Part 30 – Kenakalan pertamaku (6)
“Oh silakan mas, kebetulan memang kami hanya berdua” jawab mas Roni sambil matanya memperhatikan mereka, saat kedua anak muda itu terlihat mencuri pandang ke bagian dadaku yang bulat dengan puting coklat yang menonjol.
Kedua anak muda ini terlihat rapi dengan badan yang tegap dan perut yang rata, mungkin mereka sedang jalan-jalan ke kota ini pikirku.
“Nikki, mas ambil makanan dulu ya” lalu mas Roni pun beranjak dan kedua orang itu juga pergi mengambil makanan.
Tidak lama kemudian mereka kembali dengan makanan dan minuman yang cukup banyak, lalu mereka makan sambil sesekali mengobrol dan keketahui kalau mereka masih kuliah di akademi kepolisian di Semarang. “Pantas saja badan mereka bagus2” pikirku.
“mba, telurnya koq ngga dimakan” memperhatikan telur yang kuambil tadi belum kusentuh karena kedua tanganku sibuk menutupi kedua payudaraku dan salah tingkah karena duduk dengan orang lain, sementara mas Roni masih belum kembali.
“oh iya mas, sebentar masih nunggu minum, soalnya tadi airnya tumpah” jawabku
“oh tadi bajunya ketumpahan air toh, pantesan kemejanya basah” salah satu cowo itu menjawab sambil kemudian tersenyum nakal memperhatikan bajuku yang basah
Aku yang sadar dia melihat dadaku merasakan kembali mukaku bersemu merah, untung kemudian mas Roni datang dengan membawa air minum di kedua tangannya.
“kamu minum dulu ya, nih mas bawain dua, sebentar mas mau ngambil ayam bakar yang mas pesan, ngantrinya rame banget” lalu mas Roni menaruh gelas di meja dan kembali pergi.
Karena sudah ada minum, akupun tak punya alasan untuk tidak memakan telur, perlahan kedua tanganku turun mengambil sendok garpu, dari sudut mataku kedua cowo tadi sekarang leluasa melihat payudara dan putingku yang belum juga kering. Sambil makan telur, karena meja makan ini berbahan kaca dapat kulihat sekarang celana kedua cowo itu sudah terlihat mengeras.
Aku berpura-pura tidak sadar kalau sekarang merekapun telah memperhatikan payudara dan putingku. Sambil pura-pura makan, aku lihat nafsu makan mereka sudah tergantikan oleh nafsu yang lain. “dasar cowo, pasti otaknya mesum” pikirku, tak lama mas Roni datang membawa dua piring makanan berisi ayam bakar dan nasi goreng.
“Sorry ya kelamaan, habis ngantrinya lama banget” katanya sambil menaruh kedua piring di meja dan duduk di sampingku. Mas Roni mulai makan dan menoleh padaku “di sini ayam bakarnya terkenal banget Ky, kamu harus cobain deh” katanya dan akupun mengikuti sarannya, benar sekali ayam bakarnya enak banget, maka akupun terus makan sampai habis. Diam-diam mas Roni memperhatikan kedua cowo di depan kami dan diapun sadar kalau kedua cowo itu sulit mengalihkan pandangannya dari payudaraku, apalagi saat aku sedikit membungkuk untuk menyuap makanan, maka terlihat lebih dalamlah kedua bongkahan payudaraku yang kata mas Roni indah banget.
Sesudah selesai makan mas Roni ngobrol tentang apa yang akan kami lakukan hari ini, dan aku senang sekali karena mas Roni bilang kalau kami akan istirahat di kamar sambil dipijit dan yang bikin aku tambah senang, mas Roni bilang kalau dia sudah membelikanku sebuah kejutan.
Sambil ngobrol tangan mas Roni diletakkan di pahaku, kurasakan sekarang bagian bawah bajuku sedikit demi sedikit mulai naik mengarah ke pangkal pahaku. Sepertinya kedua cowo di depanku juga sadar dengan pemandangan di balik kaca meja karena mata mereka bolak balik melihat ke bawah. Sekarang tangan mas Roni sudah mengelus mulai dari betisku sampai naik ke pahaku, sambil berbisik “Nikki, semua orang di sini ngiri sama mas, karena jalan sama cewe yang seksi banget”, dan kurasakan tangan mas Roni semakin naik ke pangkal pahaku sehingga celana dalamku sudah mulai terlihat. Aku berusaha menahan tangannya sambil memperhatikan kedua cowo itu sudah tidak lagi menatap ke bawah dengan malu-malu. Mata mereka sudah lekat dengan apa yang terjadi di bawah sana.
Tangan mas Roni melepaskan tanganku yang menahannya kemudian menaruhnya di atas celananya dan menutupinya dengan serbet, sehingga orang yang lewat tidak akan menyadarinya. Kembali tangannya mengelus pahaku dan semakin naik sampai ke pangkal pahaku. Sekarang jemarinya mulai menggaris pangkal pahaku, aku tak kuasa lagi menahan sensasi ini karena kurasakan tanganku sudah mengenggam kontol yang sangat keras dari balik celana dan kulihat tonjolan di balik celana kedua cowo di depanku. Aku menahan supaya bibirku tidak mendesah, karena bagaimanapun banyak orang di restoran ini, tapi entah bagaimana kuperhatikan kalau orang berjalan dari samping kami, mereka tidak bisa melihat apa yang terjadi di bawah meja, karena banyaknya piring di meja kami.
Sekarang jari mas Roni mulai masuk dari sisi celana dalamku dan dapat kurasakan basahnya memekku, dielusnya terus itilku dan pantatkupun mulai bergoyang mengikuti gerakan jarinya. Kurasakan jari mas Roni bergerak untuk menurunkan celana dalamku, tanganku yang satunya langsung menahan jarinya, tapi tangan mas Roni mengambil tanganku dan diarahkannya ke depan dan entah bagaimana dia mengerti, dengan cepat cowo di depanku menggenggam tanganku.
Jari mas Roni langsung menurunkan celana dalamku dan melepaskannya, sehingga dari depan dapat terlihat jari mas Roni mengelus-elus itil dan memekku. Aku hanya bisa menahan desahanku. Elusan mas Roni terasa semakin cepat dan akupun semakin sulit menahan desahanku.
Kurasakan mas Roni mulai memasukkan jarinya ke dalam memekku, aku malu melihat kedua cowo di depanku sekarang berusaha menutupi area di sekelilingku sambil mata mereka tak lepas dari pemandangan di depannya. Aku terus menahan sensasi yang ditimbulkan oleh jari mas Roni, aku tidak mau orang di sekeliling kami menyadari apa yang terjadi, tapi kenikmatan yang ditimbulkan oleh sensasi di keramaian orang ini membuatku sangat terangsang, aku dapat mendengar sendiri suara becek yang dipompa oleh jari mas Roni “cok cok cok cok cok cok”, mukaku terus berusaha menahan desahan yang ingin keluar dari mulutku, kucoba menjepit tangan mas Roni agar dia menghentikan kegiatannya, tapi selalu kembali dibukanya pahaku oleh tangannya yang satunya, dan entah mengapa tanganku sendiri tak mau melepas kontol yang kurasakan mengeras dari balik celana mar Roni.
Aku tak peduli lagi, kugoyangkan pantatku untuk mengikuti gerakan jari mas Roni, bajuku yang masih menempel di payudaraku semakin membuat mata kedua lelaki di depanku tak berkedip dan samar kulihat celana keduanya seolah tak mampu lagi memuat kontol yang mengeras di baliknya “cokcokcokcokcokcokcok” semakin cepat jari mas Roni memompa memekku dan aku melepas tanganku secara paksa dari cowo di depanku lalu menutup mulutku saat aku mendesah akibat orgasme yang hebat.
Melihatku mengalami orgasme, mas Roni tersenyum sambil mengedipkan mata ke dua cowo di depan kami. Lalu mas Roni merapikan pakaianku dan mengajakku naik ke kamar kami meninggalkan kedua cowo yang masih tak percaya dengan apa yang mereka saksikan pagi ini.