Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My HEROINE [by Arczre]

Siapakah Tokoh yang Paling disuka?

  • Jung Han Jeong

  • Yuda Zulkarnain

  • Hana Fadeva Hendrajaya

  • Ryu Matsumoto

  • Azkiya a.k.a Brooke

  • Rina Takeda

  • Jung Ji Moon

  • Ray

  • Astarot

  • Putra Nagarawan


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
BLACK KNIGHT

75ae69382747426.jpg


Pose yang lain bang, yang lebih menantang ada gak...? :D
 
wah, sebenarnya ane kepengen gambar sendiri blm ada waktu :D
 
Klo ceritanya panjang sih enaknya ya marathon update (ya minimal sehari 2 chapter lah) hehehe

bisa laah terserah ts aja
 
BAB III: KETIKA KAMU MENGIKUTI KATA HATI

1fd9a1382649111.jpg

#PoV Han Jeong

Hari Sabtu, pesta dansa diadakan di sekolah. Pemrakarsanya adalah seluruh ekstrakurikuler. Sebenarnya ini adalah acara tahunan yang diadakan di sekolah ini. Hmmm entah kapan pertama kali digelar. Papa sendiri bilang tak pernah ada di jamannya. Mungkin beberapa tahun setelah papa lulus dari sekolah ini maka acara ini baru ada.

Celakanya aku tak punya teman dansa. Duh,...ya udah deh. Nggak usah dateng aja. Di ruang kelas aku manyun. Lagi-lagi manyun.

"Eh, Han Jeong!" sapa Rita. Teman akrabku nih. Selain ama Hana, Rita ini temen akrabku kemana-mana juga ya sama dia sebenarnya. Kalau Yuda nggak ikutan.

"Ya?"

"Koq manyun? Kenapa?"

"Gara-gara aku mukul Jordan kemarin itu tuh, jadi nggak ada teman buat dampingin pesta dansa ntar."

"Waduh, Han Jeong! Kamu itu cakep, imut, centil, masa' nggak ada yang ngamplok sih? Kalau nggak sama Jordan sama yang lain dong. Siapa kek gitu?"

Aku melirik semua teman-teman sekelasku. "Lha, semua cowok di kelas ini aja udah pada punya pasangan kan?"

Rita menunjuk ke arah Yuda yang sedang membaca buku di mejanya. "Anak itu belum tuh."

"Halaah, mana mau dia pergi ke pesta dansa. Dia cuma bisa silat," kataku. "Malah norak nanti dia kalau dansa ama aku."

"Trus? Kamu nggak nyoba dulu ama dia?"

"Tahun lalu dia nggak ikut, Rit. Lagian, mana mau Yuda ama aku?"

"Kenapa nggak coba aja? Mau aku sampaikan?"

"Nggak usah. Apaan sih?"

"Kan kamu temenan udah lama sama dia, temen SMP kan?"

"Iya sih. Nggak ah, aku nggak mau."

"Eh Yud!?"

Yuda menoleh ke arah Rita. "Apa?"

"Kamu mau jadi temen..."

"Aku nggak bisa dansa," potong Yuda sebelum Rita menyelesaikan omongannya.

"Naah kan?" kataku.

"Ehehehehe," Rita nyengir.

"Cariin dong cowoknya siapa kek gitu?" kataku sambil memohon ke Rita.

"Ahh...dasar, siapa ya?"

Seorang cowok sambil menenteng pedang kayunya masuk ke dalam kelas. Yuda menoleh ke arahnya. Ryu tersenyum kepadanya.

"Hei Yuda, boreh aku minta sesuatu?" tanya Ryu.

"Ada apa?" tanya Yuda.

"Aku kepingin belajar silat," jawab Ryu.

"Serius?" tanya Yuda.

"Iya, serius. Sejujurunya kamu satu-satunya orang yanggu bisa menjatuhkanku. Serama ini tidaku perunah ada yanggu bisa menjatuhkanku dengan cara seperuti itu. Kamu memanggu benar-benar kusatoria."

"Aku pusing dengerin logatmu yang berantakan itu. Terserah deh. Besok Minggu kamu ke rumahku aja. Di sana ada Padepokan Silat Taring Harimau Putih. Nanti ayahku akan memandumu," kata Yuda.

"Arigato gozaimasu," kata Ryu.

"Hai Hai," kata Yuda.

Wajah Ryu tampak gembira. Aku dan Rita masih mendengarkan pembicaraan mereka.

"Oh iya, nanti malam akan ada pesta dansa di sekolah ini, kamu ikut?" tanya Yuda.

"Aku sudah punya teman, dia yang mengajakku," jawab Ryu.

Aku terkejut. Gila anak baru ini, ada yang ngajak dia? Eh, karena dia cowok yang cukup ganteng sih, walaupun aneh bawa pedang kayu kemana-mana. Keturunan Jepang, pastinya banyak yang kepengen ngantri juga dong.

"Siapa?" tanya Yuda.

"Namanya Hana Fadeva Hendorajaya," jawab Ryu.

"HEEEEEEE????" aku bersuara keras.

Yuda dan Ryu kaget menoleh ke arahku. Termasuk Rita yang lebih dekat dariku berjingkat saking kagetnya.

"Aku nggak percaya Hana memintamu. Tidak percayaaaaa!" kataku.

"Dia nggak punya teman, akhirunya berutanya kepadaku dan aku setuju begitu aja," jawab Ryu.

Aku nggak percaya, aku langsung mengambil ponsel dan mengirimkan SMS kepada Hana.

"Kamu beneran ngajak Ryu buat pergi ke pesta dansa?"

Dan tak berapa lama kemudian balasan SMS datang. Hasilnya sangat mengejutkan.

Iya. Lho, dia cerita ke kamu?

Aku balas lagi.

Kenapa kamu milih dia?

Dia menjawab

Emangnya ada yang mau ngajakin aku?

Hana kutu buku sih. Emang Hana seperti itu orangnya susah dideketin. Terlalu kaku ama cowok. Tapi ajaib juga kalau Ryu mau begitu saja, atau justru Ryu bingung nggak ada temen akhirnya nerima Hana begitu aja? Itu baru masuk akal. Apalagi si Ryu ini orangnya juga baru di sini, jadi dia ingin mengenal lebih banyak tentang keadaan di sini.

Ryu sudah pergi. Aku menundukkan kepalaku. Rita menepuk-nepuk pundakku.

"Ntar aku cariin deh, paling juga si Miko belum dapet gandengan," kata Rita.

"Hah? Miko? Anak kribo, item, kurus dan pake kacamata itu? Nggak maauuuuu," aku membenamkan kepalaku lagi ke meja.

"Aku temeni deh," ucap Yuda secara tiba-tiba. Aku mengangkat kepalaku dan dia sudah duduk di depanku.

"Yuda? Sungguh?" tanyaku.

"Dari pada kamu nangis."

"Naah, kan? Yuda mau. Ya udah, baik-baik yah," kata Rita. "Makasih lho Yud."

"Yah, daripada dia nangis. Si Han Jeong ini kalau nangis nyusahin orang," kata Yuda.

"Argh, siapa bilang???" protesku.

"Kamu masih ingat tentunya ketika entah kenapa kamu nangis tiba-tiba gara-gara ada anak kucing terlantar tapi nggak dibawa pulang olehmu? Sampai-sampai papamu ribut tanya ke aku ada apa. Soalnya kamu kalo nangis lamaaaaaa banget," katanya.

"Yeee, itu soal beda. Kasihan tahu anak kucingnya terlantar, dekil, pasti kan kedinginan di sana," kataku. Aku teringat peristiwa itu, mungkin ini juga yang menjadikan benih keadilan ada dalam diriku. Aku sangat peduli walaupun pada hewan yang lemah, kecuali nyamuk tentunya. Ya kan nggak sengaja juga kalau mukul nyamuk pas gigit itu reflek.

narator: termasuk mukul cowok?

Itu nggak termasuk.

Tapi memang rasa keadilanku tinggi. Mungkin emang didikan sejak kecil papa dan mama. Membela yang lemah, menolong yang lemah. Bahkan boleh dibilang karena rasa keadilanku yang tinggi, sebagian teman-temanku nggak suka ama aku contohnya adalah ketika tahu ada teman yang nyontek aku langsung beritahukan kepada guru. Dan sukses aku dimusuhi teman satu kelas. Dan karena rasa keadilanku yang tinggi pula aku belajar beladiri pencak silat ini.

"Ya ya ya, terserah deh. Ya udah, aku nanti jemput kamu di rumah," kata Yuda.

"Ehhh...?? Beneran?"

"Dari pada masa mudamu yang meluap-luap jadi padam."

"Kalian akrab ya? Kenapa nggak jadian aja?" celetuk Rita.

"Nggak!" seru aku dan Yuda dengan membentak.

"Iya deh, iya deh," Rita mengangkat tangannya.



**~o~**​


Pesta dansa, sesuatu yang konyol sih sebenarnya. Setahun lalu aku pergi dengan Jimmy seorang anak konglomerat pemilik restoran Fast Food dengan branding "Ayam Kampus". Err...nggak usah ditanya kenapa Fast Food itu bernama Ayam Kampus. Aku juga nggak ngerti. Dan apesnya pula Jimmy ini orangnya gay. Kenapa juga aku tahun kemarin dapat pasangan gay? Ya karena nggak ada cowok yang deketin aku. Hikss...

Tapi untunglah si Yuda hari ini beneran mau nemenin aku. Aku melihat dia sudah datang. Pakai kemeja warna putih dan jas hitam. Waahh...baru kali ini aku lihat sang pendekar memakai baju necis. Aku sudah memakai gaun panjang selutut, warna biru, simpel sih menurutku.

5676b6383074602.jpg

ilustrasi Han Jeong

Mama mengerutkan dahinya ketika melihatku memakai gaun itu. Tatapannya menyelidik.

"Kamu kencan ama Yuda?" tanya mama.

"Nggak, ada acara pesta dansa di sekolah, acara tahunan itu mah," jawabku.

"Oh, begitu. Kukira kencan ama Yuda."

"Nggaklah ma, Yuda cuma temen koq."

"Trus, udah ketemu belum cowok yang cocok buatmu?"

Aku menggeleng.

"Kamu cari kriteria cowok koq susah? Masa' harus sama kaya' papa?"

"Karena papa emang pria sejati ma. Mama beruntung banget punya papa."

Mama memencet hidungku, "Ihhh, tentu saja dong. Udah sana nanti cowokmu menunggu."

"Dia bukan cowokku ma."

"Taruhan ama mama, dia nanti bakal jadi kekasihmu."

"Ih, mama. Mana mungkin? Orang tiap hari juga berantem melulu."

Tiba-tiba mama menaruh tangannya di dadaku. "Ikuti ini Jung. Kalau dulu mama tak mengikuti kata hati, mungkin mama tak akan bisa bertemu dengan papamu."

Tiba-tiba dadaku berdesir ketika mama bilang seperti itu. Apa itu artinya mama setuju kalau aku punya hubungan ama Yuda? Koq aku malah jadi deg-degan gini ya?

"Ya udah, selamat bersenang-senang yah," kata Mama. "Kamu perlu bawa belt dan gelangmu?"

"Mau gimana lagi mah, resiko super hero."

"Ya udah, tapi hati-hati yah! Moga sukses kencannya."

"Mamaaa, ini bukan kencaaan."

Mama segera beringsut pergi sambil bersenandung. Sebel, digoda ama mama. Aku pun turun ke bawah. Kulihat Yuda bercanda ama papa sampai tertawa terbahak-bahak. Perasaanku nggak enak nih. Aku membawa ransel, sebenarnya isinya adalah empat gelang dan belt Hypersuit.

"Bawa ransel juga?" tanya Yuda.

"Ini ngomongin apa hayo? Perasaanku nggak enak nih," kataku.

"Nggak ngomongin apa-apa koq," kata papa.

"Berangkat yuk!?" kataku.

Akhirnya Yuda pamit kepada papa. Dan kami naik taksi untuk ke sekolah. Kalau Yuda sih sudah terbiasa jalan kaki, karena emang fisiknya kuat jadi pasti dia tadi ke sini jalan kaki. Tapi sepertinya nggak kali ini. Sayangnya mobil di rumahku cuma satu, itu pun bentuk MPV. Mobil keluarga. Aku ke mana-mana ya bawa sepeda. Kan nggak lucu juga kalau aku dibonceng pake sepeda dengan baju seperti ini.

Dan di sinilah kami. Di dalam taksi. Aku dan Yuda diam seribu bahasa. Total aku dan dia tak bicara sama sekali bahkan ketika sampai di sekolah. Eh, dia merogoh koceknya buat bayarin taksi. Padahal aku sudah keluarin duit lho. Hihihihi.

"Karena aku nggak bisa dansa, jadi sekarang aku mohon maaf dulu," kata Yuda.

"Ah bawel, yuk!" aku menggeret lengan Yuda.

Pesta dansa biasanya bersamaan dengan pengumuman para siswa yang mendapatkan predikat siswa teladan, juga beasiswa. Memang aneh juga ada acara seperti ini. Biasanya hal ini dibuat sebagai ajang kreasi anak-anak muda. Semua murid yang ingin tampil di panggung dipersilakan. Jadi, banyak juga yang memang tampil di panggung. Mulai dari nyanyi dan nari. Nanti performa yang paling bagus akan mendapatkan hadiah dan penghargaan.

Aku tak pernah ikut, karena memang nggak punya bakat. Nyanyi nggak bisa, nari juga nggak bisa. Bakatku yang utama mungkin cuma mukul orang.

Ada satu hal yang bikin cowok nggak suka ama aku yaitu ini. Ketika aku jalan sama Yuda ke dalam ada yang megang pundakku. Dan seketika itu aku reflek memukul dengan sikuku dan membanting orang yang menepuk pundakku tadi. WUSSHH BRUK!

"Atatatatata!" keluh Ryu sambil megangi pinggangnya. Dia barusan aku banting dengan sukses. Itu reflek!

"Nah, kaan? Dibilang jangan nyentuh Han Jeong koq nggak denger rasain!" kata Hana.

"Eh, Ryu!?!" seruku.

Yuda tertawa terbahak-bahak. "Dasar samurai bego. Hahahahahaha."

Hana memakai baju agak mirip denganku. Karena memang aku dulu beli baju ini barengan ama dia. Cuman warnanya putih, aku biru. Yah, kami mirip-miriplah. Lagian juga masih sepupuan koq.

Ryu berdiri dengan susah payah. Tumben dia nggak bawa samurai.

"Tumben nggak bawa katana?" tanyaku.

"Oh, aku taruh di mobiru," jawabnya dengan masih belum bisa ngucapin huruf L dengan baik.

"Kamu bawa mobil?" tanyaku.

"Itu mobil papaku!" jawab Hana. "Bukan mobil dia, aku saja yang jemput dia koq. Bete kan?"

Yuda kembali tertawa. "Samurai aneh. Hahahahaha."

Kami pun masuk ke aula sekolah di sana sudah banyak siswa-siwa yang berkumpul. Kami mengikuti semua acara dengan baik. Kebanyakan sih ngunjungi stand-stand para murid. Dan akhirnya tibalah saat yang ditungu. Waktunya dansa. Aku melihat Ryu mengulurkan tangannya kepada Hana. Waduh,....gentlenya. Hana mengerutkan dahi seperti melihat orang makan bakso dengan bumbu mesis. Tapi mereka pun turun ke lantai untuk berdansa. Aku dan Yuda berpandangan.

"Kalau nggak mau dansa ya nggak apa-apa kan?" katanya.

"Ayo, tapi awas kalau kamu pegang-pegang yang aneh-aneh!" kataku.

"Lha? Dansa kan emang pegang pinggang ama tangan. Emang mau megang apaan? Megang boobsmu? Itu bukan dansa namanya!"

Aku tertawa, "Dasar ngeres!"

"Kamulah yang pikirannya ngeres. Aku kan belum ngapa-ngapain."

"Ya udah deh, yuk?!"

Aku dan Yuda pun turun. Di sudut lain aku melihat Jordan bersama cewek lain. Oh, dia sudah punya pasangan ternyata. Aku melihat Rita juga sudah ada pasangannya. Hana juga. Aku melihat Yuda. Tiba-tiba aku teringat pesan mama. Tanya kepada hatimu. Aduuhh...saat begini koq ya ingat mama sih.

Yuda mulai menggenggam tangan kananku. Musik mulai mengalun lembut. Tangan Yuda diletakkan di pinggangku. Waduh, katanya nggak bisa dansa? Tapi...inikan? Dia bisa dansa. Kenapa aku melihat Yuda mendongak ya? Padahal aku pakai sepatu high heels. Ah iya, dia lebih tinggi dariku.

"Katanya kamu nggak bisa dansa?" tanyaku.

"Aku memang tak bisa dansa, tapi aku bisa belajar koq. Belajar singkat ama ibuku," jawabku.

Aku tertawa geli. "Kamu kursus kilat ceritanya?"

"Iya."

"Hihihihi, tapi oke juga."

"Kalau buat keluargamu sih, dansa model gini sudah biasa. Bagiku nggak."

Aku makin deg-degan. Apalagi nafas Yuda berhembus di telingaku. Aduuuhh.... Kenapa ya aku bisa senyaman ini ama Yuda. Hampir semua cowok yang nyentuh aku pasti aku banting dan aku KO. Tapi sama Yuda koq nggak. Bahkan tangannya sudah ada di pinggangku pun aku tak bereaksi. Seolah-olah aku percaya sekali ama dia. Yuda, kamu bawa ilmu sihir apa sih? Apakah dia memang lelaki impianku?

Aku memejamkan mata saat Yuda menempelkan keningnya. Aneh rasanya. Kami sudah lama berteman, tapi tak pernah sedekat ini. Bagaimana perasaan Yuda saat ini?

"Kita keluar yuk?" ajakku. Aku kemudian menggeret Yuda keluar dari aula. Dan kami dalam sekejap sudah ada di halaman sekolahan yang sepi. Aku menghirup udara sedalam-dalamnya. Segaarr....

Yuda diam saja. Kebiasaan dia.

"Yud, koq diem aja?" tanyaku.

"Emang mau ngomong apa?"

"Ya apa kek gitu?"

Yuda berpikir sejenak, "Kamu nggak ada kepikiran ke Korea?"

Pertanyaan yang bagus. Aku nggak pernah kepikiran sampai ke sana. "Sebenarnya kepingin sih, tapi....aku sudah cinta tempat ini. Kenanganku lebih banyak di negeri ini daripada di sana."

"Sudah ketemu?"

"Ketemu apa?"

"Orang yang mirip papamu? Yang katanya kamu nggak bakal pacaran sampai ketemu orang yang bisa menyamai papamu?"

"Entahlah Yud, aku sampai sekarang masih belum ketemu. Tapi kulihat sih Jordan."

"Anak bakset itu? Serius?"

"Sepertinya. Dia ganteng, atletis, berotot dan kaya'nya romantis."

"Tahu dari mana romantis?"

"Feeling aja."

"Ah, dasar kalian para cewek. Pasti milih orang yang ganteng, yang ikut klub. Ya ya ya aku nggak ikut klub, ganteng juga setengah-setengah."

"Hihihi, cemburu nih ceritanya?"

"Cemburu? Mana mungkin aku suka ama cewek setomboy kamu."

"Huu...emangnya aku juga suka ama cowok berandal seperti kamu? Huh!"

Kami terdiam beberapa saat. Suasana aula menjadi ramai karena musiknya berubah dari yang slow menjadi cepat.

"Pulang aja, yuk?" ajak Yuda.

Aku menghela nafas. "Ya deh. Lagipula nggak ada menariknya dansa ama kamu."

"Oh, lihat nih siapa yang tadi kepengen datang ke pesta dansa?"

"Kamu kan yang menawarkan diri, aku nggak minta. Nggak datang juga nggak apa-apa."

"Aku menawarkan diri karena kamu bisa nangis, kalau menghentikan tangisanmu itu susah."

"Aku bisa koq nyari cowok sendiri, nggak harus sama kamu."

"Oh, jadi ini intinya nggak suka ama aku gitu?"

"Iya, dari tadi kan aku udah bilang, aku nggak suka kalau kamu cowoknya."

"Okelah, pulang aja sendiri."

"Iya, aku akan pulang sendiri. Ngapain ama kamu? Toh kamu juga bukan bodyguardku."

"Oke, sayonara, bye bye!" Yuda pun melangkah pergi. Aku cemberut dan meninggalkan dia juga.

Emangnya siapa dia? Aku ini Black Knight, pulang sendirian aja nggak takut. Toh aku juga belajar silat koq. Kalau ada gangguan di jalan aku bisa menghadapinya. Santai saja.

Aku berjalan sendirian pulang dari sekolah. Acara pesta dansa kali ini nggak menarik. Kenapa juga harus ada Yuda? Mana dia menawarkan dirinya tadi? Kapok aku. Nggak sekali-kali lagi deh, dia jadi pasanganku di pesta dansa. Aku berjalan kaki, sengaja karena ingin menenangkan diri dari pertengkaranku dengan Yuda barusan. Tiap hari begini pasti. Sebel aku.

Aku berjalan sendirian, sambil sesekali melihat langit. Cerah, dengan bintang-bintang bertaburan, tapi bulan tidak kelihatan. Lampu-lampu pinggir jalan menyala, memberikan kesan bahwa malam telah larut bahkan kegelapan pun makin temaram. Aku sepertinya melupakan sesuatu tapi apa ya?

"Ti...tidak...tolong! Tolong!" aku dengar suara seseorang minta tolong. Di mana? Aku segera berlari mendekat ke arah suara itu. Ah sial, aku pakai high heels, lupa. Aku segera copot sepatuku dan menentengnya sambil berlari. Di sebuah halte, aku melihat sesosok robot bermata biru menyala tanpa wajah sedang berdiri di depan seorang laki-laki yang melindungi wajahnya. Lelaki itu merayap ketakutan.

Robot itu G-120, sama seperti yang melakukan penyerangan kemarin. Kenapa dia sampai ada di sini? Saatnya jadi Black...eh??? Aku lupa, ranselku masih di sekolah. Waduh, celaka. Masa' aku harus kembali sih? Di depanku ada emergency seperti ini.

Keputusanku adalah nekat.

"Hentikan!" teriakku.

Robot G-120 itu menoleh ke arahku. Lelaki tua itu terkejut. Tapi kemudian robot itu tak menggubrisku. Dia sudah siap untuk menyerang bapak-bapak itu, tapi aku pun melepar apa saja yang ada di tanganku ke arah robot. DOENG! DOANG! Kepala sang robot terkena dua sepatu high hels. Eh?? Kenapa aku melempar sepatuku?? Aarggghh! Mana harganya mahal lagi.

Sang robot mulai terpancing, kini mengalihkan perhatiannya untuk mendekat ke arahku. Kenapa aku bodoh sekali sampai lupa ama alat berubahku?

Robot itu pun bergerak maju ke arahku, berlari. Aduh, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku bingung, satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah bersiap untuk menerima serangan robot ini. Aku memasang kuda-kuda, entahlah pokoknya aku sudah siap untuk segala kemungkinan. Sang robot makin mendekat, tangannya dikepalkan dan ingin meninjuku, aku bisa menghindar, aku bisa. Bisa.....aaargghhh! Aku memejakan mataku. Kenapa aku malah takut?

ZRAAASSHH! Terdengar suara.

Aku segera membuka mataku. Kulihat robot itu tangannya sudah terpotong. Eeehhh?? Koq bisa? Tampak ada sosok lain yang berdiri tak jauh dari robot itu. Sang robot melihat lengannya yang terpotong segera ia menyerang sosok yang lain itu. Sosok ini memakai armor, membawa pedang dengan mata pedangnya menyala berwarna biru. Ia memakai helm full face, bahkan aku tak tahu apakah ia bisa melihat atau tidak dengan bentuk seperti itu. Di armornya menunjukkan bahwa sekilas dia mirip dengan Black Knight. Sosok itu menghindar.

"Daijobu, Han Jeong?" kata sosok itu dengan bahasa Jepang. Hah? Jepang? Jangan-jangan, dia...nggak mungkin.

"Siapa kamu?" tanyaku.

Dia tiba-tiba melemparkan sebuah ransel ke arahku. Ehhh?? Ini ranselku.

"Gomene, aku akan mengalahkan robot ini. Kamu lain kali saja berubah jadi Kuro-Ki," katanya.

"Kuro...Ki?? Apa itu Kuro Ki?"

"Buraku Kunaito," katanya. Beneraaaan...dia ini Ryu!

"Kamu Ryu ya?" tanyaku.

Dia tak menjawab. Sang robot G-120 pun segera ditebasnya tanpa ampun dengan pedang katana yang ada di tangannya. Hanya lima tebasan, sang robot sudah kehilangan kaki, tangan dan kepalanya. Gila. Kemudian dia menekan tombol di pedangnya. Seberkas cahaya warna-warni berpijar di sekujur tubuhnya. Apa itu? Armornya sedikit demi sedikit lenyap, dari lengan kaki, tubuh dan kemudian kepala. Maka tampaklah sesosok orang yang aku kenal. Ryu. Pedang yang ada di tangannya berubah menjadi seperti pedang kayu. Apakah pedang yang selalu dia bawa itu digunakannya untuk berubah juga sebagai senjata?

"Whaaaaaa??? Ryu?" aku terkejut tentu saja.

"Gomen nasai, sudah mengagetkanmu," kata Ryu.

"Kamu....?"

"Ah, aku akan ceritakan banyak nanti tentang diriku. Tapi yang jelas, kita bukan musuh. Yang kamu lihat barusan adalah Super Human Soldier Zero. Begitu mendengar kabar bahwa ada robot menyerang Indonesia, aku tertarik dan segera ke sini."

"Ryu. Kamu tahu aku?"

"Tentu saja.

"Wooooooiiii!" seru seseorang. Hana?

Dengan ngos-ngosan Hana lalu memegang lututnya. Ia meneteng high heels miliknya.

"Yang bener aja, aku nggak bisa lari. Hoi Samurai! hoshh...hossh....Sialan lo! Kampret!" umpat Hana.

"Maaf, maaf, tapi aku datang tepat waktu," kata Ryu.

Aku melihat bapak-bapak yang tadi nyawanya terancam udah pergi. Wah. Kemana itu orang?

"Kamu tahu dia siapa?" tanyaku ke Hana.

"Dia barusan ngasih tau. Sambil bilang begini, 'Koq tasnya Han Jeong tidak dibawa?' Trus aku heran ngelihat ranselmu. Kemudian dia bilang, 'Ini kan isinya benda untuk berubah jadi Kuro Ki'. Aku kebingungan mentranslate apa itu Kuro Ki, maksudnya adalah Black Knight. Awalnya aku kaget dari mana ia tahu. Dan yang lebih kaget lagi adalah dia bisa berubah jadi seperti dirimu. Teknologinya mirip.

"Kami naik mobil karena ingin mengejarmu tadi. Kukira kamu dalam perjalanan pulang naik taksi atau apa. Setelah itu dari kejauhan kami melihat kamu jalan sendiri dan ada robot G-120 di sana. Eh, dia langsung keluar dari mobil, berubah begitu saja menjadi itu," jelas Hana.

Aku memungut ranselku. Kulihat isinya masih ada. Syukurlah. Ryu senyam-senyum sendiri. Senewen juga nih anak.

"Oke Ryu, kamu harus jelaskan panjang lebar mengenai dirimu kepadaku!" kataku.

"Wakata, baikrah. Demo, berum saatnya aku jerasukan semuanya. Aku kemari hanya ingin mencari sesuatu yang hilanggu. Itu saja. Jadi karau misiku seresai, maka aku akan kembari ke negaraku," jelas Ryu.

"Mencari apa?" tanyaku.

"Furojeku Suparu Human Soruja Jinomu-Ekusu," jawab Ryu.

"Apaan itu? Baru denger," kataku. "Jinomu-Ekusu??"

"Ada hubungannya ama Project Titan?" tanya Hana.

"Titan? Berum pernah dengar," jawab Ryu.

"Jadi kamu bukan perajar biasa?"

"Aku perajar biasa, hanya saja aku bagian dari CCC."

"Apa itu CCC?" tanyaku.

"CCC itu dinas intelejen rahasia Jepang Jung. Kalau di Indonesia itu kita punya BIN ama LSN," ujar Hana. "Oke, jadi kamu ke sini mencari Project Super Human Soldier Gnome-X, kami juga nggak tahu apa itu."

"Oooh...maksudnya Project Super Human Soldier Gnome-X. Jadi senewen aku dengerin logat Jepangmu yang aneh itu," kataku.

"Ahahahaha, gomen gomen," kata Ryu sambil membungkuk.

"Jadi kamu bekerja untuk pemerintah Jepang?" tanya Hana.

"Iya. Dan aku harus memanfaatkan segara cara untuk menemukan Jinomu-Ekusu," kata Ryu.

Aku dan Hana saling berpandangan. Entah apa yang harus kami lakukan, terlebih dia tahu identitasku sebagai Black Knight.

"Ah, mungkin karian penasaran. Baikurah. Aku menyadari karau Han Jeong adarah Kuro Ki karena penyeridikanku terhadap jangkauan operasi Kuro Ki. Intinya Kuro Ki tidak pernah beroperasi rebih dari jangkauan 50 km serama ini. Itu bisa dirihat dari rekam jejaknya. Han Jeong tak pernah menorong orang yang berada di ruar kota. Kemudian daram tiga kari kejadian kejahatan, akhirnya radiusnya aku persempit. Artinya Kuro Ki beroperasi sekitar sekorah ini. Dan aku menebak Kuro Ki adarah seorang perajar, karena tindakannya terraru ceroboh dan tidak profesionaru."

"Ceroboh katamu?" kataku sambil melotot ke Ryu.

"Udah, terima saja emang kamu ceroboh koq. Mau aku hitung berapa banyak kesalahanmu?" kata Hana. "Oke, trus?"

"Dan, aku pun benar. Ternyata Han Jeong adarah Kuro Ki," kata Ryu.

Aku geleng-geleng.

"Tapi, kamu bisa jaga rahasia nggak?" tanyaku.

"Tenanggu saja. Aku bisa jaga rahasia. Kore wa yakusoku desu!" jawabnya. "Dan aku butuh pertolongan kalian untuk menemukan Jinomu Ekusu."

"Kita pikir-pikir aja dulu deh," kataku.

"Iya, ini terlalu mendadak," kata Hana.

"Ah, tidak apa-apa. Yang jerasu kita bukan musuh, itu saja," kata Ryu sambil tersenyum.

"Kamu pulang sendiri yah, aku mau pulang sama Hana," kataku.

"Ehh???" Ryu panik. "Naze?? Kenapa?"

"Soalnya kamu bikin kita kaget, udah ah. Sampai besok," kata Hana.

"Hoooiii....aku masih berum tahu jaran puranggu," kata Ryu yang melihat kami pergi berdua. Aku kemudian masuk ke mobil Hana. Hana juga masuk.

"Sampai besok!" kataku.

(bersambung....)

next chapter....kapan ya....?? Heheheh. :Peace:
 
Terakhir diubah:
Hore update, pertamax kah??? Genre Komedi juga nih (entah kenapa jadi ngebayangin tokoh Snake Eyes ya)
 
Hhhmmmmmm,
Kalo kesatria pedang sih udah ketebak,
Yg belum si yuda ini jadi apa,
Soalnya clue terakhir jaka alias arcindikasih kunci buat buka sebuah ruangan di pulau seribu,
G mungkin juga kalo jaka masih aktif, soalnya beda generasi
Kalo masih akyip trus masih ikut perang2an maka dpt dipastikan sang penulis narsis
:haha:
Masih nunggu peran si yuda nie
:sendirian:
Eh eniwe si yuda berasa kayak gabungan antara jaka+hiro ya
Koreksi jika salah om
 
yup sifat Yuda gabungan antara Arci ama Hiro.
Masih panjang ceritanya. Dan seperti kebiasaan ane, ceritanya bakal berbelit-belit di awal. Biar alurnya jelas, penokohannya jelas.
Mohon maaf ya. :ampun: :ampun:
 
waaa.. kemunculan perdana ryu saat jd zero. .
kereenn.. :kk:
baidewai, kayanya suhu jaka kesulitan ngikutin logatnya ryu ya.. kadang ryu ngomongnya logat lokal, kadang balik lg jd jepun :Peace:
 
Sama kayak Han Jeong, aku juga agak bingung dengan dialog Ryu, Bahasa Indonesia campur Jepang
 
waaa.. kemunculan perdana ryu saat jd zero. .
kereenn.. :kk:
baidewai, kayanya suhu jaka kesulitan ngikutin logatnya ryu ya.. kadang ryu ngomongnya logat lokal, kadang balik lg jd jepun :Peace:

hehehe, ane juga bingung. Ryu ini emang gini sifatnya. Penulis saja sampai bingung dia ini ngomong apa. :D
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Si yuda kmana....hehehe...malah ngilang...next update ya nanti malam sepertinya (ngarep)
 
oo jadi ryu juga bisa berubah :ngupil:

oke lanjut :haha: seperti biasa masih belum masuk konflik :haha:
 
"Kalian akrab ya? Kenapa nggak jadian aja?" celetuk Rita.
"Nggak!" seru kami dan Yuda dengan membentak.
"Iya deh, iya deh," Rita mengangkat tangannya.

Sedikit typo suhu
 
makasih done.
 
Bimabet
Nahh looo yuda ngambekkkk :takut:

Eniweiii akankah ad ss antara si Ryu dan Hana?
akapah ada 4some antara yuda-han jeong, ryu-hana ??
:dansa: :D

Hanya waktu yg akan menjawab :papi:

Di LanjOet Kan Suhuu :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd