Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Menurut pembaca siapa tokoh yang bakal MATI di episode akhir cerita 'Astaga Bapak' ?

  • Suhardi

    Votes: 92 16,4%
  • Dahlia

    Votes: 24 4,3%
  • Yuda

    Votes: 27 4,8%
  • Bayu

    Votes: 23 4,1%
  • Mang Ujang

    Votes: 394 70,4%

  • Total voters
    560
Status
Please reply by conversation.
[HIDE]Update

Melintasi siang hari yang beranjak sore, Mereka yang berlibur di akhir pekan ini sudah kembali dari berbagai sudut tempat rekreasi karena besok sudah harus beraktivitas normal. Akan tetapi, berbeda dengan bu sarni yang merupakan seorang janda di 50an, dimana hidupnya bergantung pada sang anak semata wayang, ia baru saja pulang dari sebuah tempat. Bukan tempat biasa karena yang ia beli dan bawa dari tempat tersebut merupakan perangkat perdukunan. Kembang tujuh rupa dan kemenyan, itulah sebagian yang ia beli. Kalau bukan untuk kebaikan rumahnya, mana mau ia menghabiskan uang demi hal semacam itu. Ya, mang ujang yang menyuruh bu sarni untuk membeli barang-barang tersebut. Gunanya tak lain adalah untuk membersihkan rumah bu sarni dari pengaruh makhluk yang tidak terlihat. Sikap mang ujang yang begitu meyakinkan membuat bu sarni menaruh harapan agar ia bisa hidup tenang kembali.

Ketika bu sarni sudah berada di perkarangan rumah, dia tidak langsung menuju rumahnya. Ia mampir sebentar ke kontrakkan dimana dahlia menginap. Sebelumnya bu sarni sempat berpikir seakan sedang menyusun sebuah kalimat. Entahlah apa yang ia pikirkan. Yang jelas berkaitan dengan permohonan mang ujang yang begitu rumit. Setelah dirasa ketemu, barulah bu sarni dengan percaya diri mendekat danbmengetuk pintu kontrakkan dahlia sekaligus menyapa.
"Tuk, tuk, tuk...."
"Mbak dahlia, mbak,....", dua kali bu sarni melakukan hal serupa. Setelah itu, baru muncul respon dari dalam. "Iya sebentar,..."

Ternyata, di dalam dahlia sedang mengistirahatkan badannya. Mendengar bu sarni memanggil-manggil dari depan kontrakkan, ia tergesa-gesa membukakan pintu seraya menurunkan bajunya yang tersingkap ke atas.
"Eh, ada bu sarni, Ada apa ya bu?"
Bu sarni sempat mematung kebingungan, tak mengeluarkan kalimat sedikitpun. Ia khawatir salah ucap.
"Iyaaa mbak, mmmm..gini,..."
"Enghhh....."
"Kalo gak keberatan, saya bb..boleh gak kira-kira pinjam bra dan celana dalam mbak dahlia??"

"Eh? Ibu?! Buat apa?!", terperanjat dahlia mendengarkan

"Emm, ccu..cuma buat dicoba aja, mbak..."
"Soalnya saya kan kepengen beli pakaian dalam baru,,..."
"Jadinya, siapa tahu punya mbak dahlia ukurannya bisa jadi pertimbangan buat saya sebagai contoh..", bu sarni agak terbata-bata menjelaskan. Namun dahlia malah tersenyum, tertawa kecil memperhatikan tubuhnya dengan tubuh bu sarni yang jauh berbeda dari postur.
"Si ibu ada ada aja sih..."
"Kelonggaran nanti jatuhnya ibu..."
"Udah tahu ibu kan kurus begitu....",
"Sayanya gemukkan...."

"Ooh begitu yaaa...."
"Maaf deh, kalo begitu gak jadi saya berarti minjemnya mbak dahlia", bu sarni lantas berbalik badan. Rasa-rasanya ia yang sudah mempermalukan diri sendiri, ingin segera berlari ke rumah.

Akan tetapi,
"Hmmm, tunggu sebentar bu.."
"Tapi, kalo ibu mau sekedar mau jadiin contoh aja boleh kok bu..."
"Sebentar yaa, saya ambil dulu"...
"Hayo ibu, duduk dulu di dalam yuk...." ditinggal 'lah bu sarni di depan pintu sendirian karena wanita itu enggan masuk. Sebab, bu sarni sadar dirinya telah mengelabui dahlia. Di lain hal, Dahlia sedang mengambil satu stel pakaian dalamnya semata-mata tak mau terkesan membuat bu sarni malu. Sementara bagi bu sarni, dia sangat beruntung, hampir saja tak dapat apa yang mang ujang minta. Kalau tidak, entah alasan apa yang ia akan sampaikan pada mang ujang. Sejujurnya dia juga tidak mau melakukan hal semacam ini. Namun, mau bagaimana lagi. Hal tersebut merupakan salah satu syarat yang diberikan mang ujang padanya jikalau mau rumahnya dibersihkan dari gangguan gaib.

Ketika di dalam kamar, dahlia memilah-milah bra dan celana dalamnya. Kali saja ada yang pas dengan ukuran tubuh bu sarni. Nyatanya, dahlia memang tidak pernah sekurus bu sarni. Alhasil, dahlia mengambil satu stel pakaian dalam yang kebetulan jarang ia pakai. Dengan langkah perlahan ia pun menenteng bra dan celana dalamnya, menghampiri bu sarni.

"Nih bu....", dahlia menyodorkan bra dan celana dalamnya yang berwarna hijau muda.



"Aaduhh saya jadi gak enak nih.."
"Makasih banyak yaa mbakk..."
"Ohh yaa, saya bawa dulu ya, nanti saya balikin kok kalau sudah selesai, mbak....", amat senang bu sarni menerima. Tanpa melihat-lihat dan meraba dahulu, Ia berniat untuk segera mempersembahkannya kepada mang ujang nanti.

"Iya kok bu sarni, gapapa..."
"Lagian juga, ibu kan udah kasih saya tumpangan nih...", batin dahlia masih bertanya-tanya karena sungguh jarang seorang wanita meminjamkan pakaian dalamnya.

"Wah iya yaa..."
"......."
"Yaudah mbak dahlia, saya pamit balik ke rumah dulu nih, sekali lagi terima kasih.."

"Iyaa sama-sama bu sarni...."
"Emm, bu sarni ngomong-ngomong habis dari mana nih?", dahlia memperhatikan bu sarni membawa sekantong plastik berwarna hitam. Entah mengapa ia merasa ingin melihat apa yang dibawa bu sarni.
"Habis dari warung mbak..."
"Biasalah beli kebutuhan rumah..."
"Yaudah mbak dahlia, saya pamit dulu..."
"Mari....", karena khawatir dahlia ingin mencari tahu isi kantong plastik yang dibawanya, bu sarni lekas buru-buru masuk ke rumah. Tak mungkin ia memberi tahu dahlia kalau ia baru saja membeli perangkat klenik. Apalagi sesuai dengan pesan mang ujang, jangan sampai dahlia tahu keberadaan mang ujang yang sedang membantu bu sarni.

"Mari bu...", geleng-geleng kepala dahlia melihat sikap bu sarni. Tak biasanya bu sarni segugup itu. Di sisi lain, dahlia tersenyum sendiri, mengetahui niat bu sarni mengganggu istirahatnya ternyata hanya untuk meminjam pakaian dalam, sekedar untuk dicocokkan pula. "Ada, ada aja bu sarni...".

Lantas, ketika bu sarni sudah sampai di rumahnya, dahlia kembali masuk ke dalam kamar. Sempat terpikirkan untuk melakukan kesibukan apa. Akan tetapi, ia malah jatuh rebah kembali di ranjang. Selebihnya, beralaskan bantal ia berbaring melamun karena belum makan. Ya, dahlia belum makan karena menghemat keuangannya. Lagipula, uang yang ada rencananya untuk membayar kontrakkan bu sarni. Di lain hal, kalaupun harus pergi, ia tak tahu harus kemana. Sebab, ia membawa aibnya sehingga kediaman sanak keluarga bukanlah tempat yang ideal bagi dahlia. Karena dahlia cukup dekat dengan bu sarni, ia malam ini berencana menemui wanita itu di rumahnya. Kali saja beban bayar kontrakkan dahlia bisa diringankan atau ditunda. Lagipula, lama dia tinggal di kontrakkan bu sarni masih penuh ketidakpastian. Tidak mungkin ia balik ke rumah pak usman ataupun suhardi.

Sementara dahlia sibuk memikirkan kehidupannya ke depan, bu sarni di rumah sedang duduk bersandar seraya menunggu mang ujang yang kiranya masih tidur di kamar. Menyambut petang, mang ujang belum jua menampakkan batang hidung. Padahal, Maghrib nanti bu sarni harus sudah mulai was-was di dalam rumahnya. Keadaan malam memang mencekam di dalam rumah bu sarni. Meskipun sudah terbiasa, tetap saja gangguan-gangguan yang sifatnya menakutkan tersebut membuat bu sarni tak nyaman berada di rumah itu. Tak pelak, ia berharap mang ujang segera bertindak. Lagipula ia sudah cape-cape mencari perlengkapan yang diminta mang ujang. Belum lagi, ia harus membelikan makan malam.

"Kemana sih nih mang ujang?"
"Jadi apa enggak sih itu orang mau ngurusin nih rumah..."
"Hhmmmm....."
"Mana belum beliin dia makan malam....", gelisah batin bu sarni.

.....................​

Malam hari, Dahlia tampak bercermin setelah mandi, sambil sesekali menyisir rambutnya yang terurai basah. Mengenakan daster tanpa lengan yang bermotif batik, ia tak lagi perlu cemas karena tak ada lelaki berotak mesum di sekitarnya. Dahlia perhatikan postur tubuh moleknya sehingga ia paham mengapa lelaki begitu mudah tergoda. Hanya saja, Dahlia sedikit heran jika lebih banyak wanita menginginkan tubuh langsing, tetapi mengapa dirinya selalu menjadi objek seksual kaum adam. Bukankah wanita dengan tubuh ideal lebih menarik. Sebaliknya, ia menyadari bahwa ada sebagian lelaki yang memang menyukai wanita berisi, terutama yang memiliki ukuran payudara cukup besar. Seakan belum puas menyusu pada ibu kandung, kerap kali buah dada wanita tersebut jadi sasaran kenikmatan lelaki kala bercinta. Hal itu yang dirasakan sekaligus pernah dialami oleh dahlia.


Dahlia's Outfit

Setelah selesai berkaca, dahlia nampak mengenakan sweater berwarna violet, kiranya menutupi jenjang lengan supaya tidak digigit nyamuk. Bukan karena dingin pula, karena dahlia hendak keluar kontrakkannya menuju rumah bu sarni. Berdasarkan rencana yang ia sudah pikirkan sore hari, dahlia berkeinginan menemui bu sarni, agar bu sarni mau meringankan atau menunda pembayaran kontrakkannya. Di sisi lain, dahlia juga berharap bu sarni mempunyai secukup makanan karena kebetulan dahlia lapar. Akan tetapi, seusai menutup pintu dan keluar dari kontrakkannya, entah mengapa rumah bu sarni terlihat hening meskipun lampunya menyala. Dari jauh mata memandang, dahlia jadi percaya bahwasanya kata mang ujang kalau rumah itu berhantu. Oleh karenanya, niat dahlia sedikit mengendur. Namun atas desakan perut, dahlia
memberanikan nyalinya.

Langkah demi langkah, dahlia mendekati rumah bu sarni, keraguan pun juga menyeliputi suasana perasaan dahlia. Ia seolah-olah terbujuk ingin kembali ke kontrakkan. Namun, kondisi sudah di tengah jalan, membuatnya pantang. Dalam benak dahlia, ia jadi merasa aneh. Entah mengapa justru dini hari kemarin ke tempat ini, nyali dahlia tidak seciut sekarang. Barangkali ia sudah kemakan sugesti-sugesti negatif yang diberikan mang ujang. Buktinya, ia tidak berani melirik ke kanan atau ke kiri. Fokusnya terus tertuju pada pintu rumah bu sarni. Ditambah, ia merasakan ada sesuatu yang mengawasinya di antara pepohonan ataupun tembok-tembok, tetapi ia tak mau menengok.

Sesampai langkahnya di depan pintu rumah bu sarni, dahlia segera menyahut seraya mengetuk pelan.
"Tukk..tukk..tuk..."
"Bu sarni, bu....., bu sarni....!"
"Ini saya dahlia bu...." akan tetapi, berulang kali dahlia mengetuk dan menyahut, bu sarni tak keluar sama sekali, merespon pun tidak. Dahlia coba mengintip dari jendela, melalui celah gorden. Tak ada kesibukan di dalam sana. Pikir dahlia, apakah bu sarni sedang tidur atau bagaimana di dalam. Di sela-sela terhanyut demikian, dahlia mencium aroma sesuatu, bau tajam yang tidak dikenali olehnya. Dahlia pastikan sumbernya tak lain berasal dari dalam rumah bu sarni. Apakah yang sedang bu sarni lakukan? Memasak? Itulah pertanyaan yang muncul. Tak sengaja kemudian dahlia melihat sebuah bayangan lelaki dengan wajah bersimbah darah, berkemeja melintas di sebelah kanannya, begitu cepat. Bersamaan dengan itu, langsung saja bulu kuduk dahlia berdiri, disentuh pula oleh semilir angin lembut. Tak mau ambil pusing, dahlia langsung berlari kabur masuk ke kontrakkannya macam orang ketakutan.

"Ituu tadi apaa yaaa....?!", sempat berdiri bersandar di belakang pintu, dahlia lantas masuk ke kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat.

.....................​

"Ohhhh jaanggaan manggg....."
"Aaaaahhhhhhhh manggg jaanggannn!!!!!!"

"Hehee...."
"Akhirnya mamang atuh bisa tidur sama mbak dahlia lagi...."
"Urghhh..."
"Kali ini teh mamang yakin bisa bikin mbak dahlia hamil..."
"Aayoo mbakkk eurgggghh...."

"Udaahhh mangg udaaaahhh!!!
"Aaaahhhhh.......", dahlia lekas terbangun. Keringat bercucuran membasahi leher beserta ubun-ubun. Wajahnya syak karena mimpi yang dialami. Dahlia yang melihat kondisinya sedang terbangun dan duduk di atas ranjang, sontak kebingungan. Mengapa ia masih mengenakan pakaian sore hari? Bukankah ia sudah mandi dan berganti pakaian. Selebihnya, ia juga heran, mengapa kaos sore hari yang ia sedang kenakan tersingkap ke atas, sehingga gunung kembarnya menyembul keluar. Parahnya, ketika dahlia sentuh puting payudaranya, pentilnya terasa mengeras. Di tambah, terasa lengket, seperti ada liur menempel. "Siapa yang masuk ke kamarku ya?" Hal itu yang menyangkut dibenaknya.

Tak sempat berpikir panjang, di luar sana bu sarni sudah berteriak-teriak memanggil nama dahlia, "mbak dahlia, mbak...!!!"
"Ini ada makanan nih mbak...!!"
"Buat mbak dahlia makan malam! siapa tahu mbak dahlia laper......!" Karena perut sudah kosong, tergesa-gesalah dahlia mendatangi bu sarni. Hanya saja, ketika hendak turun dari ranjang, lagi-lagi ia dikejutkan sesuatu. Tak sengaja jari dahlia menyentuh cairan pekat, tepatnya kali ini sperma yang menempel di atas sprei kasur.

"Sperma siapa ini?!!" Itu pertanyaan yang muncul di benak dahlia. Lantas, Dahlia buru-buru meraba vaginanya, mengecek adakah bekas sperma di sana. Ia paranoid, menduga hal semacam ini mirip mitos disetubuhi makhluk halus, sejenis genderuwo. Namun liang kemaluannya baik-baik saja. Alhasil, Dahlia malah menduga ada seseorang yang masuk ke kamarnya. Akan tetapi, bagaimana bisa, sedangkan ia sudah mengunci pintu sebelum rebah di kasur. Dahlia berusaha lupakan itu sejenak. Ia harus menemui bu sarni sudah berteriak menyebut namanya.. "Sebentar bu!! Sebentar...!! Teriak dahlia sembari membetulkan pakaian. Dahlia berjalan tergopoh-gopoh, khawatir bu sarni pergi, karena ia tak mau kehilangan bekal makan malamnya. Kalau tidak, demi mengisi perut, dahlia akan keluar biaya saat keadaan keuangannya tak bagus.

"Iya ibu, iya! sebentar...!", sambut dahlia seraya membukakan pintu.

"Hmmm, lagi ngapain mbak?"
"Saya panggil, panggil kok lama banget keluarnya?"
"Hampir aja saya mau balik ke rumah...", tanya bu sarni yang melihat dahlia tampak seperti orang bangun tidur.

"Iya nih bu, baru bangun tidur...."
"Soalnya ngantuk banget...", tak hanya melihat bu sarni, dahlia melihat situasi di luar kontrakkannya. Ternyata, waktu baru saja melintasi Maghrib. Sebab, langit tengah masih sedikit berwarna biru tua. Di sisi lain, setahu dahlia hari sudah gelap gulita. Dahlia merasa apa yang ia kira mimpi seperti nyata.

"Hmm, maghrib-maghrib kok tidur mbak..."
"Gak baik..."
"........"
"Ooh ya, ini saya bawain mbak dahlia makanan..."
"Kebetulan saya habis dari warung makan...", bu sarni menyerahkan plastik berwarna putih yang isinya terdapat sebuah bungkusan. Tak menolak rezeki, Dahlia lekas mengambil. Ia juga mengajak bu sarni masuk untuk membicarakan sesuatu. "Aduuh ibu jadi ngerepotin nih saya..."
"Ayuk masuk dulu bu...."
"Ada yang mau saya omongin kebetulan nih sama ibu..." Dibukalah pintu lebar-lebar, dahlia menuntun bu sarni duduk di sebuah bangku panjang di ruangan depan kontrakkannya. Keduanya pula duduk saling bersebelahan.

"Mau ngomongin apa nih mbak? Kayaknya serius betul?, tanya bu sarni yang sebetulnya ingin balik ke rumah.

"Hhmmm gini bu, masalah bayar kontrakkan.......",.. belum dahlia selesai bicara, bu sarni langsung memotong. "Wohh itu, udah mbak, udah, masalah bayar kontrakkan, mbak dahlia gak usah khawatir"
"Mbak dahlia bisa bayar kapan aja kok..."
"Lagian, kayak kita ini baru kenal aja sih mbak.."

"Jangan begitu dong bu..."
"Kontrakkan kan sumber penghasilan ibu..."
"....hmmm.."
"Jadinya begini, niat saya mau bayar kontrakkan, tetapi bisa gak diringanin atau ditunda dulu...?", tanya dahlia sembari melanjutkan perkataannya yang tadi terpotong.

"Mbak dahlia, mbak dahliaa...."
"Bisa kok mbak, bisaa..."
"Sama saya mah gak perlu cemasin hal itu..."

"Serius nih bu???", tanya dahlia kembali karena ia masih tak yakin.

"Iya seriuss, mbak dahlia tenang aja kalo masalah itu..", tegas jawab bu sarni meyakinkan dahlia.

Mendengar jawaban bu sarni, bukan main senangnya dahlia. Ia betul-betul harus bersyukur karena memiliki kawan sebaik bu sarni walaupun usia mereka tak sejajar. Tak berhenti sampai di situ, ada hal lain yang ingin ditanyakan dahlia kepada bu sarni. Ya, perihal menyangkut apa yang baru terjadi. Akan tetapi, dahlia bertanya dahulu mengenai rumah bu sarni yang katanya berhantu. Hal itu sekaligus mengklarifikasi pernyataan mang ujang kemarin hari. Ketika ditanyakan, bu sarni membenarkan hal tersebut. Tanpa ragu, ia terang-terangan menceritakan kronologi dirinya dihantui selama tinggal di rumah itu. Seluk beluknya pula bu sarni ceritakan, termasuk pernah terjadi pembunuhan di sana.

Merinding dahlia mendengar cerita bu sarni. Terlebih di luar begitu sunyi, belum lagi dahlia teringat mimpinya barusan. Meskipun demikian, bu sarni berusaha menenangkan dahlia untuk tidak terlalu mencemaskan hal itu. Lagipula, yang dihantui rumah bu sarni bukan kontrakkan dahlia. Sebaliknya, Sikap bu sarni malah membuat dahlia heran. Mengapa bu sarni yang rumahnya dihantui, sikapnya tenang-tenang saja. Dengan tersenyum, bu sarni lalu mengatakan bahwasanya dia sudah terbiasa dengan hal tersebut. Jadi, bisa dibilang tidak terlalu menakutkan lagi.

"Makasih ya bu..."
"Udah mau bawain makanan..."..

"Iya sama-sama mbak...",

"Ohh ya bu, saya mau nanya lagi nih, apa suka ada orang yang sering nyelonong masuk ke rumah ibu....?", tanya dahlia sembari memikirkan kejadian di kamar.

"Enggak tuh mbak.."
"Lagian siapa juga yang berani masuk rumah berhantu..."
"Iya kan? Hehe...."
"Emangnya kenapa mbak?", bu sarni penasaran. Matanya menatap serius raut muka dahlia yang terkesan mencemaskan sesuatu. Akan tetapi, sayangnya dahlia tak mau berterus terang. Ia terlalu malu mengatakan bahwasanya ia menemukan bekas sperma di atas sprei kasurnya.
"Ehmmmm..."
"Enggak apa-apa kok bu..."
"Cuma pengen tahu lingkungan sekitar sini aja kok...."

"Oh begitu..."
"......."
"Ooo yaa mbak, ini saya bawain dalemannya yang tadi saya pinjam sebentar", ternyata bu sarni tak hanya membawa bekal makanan untuk makan malam dahlia, ia juga membawa pakaian dalam dahlia yang ditaruh di dalam sebuah kantong plastik berwarna putih.
"Itu gak saya cobain ya mbak, cuma saya lihat-lihat aja...", ucap bu sarni seraya menyerahkan.

"Eh iyaa bu....", di luar dugaan, sembari melihat bra dan celana dalamnya yang berada di dalam kantong plastik, dahlia pikir bu sarni akan mencoba memakainya. Lagipula dahlia juga tak menyangka bu sarni mengembalikannya secepat ini.

"Mbak dahlia, saya balik dulu yaa...", bu sarni beranjak berdiri.

"Buru-buru banget bu sarni...", dahlia tak bisa menahan bu sarni. Padahal, ia masih kepengen ngobrol.

"Iya nih, soalnya di rumah masih banyak yang mau dikerjain...", ucap bu sarni seraya berjalan keluar kontrakkan dahlia.

"Emmn, iya deh kalo begitu bu"
"Sekali lagi terima kasih ya bu sarni....", sambil menenteng plastik, dahlia menemani bu sarni keluar sampai di depan kontrakkannya.

"Iya sama-sama mbak".

Setelah bu sarni pulang, dahlia tutup dan pastikan pintu kontrakkannya betul-betul terkunci.
Ia lakukan itu supaya tak menemukan hal janggal lagi di kamar serupa bangun tidur tadi. Kini, setelah kepulangan bu sarni, dahlia hendak membersihkan dirinya terlebih dahulu. Apalagi ia baru bangun tidur. Dahlia letakkan bekal makan malam yang bu sarni kasih di dalam kamar. Sembari demikian, ia mengambil handuk dan pakaian ganti di lemari. Barulah Kemudian dahlia segera berjalan terburu-buru menuju kamar mandinya. Sebab, ia tak sabar untuk menyantap makan malam, mengisi perutnya yang kosong semenjak siang. Di lain hal, ternyata tak hanya handuk dan pakaian yang dibawa, plastik yang berisi pakaian dalamnya, yang dipinjam bu sarni sore hari, ia angkut juga ke dalam kamar mandi. Menurut dahlia, karena tidak digunakan bu sarni sama sekali, ia akan mengenakan pakaian dalam tersebut. Sayang sekali, kalau sampai dicuci.

Ketika berada di dalam kamar mandi, selagi mengguyur air dan menyabuni tubuh moleknya, dahlia terhenyak memikirkan hidupnya ke depan. Tak lagi bersama orang-orang yang disayangi, dahlia berencana hidup mandiri. Selain itu, ia berusaha lupakan masa lalunya bersama suhardi ataupun pak usman. Dahlia berniat memulai lembaran baru. Hanya saja, bersamaan dengan itu, dahlia agak menyesali kaburnya dari rumah pak usman, karena dia yakin telah membuat rina, puteri kandungnya sedih. Penyebabnya tak lain ialah dahlia pergi tanpa sepengetahuan rina. Rina yang saat itu menginap di rumah kawannya pun diyakini dahlia bakal mencari dirinya.

"Treeekkkkkkkkk......"
"Treekkkk........"
"Trrekkkkk........." sedang terhanyut melamun, dahlia mendengar bangku di ruangan depan seperti ada yang mendorong. Padahal, setahu dahlia dia sudah mengunci pintu kontrakkannya. Lalu siapa yang berada di sana? Di dalam kamar mandi, dahlia sontak nampak ketakutan. Ia percepat mandinya. Tanpa menyiakan-nyiakan waktu pula dahlia lekas menghandukki tubuh, serta mengenakan pakaian dalam yang sempat dipinjam bu sarni. Lalu, setelah tergesa-gesa memakai pakaian, dahlia berlari dari kamar mandi menuju kamarnya, tanpa mau mengecek apa yang sebetulnya terjadi di ruangan depan.

Sesampai di kamar, ketakutan dahlia tak selesai. Dahlia banting pintu kamarnya rapat-rapat. Lalu, ia rebahkan diri di kasur sambil memejamkan mata, sekaligus menutupi telinganya. Tanpa disadari dahlia, pintu kamarnya ada yang mengetuk pelan. Hanya saja dahlia tak mendengar dan mau menanggapi, apalagi melihat siapa yang mengetuk. Oleh karenanya, dahlia membiarkan hal tersebut berlangsung terjadi, hingga gangguan-gangguan misterus itu hilang dengan sendirinya.

#######​

Lelah sudah liburan yang sangat tak menyenangkn ini. Ditambah, esok hari tidak ada waktu istirahat bagiku karena harus bersekolah kembali. Dalam perjalanan menuju rumah bayu, aku sebetulnya mengantuk berat. Namun, sepanjang perjalanan aku sulit memejamkan mata karena memang tidak terbiasa tertidur di dalam mobil. Maka, yang bisa kulakukan ialah melihat-lihat pemandangan sekitar ketika arif tengah fokus memegang kemudi. Sisanya, aku mengobrol ngalor ngidul dengan tante linda.

"Yud, kamu setuju gak.....", singgung tante linda, menyapaku yang sedang bengong.

"Iya, Setuju apa dulu?", aku lantas menengok ke arah wajah tante linda.

"Setuju gak, kalo tante comblangin bapak kamu sama ibunya bayu?"

"Heh?! Dibayar berapa tante sama bapak?!", cukup tercengang aku mengetahui niat tante linda yang ingin menjodohkan bapak dengan ibunya bayu. Tak ada angin tak ada hujan, entah bagaimana ide tersebut bisa muncul dari benak tante linda.

"Hmmm, tante gak dibayar sama sekali, yud."
"Ini murni ide tante kok....", tante linda malah tersenyum ketika aku tercengang mendengar usulnya.

"Hadeeh, Tante ada ada aja sih, kenapa bisa berpikiran kesitu sih?", tanyaku amat heran.

"Jadi, bayu itu sempet pernah bilang ke tante, dia perlu seseorang yang bisa jaga ibunya..."
"Lagian, ibunya bayu juga minta dicariin pendamping hidup sama tante kok...."

"Ohh begitu, tapi kenapa harus bapak sih?"
"Kayak gak ada yang lain aja..", sejujurnya aku kurang setuju jika ibunya bayu harus dijodohkan dengan lelaki macam bapak, karena aku masih terbayang-bayang apa yang bapak lakukan di masa lalu. Kalau sampai ibunya bayu tahu kan bisa kacau.

"Ya tante sih kepikirannya sama bapak kamu..."
"Lagian kan bapak kamu lagi gak sama siapa-siapa kan...?"
"Kamu sendiri, emangnya gak kepengen sodaraan sama bayu?"

"Mmm.... gimana yaa...", aku harus akui. Aku ingin bersaudara dengan bayu. Lagipula ia orang kaya. Terlebih, kami sekolah di tempat yang sama. Satu pikiran nyentrik pula. Apalagi setelah aku melewati hari-hari bersama bayu akhir-akhir ini. Aku merasa cocok saja bercakap-cakap dengannya. Akan tetapi, sedikit berat jika melihat status bayu sekarang yang sedang berada di dalam tahanan.

"Jadinya gimana? Ditanya kok malah diem...", celetuk tante linda.

"Mmm, agak setuju sih....."
"Cuma, apa iya bapak mau nerima masa lalu ibunya bayu...?", selain faktor yang kusebutkan di atas, aku juga mencemaskan masalah masa lalu ibunya bayu. Apakah bapak mau menikahi seorang wanita yang pernah ditiduri beberapa lelaki bergantian. Bahkan, sampai hamil sekali.

"Emmm, kalo itu tenang aja"
"Serahin sama tante...", anehnya, hal yang kucemaskan tadi, malah dianggap sepele oleh tante linda.

"Ohh ya tante, ketimbang mikirin begituan"
"Sekarang mending pikirin deh masalah bayu..."
"Kita kasih tahu ibunya atau enggak nih nanti?", tanyaku teringat bayu yang sedang mendekam di tahanan. Aku agak bingung apakah ibunya harus diberi tahu atau tidak. Masalahnya, kasus yang disangkakan kepada bayu itu sangat sensitif. Ya, bayu diduga sebagai otak pembunuhan kakeknya. Di sisi lain, masa iya kasus bayu dibiarkan begitu saja.

"Kayaknya gak usah dulu deh yud..."
"Takut kaget aja...", jawab tante linda seperti tidak menginginkan hal itu dilakukan. Wajah lelahnya menyiratkan kalau ibunya bayu tahu, ia bakal shock berat.

"Terus kita biarin dulu aja nih?"

"He-eh sepertinya..." gumam tante linda mengangguk pelan seakan diliputi keraguan.

"Terus nanti kalau ibunya bayu nanyain bayu, gimana?", aku masih mencemaskan hal tersebut, karena aku tidak mau disuruh membohongi ibunya bayu. Apalagi situasinya bayu sedang tertimpa masalah.

"Kalo itu, biar tante yang urus..."

Sampai di rumah bayu nanti, aku mau buru-buru masuk ke kamar. Aku tak mau berurusan sekaligus meladeni ibunya bayu. Biar tante linda saja yang berhadapan dengan temannya tersebut. Di lain hal, terkait tante linda mau menjodohkan bapak dengan ibunya bayu, aku juga punya pikiran lain. Aku rasa Bayu dan diriku pasti tak akan melewatkan malam pertama mereka berdua andai mereka berjodoh. Apalagi Ibunya bayu tipe bapak betul. "Eughhhh, diranjang habis tuh ibunya bayu ngelayanin bapak..."
"Kalau itu, aku baru setuju deh dibikin film...."
Akan tetapi, aku rasa waktunya belum tepat jika melihat keadaan seperti sekarang ini.

Kukira arif bakal diam saja, ia tak lama setelah aku berbincang-bincang dengan tante linda akhirnya buka mulut juga. Arif bertanya kepada kami berdua, apa yang tadi kami obrolkan. Sesuai dengan pendirian awal, tante linda merahasiakan maksud dari obrolan kami barusan.

Alhasil, arif lebih memilih bercerita kepada aku dan tante linda, cerita bahwa sebelum dirinya dulu pak arso sudah memiliki dua anak buah kesayangan yang kerjanya bagus. Menurut pengakuan pak arso, anak buahnya tersebut tidak saling mengenal satu sama lain karena berbeda perusahaan. Kemudian, seiring berjalannya waktu, mereka tak lagi menjadi anak buah pak arso. Arif tidak tahu penyebabnya apa. Selain itu, ketika ditanya dimana kedua anak buahnya itu sekarang, pak arso malah diam. Mendengar cerita arif yang cukup menarik, aku justru teringat ladang jagung yang masih misteri kepunyaan siapa. Sayangnya, aku lupa menanyakan hal itu kepada pak arso saat berada di villanya. "Aahhh, pake lupa lagi....". Barangkali aku lupa karena saking terlarut dalam gelagatnya yang seakan penuh aura jahat.

Tak terasa, perjalanan panjangku akan segera berakhir, rumah bayu sudah di depan mata. Langit yang sudah gelap buatku ingin segera melepas lelah sesampainya di rumah bayu, termasuk melupakan apa-apa yang terjadi sepanjang perjalanan Jakarta-Tasikmalaya-Garut-Jakarta, terutama masalah ibu kandungku. "Ah memang kayaknya aku musti punya ibu baru deh...", candaku sembari tersenyum sendiri, melepas stres jika mengingat apa yang terjadi di Tasikmalaya.

"Yud, ibunya bayu lagi di luar tuh yud.....", dari dalam mobil, tante linda tiba-tiba menunjuk ke arah rumah bayu.

"Eh? Iya...."
"....."
"Memang sangat layak jika dia jadi ibu baru buatku.."
"Bapak? Kalau model begini aku yakin bapak gak bakal nolak..."
"Cuma,,... yaitu tadi.....", batinku tertegun memandangi kecantikan ibunya bayu.

.....................​

"Emmmmmh bayu lagi sama bapaknya yuda...."
"Bapaknya yuda kok bisa ikut juga, lin?" Dari dalam kamar aku menguping kalimat-kalimat yang nyaris semua bohong. Ya, sembari duduk bersama di meja makan, Tante linda mengatakan kepada ibunya bayu bahwasanya bayu sedang ikut bersama bapakku. Tak sampai di situ, tante linda mengungkapkan juga bahwasanya selama liburan, bayu sangat dekat dengan bapakku. "Eeughh kelewatan tante linda bohongnyaa..."

"Iyaa, kebetulan waktu di jalan mau berangkat, sempet ketemu, niaa..", tante linda begitu mudahnya mengelabui ibunya bayu.

"Hmmmm...."
"Terusnya bayu sekarang lagi di rumah bapaknya yyuda, lin? Gapapa tuh?"
"Terus Sekolah besok bayu gimana? Seragamnya kan di rumah", ibunya bayu terus melempar pertanyaan bertubi-tubi ke arah tante linda. Akan tetapi, tante linda sudah siap mementalkan semua pertanyaan tersebut tanpa memikirkan dampak setelahnya.

"Gapapa kok nia..."
"Lagian bapaknya yuda di rumahnya juga cuma sendiri, sama ibunya yuda juga udah cerai..."
"Kali aja kan bisa lebih akrab sama bayu..."
"...."
"Kalau seragam, besok yuda yang bawain..."

Tiba-tiba kudengar suara ibunya bayu mengecil, berubah pelan.
"Eemhhh...."
"Lin, kamu serius mau jodohin aku sama bapaknya yuda?"

"Seriuss...."
"Aku yakin bapaknya yuda cocok buat kamu nia..."...

"masa sih??"
"Yuk kita ngobrol di kamar aja yuk..."
"Gak enak kalau sampai didengar yuda...", ibunya bayu mengajak tante linda masuk ke kamarnya. Aku kira mereka melanjutkan obrolan barusan.

Aku khawatir apa yang tante linda katakan kepada ibunya bayu bisa jadi masalah besar suatu hari nanti. Kebohongan tanteku itu sungguh tidak bisa ditoleransikan. "Hmmm...." apa boleh buat, pada dasarnya aku tak mau ikut campur. Semua sudah kuserahkan kepada tante linda yang memintaku agar tenang saja. Sebaliknya aku, ya aku lebih baik tenang. aku ingin tidur. Kantuk berat karena kelelahan tak bisa lagi kutahan. "Hoaaaahheeeemmm.... aadduhh cape banget..."

#######​

Malam semakin suntuk, di daerah permukiman tempat bu sarni tinggal rata-rata masyarakatnya sudah tertidur karena besok kesibukan telah dimulai kembali, kala libur akhir pekan sudah usai. Jalanannya pun sepi, hanya beberapa sepeda motor yang melintas. Hewan-hewan malam seperti kelelawar dan tikus, tampak berkeliaran mencari makan. Sementara itu, di kontrakkan, dahlia sudah terlelap usai makan malam. Tidurnya pun diperkirakan bisa nyenyak karena hantu pengganggu tidak lagi mengganggunya. Selain itu, Ia juga bisa tenang karena dia sudah mengecek semua pintu yang sudah terkunci rapat. Kini, di atas ranjang kasurnya, dahlia sedang mengenakan daster. Tak berniat mengenakan daster yang sama dengan mimpi buruknya, dahlia memutuskan untuk mengenakan daster yang lebih tertutup seakan untuk menjaga diri.


Dahlia's Outfit

Berbeda dengan yang lain, mang ujang dan bu sarni masih menahan kantuk. Keduanya tengah mengadakan pembicaraan setelah mang ujang keluar dari dalam kamarnya usai mengadakan ritual khusus. Dengan keadaan sarungan, tak memakai pakaian, sekarang di depan bu sarni mang ujang terlihat sudah duduk tertidur. Padahal,

"Sebagian keinginanmu sudah kukabulkan pak tua..."
"Tapi ingat janjimu pak tuaa...!!"
"Karena dendamku hanya bisa terbalas melalui dirimu...."
"Camkan itu baik-baik...".....
"Kalau tidak, nyawamu yang jadi taruhannya..", mang ujang terdiam menutup mata, ingat pesan sakral yang didapatnya.

"Pak, pak, pak ujang.....", sapa bu sarni sembari mencolek dengkul pak ujang, karena lelaki itu sedang terduduk di bangku seperti orang tak sadarkan diri.

"Eh? iya teh bu sarni ada apa?" Lantas pak ujang terkejut.

"Jadinya, bagaimana ya rumah saya?", tanya bu sarni yang harap-harap cemas.

"Emmm...tenang atuh bu, sebagian teh sudah saya bereskan rumah ibu...."
"Tapi teh masih ada beberapa lagi yang perlu proses .."

"Hmmm begitu...", bu sarni mengangguk-ngangguk.

"Ohh iya, makanan dan daleman dahlia teh sudah dikasih ke dahlia?"

"Sudah kok pak..."
"Memangnya kenapa yaa...?", bu sarni terheran. Akan tetapi mang ujang malah tertawa terkekeh-kekeh tak jelas maksudnya.
"Hehehe.....", ya, tanpa diketahui bu sarni, mang ujang sudah memasukkan sesuatu ke dalam makanan dahlia. Selebihnya, dahlia juga tidak tahu kalau celana dalam yang sedang ia kenakan sekarang sudah terkena air mani mang ujang. Walaupun demikian, bu sarni sempat penasaran apa maksud mang ujang melakukan itu semua ke dahlia. Namun, dengan enteng mang ujang menjawab kalau itu untuk melindungi keponakannya, dahlia, dari gangguan makhluk halus yang sedang menghantui rumah bu sarni. Tujuannya juga tak lain, supaya dahlia tidak terkena imbas dari upaya pembersihan mang ujang.

"Udah bereskan pak? Soalnya saya sudah mengantuk...", mata bu sarni terlihat sayup menatap mang ujang

"Oohh, silahkan tidur atuh bu, silahkan..."
"Udah beres atuh urusannya...", mang ujang dengan lapang mempersilahkan bu sarni untuk beristirahat.

"Misi ya pak, saya tidur duluan...", pamit bu sarni berjalan menuju kamarnya.

Lalu, setelah dirasa bu sarni masuk ke kamar, sambil membetulkan ikatan sarung mang ujang beranjak berdiri. Tanpa lupa menutup pintu pula, perlahan-lahan langkah kakinya keluar dari rumah bu sarni menuju kontrakkan dahlia. Lelaki paruh baya itu tak merasa dingin sedikitpun walau baju tak ia kenakan saat berada di luar. Rasa-rasanya semangatlah yang membuat dirinya mengabaikan hal tersebut. Lagipula, ia tak akan lama-lama berada di luar. Lihat saja, di depan pintu kontrakkan dahlia ia mengeluarkan sebuah kunci.
"Gak percuma atuh si dahlia ngaku mamang ini teh pamannya..."
"Kan jadinya, mamang teh bisa pinjem kunci duplikat sama bu sarni, hehe...."
Pintu kontrakkan dahlia yang terkunci, begitu mudah dilalui mang ujang. Kini, mang ujang sudah berada di dalam. Kemudian Ia tutup kembali pintu kontrakkan dahlia. Berjalan sambil mengendap-ngendap, di bawah perut mang ujang nampak sebuah benda panjang tertutupi oleh sarung. Mang ujang tengah berjalan pelan menghampiri kamar dahlia. Sesampainya di sana, ia keluarkan lagi kunci yang tadi memuluskannya membuka pintu depan kontrakkan dahlia. Hanya saja, kini kunci yang berbeda. Mang ujang coba masukkan kunci tersebut melalui lubang gagang pintu dahlia. Lalu setelah pas masuk kiranya, ia putar ke kanan dua. "Klik, klik...". Lalu, sembari memegang gagang, mang ujang dorong pintu kamar dahlia. Alhasil terlihatlah dahlia yang sedang rebah di kasur menghadap langit-langit. Terkesan ia sedang hanyut terbawa alam mimpi.

"Mbak dahlia sayang..."
"Mamang teh malam ini janji bakal muasin mbak dahlia..."
"Hehe...", seusai menutup pintu, dihadapan dahlia yang sedang tertidur, mang ujang membuka ikatan sarungnya. Lantas, sarung tersebut jatuh menyentuh lantai. Alhasil, terlihatlah benda panjang yang tadi tertutupi oleh sarung, penis mang ujang.

Dengan penuh keyakinan, mang ujang yang sudah bertelanjang ria, menaikki ranjang. Di atas kasur kapuk tersebut, tanpa khawatir Ia merangkak menggerayangi tubuh dahlia. Lantas, yang pertama kali ia lakukan ialah mencopot celana dalam wanita idamannya itu. "Hehe... mbak dahlia teh ternyata make celana dalam yang kena sperma mamang...."
"Pasti teh kemaluannya nih agak bau sperma atuh..."
Kemudian, usai menarik celana dalam dahlia, mang ujang dengan sigap menyibak bagian bawah daster dahlia, melewati paha mulusnya hingga terlihatlah selangkangan yang ditetumbuhi rambut-rambut halus. Sayangnya, tak puas hanya sampai disitu, seakan tanggung, diloloskanlah semua daster yang dikenakan dahlia, termasuk bra yang mencangkup gunung kembarnya.

"Eughhh nyopphhhh nyoommppphhhh",
"Enak pisan teh nenen sama mbak dahlia", karena dahulu belum puas mencicipi payudara dahlia, setelah membuka bra dahlia mang ujang lantas mengemut puting susunya.

"Erghh.....", entah mengapa dahlia hanya mengaduh saat mang ujang menikmati bukit kembarnya.

Malam semakin larut, bu sarni sudah terlelap di rumahnya. Sementara di kontrakkan, mang ujang sedang berbugil ria bersama dahlia. Hanya saja, diperlakukan cabul, dahlia seperti tak sadarkan diri, walaupun ia sempat meracau sesekali. "Ughhh... mamang mimpi apa teh semalam yak..."
"Nyompphhh..."
"Malam ini teh, mamang yakin bakal bikin mbak dahlia hamil
"Hehe...."

.....................​

Memasuki dini hari, suasana masih tampak sepi. Bahkan kini lebih sunyi. Bu sarni pun masih tergeletak di atas tempat tidurnya. Namun, keadaan berbeda hanya ditemukan di kontrakkan dahlia. "Aaahhh mamang...!!"
"Kenapa mamang bisa di sini..."
"Aahhhh..."
"Udahhh mangg....", dahlia baru sadar diri ketika mang ujang telah berhasil memasuki dirinya. Kini, tubuh sintal wanita itu tak bisa berbuat apa saat sedang berada di atas tubuh mang ujang. Pinggulnya pula tak berhenti bergoyang, di kala penis mang ujang terus menerus menerobos liang kemaluannya. "Srepphh srepphhh sreeephhh..."

"Ohhh mbak dahliaaa, seneng mamang teh, kita bisa kayak gini lagi...", lenguh nikmat mang ujang sembari menatap keindahan tubuh dahlia di atas tubuhnya. Ia tak peduli dengan kepulihan dan rintihan dahlia dimana sekarang wanita itu telah sadar dari pengaruh sihir mang ujang yang telah hilang perlahan-lahan.

"Manggg...."
"Aaahhhh, udaaah donggg...."
"Adduhhh....", meski terus meronta, dahlia terus menggoyang pinggulnya seakan tak ada jalan lain. Ia tidak bisa melawan karena tubuhnya didekap penuh oleh kedua tangan mang ujang yang tak membiarkan ia lepas dari dekapan tubuhnya. Sementara itu, vagina dahlia yang kian basah terus menerus diaduk-aduk oleh penis lelaki yang pernah menyetubuhinya dahulu. "Aahhh manggg,...."
"Udaahh basaaahhhhhh memek dahliaaa...!!"
"Ohhhhh....", teriak dahlia masih mencoba membebaskan tubuhnya dari pelukan mang ujang. Nyatanya hal itu sia-sia. Mang ujang justru makin bersemangat menggempur dahlia.

"Orgghhhh...."
"Baguss atuh mbaakk"
"Mamang teh soalnya kepengen kita punya anak..."
"Hehe....", hina mang ujang yang makin cepat menggerus vagina dahlia.

"Aaahhh gakkk bolllehhhh!!!! Gakk bolehhhh!! dahlia bisa merasakan penis mang ujang mulai berkedut-kedut. Selain itu, intensitas tusukan demi tusukannya semakin sering. Dahlia tak menghendakki mang ujang orgasme dalam rahimnya yang tengah memasuki masa subur.
Di sisi lain, Mang ujang tak kuasa meladeni goyangan pinggul dahlia. Baginya, tak ada jalan lain, kecuali mendesak dahlia orgasme bersama.
"Eurrghhhh mbak dahliaaaa!!"
"Penis mamang teh mau keluarr..."

"Aaahhhh jangaann di dalammm..!!."
"Jangaaaaaannnnn mangggg!!!"
"Aaaaaaahhhhhhhhhh..."

Mang ujang mengabaikan desahan dahlia. Ia lantas dalam tempo cepat menusuk bibir kemaluan dahlia, hingga pada akhirnya ia menghentak kuat batang penisnya dari bawah dalam beberapa kali hentakan. Bersamaan dengan tersebut bibirnya pula seketika menyambar puting dahlia. Mang ujang berhasil melepass spermanya dalam rahim dahlia.

"Aarrgghhhh mamang tehhh puasssss!!!"
"Nyommpphhhhh ..."
"Crotttt crotttt crottt....."

"Aaaahhhhhh mamangggg keterlaluaannn!!!!!
"Aaaahhh..."
"Cresssssssshhhhhhhh....", ambruklah tubuh dahlia di atas tubuh mang ujang karena ia juga berhasil melepas orgasmenya.

Bersambung.















[/HIDE]
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kalo bodinya Dahlia macam begitu yaa siapa juga yg sanggup nolak Dan Kalo urusan cetak gol mang ujang memang ahlinya hahaha
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd