Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Suhuuu.. ko side story.y loncat jauh bnget ya kya.y?? Sya jdi bingung ini jlan cerita.y kya gmn..
Tpi.. cerita.y bkin baper sih.. mantaaap..

Blang² ke boss admin index.y biar bner lg.. biar sya bisa lnjut cerita.y.. semangat ya suhu.. semangat jga buat suhu Jul..

Cepet sembuh jga Buat suhu Fatih..
 
Hmmm...
Salut ak bro....

Sini maen jogja bro...
Magelang jogja cuma sejam kan?

Julia diajak sekalian biar ga curiga ane ngajakin nakal. :ngacir:

Pm in kontak ente ya...

Salam :cpp:
om admin ada udang dibalik rempeyek nie...hihihihi...kaburrrrrf
 
Side Story 3


Selamat siang dimanapun kalian berada, gue mohon maaf banget karena keadaan gue, cerita ini jadi sedikit tersendat. Gue berharap para readers disini mengerti bagaimana kondisi gue. Gue akan tetep menyelesaikan cerita yang baru setengah perjalanan ini hingga akhir bagaimanapun caranya. Sebab buat gue, sesuatu yang dimulai harus berakhir.

Kali ini kembali gue hadirkan Side Story persembahan bini gue. Gue baru nyadar juga bini gue pinter buat nulis cerita. Entah bagaimana menurut kalian, tapi menurut gue pribadi jelas gue kalah kelas, hehehe. Mewakili bini gue, Dia mengucapkan maaf jika tulisannya kali ini kurang berkenan dihati kawan-kawan semua. Happy reading...

Mampukah kekasihmu setangguh gue? Menunggu tapi tak ditunggu. Bertahan tapi tak ditahan?

Katakan, kenapa ombak selalu datang. Padahal ia tahu akan menabrak karang?


Karena ombak tahu kesedihan pantai. Sedikit demi sedikit, pelan-pelan ia akan melarung tubuhnya untuk kemudian ditamparkannya ke pasir-pasir itu; lalu memperdengarkan suara tangisan paling merdu. Dan ia tidak apa bila harus menabrak karang dan segala yang menyakitkan, asalkan ia mampu menggapai dan memeluk pantai yang teramat ia cintai.

Seperti yang pernah disabdakan ombak pada pantai, "Segala yang tak kauberitahu adalah dukaku, maka berceritalah, kau akan mengerti mengapa aku diciptakan."

Sama seperti gue, lu, atau mereka yang terlalu mencintai seseorang. Karena terkadang, cinta bisa setulus itu, meski untuk menggapainya, elu harus terluka terlebih dulu. -c.j 2016



Waktu terus berpacu dengan cepat meninggalkan senja menjemput fajar. Namun gue masih saja bertahan disini. Masih bertahan untuk mengharapkan kedatangan seorang lelaki yang sangat gue damba.

Gue gak tau sampai kapan gue harus seperti ini, menunggu sesuatu yang tak pasti. Tiap hari Arum pasti nanyain kabar gue gimana, begitupun Deni. Teman-teman gue ini memang terlalu baik. Gak jarang juga Deni ngebantu kerjaan gue yang gak beres.

Suatu Jumat di masa itu,
gue dipanggil manajer gue.

"Julia..."

"Iya Pak..."

"Kamu ini kenapa? Kerjaan terbengkalai semua..."

"Maaf Pak..."

"Saya gak mau tau ya, kalau seperti ini terus kamu akan menyusahkan saya..." Terang manajer gue.

"Maaf Pak..."

"Ya sudah, silahkan ambil cuti saja agar kamu bisa kembali fresh!"

"Tapi Pak..."

"...."

Cuti dalam perusahaan gue berarti sebuah peringatan. Akhirnya gue terkena SP1 dari bos gue. Saat itu gue diberikan cuti satu minggu penuh. Gue berfikir kenapa gue bisa sekacau ini. Lebay ya? Mungkin. Tapi itulah yang gue rasakan.


Minggu pagi disebuah komplek olahraga di kota gue.


"Julia kan?" Sapa seorang cowok yang gak asing buat gue.

"Emmm..."

"Sialan! Lupa lu sama gue?"

"Ya ampun, Tono?"

"Hahahaa..."

"Sendirian aja Jul? Adit mana?" Tanya Tono.

"Eh itu... Anu... Duh..." Jawab gue bingung.

"Hahhaha... Putus?"

"Eh gak kok Ton, kita gak pernah pacaran..."

"Hahhahha bisa aja lu bohongnya..."

"Haha... Eh apa kabar lu Ton?" Tanya gue mengalihkan pembicaraan.

"Baek... Lu sendiri? Lama banget kita gak ketemu ya?"

"Hahahha iya juga ya..."

"Ngeburyam yuk..." Ajak Tono.

"Oke yok..."

Hari itu gue ketemu sama Tono. Who is Tono? Dia adalah salah satu temen Adit saat bekerja di pasar saat masih sekolah. Tono ini orangya asik banget. Dia selalu bisa ngehidupin suasana. Gue lupa terakhir ketemu kapan, kabar terakhir yang gue denger dia ada di Jakarta karena menjadi salah satu target polisi karena dituduh menjadi salah satu kurir narkoba beberapa tahun yang lalu.

"Eh Ton, lu kabur kemana aja selama ini?" Tanya gue.

"Gue di Jakarta Jul..."

"Wah anak-anak dulu nyariin elu padahal..."

"Hahhaha iya tau, tapi gue gak mau mereka ikut-ikutan masalah gue. Gue takut mereka bakal jadi korban sama kayak gue..."

"Gue percaya kok elu gak jual atau ngedarin barang itu!" Tegas gue.

"Makasih ya Jul..."

"Iya... Terus udah selesai urusannya Ton?"

"Udah... Gue udah bayar aparat buat bersihin nama gue!"

"Emang bisa ya?" Tanya gue penasaran.

"Lu lupa kita tinggal di Indonesia? Hahahaa..."

"Oiya lupa gue... Hahhhaha..."

Gue ngobrol banyak sama Tono waktu itu, gue seperti ditampar oleh perjalanan hidupnya. Ternyata apa yang gue alami ini belum ada apa-apanya jika dibadingkan perjalanan hidup Tono. Gak heran kenapa dulu Adit bisa deket sama Tono.

"Ngomong-ngomong kerja dimana lu sekarang Jul?"

"Gue di salah satu koperasi simpan pinjam gitu..."

"Wah sukses dong lu? Hahahha..."

"Amiin... Hahaha..."

"Kalian udah gak pernah ketemu ya? Kok bisa sih? Cerita sama gue!" Cerca Tono.

"Siapa maksudnya?"

"Ya elu sama Adit, siapa lagi emang?"

"Oh... Hehehhe..."

"Panjang ceritanya Ton..."

"Gue dengerin deh..."

"Emm... Jadi awalnya tuh, emm..." Ucap gue mulai bercerita.

"...."

"Lu tau kan cewek yang namanya ***?"

"Iya... Inget gue..."

"Adit dulu pacaran sama dia..." Terang gue.

"Terus?" Tanya Tono antusias.

"Dia hamil..."

"Sama Adit?? Sialan tu bocah!" Ujar Tono emosi.

"Dengerin dulu cerita gue!"

"Iya-iya..."

"Dia hamil sama cowok lain Ton!"

"Weits..."

"Adit waktu itu down banget, dia bener-bener terpuruk..."

"Lha terus hubungannya sama elu? Kenapa kalian bisa jauhan?"

Akhirnya gue cerita saat gue disuruh pergi sama Adit. Gue ceritain secara detail juga kenapa waktu itu gue emosi banget.

"Lu beneran sayang sama Adit Jul?" Kata Tono dengan tatapan mata yang tajam.

"Gue..."

"Bego lu!" Ujar Tono sambil tersenyum.

"..."

"Gue daridulu juga udah curiga lu ada rasa sama Adit!"

"Entahlah Ton... Gue juga bingung..."

"Samperin kek! Hilangin tu gengsi!"

"Dia udah punya cewek Ton sekarang..." Kata gue lemes.

"Waduh!"

"Hmmm..."

"Jadi lu bertahan sejauh ini ternyata Adit belum tau apa-apa tentang perasaan lu?" Tanya Tono.

"Gue gak ngerti Ton, gue gak tau Adit tau atau gak... Tapi masa sih selama ini dia buta?"

"Menurut gue sih dia gak tau Jul..."

"Alasannya?"

"Gak mungkin Adit gitu aja nyuruh lu pergi kalo dia tau lu sayang sama dia, gue kenal Adit gak gitu orangnya!" Jelas Tono.

"Ntahlah pusing gue Ton..."

"Gue akan bantu sebisa gue Jul..."

"Serah lu deh Ton..."

"Oke..."

"Emang lu udah ketemu sama Adit?"

"Udah lah, seminggu yang lalu gue kerumahnya. Tapi dia gak ngebahas apa-apa, gue yang banyak cerita malah..."

"Oh..." Kata gue singkat.

Gue gak nanggepin serius dan gak memikirkan apa yang Tono bilang kalau dia mau bantu gue. Gue udah bener-bener mentok dan berfikir gue udah saatnya mengubur dalam-dalam persaan gue ke Adit, pikir gue waktu itu.

"Sini nomer lu berapa?" Tanya Tono.

"0856******"

"Oke gue save ya..."

"Oke... Eh ngomong-ngomong kerja apaan lu sekarang Ton?" Tanya gue.

"Ah gue usaha kecil-kecilan sekarang..."

"Apaan?"

"Gue buka kedai Jul..."

"Wah keren! Dimana?"

"Di daerah kampus UM*... Mampir kapan-kapan Jul kalo ada waktu..."

"Oke pasti gue mampir!"

Tak terasa obrolan panjang kami berlangsung selama hampir dua jam. Sang surya pun mulai bergerak naik memancarkan panasnya. Gue dan Tono akhirnya meninggalkan tempat ini. Gue gak nyangka bisa ketemu Tono disini setelah sekian lama gak ada kabar apapun darinya. Untuk permasalahannya dulu, gue percaya Tono hanya dijebak. Gue yakin sebejat-bejatnya dia gak akan punya pikiran buat ngedarin barang haram itu.

Senja telah berganti senja. Kerjaan gue selama cuti cuma malas-malasan saja dirumah. Gue diasaranin Deni buat pergi liburan, tapi entah kenapa gak ada hasrat sama sekali buat pergi.

Malam ini diluar sana hujan deras. Gue gak ngerti kenapa setiap turun hujan, gue merasa kenangan-kenangan bersama Adit ikut turun juga bersama guyuran air dari langit. Apa Tuhan menurunkan hujan di dunia ini agar kita bisa mengingat seseorang? Kenapa selalu ada kenangan dalam setiap tetesan airnya? Pertanyaan yang masih belum gue tau jawabannya hingga kini. Dan tahukah engkau sayangku, segala yang tidak bisa kuungkapkan padamu, ada pada setiap kalimat dalam tulisan ini.

Pukul satu lewat dua puluh lima menit. Tengah malam. Dan Gue belum bisa untuk memejamkan mata.

"Halooo Den..."

"Heem... Napa lu?"

"Galau gue Den..." Ucap gue ke Deni dalam telepon.

"Udah gue tebak!"

"Hmmm... Jogja hujan Den?"

"Gerimis doang... Situ hujan?" Tanya Deni.

"Iya gede banget hujannya..."

"Waduh... Basah dong lu?"

"Ya gak lah... Gue di dalam rumah kali!"

"Oh... Kirain pipilu basah... Hahahaha..."

"Sialan lu!"

"Hahahahha... Eh ada petir nya juga ya?"

"Ah enggak tuh..."

"Lha ini kedengeran dari hati lu geluduk-geluduk gitu, hahahha..."

"Ah rese lu Den!!"

"Hahahaha... Becanda non becanda..."

"Hmm..."

"Udah ah gue tutup, males gue nelpon lu!" Ucap gue ketus.

"Hahahahha... marah mulu sih kerjaan lu Jul?"

"Lu sih!!"

"Hahahaha... Napa lu? Malem jumat bukannya tidur malah telpon gue!"

"Gue gak ngantuk Den... Bosan gue dirumah!"

"Ya elu kemaren gue suruh liburan gak mau!"

"Males gue!"

"Gue juga males denger lu cerita mantan lu terus kali! Hahahahaha..."

"Beneran Den lu males dengerin gue lagi?" Tanya gue serius.

"Eh napa lu? Jadi baper gitu Jul..."

"Maaf ya Den..."

"Aduh Juliaaa... Gue becanda kali Jul..."

"...."

"Sori-sori gue cuma pengen godain lu aja..."

"..."

"Halooo..."

"..."

"Halooo Juliaaa..."

"..."

"Yaudah kalau lu diem, gue juga diem..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"Den... Hiks.. Hiks..."

"Iya Jul..."

"Gue capek..." Ujar gue.

"Iya paham... Sekarang lu tidur gih! Gue besok ke tempat lu pulang gawe!" Ucap Deni.

"..."

"Halooo Jul..."

"Gak usah Den... Gue besok mau ke rumah temen gue disini..."

"Yakin lu?"

"Iya..."

"Yaudah tidur gih lu sekarang! Udah jam satu lebih ini non..."

"Iya... Makasih ya Den..."

"Lu napa jadi melow gitu sih?" Tanya Deni heran.

"Gak kok gak papa... Yaudah ya gue tidur dulu..."

"Yoi... Mimpi indah Jul..."

"Kamu pun..."

"Tuuut... Tuuut... Tuuuut...."

Waktu, kadang gue heran kenapa waktu cepat sekali berputar. Gue ingin seperti waktu yang begitu cepat meninggalkan kenangan yang pernah tercipta. Gue gak ngerti sampe kapan gue tertinggal oleh waktu. Gue tau apa yang gue rasakan ini mungkin aneh. Mengejar yang lari, patah berkali-kali, namun tetap mengharapkannya kembali. Gue pikir perasaan seperti apa yang gue rasakan ini.

Pernah dulu suatu ketika gue dideketin seorang cowok. Soal tampang, cowok itu mendekati sempurna. Attitude nya pun baik. Cowok tersebut niat banget deketin gue. Tapi gue tetap gak bisa membiarkan cowok lain masuk ke hati gue lebih dalam lagi. Gue lebih memilih menjaga hati ini agar pada saatnya nanti 'dia' bisa mengetahui namanya tetap tinggal dihati ini. Sakit kan gue?

Gue akan ajak kalian kembali kebeberapa tahun silam saat dimana gue deket banget sama 'dia'. Saat dimana gue merasa sempurna.


Tahun 2008, Final Piala Eropa.


"Jul... Awas lu ya nanti kalo gak jadi nemenin gue nonbar!" Celetuk seorang cowok saat nganterin gue pulang.

"Iyaaaa... Makannya gue tidur dulu sekarang biar nanti bisa nonton!"

"Iya deh... Kalo gitu gue balik dulu ya!"

"Heem..."

"Oke... Gue jemput jam 9 ya sayang..."

"Eh i...ya..." Jawab gue grogi. Dia manggil sayang? Damn! Seneng banget gue.

Hari itu gue janji sama Adit buat nemenin dia nonbar final piala eropa bareng temen-temennya. Gue gak kenal sama temen-temennya waktu itu. Saat itu dia bekerja di salah satu swalayan. Kalau kalian pikir dia menjadi kasir kalian salah besar, kalau kalian pikir dia menjadi pramuniaga kalian juga salah, kalian juga salah kalo berpikir dia sebagai manajer atau SPV swalayan tersebut. Saat itu dia bekerja sebagai tukang parkir di swalayan itu. Gue gak pernah gimana-gimana dia mau bekerja apa, Adit tetaplah Adit yang gue kenal. Gue cuma ngeri aja temen-temennya ini. Yang ada di pikiran gue waktu itu lingkungan tukang parkir sangat dekat dengan preman, pengamen, miras, bahkan narkoba.

Setelah Adit balik, gue pun masuk kedalam rumah buat tidur. Sebenarnya malas banget gue begadang nonton bola meskipun itu partai final. Gue suka-suka aja sih sama bola. Tapi kalau disuruh begadang mantengin layar kaca sampai dini hari mending gue bayar limapuluh ribu deh terus tidur. Gue lebih suka nonton liga Inggris yang mulainya jam delapan malem. Gue juga gak ngerti kenapa gue iyain aja ajakan Adit buat nonbar. Susah buat gue bilang "enggak" sama dia.

Didalam kamar gue bolak-balik koran bokap gue buat baca-baca analisis pertandingan nanti malem. Gue jaga-jaga agar gak kelihatan bego di depan teman-teman Adit nanti malem kalau pada ngobrolin bola. Gue lupa waktu itu Spanyol lawan mana. Yang jelas pada akhirnya Spanyol lah yang jadi juara. (Bener gak sih?)

Jarum panjang jam di dinding pun cepat berputar. Gue udah mulai tau beberapa pemain Spanyol yang waktu itu menjadi unggulan. Karena merasa cukup, gue putuskan buat tidur agar nanti kuat nemenin Adit begadang.

Sekitar jam 9 malam gue udah siap buat jalan. Gue sedikit bingung mau pake baju apa malam ini. Secara gue gak punya baju bola selain kostum Milan. Kenapa gue punya kostum Milan? Jawabannya karena gue pernah melihat poster pemain Milan di kamar Adit, dan gue pikir Adit akan seneng kalo gue juga suka Milan. Aneh kan gue? Akhirnya karena memang ini acara bola, gue gak ragu pakai baju milan yang jarang gue pakai.

Beberapa saat gue nunggu di teras rumah, Adit akhirnya datang juga malam itu. Gue seneng banget saat dia jalan nyamperin gue di teras sambil tersenyum kearah gue. Hal-hal kecil seperti inilah yang gue rindukan dari cowok ini.

"Wuih... Tetep Milan ya jagoannya?" Sapa Adit ketika di depan gue.

"Iya dong!" Jawab gue sumringah.

"Yaudah yok jalan..."

"Oke!" Jawab gue lalu jalan dibelakangnya.

Sebelum kita menuju rumah temennya yang ngadain nonbar, gue ajak Adit makan dulu. Selain karena lapar, seenggaknya gue bisa ngulur waktu buat dateng kesana. Gue tengsin aja kalau kita datengnya paling awal.

"Jam segini yang buka cuma angkringan aja kali Jul..." Keluh Adit diatas motor.

"Emm... Yaudah angkringan juga boleh Dit..."

"Oke..."

Jam segitu tempat makan di Magelang memang rata-rata sudah tutup. Karena memang tak ada pilihan lain, kita akhirnya makan sekaligus nongkrong di angkringan favorit, angkringan Alun-alun Magelang depan polres. Gue seneng disini karena suasananya dapet banget. Apalagi kalo lesehan, demi apapun gak ada yang ngalahin tempat ini.

"Lu gak bawa jaket?" Tanya Adit sambil menikmati nasi kucing.

"Enggak... Sini pinjemin gue jaket!" Jawab gue asal. Kemudian seketika itu Adit nyopot jaketnya lalu meletakkannya di badanku. Dan gue kikuk diperlakukan seperti ini.

"Eh... Gak usah Dit..." Cegah gue.

"Udah pakai aja!" Jawabnya santai. Dan gue pun tersipu.

Indah banget ya masa-masa itu? Perhatiannya, cara dia ngelindungin gue, ah gue rindu masa-masa itu.

"Eh Jul, lu kok mau sih nemenin gue nonbar?"

"Lha elu kok ngajakin gue sih?"

"Hahahha... Kebiasaan lu, ditanyain malah balik nanya!" Kata Adit.

"Hmm..."

"...."

"Eh Dit gue malu sebenernya sama temen-temen lu nanti..." Ucap gue jujur.

"Tenang aja... Mereka asik-asik kok!"

"Siapa aja sih?" Tanya gue penasaran.

"Banyak lah, banyak anak-anak karyawannya juga..."

"Oh..." Kata gue sedikit lega. Waktu itu gue kira tukang parkirnya doang yang nonbar.

"Jul... Lu gak malu kan gue ajakin gini?"

"Malu? Kenapa emang?"

"Gak-gak, gapapa kok. Lupain..."

"Aneh lu!"

Gue paham apa yang Adit maksud. Dia pikir gue bakal malu kalau gue datang bareng tukang parkir swalayan tersebut. Tapi yang gue rasakan sungguh berbanding terbalik sama yang Adit pikir. Gue seneng diajak pergi sama Adit dan gue bahagia banget nanti gue bakal dikenalin ke temen-temennya.

"Yaudah yok jalan kita!" Ajak Adit beranjak dari duduknya.

"Oke..."

Setelah membayar, kita langsung menuju kerumah temennya yang ngadain nonbar. Sekitar duapuluh menit kemudian sampailah kita di halaman rumah yang cukup luas. Ada beberapa motor yang terparkir disana.

"Masuk yuk..." Ucap Adit menggandeng tangan gue.

"Iya..." Jawab gue tersenyum. Gue seneng banget Adit gandeng tangan gue waktu itu.

Sesampainya di dalam, semua orang memandang kami dengan tatapan yang aneh. Sumpah gue tengsin banget moment itu.

"Ciiiieee... Siapa tuh Bro?" Sapa seseorang yang gue pikir tuan rumah atau mungkin orang yang berpengaruh di lingkungan Adit kerja.

"Emmm... Kenalin ini..............."

Kejarlah cita-citamu. Kejarlah mimpimu. Kejarlah bahagiamu. Kejarlah semua yang kamu inginkan. Lalu kembalilah jika kamu sudah selesai. Aku tetap menjadi orang yang sama yang akan mengagumimu, berkali-kali.

Dan aku juga tidak mau menuntut apa-apa, aku hanya ingin kamu, mencintai aku sebagai diriku sendiri.
Setelah ini, aku yakin aku tidak akan pernah takut kehilangan kamu (lagi).



Bersambung dulu ya... Hehehe
 
Terakhir diubah:
Hmmm...
Salut ak bro....

Sini maen jogja bro...
Magelang jogja cuma sejam kan?

Julia diajak sekalian biar ga curiga ane ngajakin nakal. :ngacir:

Pm in kontak ente ya...

Salam :cpp:

Jenengan jogjanya pundi om? kalo udah sehat bolehlah kita ngopi barang sebentar.. :ampun:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd