Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT CINTA SAYUR ASEM (by Arczre)

Bimabet
bwangkek ceritanya mirip ama kisah lamaku, haha :))


lanjutkan, aku tunggu lanjutannya hahahahag,
 
ijin menikmati karya trbaru suhu arczre...ceritanya natural bnget.
 
yang ada incestnya kapan2 ane tulis ya, sebenarnya kemarin udah ane tulis sampe beberapa bab, cuman stuck. Terutama bagian pengembangan tokohnya. Sangat sulit untuk menulis tokoh yang sangat misterius tapi penuh nafsu kepada saudaranya sendiri.

Di tunggu om :papi:
 
BAB VII

Nikmati aja Part I



Orang bilang kala cinta itu datang
Tahi ayam rasa coklat

Kala cinta datang
Bagaikan disiram oleh air hujan setelah kering selama bertahun-tahun

Cinta itu indah
Kalau engkau tahu bagaimana cara mencintai

#Pov Rian#

GUENDEEEEENNGGG! EDAAAAAN! AAAARRGGHHH!

Aku lompat-lompat sendiri di halaman rumah. Aku baru saja jujur ama Anik. Dia juga suka ama aku. Mas Yogi baru pulang dengan sepeda motornya keheranan melihat aku lompat-lompat.

"Kowe kesurupan nyet(kamu kesurupan nyet)?" tanyanya.

Aku langsung memegang lengan Mas Yogi, "Aku baru nembak dia mas."

"Nembak? We...e...e...e..e...keren. Trus diterima pasti."

"Dia juga suka ama aku."

"Nah, ini baru adikku. Selamat yah, semoga langgeng kalian."

"Matur nuwun ya mas. Udah nasehatin aku selama ini. Tapi emang bener. Pas ngomongin suka itu rasanya plong banget, lebih plong dari pada kebelet di WC."

"Yo iyolah," kata Mas Yogi sambil turun dari sepeda motornya dan diparkir di teras. "Aku dulu juga mau bilang suka ama Salsa itu keringetan. Seperti orang habis lari maraton."

"Sama mas, aku juga, tapi setelah diucapkan itu rasanya plong banget."

"Iyo, opo maneh nek diterimo. Tapi nek ditolak rasane rai iku koyo diuntel-untel (Iya, apalagi kalau diterima. Tapi kalau ditolak rasanya itu seperti kertas yang diremas-remas)"

"Hahahaha, persis mas persis!" kataku.

"Yowis, ono pertandingan Persik Kediri iki, aku ndelok dhisik! (Ya udah, ada pertaandingan Persik Kediri ini, mau nonton dulu)"

Hari ini perasaanku berbunga-bunga. Aku BBM Anik dulu ah. Aku masuk ke dalam rumah, lepas sepatu terus masuk kamar. Di kamarku aku langsung BBM si Anik.

Me: Udah selesai nangisnya?

Anik: :p

Me: Malah melet. Aku gigit ntar itu lidah.

Anik: Kamu jahat.

Me: Lho, koq jahat?

Anik: Kalau suka ama aku kenapa nggak bilang dari dulu?

Me: Yah, gimana yah.

Anik: Apa susahnya sih bilang suka ama aku?

Me: Susah Nik, beneran susah.

Anik: Seandainya kamu sejak dulu udah bilang.

Me: Hah? Maksudnya?

Anik: Eh, nggak. Nggak apa-apa, hiraukan yang itu.

Me: Jadi kita beneran jadian nih?

Anik: Nggak.

Me: Lho?

Anik: Iya beneran jadian, emangnya apa? Kamu jadi cowok jangan banyak O'onnya dong.

Me: Hehehe...aku cinta ama kamu Nik

Anik: <3 u 2

Me: Boleh hari ini mimpiin kamu?

Anik: Emang bisa mimpi dipesen?

Me: Bisa koq. Sejujurnya tadi malam aku mimpi nyium kamu. Aku nggak tahu kalau ini firasat aku nembak kamu.

Anik: :"> jangan bikin aku malu. Aku blom pernah nyium cowok.

Me: Suwer?

Anik: Beneran.

Me: Lha, kamu selama ini pacaran nggak pernah nyium cowok?

Anik: Nggak pernah. Aku larang mereka nyium aku. Pegang tangan boleh. Malu tau anak pake jilbab koq nyium cowok. Kaya' wanita murahan gitu rasanya.

Me: Oh...aku juga nggak kepengen memperlakukanmu seperti cewek gampangan Nik. Kalau kita pacaran, jangan model kaya' orang-orang yah. Biasa aja.

Anik: Aku ngerti koq. Kamu selama ini baik sama aku. Terus terang aku trenyuh ketika kamu nunggu aku di mall kemarin. Padahal sebenarnya aku sudah di rumah lho.

Me: Hah? yang bener?

Anik: Iya, makanya aku bilang kamu ini begooo banget. Kenapa nggak BBM aku kek, atau telpon aku kek. Ninggalin aku juga kan nggak apa-apa.

Me: Yah...kamunya kan bilang suruh nunggu ya aku tunggu aja.

Anik: kalau sampai pagi kamu mau nunggu aku?

Me: Iya, sampai itu mall tutup aku tetep akan nunggu kamu.

Anik: :'( kenapa kamu baiiiik banget ama aku?

Me: Karena aku suka kamu Nik.

Kami ber-BBMan sampai malem. Bahkan sampai ketika kita mau berangkat tidur BBM terus tang! tung! tang! tung! Anik cerita banyak hal tentang dirinya yang selalu dinomor duakan di keluarganya. Tapi dia termasuk orang yang paling disayang oleh bapaknya. Anik juga cerita kalau ia tersentuh oleh sikapku selama ini. Ah, yang penting nikmati aja.


#Pov Anik#

Nah, bener kaaan. Rian cinta mati ama aku. Hiks....koq jadi gini ceritanya. Aku juga malah jadi cinta ama dia. Aku harus gimana sekarang? Kalau aku bilang ke dia bahwa dia cuma jadi target saja, bisa marah ia ke aku.

"Kowe lapo dek? Koq ngelamun? (kamu kenapa dek? koq melamun)" tanya Mbak Rahma.

"Nggak apa-apa koq mbak," jawabku.

Aku meluk bantal di atas karpet di ruang keluarga sambil nonton tv. Tapi pandanganku nggak fokus ke tvnya. Rahma tahu aku melamun. Dan kalau sudah begini ia bakal menyelidiki.

"Masalah cowok?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Kenapa? Cerita dong!"

"Yang ini nggak deh mbak. Lain kali aja."

"Lho, kenapa? Yang ini sudah nyantol beneran?"

Aku mengangguk.

"Siapa?"

"Nggak ah. Aku nggak mau cerita. Plis ya mbak."

"Iya deh. Jadi ini ceritanya kamu lagi kasmaran?"

"Udah deh mbak, jangan diledekin terus."

"Hehehehe, tapi jaga diri lho dek. Jangan kebablasan. Mbak nggak mau adek mbak nanti hamil diluar nikah."

"Nggak deh mbak, percaya ama aku. Yang ini spesial banget. Dia selama ini baik ama aku."

"Mbak jadi penasaran ama orangnya."

Aku tersenyum. Kenapa aku jadi malu-malu sendiri ya? Kalau mengingat-ingat Rian selama ini. Duh....gustiiii...kapok aku. Tobaaaat. Kenapa sekarang aku mikirin Rian terus?

Tung! Nah, BBM-ku bunyi lagi. Aku langsung ke kamarku. Kulanjutkan BBM-an di kamar aja ama dia. Setelah tadi sore dia mengutarakan perasaannya, rasanya aku lebih plong banget ama dia. Ngobrol lepas. Selama berjam-jam aku di kamar ber-BBM-an. Sampe aku colokin itu ponsel ke charger.

Me: Kamu belum bobo'?

Rian: Belum. Ini mau berangkat ke pulau kapuk. Kamu koq masih terjaga jam segini. Besok mbangkong (kesiangan) lho."

Me: Kamu juga. Besok kita masuk sekolah kan?

Rian: Ya udah, aku temenin sampe kamu bobo' ya.

Me: Adanya malah nggak tidur-tidur nanti.

Kami terdiam lama sekali

Rian: ping!

Me: Nah, kaan masih gangguin.

Rian: Lho, koq belum tidur?

Me: Habisnya diping terus.

Rian: Ya udah deh, tidur yuk...mimpiin aku ya.

Me: :">

Setelah itu aku sudah tak sadar lagi. AKu tertidur begitu saja. Tahu-tahu sudah pagi karena bunyi alarm. Aku terbangun melihat alarm sudah menunjukkan jam 5 pagi. Aku baca BBM sejenak dari Rian.

Rian: Ya udah, aku tidur. Kamu udah tidur?

Rian: ping!

Rian: OK, selamat tidur. :)

Singkat cerita setelah membersihkan diri dan berdandan yang rapi aku pun pergi ke sekolah. Tapi ada yang spesial hari ini. Seorang cowok menungguku di depan rumah. Ia mengendarai motor bebek, matic. Baru pula. Helmnya full face. Tapi dari tampangnya aku tahu siapa dia. Itu Rian. Dia membuka kaca helmnya.

"Lama banget cah ayu. Nih motor baruku! Keren nggak?" tanyanya.

"Uwaseeeemm...anyar iki yo?(baru ini ya)" tanyaku.

"Yoi, piye cah ayu? Aku anter?" tanyanya.

Dari dalam rumah tampak Rahma juga mau berangkat. Ia naik angkot seperti biasa. Aku menoleh ke arahnya.

"Lho, Rian? Motor baru?" tanya Rahma.

"Iya mbak, baru dibeliin bapak. Aku juga kaget kemarin," jawab Rian.

"Mau jemput siapa nih? Aku apa Anik?" Mbak Rahma ketawa geli.

"Ehhmm...itu...," Rian tampak gugup. Ia mau garuk-garuk kepala malah garuk-garuk helmnya.

"Mau jemput aku mbak, udah sana naik angkot aja. Weeekkk!" aku menjulurkan lidahku ke Mbak Rahma.

"Yahh....bukan aku ya," kata Mbak Rahma dengan tampang sedih.

"Lain kali aja deh mbak, aku antar ya?" kata Rian.

"Iya deh, eh...angkot! angkot!" Mbak Rahma berseru ke sebuah angkot yang baru saja datang. Angkot berwarna kuning dengan huruf A itu berhenti.

"Hati-hati mbak!" kata Rian.

Mbak Rahma tersenyum dan melambai. Setelah angkot sudah menjauh, Rian menjulurkan helm berwarna putih kepadaku. Dia tersenyum. Kupakai helm itu sampai bunyi 'klik'.

"Berangkat sekarang apa nanti?" tanyanya.

"Sekarang dong," kataku. Segera aku naik ke sadel belakang. Agak berbeda dari kemarin, agak berbeda dari sebelum-sebelumnya. Aku tak pernah merangkul Rian ketika naik sepeda motor. Kali ini aku mendekapnya. Aku nyaman ketika memeluknya. Ia mengusap-usap punggung tanganku. Oh Rian.

Aku sudah putuskan. Untuk sementara waktu aku ingin menikmati hubunganku dengan Rian. Iya, lebih baik aku menikmatinya. Paling tidak, aku ingin merasakan bagaimana seseorang yang benar-benar aku sukai juga menyukaiku. Aku cium punggungnya. Ia tak merasakan, tak apa aku ingin mencium punggungnya. Punggung kekasihku.
 
BAB VIII

Nikmati aja Part II



Nikmatnya ciuman pertama itu seperti es salju
Dinginnya sampai ke hati
Manisnya seperti gula aren
Mabuk kepayang seperti anggur yang usianya ratusan tahun

Nggak perlu gin atau pun vodka
Para pecinta akan mabuk dengan sendirinya ketika mereka mendapatkan ciuman pertamanya.


#Pov Anik#

Elok kaget melihatku hari itu datang ke sekolah dibonceng oleh Rian. Aku tersenyum penuh kemenangan kepadanya. Dia menggeleng-geleng sambil mengacungkan jempol. Kemudian jari telunjuknya diacungkan dan memberikan isyarat untuk berhenti dengan menempelkannya di telapak tangan kirinya. Aku tahu artinya. Satu bulan lagi, aku harus mengakhiri hubungan ini. Bodo amat ama Elok. Aku tak peduli.

Ada yang aneh ama Rian hari ini. Ia menggandeng tanganku. Tak biasanya ia menggandeng tanganku. Dan ia menggenggam tanganku erat seolah-olah tak mau dilepaskan sampai aku sakit.

"Rian, udah dong! Sakit," kataku.

Rian melonggarkan genggamannya. "Maaf, aku hanya tak ingin engkau lari Nik. Aku ingin bisa menggandengmu terus."

Sial, kenapa jadi melankolis begini sih. Aku biasanya banyak bicara kalau di dekat Rian. Tapi dengan perlakuannya pagi ini. Aku banyak diam. Banyak menunduk, malu, bingung, campur aduk jadi satu.

Hari itu aku menemaninya kemana-mana. Bingung aja sih, kami sudah biasa melakukannya, tapi ini lain. Mungkin karena sekarang ada benih-benih cinta yang tumbuh di antara kami. Aku baru menyadarinya. Rian telah lama menyebarkan benih-benih cintanya kepadaku dengan persahabatan. Dia berikan tanpa aku sadari. Hingga kemudian aku pun jatuh ke dalam perangkap cintanya. Aku yang seharusnya memberikan perangkap itu sekarang malah senjata makan tuan.

Ia menikmati hari-hari bersamaku, belajar bersamaku, makan di kantin bersamaku, berangkat sekolah bersamaku, pulang sekolah bersamaku. Dan malam minggu aku pun dijemputnya. Inilah malam yang tak akan terlupakan seumur hidupku. Aku tak akan melupakan momen-momen terindah yang ia berikan kepadaku malam ini.

"Jalan kemana kita?" tanya Rian.

"Terserah deh, aku ngikut," jawabku.

Dia menstarter motornya. Kota Kediri ini dekat dengan dua gunung. Gunung Klotok dan Gunung Wilis. Rian mengajakku untuk pergi ke Sumber Podang. Sebuah tempat di mana di sini cukup indah pemandangannya. Tanaman-tanamannya asri, ada hutan pinus yang masih ditemukan beberapa ekor tupai. Anak-anak tampak senang mandi di kali. Mereka mengingatkanku dengan Rian ketika kecil dulu. Rian mengajakku di sebuah gubuk di pinggir sawah. Kami duduk berdua di sana. Ia masih saja menggenggam erat tanganku.

"Aku jadi ingat ketika kita maen di empang dulu," kataku.

"Ah nggak, itu masa-masa terburuk," kata Rian.

"Apaan sih? Masa-masa indah tauk."

"Nggak ah, masa-masa buruk. Gara-gara main di empang pulang nginjek tletong sapi."

"Hahahahaha, salah sendiri nggak hati-hati."

"Bukan salahku. Kamunya juga yang ngejahilin aku."

"Kan emang kamu gampang dijahilin koq, Yan."

"Kalau aku sih emang sengaja ngalah koq Nik. Aku pasrah selalu kamu jahilin."

"Gombal."

"Yah, terserah percaya apa nggak. Tapi aku sekarang lega rasanya. Plooong banget."

"Lega gimana?"

"Aku telah menumpahkan perasaanku selama ini ke kamu."

Rian menoleh kepadaku. Tangannya mengusap pipiku. Duh...ini pertama kalinya seorang cowok mengusap pipiku.

"Aku sebenarnya penasaran Nik, mungkin juga bisa pingsan saat ini juga," katanya.

"Ada apa emang?"

"Aku boleh nyium kamu?"

DEG! Jantungku berdegup kencang. Apa aku nggak salah dengar? Rian....mau nyium aku. Aduh, sebentar. Sebentar. Rian, kamu tahu apa yang kamu katakan nggak? Aku nggak pernah dicium cowok Rian. Aku berkali-kali nolak koq mantan-mantanku mau nyium aku. Tapi, kenapa kamu ingin? Dan kenapa juga aku nggak nolak ya?

Tangan kananku digenggam dengan tangan kirinya. Tangan kanannya memegang wajahku agar maju ke arahnya. No no no...tidak, jangan Rian. Jangan, jangan Rian. Aku bisa cinta beneran ama kamu. Terlambat deh.....terlambat.

Aaahh....dunia melayang rasanya. Mataku terpejam saat bibirnya menyentuh bibirku. Alamak, aku mau pingsan sekarang. Nafasnya sekarang berhembus di wajahku. Aduh....nikmatnya. Manisnya ciuman ini. Dadaku makin berdegup kencang. Ada sesuatu rasa sesak di dadaku, rasa sesak yang amat, hingga seluruh panca inderaku tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Inikah rasanya ciuman pertama? Bibirku telah kuberikan kepada cowok ini. Teman sepermainanku sejak kecil. Dia menarik bibirnya. Tidak, aku ingin lagi. Tolong Rian lagi. Kepalaku kumajukan lagi dan mencari bibirnya. Ia menyambutku. Dicium lagi bibirku dan ditekannya lembut. Ahhh....Riaaann...

Cukup lama kami berciuman. Aku malu, mukaku memerah. Telingaku panas. Rian juga pasti. Kami canggung sekarang. Nggak ada kata-kata yang terucap. Aku kemudian bersandar di dadanya. Ia bersandar di dinding kayu gubuk ini. Tangan Rian melingkar diperutku. Tangan kiriku mendekap tangannya. Dadanya itu....nyaman sekali. Ia menciumi ubun-ubunku berkali-kali. Nyaman rasanya.

"Rian, aku baru kali ini dicium cowok," kataku jujur.

"Aku juga, baru kali ini nyium cewek," katanya.

"Berarti ini first kiss kita, ya?"

Rian mengangguk.

"Aku tak akan melupakan saat-saat ini Rian. Aku tak akan melupakannya. Aku ingin waktu berjalan lambat sekarang agar aku bisa seperti ini terus bersamamu."

Rian mencium kepalaku lagi. Kini ia mengangkat daguku. Kami berciuman lagi. Aduuhh...dia romantis sekali sih. Aku merasakan sesuatu yang mengganjal di pinggangku. Itunya Rian berdiri. Keras banget. Malu, itulah yang sekarang ini aku rasakan.

Pulang ke rumah wajahku memerah. Aku berusaha menyembunyikannya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aku tahu Mbak Rahma sedikit suka ama Rian. Aku nggak ingin dia tahu kalau aku sudah jadian ama Rian. Kacaaau banget aku. Harusnya aku nggak jatuh cinta ama cowok, tapi ini beda. Aku yang jatuh cinta.

Aku tak banyak bicara. Langsung masuk kamar. Terus terang hatiku berbunga-bunga saat ini. Nggak mau siapapun menggangguku, kukunci pintu kamarku. Merebahkan diri di kasur sambil berulang kali aku sebut nama Rian. "Rian...Rian....Rian..."

#Pov Rian#

Sueneeeeeeeeeennngggg banget. Akhirnya aku bisa ngerasain gimana sih rasanya ciuman itu. Rasanya manis, lembut apalagi pake bibirnya Anik. Aduh....lemes aku, selama ciuman tadi otongku tegang terus. Buset dah. Cukup deh hari ini. Aku makin cinta ama Anik. Dia juga cinta ama aku. Duh gusti.

Mas Yogi tampak sedang menyemir sepatunya. Ia menatapku dengan pandangan aneh.

"Nahh...ini sepertinya ada kabar baru ini. Gimana kencannya?" tanyanya.

Aku cuma ngacungin jempol.

"Wasem, kon apakne si Anik(Asem, kamu apain si Anik)?" tanyanya.

Aku nempelin jari telunjuk ku yang kanan ke yang kiri. Tiba-tiba Mas Yogi ngelempar kain lapnya ke mukaku.

"Aduh!" aku segera menepisnya.

"Jiangkriiiikk....aseeem tenan. Adikku wis gedhe. Wahahahahaha," Mas Yogi ketawa keras. "Lanjutkan my brother, lanjutkan!"

Aku senyum-senyum sendiri masuk ke kamar. Dah ah, hatiku lagi seneng. Hari itu, aku pun mulai memasang foto Anik di laptopku. Aku ngeprint foto dia dan aku tempelin di kamar. Aku juga nyimpen foto dia di dompetku. Seneng pokoke atiku. Aku malam itu tidur sambil meluk guling, Moga malam ini mimpi ketemu dia. Emang bisa mimpi dipesen? Kalau bisa sih.
 
BAB IX

Nikmati Saja Part III



Kentang itu makanan yang enak kalau tahu cara mengolahnya
Tapi kentang juga jadi sesuatu yang nggak enak kalau dimasukkan ke makanan lain
Misalnya memasukkan kentang goreng ke dalam segelas susu

#Pov Rian#

Urghhh....soal Kimia ini berat banget. Mana habis ini mau UTS lagi. Mau nggak mau hari itu aku ke rumahnya Anik. Dia kan anaknya pinter. Pasti bisa deh nyelesaikan soal ini. Ku BBM dulu deh, biar tahu dia di rumah apa nggak.

Me: ping!
Kamu di rumah?

Anik: Iya, kenapa?

Me: Aku kesulitan soal kimia nih, minta tolong dong.

Anik: Kemari aja.

Me: Ok, aku ke sana ya.

Aku sudah siapin ranselku dan buku-buku catetan. Kuambil kunci sepeda motor dan segera aku starter.

"Cieeehhh...yang mau kencan," ejek Mas Yogi.

"Mau belajar kelompok koq," kataku.

"Iya, belajar kelompok tapi modus. Hehehehe."

Aku tak menghiraukannya dan segera meninggalkan rumah dengan motor maticku. Padahal ya jarak rumah kami bisa ditempuh dengan jalan kaki apalagi masih satu jalur angkot. Tapi aku pake sepeda motor. Yah, siapa tahu habis belajar mau aku ajak keluar. Hihihihi.

Nggak sampe lama kurang dari semenit aku sudah sampai. Di luar rumah ada Rahma yang sedang ngangkatin jemuran.

"Mbak?" sapaku.

"Eh, Rian. Mau belajar kelompok? Masuk gih!" katanya.

Aku lalu masuk ke dalam rumah. Di sana sudah ada Anik yang menungguku.

"Soal apa yang susah?" tanya Anik.

"Yang kemarin sama Bu Ana diterangin soal ngitung moralitas itu lho, susah banget," jawabku.

"Oh, yang itu. Mana, mana?"

Aku mengeluarkan buku catetanku. Kami pun belajar bersama. Soal demi soal aku selesaikan. Anik tampak menuntunku untuk memahami soal demi soal. Sekilas Rahma melintas dan melirik ke arah kami yang sedang belajar. Ia tersenyum aja, lalu masuk ke belakang. Tak berapa lama kemudian di saat kami sedang asyik belajar, Rahma datang sambil bawa minuman dan cemilan.

"Niih...belajar kalau nggak ada cemilannya pasti nggak enak," kata Rahma.

"Waah...makasih lho mbak. Ngerepotin banget," kataku.

"Hihihi, biasa aja. Ada kesulitan?" tanyanya.

"Sementara ini sih nggak. Anik udah cukup sepertinya, ntar aja kalau Anik mentok biar aku tanya ama mbak," kataku.

"Ya udah, mbak tinggal dulu ya," katanya. Ia lalu bergegas masuk ke dalam kamar.

Anik lalu berbisik, "Rian, aku minta satu hal ya."

"Apaan?"

"Rahasiakan hubungan kita ke Mbak Rahma," bisiknya lagi.

"Kenapa?" bisikku.

"Soalnya Mbak Rahma itu kayaknya suka ama kamu."

"Hah? Yang bener? Dari mana kamu tahu?"

"Aduuuhh....susah jelasinnya. Instingku aja. Aku takut kalau dia tahu hubungan kita, dia jadi benci ama aku, ama kamu. Yah, yah?"

"Hmm...yaa baiklah."

"Beneran lho."

"Iya, iya."

Nggak masalah sih buatku. Anik tersenyum sambil memegang tanganku. Aku membalas senyumannya. Kami lanjut lagi ngerjain soal kimia ini. Memang agak mengejutkan juga sih kalau Mbak Rahma suka juga kepadaku. Aku tak pernah melihatnya demikian. Aku hanya tahu orangnya baik. Itu aja. Selalu berbuat baik kepadaku, selalu perhatian. Memang tak ada salahnya kalau seseorang perhatian kepada orang lain. Tapi kalau sudah ada rasa suka, naah...itu yang lain jadinya.

Ah, sekarang kan sudah ada Anik. Nggak perlulah aku mikirin Mbak Rahma. Toh dia lebih tua dariku. Apalagi aku takut menjalin hubungan dengan orang yang lebih tua dariku.

Tak terasa kami sudah selesai.

"Ahh...selesai juga," kataku sambil melakukan peregangan otot.

"Diminum tuh!" kata Anik.

"Oh iya, sampe lupa kalau ada cemilan," kataku.

Aku minum jus jeruk yang disuguhkan oleh Rahma tadi, juga menikmati pisang goreng yang sudah dingin. Sambil membereskan buku-buku catatanku tentunya.

"Keluar sebentar yuk?!" ajakku.

"Kemana?" tanya Anik.

"Ke mana aja kek," jawabku.

"Ogah ah, di rumah aja," katanya. "Lagian kamu tahu kalau aku keluar malem bisa-bisa asmaku kambuh."

"Oh iya, aku lupa."

Anik tiba-tiba menggandengku. Aku ditariknya keluar rumah. Mau kemana? Kami lalu menyelinap ke samping rumahnya. Ada sebuah anak tangga. Kemudian aku naik ke atas. Di sini lantai dua. Ada sebuah kamar. Sekarang digunakan gudang dan atapnya digunakan oleh bapak mereka untuk memelihara beberapa tanaman. Tampak pot-pot tanaman hias ditaruh di atas sini. Ada anggrek dan juga beberapa tanaman hias yang aku tak tahu namanya.

Anik menggeretku sampai ke pojok bangunan. Ia menundukkan wajahnya.

"Aku tahu kamu ingin ini kan?" tanyanya sambil menunjuk ke bibirnya.

Aku mengangguk.

Dan tiba-tiba dia langsung memelukku dan menciumku. Kami berciuman lagi, kali ini lebih hot dari sebelumnya. Kami berciuman dengan nafsu, nafas kami sampai memburu. Lidah kami bertemu dan saling bertukar ludah. Saling mengisap. Sampai-sampai Anik gelagapan. Selesai berciuman nafas kami seperti orang yang baru saja dikejar anjing.

"Aku kangen ama kamu Nik," kataku.

"Aku juga, sehari aku nggak nyium kamu rasanya ada yang aneh ama diriku," katanya

Aku membelai kerudungnya yang berwarna pink itu. Aku beranikan diri untuk memepet dia sampai bersandar ke tembok. Nafas Anik mulai memburu. Dia menyentuh wajahku. Kami berciuman lagi. Kali ini tak senafsu tadi, tapi cukup untuk mengobati dahaga hati kami yang kehausan. Aku mulai beranikan diri menyentuh buah dadanya, perlahan-lahan tanganku mulai menyentuhnya. Saat telapak tanganku menyentuhnya, dia sedikit terkejut.

"Boleh?" tanyaku.

Ia mengangguk. Mendapat lampu hijau, aku pegang sepenuhnya buah dadanya itu. Dari kaosnya aku bisa merasakan branya menutup dengan pas buah dadanya yang sekal. Agaknya mimpiku kemarin terlalu berlebihan. Buah dada Anik tak begitu besar. Tapi cukup untuk dipegang. Aku tak berpengalaman dengan ukuran buah dada cewek, yang jelas aku bisa merasakannya. Empuk, mirip bakpao yang terbuat dari balon. Gimana itu penggambarannya? Entahlah, pokoknya enak megang dada cewek. Apalagi dia cewek seperti Anik. Berkerudung, manis, dan ia menatapku dengan tatapan sayu. Ia membetulkan kacamatanya. Ia mengusap-usap dadaku juga.

Aku merasakan sesuatu tonjolan di dadanya. Putingnya mengeras.

"Aku horni, Yan," bisiknya.

"Udahan?" tanyaku.

Ia menggeleng. "Nggak apa-apa. Terusin! Aku suka sentuhanmu."

Aku ciumi bibirnya lagi. Duh selangit rasanya. Nyium cewek berjilbab, sambil meremas dadanya, kiri kanan. Ciumanku penuh perasaan. Kuhayati setiap sudut bibirnya. Kurasakan setiap lekukan lidahnya. Kemudian kami akhiri dengan saling memeluk.

"Punyamu keras, Yan," bisiknya.

"Ya jelaslah, aku cowok normal. Kegiatan seperti ini nggak bikin horni ya aneh," bisikku.

"Aku janji ama kamu, Yan," katanya.

"Janji apa?"

"Aku nggak akan ngasih hatiku ke orang lain. Hatiku hanya ada dirimu."

"Lah? Kenapa begitu?"

"Karena aku sudah yakin kamu jodohku."

"Beneran?"

Ia mengangguk.

"Kalau misalnya, ini misalnya nih ya. Aku ninggalin kamu gimana?"

"Ih, jahat. Mikirnya koq gitu?"

"Yah, semisalnya aja."

"Hatiku nggak akan berubah."

"Nggak, akan berubah?"

"Sampai kapan pun. Ini janjiku."

"Aku terharu Nik."

Kami berpelukan lagi.

"Sebentar, Yan. Aku mau ngasih ini ke kamu. Tapi...jangan cerita ke siapa-siapa ya."

"Apaan?"

Anik melepaskan sesuatu di punggungnya, kemudian dia menaikkan kaosnya. Dan, sodara-sodara dia memperlihatkan boobsnya kepadaku. Aduh...Dadaku langsung berdebar-debar. Alamaaak, ane liat boobs. Duh, putihnya, putingnya...aku tak bisa lihat warnanya wong gelap. Tapi...aku lihat bentuknya sempurna walaupun tak besar.

"Nik, kamu?"

"Udah, masa' dilihat aja? Diapain kek," katanya.

Ini sesuatu yang sangat berharga tentu saja. Aku perlahan-lahan sentuhkan tanganku ke boobsnya. Empuk, tanpa penghalang apapun. Kulit dengan kulit. Anik memejamkan mata.

"Aku malu, Yan."

"Payudaramu indah Nik. Indah sekali. Aku jadi tak tega buat megang."

"Jangan bego ah, udah dikasih liat koq. Cium aja nggak apa-apa."

"Nik, aku...aku nggak tega buat nyium. Ini terlalu sempurna," aku tarik tanganku.

"Nggak apa-apa Yan. Aku ikhlas koq. Cium aja! Ini juga pertama kalinya cowok megang. Kamu dapat kesempatan perdana."

Aku agak ragu. Tapi kapanlagi aku bisa merasakannya? Akhirnya bibirku sudah menciumi buah dadanya. Ia merangkulku.

"Rian...cintailah aku ya, cintai aku," katanya.

"Iya Nik, aku akan mencintaimu seumur hidupku," kataku.

"Ohh...Rian."

Ini adalah momen yang tak terlupakan bagiku. Mendapatkan dua buah susu. Aku hisap putingnya. Manis. Lidahku menari-nari di sana.

"Rian...geli..," bisiknya.

"Niik?? Riaaan?? Kalian di mana?" terdengar suara Rahma.

Segera saja aku dan Anik kaget. Kami menghentikan aktivitas ini. Anik membetulkan pakaiannya yang berantakan. Membetulkan kembali branya. Aku juga segera pura-pura sedang melihat-lihat tanaman yang ada di atas ini.

"Ya mbak, di sini," kata Anik.

"Oh, di sana. Kukira di mana. Ngapain di atas itu?" tanya Rahma.

"Nggak apa-apa, cuman ngobrol aja ama Rian di sini," kata Anik.

"Oh ya udah. Kukira tadi Rian udah pulang. Udah belajarnya?" tanya Rahma.

"Udah mbak. Ini juga mau pamit," kataku. "Sampai besok ya Nik."

"Iya," kata Anik.

Aku pun menuruni anak tangga. Kemudian masuk ke dalam mengambil barang-barangku, ponsel, ranselku dan kunci motor. Setelah itu keluar. Aku sudah melihat Rahma dan Anik sedang ngobrol. Entah apa yang mereka obrolkan.

"Udah ya, makasih Nik kentangnya," kataku.

Anik ketawa.

"Hah? Kentang?" tanya Rahma. "Emang kamu ngasih kentang?"

"Ada deh," kata Anik.

Aku menstarter sepeda matic-ku dan meninggalkan rumah mereka. Bener-bener kentang.

#Pov Rahma#

Ada yang aneh. Kemana mereka berdua pergi? Koq ranselnya Rian masih di ruang tamu? Aku lihat ponselnya Rian juga masih ada di meja. Ponselnya Anik juga. Berarti mereka tak keluar jauh. Aku kemudian ke teras. Lho, sepi. Karena penasaran aku pun panggil saja mereka.

"Niik?? Riaaan?? Kalian di mana?" panggilku.

"Ya mbak, di sini," kata Anik.

"Oh, di sana. Kukira di mana. Ngapain di atas itu?" tanyaku.

"Nggak apa-apa, cuman ngobrol aja ama Rian di sini," kata Anik.

"Oh ya udah. Kukira tadi Rian udah pulang. Udah belajarnya?" tanyaku.

"Udah mbak. Ini juga mau pamit," kataku. "Sampai besok ya Nik."

"Iya," kata Anik.

Aneh. Ngapain mereka ada di atas. Mana tempatnya agak gelap juga. Rian buru-buru masuk mengambil barang-barangnya yang ada di dalam rumah.

"Kamu ngapain di atas sama Rian?" tanyaku.

"Nggak ada apa-apa mbak, cuman ngobrol. Salah ya?"

"Ngobrol kan bisa di dalem."

"Ngobrol rahasia, curhat ama Rian. Nggak boleh?"

"Tapi koq di tempat gelap. Ntar ada setan lewat lho."

"Tenang aja deh mbak, nggak terjadi apa-apa koq."

"Kamu pacaran ama Rian?"

"Nggak, nggak koq. Nggak, kita kan sahabatan Mbak. Gimana sih?"

"Mbak curiga aja sih ama kelakuan kalian."

"Mbak suka ama Rian?"

"Nggak ah, koq kamu punya pikiran begitu?"

"Habis, mbak itu paling sering nanyain dia. Tadi Rian di sekolah gimana? Koq Rian nggak main lagi ya? Kamu sama Rian kemarin ke mana? Nah lho, mbak kan sering nanya gitu."

"Nggak boleh tanya gitu?"

"Yaa...boleh aja sih."

Rian kemudian muncul lagi. Ia naik ke sepeda matic barunya.

"Udah ya, makasih Nik kentangnya," kata Rian.

Adikku itu ketawa. Ada apa sih? Aneh deh. Kentang? Suguhannya kan pisang goreng.

"Hah? Kentang?" tanyaku. "Emang kamu ngasih kentang?"

"Ada deh," kata Anik.

Rian menstarter sepeda motornya dan pergi. Rian ada hubungan ama Anik? Aduh. Apa aku salah kalau berharap banyak ama Rian? Apa dia pernah nganggap aku?

(bersambung...)

thx atensinya.
Ane emang sengaja bikin cerita ini senatural mungkin. Apalagi inikan kisahnya temen ane ;)

Tebak deh, temen ane itu yang mana. Rian, Anik apa Rahma? Yang jelas salah satu dari ketiganya. :p
 
Tetap pada pendirian #Rahma kalau bukan Rahma berarti Iskha.. Ups... :malu:

Bablas terus mas bro... Makin asyik ceritanya..
 
Tebakan ane...Rian, itu teman ente, Suhu :pandajahat:

Soalnya Anik dan Rahmakan "teman" ane :pandaketawa:
 
Hahahaha asli kentang wi, wah kakean neng sumber podang suwi2 dadi pelem ngko :D
 
keknya tau nih siapa yang di critain arczre haha,

udah ah gaboleh kasi spoiler,

kaburrr
 
udah ada updatetan ..,,,:jempol:
ga nyangka anik yg playgirl untuk urusan yg satu itu jam terbangnya masih rendah.....

lanjutken suhu....
 
Emang agan yg satu ini, sekali update ngebut tp bikin kentang..
But, nice update gan..
 
kayaknya nie setting cerita dah lama ya gan itu
angkot a udah gak jalan gan dan yg paling sefih itu sumber podang udah gak rimbun lagi
 
@gogokdr28:
Anda benar, ini settingan udah lama. ;)
 
yah walaupun lama, ane buat menyesuaikan ama yang sekarang aja. Kangen ama suasana sumber podang yang dulu :D
 
Bimabet
udah ada updatetan ..,,,:jempol:
ga nyangka anik yg playgirl untuk urusan yg satu itu jam terbangnya masih rendah.....

lanjutken suhu....

Maklumlah anak jilbaber, jaim. :D
Nah, ini nanti ceritanya sebenarnya bakal nguras air mata. Jadi siapin tissue buat atas sama bawah yah.

:)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd