setuju sama Melisa, bahagia itu kita yang ciptain, bukan mereka...
apa banyak pasangan yang berbeda ras dan agama namun bahagia, oww banyak banget..
apa banyak yang pasangan yang berbeda ras dan agama namun diintimidasi oleh pihak lain ? banyak juga kayanya yah..
tergantung yang menjalaninya sih,
hidup terlalu singkat untuk mendengarkan cibiran orang lain..
kita yang jalanin kok,, salam kenal Melisa
Ane pernah Sist.
Beda religi, beda suku, beda pulau, beda kepercayaan dan beda asal usul.
Banyak sekali yang menghujat. Dari saudara dekat, saudara jauh dan teman dekat juga, padahal kan yang ngejalanin kita bukan mereka tetapi apa mau dikata, peribahasa "anjing menggonggong, kafilah berlalu" pun tetap tidak bisa melanggengkan cinta kita.
Ane juga ikut ma Mang Dokter, BAHAGIA itu KITA yang menciptakan, bukan MEREKA.
Saran dari Mang Dokter bijak sekali. Cendol terkirim ya MangApa banyak pasangan yang berbeda ras dan agama namun bahagia, oww banyak banget..tergantung yang menjalaninya sih, hidup terlalu singkat untuk mendengarkan cibiran orang lain..
Menurut pengalaman saya pribadi cinta itu harus diperjuanglan tp qta jg hrs tau dan yakin betul yg diperjuangkan tsb layak tidak utk diperjuangkan namun dibalik itu semua saat pny anak pasti ortu akhirnya nerima koq
Sedih sih tidak, tetapi tertekan, kemudian menjadi beban pikiran untuk bisa melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Risih sudah pasti terhadap banyaknya gunjingan dari para teman dekat dan saudara dekat tetapi mau gimana lagi, ternyata kami kalah menghadapi banyaknya tekanan tentang hubungan yang sudah kami jalin selama ini dan akhirnya kami memutuskan untuk menjalani kehidupan ini masing-masing. Susah memang tetapi menurut Ane bisalah jikalau kita bisa menutup telinga kita rapat-rapat dan tidak mendengarkan apa kata mereka. BAHAGIA itu KITA yang menciptakan, bukan MEREKA.Sedih tertekan pasti ya kalau kadaan kek gitu suhu ? Wkwkwk Risih sama omongan sana sini kadang
Aku pernah jg..beda ras & religion..
Kejadian waktu kerja & tinggal di Surabaya..makanya sekarang pindah target ke Singkawang..
Keluarga dia awalnya menentang, kalo dijabarkan alasannya bakal panjang disini. Sebagai anak yg baik pacar saya cm bisa nangis & gk brani bantah..
Kalo keluargaku sudah anggap dia seperti istriku saja hehe..
Kenapa saya gak ajak kawin lari?? Capek tau lari..hehe. Saya cuma ingat pesan adik saya pas dia nikah dulu: menikah itu bukan hanya bersatunya 2 manusia, namun lebih dari itu adalah bersatunya 2 keluarga, 2 adat, 2 kebiasaan dsb
Krn itu saya pake pendekatan keluarga juga. Saya dekati semua koko, cece & adiknya (kecuali koko sulung di AS). Dibuat skenario spt gak sengaja ketemu makan di mall sampai terlibat kegiatan sosial.
Juga teman2 dekat pacar doi. Ta ajak ngobrol pas ketemuan.
Logika & gak konservatif turut jadi andalan saya. Hanya tradisi yg baik & masuk nalar yg saya anut. Namun tetap menghargai pendapat mereka sembari menjaga keakraban. Kuberi juga alamat keluarga di Malang utk mereka bs mengenal. Pintu rumah kami selalu terbuka.
Akhirnya pada luluh semua termasuk istri dan pacar2 kakaknya. Sampai papanya wafat beliau masih menentang. Dan akhirnya mamanya ajak pacar pindah ke AS ikut koko.
Sekarang doi sdh nikah disana. Hubunganku dg koko & cecenya di Surabaya tetap jalan namun kurang intens. Malah kawan & pacar kokonya sempat dekatin aku..walah kalo setan kuturuti bisa jadi kisah mesum..
Aku gak kasik penjelasan namun menjalin keakraban..
Aku gak kasik janji namun memberi kasih sayang..
Dan dukungan keluargaku berperan besar disini..
Salam kenal bos melisa
Pernah.. Tp ane yg dihina.. dibilang kaum penajajah tukang pemeras rakyat jelata, bukan ras asli karena ane campuran... Waktu sekolah dulu juga digituin sama temen mantan.. Sedihnya