuaarrr…,

Ledakan demi ledakan yang terjadi akibat pukulan yang di lancarkan ke duanya, terus terdengar riuh hingga memekakan gendang telinga. Sudah sekian jurus mereka keluarkan, namun sejauh ini belum ada tanda-tanda siapa yang akan terdesak. Sedangkan tempat di sekitar pertarungan ke duanya juga terlihat sudah porak‐poranda. Bagaikan terjadi gempa yang besar saja.

“Hup…,”

“Heeaaa…,”

“Hap…,”

“Haiittt…,”

Wuussshhhh…,

Plak…,

Dalam suatu gerakan cepat dan tiba-tiba, tubuh ke duanya melesat cepat dan bertabrakan di udara. Benturan keras dari ke dua telapak tangan mereka pun langsung terjadi seketika, hingga menimbulkan suara menggelegar dan pijaran bunga api yang memijar dari ke dua telapak tangan yang tengah beradu itu.

Gelegaarrr…,

Dan tepat setelah suara keras itu terdengar menggema, tubuh Rangga dan Nambi pun sama-sama terlihat saling terpental ke belakang hingga jatuh dan bergulingan di tanah. Namun dengan sigap dan cepatnya pula, mereka pun langsung segera bangkit kembali, dan kemudian melesat cepat. Dan kembali berlompatan saling menyerang satu sama lain. Bahkan pukulan yang sama-sama mereka lancarkan itu, menimbulkan deru angina yang terasa panas menyengat kulit.

“Hup…,”

“Hih…,”

“Hap…,”

“Heeaaa…,”

Rangga yang sudah mulai kembali menyerang, kini terlihat menggeser kakinya ke samping. Sambil tak lupa memiringkan tubuhnya sedikit, sementara sebelah tangan kanannya terlihat bergerak cepat. Mencoba memapag serangan yang di lancarkan oleh lawannya. Nambi yang melihat gelagat itu pun terkejut setengah mati, dengan cepatnya pula dia pun langsung menarik kembali tangannya. Yang mendadak saja jadi kesemutan, setelah beradu keras dengan tangan pemuda tampan itu. Rangga juga melakukan hal yang sama, dia juga segera melompat mundur ke belakang dengan cepat. Setelah merasakan tangannya sedikit agak nyeri setelah berbenturan dengan tangan laki‐laki tua itu.

“Tenaga dalam anak muda ini benar‐benar luar biasa, pantas saja Geti Ireng bisa tewas di tangannya. Aku harus lebih berhati-hati lagi menghadapinya.” gumam kakek tua itu dalam hatinya.

Kali ini dia pun tidak mau gegabah, dan mencoba kembali menyerang Rangga dengan penuh perhitungan dan sikap hati-hati. Sementara Rangga juga kini melayaninya dengan sikap yang waspada. Pemuda tampan itu sudah merasakan tadi, kalau tenaga dalam kakek tua yang menjadi lawannya itu juga tidak bias di pandang sebelah mata. Sebentar saja ke duanya pun mulai kembali saling terlibat pertarungan sengit dan seru.

***
 
Sementara itu di tempat lain, tepatnya sebuah hutan rimba belantara yang menghubungkan jalan menuju ke Bukit Guntur, yang merupakan sarang tempat persembunyian Bidadari Sungai Ular. Sesosok tubuh diantara pepohonan-pepohonan besar, terlihat berkelebat dengan cepat. Gerakannya yang lincah dan gesit, menandakan jika orang itu mempunyai ilmu meringankan tubuh yang sudah mencapai tahap kesempurnaan. Ke dua kakinya yang setengah berlari, terlihat begitu cepat dan lincah. Berloncatan dengan ringan dari satu dahan pohon, ke dahan pohon lainnya. Sosok tersebut ternyata tak lain dan tak bukan, adalah Aki Lungkur, yang telah selesai menguburkan mayat saudara seperguruannya. Dan kini dirinya bermaksud menuju ke Bukit Guntur, untuk menghentikan sepak terjang Saka Lintang. Yang sudah lama merajalela, meresahkan kaum rimba persilatan golongan putih.

***

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd